Anda di halaman 1dari 67

Public Finance and Public Policy Jonathan

CopyrightGruber
© 2010Third
WorthEdition
Publishers
Copyright © 2010 Worth Publishers 1 of 30
5.1 Pengertian Desentralisasi
PKN STAN - Diploma 3 Fiskal
5.2 Desentralisasi Fiskal yang
Optimal
5.3 Tiebout voting with feet
Desentralisasi Fiskal 5.4 Transfer
5.5 Flypaper effect
5.6 Desentralisasi Fiskal di
Indonesia

5
PREPARED BY

MUHAMMAD AFDI NIZAR

Public Finance and Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 2 of 30
5.1

Definisi Desentralisasi
 Teori desentralisasi muncul karena :
 organisasi negara merupakan sebuah entitas yang sangat
kompleks dan mengurus banyak hal dalam suatu wilayah,
sehingga tidak dapat dilakukan dengan cara sentralistik.
 Cara sentralistik menimbulkan implikasi negatif, yaitu
pemerintahan negara menjadi tidak efisien dan tidak
mampu menjalankan tugas dengan baik.
 Desentralisasi dipahami sebagai :
 suatu kebijakan untuk mendistribusikan kekuasaan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
 sebagai cara untuk memperpendek rentang kendali yang
memudahkan pemerintah daerah untuk mengurus daerah-
nya sesuai dengan aspirasi masyarakat daerah, karakteris-
tik daerah, lebih menyentuh kebutuhan masyarakat di
daerah serta lebih efektif dan efisien dalam pengembangan
dan peningkatan ekonomi wilayah.
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 3 of 30
5.1

Definisi Desentralisasi
Definisi
Rondinelli (1986) Desentralisasi : transfer tanggung jawab untuk
perencanaan, manajemen, peningkatan
sumber daya (resource-raising), alokasi dan
fungsi lain dari pemerintah pusat kepada
pemerintah yang berada di tingkat bawahnya.
Salim (2009) Desentralisasi : mengacu pada proses
pelimpahan kekuasaan politik, administratif,
dan fiskal untuk unit subnasional dari
pemerintah
Rodriguez-Pose & Desentralisasi cenderung menekankan pada
Kroijer (2009) kapasitas dari pemerintah terdesentralisasi
yang semakin besar untuk menyesuaikan
kebijakan dengan preferensi lokal dan
menjadi inovatif dalam penyediaan kebijakan
dan pelayanan publik, sehingga potensi
efisiensi ekonomi dan pertumbuhan semakin
besar.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 4 of 30
5.1

Definisi Desentralisasi
Definisi
UU No 32 dan UU No Desentralisasi : penyerahan wewenang pe-
33 Tahun 2004 merintahan oleh Pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urus-
an pemerintahan dalam sistem Negara Kesa-
tuan Republik Indonesia.
Banapon (2017) Desentralisasi : suatu konsep, suatu proses,
suatu teori, suatu metodologi, dan suatu kebi-
jakan untuk menyelesaikan permasalahan
ketidakadilan pembangunan sosio-ekonomi
pada suatu wilayah atau negara.

Sundaram (1994) Desentralisasi : pengalihan wewenang dan


tanggung jawab untuk fungsi-fungsi publik
dari pemerintah pusat kepada organisasi pe-
merintah yang subordinat atau semiindepen-
den dan / atau sektor swasta.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 5 of 30
5.1

Federalisme vs. Desentralisasi


 Sistem federalisme berlaku di negara federal.
 Negara bagian (provinsi) dapat ada lebih dahulu
dibanding negara federalnya, sehingga sumber
kekuasaan justru berada di negara bagian (provinsi).
─ Pemerintah federal tidak boleh mencampuri urusan negara
bagian kecuali yang telah ditetapkan dalam konstitusi
negara federal.
─ Dengan demikian urusan pemerintahan negara bagian
lebih luas dibandingkan urusan pemerintahan negara
federal.
─ Urusan pemerintahan yang ditangani oleh pemerintah
negara federal adalah urusan moneter, fiskal nasional,
politik luar negeri, peradilan tinggi, pertahanan, keamanan
nasional, teknologi tinggi. Selain itu merupakan urusan
pemerintah negara bagian;.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 6 of 30
5.1

Federalisme vs. Desentralisasi

 Sistem desentralisasi berlaku untuk negara


kesatuan (unitaris).
 Pemerintah pusat dibentuk terlebih dahulu, kemudian
pemerintah pusat mentransfer sebagian kekuasaan-
nya kepada organisasi pemerintah subnasional,
organisasi semi-otonom mau-pun organisasi non
Pemerintah untuk mengelola sebagian fungsi-fungsi
publik
 Pada sistem pemerintahan yang menganut desentra-
lisasi, diwujudkan dengan sistem otonomi daerah
yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya
harus diputuskan pemerintah pusat kini dapat
diputuskan di tingkat pemerintahan daerah.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 7 of 30
5.1

Definisi Desentralisasi Fiskal


Definisi
Machfud Sidik (2001) Desentralisasi fiskal : suatu alat untuk
mencapai salah satu tujuan negara, yaitu
memberikan pelayanan publik yang lebih
baik dan menciptakan proses pengambilan
keputusan publik yang lebih demokratis.
Saragih (2003) Desentralisasi fiskal : suatu proses distri-
busi anggaran dari tingkat pemerintahan
yg lebih tinggi kepada pemerintahan yg
lebih rendah, untuk mendukung fungsi
atau tugas pemerintahan dan pelayanan
publik sesuai dengan banyaknya kewe-
nangan bidang pemerintahan yang dilim-
pahkan.
Alm, Aten, & Bahl (2001) Desentralisasi : transfer tanggung jawab &
dan Bahl (2008) kewenangan anggaran untuk penerimaan
dan belanja dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah serta memberikan
kepada daerah kekuatan untuk membuat
keputusan
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 8 of 30
5.1

Definisi Desentralisasi Fiskal

 Menurut Bird dan Vaillancourt (1998), terdapat dua


model hubungan fiskal antar pemerintah yang berlaku
saat ini, yaitu :
1. Federalisme fiskal : pemerintahan daerah tingkat
kabupaten/ kota merupakan kepanjangan tangan dari
pusat. Contoh negara yang menerapkan federalisme
fiskal adalah Perancis, Cina, dan Indonesia.
2. Keuangan federal maksudnya batas-batas resmi,
penyerahan fungsi, wewenang, serta pembiayaannya
sudah secara umum ditetapkan melalui sebuah
undang-undang. Contoh : Amerika Serikat, Kanada,
Rusia, dan India

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 9 of 30
5.1

Manfaat Desentralisasi Fiskal


 Oates menyatakan bahwa desentralisasi fiskal :
─ meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat,karena pemerintah sub
nasional/pemerintah daerah akan lebih efisien dalam
produksi dan penyediaan barang-barang publik.
─ pengambilan keputusan pada level pemerintah lokal
akan lebih didengarkan untuk menganekaragamkan
pilihan lokal dan lebih berguna bagi efisensi alokasi.
• Desentralisasi fiskal yang tidak berpegang pada standar
teori desentralisasi, hasilnya mungkin akan merugikan
pertumbuhan ekonomi dan efisiensi, memungkinkan
korupsi pada level lokal karena memberikan
pertimbangan politikus lokal dan birokrat yang dapat di
akses dan peka terhadap kelompok lokal.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 10 of 30
5.1

Manfaat Desentralisasi Fiskal


 Menurut Bahl pelaksanakan desentralisasi fiskal harus
memperhatikan dan melaksanakan prinsip money should
follow function : salah satu prinsip yang berarti bahwa
setiap penyerahan atau pelimpahan wewenang
pemerintahan membawa konsekuensi pada anggaran
yang diperlukan untuk melaksankan kewenangan
tersebut.
 Menurut Bahl, desentralisasi fiskal memiliki beberapa
keuntungan :
1. Keuntungan dari pemindahan pemerintah yang lebih
mendekati masyarakat. Ini merupakan argumen efisiensi
2. Mobilisasi keseluruhan penerimaan dapat ditingkatkan
karena desentralisasi dapat memperluas objek pajak
3. Jika desentralisasi fiskal telah cukup jauh berlangsung
maka distribusi kota dalam ukuran yang lebih baik akan
dihasilkan.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 11 of 30
5.2

Desentralisasi Fiskal yang Optimal

optimal fiscal federalism Pertanyaan tentang


kegiatan apa yang harus dilakukan pemerintah,
dan di tingkat pemerintahan yang mana

 Menurut Bird dan Vaillancourt (1998), ada 2 syarat


kesuksesan dan optimalnya desentralisasi, yaitu :
1. Proses pengambilan keputusan di daerah harus demokratis,
transparan, dan pihak terkait harus memiliki kesempatan
mempengaruhi kesempatan tersebut.
2. Biaya dari pengambilan keputusan tersebut sepenuhnya
ditanggung masyarakat, sehingga tidak perlu terjadi ekspor
pajak dan tidak ada tambahan transfer dari level pemerintah
yang lain.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 12 of 30
5.2

Desentralisasi Fiskal yang Optimal

 Sidik (2002) menyebutkan bahwa keberhasilan pelaksa-


naan desentralisasi akan sangat bergantung pada :
─ desain,
─ proses implementasi,
─ dukungan politis, baik pada tingkat pengambilan keputus-
an di masing2 tingkat pemerintah maupun masyarakat seca-
ra keseluruhan,
─ kesiapan administrasi pemerintahan,
─ pengembangan kelembagaan & sumber daya manusia,
─ mekanisme koordinasi untuk meningkatkan kinerja
aparat birokrasi,
─ perubahan sistem nilai dan perilaku birokrasi dalam
memenuhi keinginan masyarakat, terutama pelayanan
sektor publik.

 Pemerintah daerah juga harus didukung oleh sumber2


keuangan yang memadai, baik yang berasal dari lokal,
pinjaman, maupun transfer dari pemerintah pusat.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 13 of 30
5.2

Desentralisasi Fiskal yang Optimal

Pelaksanaan desentralisasi fiskal dapat berjalan


dengan baik dan optimal apabila berpedoman
pada hal-hal berikut :
1. Pemerintah pusat kapabel dalam melakukan
pengawasan dan enforcement
2. Terdapat keseimbangan antara akuntabilitas
dan kewenangan dalam melakukan pungutan
pajak dan retribusi daerah.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 14 of 30
5.3

Tiebout Model
 Menurut Tiebout (1956) : inefisiensi dalam penyediaan
barang publik bersumber dari dua faktor yang hilang :
belanja (shopping) dan persaingan (competition).
1. Shopping : kekuatan fundamental yang mempenga-
ruhi efisiensi di pasar privat.
─ Jika suatu perusahaan menjual barang inferior dibanding
pesaingnya, maka konsumen akan membeli dari pesaing
bukan dari perusahaan itu. Kompetisi menyebabkan
perusahaan memproduksi secara efisien di pasar barang
privat yang sangat kompetitif.
2. Competition : desentralisasi meningkatkan respon
pemerintah terhadap permintaan masyarakat lokal
dengan mempromosikan kompetisi antar pemerintah
sub nasional.
─ Dalam penyediaan barang publik, pemerintah pusat
menghadapi sedikit kompetisi, sehingga tidak efisien.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 16 of 30
5.3

Tiebout Model
 Menurut Tiebout Model : “Persaingan antar daerah
dalam memberikan pelayanan pada masyarakatnya
akan meningkatkan inovasi pemerintah lokal”.
 Tiebout menekankan bahwa tingkat dan kombinasi
pembiayaan barang publik bertaraf lokal dan pajak yang
dibayar oleh masyarakat merupakan kepentingan politisi
masyarakat lokal dengan pemerintah daerahnya.
─ Masyarakat akan memilih untuk tinggal di lingkungan yang
anggaran daerahnya memenuhi preferensi yang paling
tinggi antara pelayanan publik dari pemerintah daerahnya
dengan pajak yang dibayar oleh masyarakat.
─ Ketika masyarakat tidak senang pada kebijakan pemerin-
tah lokal dalam pembebanan pajak untuk pembiayaan ba-
rang publik bersifat lokal, maka hanya ada dua pilihan bagi
warga masyarakat, yaitu : meninggalkan wilayah terse-
but atau tetap tinggal disana dgn berusaha mengubah
kebijakan pemerintah lokal melalui DPRD-nya.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 17 of 30
5.3

Tiebout Model

vote with their feet : jika mereka tidak menyukai ting-


kat atau kualitas penyediaan barang publik di satu kota,
mereka dapat pindah ke kota lainnya tanpa disrupsi

 Hal ini dapat mempengaruhi efisiensi dalam


produksi barang publik lokal, sehingga
mempengaruhi disiplin fiskal pemerintah lokal
dan menciptakan cara pengungkapan preferensi.
 Dalam kondisi kepastian penyediaan barang
publik akan dipenuhi secara efisien pada tingkat
lokal.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 18 of 30
5.3

Tiebout Model

 Tiebout (1956) menyatakan bahwa pelayanan


publik yang paling efisien seharusnya diseleng-
garakan oleh wilayah yang memiliki kontrol
geografis yang paling minimum, dengan alasan:
─ Pemerintah lokal sangat memahami kebutuhan
masyarakatnya.
─ Keputusan pemerintah lokal sangat responsif terha-
dap kebutuhan masyarakat sehingga mendorong
pemerintah lokal untuk melakukan efisiensi dalam
penggunaan dana yang berasal dari masyarakat.
─ Persaingan antar daerah dalam memberikan pela-
yanan kepada masyarakatnya akan mendorong
pemerintah lokal untuk melakukan inovasi.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 19 of 30
5.3
Tiebout Model
Permasalahan Tiebout Model
1. Kompetisi Tiebout tidak berlaku dlm realita karena
– Membutuhkan mobilitas yang sempurna.
– Membutuhkan informasi yang sempurna tentang manfaat yang
diterima individu dan pajak yang mereka bayar.
– Membutuhkan pilihan kota yang cukup sehingga individu bisa
menemukan tingkat barang publik yang tepat.
– Penyediaan barang publik membutuhkan skala yang cukup.
2. Pembiayaan Tiebout menjadi problematis karena :
– Membutuhkan lump-sum taxes, jumlah pajak tetap yang indepen-
den dari pendapatan pribadi, konsumsi barang dan jasa, atau keka-
yaan. Ini dipandang sangat tidak adil.
– Penggunaan zonasi. Regulasi zonasi memproteksi basis pajak
kota2 kaya dengan menetapkan harga perumahan untuk individu
berpenghasilan rendah.
– Contoh : kota yang melarang hunian multifamily (apartemen) me-
ngurangi jumlah persediaan perumahan, sehingga meningkatkan
nilai perumahan yg ada  orang miskin keluar.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 20 of 30
5.3

Tiebout Model
Permasalahan Tiebout Model

3. Model Tiebout juga bermasalah karena


asumsi tidak ada eksternalitas atau
spillovers :
─ Model berasumsi barang publik hanya
memiliki efek di kota tertentu, dan efeknya
tidak menyebar ke kota-kota sekitar.
─ Jika spillovers terjadi, berarti ada kasus untuk
penyediaan barang publik pada tingkat
pemerintahan yang lebih tinggi, atau transfer
yang mensubsidi pembelian lokal.
─ Beberapa barang publik, seperti taman
umum, mungkin melanggar asumsi ini.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 21 of 30
5.3

Tiebout Model
Bukti Model Tiebout

 Masalah intuisi dasar dalam model Tiebout, bahwa individu


vote with their feet masih kuat. Dua jenis tes mengungkap-
kan ini:
– Kesamaan penduduk
– Kapitalisasi
1. Kesamaan penduduk Prediksi yang jelas dari model
Tiebout adalah bahwa penduduk di komunitas lokal
akan memiliki preferensi yang sama untuk barang
publik lokal.
─ Semakin banyak komunitas dan pilihan lokal,
semakin banyak penduduk yang dapat memilih
sendiri ke dalam kelompok yang sama.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 22 of 30
5.3

Tiebout Model
Bukti Model Tiebout

2. Kapitalisasi Model Tiebout memprediksikan bahwa setiap


perbedaan dalam daya tarik fiskal akan dikapitalisasi ke dalam
harga rumah.
 Artinya, harga setiap rumah mencerminkan biaya (termasuk
pajak properti lokal) dan manfaat (termasuk barang publik lokal)
untuk tinggal di sana.
─ Dengan asumsi pajak konstan, tingkat barang publik yang
lebih tinggi meningkatkan harga perumahan.
─ Dengan mempertahankan tingkat barang publik konstan,
kenaikan pajak menurunkan harga perumahan.
 Harga rumah merupakan cerminan dari orang yang memilih
dengan dompet mereka (voting with their pocketbook).
 Dengan demikian, dalam operasi mekanisme Tiebout orang-
orang tidak hanya vote with their feet, tapi juga vote with
pocketbook dalam bentuk harga rumah .

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 23 of 30
5.3

Desentralisasi Fiskal yang Optimal : Tiebout Model


 Model Tiebout menunjukkan bahwa tingkat penyediaan
barang publik pada tingkat lokal ditentukan oleh 3 faktor :
1. Tax-benefit linkages : hubungan antara pajak yang
dibayar masyarakat dgn barang dan jasa pemerintah
yang mereka dapatkan sebagai imbalannya.
─ Keterikatan yang kuat (strong linkages): berarti sebagi-
an besar penduduk mendapat manfaat, dan barang
harus disediakan secara lokal, spt jalan lokal.
─ Keterikatan yang lemah (weak linkages), berarti bahwa
sebagian besar penduduk tidak mendapat manfaat, dan
barang harus disediakan pada tingkat yang lebih tinggi,
seperti pembayaran kesejahteraan.
─ Jika warga dapat melihat langsung manfaat yang diper-
oleh dengan pajak properti mereka, mereka bersedia
membayar pajak lokal. Jika tidak, mereka mungkin vote
with their feet.
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 24 of 30
5.3

Penentu Desentralisasi Fiskal yang Optimal


2. Tingkat eksternalitas positif.
– Jika barang publik lokal mempunyai spillovers ke komunitas
lain, maka penyediaannya rendah (underprovided). Dalam
kasus ini, tingkat pemerintah yang lebih tinggi memiliki peran
mempromosikan penyediaan barang publik tersebut.
3. Skala produksi yang ekonomis (economies of scale).
– Barang publik skala ekonomis yang besar, seperti pertahan-
an nasional, tidak disediakan secara efisien oleh banyak
yurisdiksi lokal yang bersaing.
– Barang publik tanpa skala ekonomis yang besar, seperti
perlindungan polisi, bisa disediakan lebih efisien dalam
kompetisi Tiebout.
 Karena itu, model Tiebout memprediksikan bahwa belanja
lokal harus fokus pada program berbasis luas dengan
sedikit eksternalitas dan economies of scale relatif rendah
Contoh perbaikan jalan, pendidikan, pengumpulan
sampah dan kebersihan jalan.
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 25 of 30
5.4

Transfer
 Dalam konteks desentralisasi, transfer dana pemerin-
tah pusat kepada pemerintah daerah (intergovernmen-
tal transfer) menjadi penting karena desentralisasi ber-
implikasi pada kebutuhan dana pemerintah daerah
(lokal) yang semakin meningkat.
 Transfer juga merupakan sumber penerimaan yang
dominan bagi pemerintah daerah.
 Alasan dasar program transfer antar pemerintah :
1. Tingkat pemerintah yang lebih tinggi menyediakan uang
untuk mendorong program tertentu yang dilakukan oleh
tingkat pemerintah yang lebih rendah
2. Perpajakan dapat dialihkan dari tingkat pemerintah yang
lebih rendah kepada tingkat pemerintah yang lebih tinggi,
di mana pajak lebih sulit untuk `dihindari
3. Program transfer dibentuk karena alasan keadilan
(equity), dengan memberikan hibah kepada daerah
miskin
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 26 of 30
5.4

Transfer

Pada dasarnya, transfer pusat ke daerah dapat dibedakan


atas bagi hasil pendapatan (revenue sharing) dan bantuan
(grants). Adapun tujuan dari transfer antara lain :
1. Pemerataan Vertikal (vertical equalization transfer) :
transfer antar tingkat pemerintahan yang bertujuan untuk
mengoreksi kesenjangan pendapatan setiap level
pemerintahan (pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan
pemerintah lokal).
2. Pemerataan Horisontal (horizontal equalization transfer) :
transfer antar tingkat pemerintahan yang bertujuan untuk
menutup kesenjangan celah fiskal (fiscal gap) yang dimiliki
oleh tiap-tiap daerah.
3. Mengatasi persoalan efek pelayanan publik
4. Mengarahkan prioritas

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 27 of 30
5.4

Transfer

5. Melakukan eksperimen dengan ide baru :


transfer yang bertujuan untuk menguji coba suatu
program baru yang direncanakan oleh pemerintah
sebelum melakukan penyeragaman program ke
suma daerah di dalam suatu negara.
6. Stabilisasi : transfer yang bertujuan untuk menjaga
stabilisasi perekonomian suatu negara.
7. Memenuhi standar pelayanan minimum : transfer
yang bertujuan untuk melakukan pemenuhan
standar pelayanan minimum di tiap-tiap daerah
sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah pusat.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 28 of 30
5.4

Prinsip2 Desain Intergovernmental Transfer


1. Otonom : pemerintah daerah/lokal memiliki independensi dan
fleksibilitas dalam menentukan prioritas daerah. Prinsip ini menjadi
dasar dalam menentukan keberhasilan desentralisasi fiskal.
2. Revenue Adequacy : pemerintah daerah semestinya memiliki
penerimaan (termasuk transfer) untuk memenuhi semua kewajiban
dan tanggungjawab yang diemban
3. Equity atau keadilan : besarnya dana transfer dari pusat ke daerah
sewajarnya berhubungan positif dengan kebutuhan fiskal tiap-tiap
daerah dan sebaliknya, berkebalikan dengan besarnya kapasitas
fiskal daerah yang bersangkutan.
4. Transparan dan stabil : formula yang didesain harus transparan
sehingga dapat diakses oleh masyarakat dan formulanya bersifat
stabil sehingga memudahkan pemerintah daerah menyusun
anggaran dan program.
5. Simplicity atau sederhana : desain transfer disusun secara
sederhana sehingga mudah dipahami, tanpa melupakan faktor-
faktor objektif dalam penyusunan formula.
6. Insentif : transfer harus didesain sedemikian rupa sehingga mampu
memberikan insentif kepada daerah yang mampu mengelola fiskal
daerahnya dengan baik dan sebaliknya mampu menangkal dan
mengurangi praktik manajemen fiskal yang tidak efisien.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 29 of 30
5.4

Transfer (Grants)

 Transfer dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :


1. transfer tanpa syarat (unconditional transfer,
general purpose grant, block grant). Transfer tanpa
syarat pada umumnya ditujukan untuk menjamin
adanya pemerataan dalam kemampuan fiskal antar
daerah.
2. transfer dengan syarat (conditional grant,
categorical grant, specific purpose grant). Transfer
dengan syarat biasanya digunakan untuk keperluan
yang dianggap penting oleh pemerintah pusat
namun kurang dianggap penting oleh daerah.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 30 of 30
5.4

Transfer (Grants)
 Unconditional transfer : transfer dalam jumlah yang
ditetapkan tanpa mandat bagaimana uang itu
dibelanjakan. Daerah memiliki keleluasaan penuh di
dalam mengelola dan mengalokasikan dana yang
ditransfer dari pusat sesuai dengan pertimbangan
sendiri atau aturan apa yang menjadi prioritas daerah.
─ di Indonesia contoh transfer ini : Dana Alokasi Umum
(DAU). DAU berasal dari APBN yang ditujukan untuk
pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk
membiayai kebutuhan pengeluaran dalam pelaksanaan
desentralisasi.
 Conditional grant : transfer yang syarat dan keten-
tuannya telah ditentukan oleh pemerintah pusat.
Transfer ini biasa diberikan pada proyek2 yang ber-
dampak eksternalitas positif bagi daerah2 lain atau pro-
yek pemerintah pusat yang sifatnya uji coba program.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 31 of 30
5.4

Transfer (Grants)
Conditional Grant dapat dibedakan menjadi :
A. Transfer pengimbang (matching grants) : transfer
yang diberikan pusat kepada daerah untuk menutup
sebagian atau seluruh kekurangan pembiayaan satu
jenis urusan tertentu.
Transfer pengimbang juga dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Transfer pengimbang tidak terbatas : diperuntukkan
apabila transfer tersebut dapat dan memang ditujukan
untuk menutup seluruh kekurangan dana yang terjadi.
2. Transfer pengimbang terbatas : pada transfer ini terda-
pat batasan jumlah dana maksimum yg dapat digunakan.
B. Non – Matching Grant : transfer dari pusat untuk me-
nambah dana penyelenggaraan suatu jenis urusan atau
program tertentu tanpa mempertimbangkan bahwa pe-
merintah daerah sendiri telah atau akan mengalokasi-
kan sumber dananya dengan jumlah besar atau kecil.
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 32 of 30
5.4

Transfer Optimal

 Pilihan optimal mekanisme transfer untuk tingkat


pemerintahan yang lebih tinggi (seperti negara
bagian) bergantung pada tujuan program transfer .
─ Jika tujuannya adalah untuk memaksimalkan kese-
jahteraan tingkat pemerintahan yang lebih rendah,
transfer block grants paling efektif.
─ Jika tujuannya adalah untuk mendorong pengeluaran
barang publik seperti pendidikan, transfer matching
grant paling efektif karena akan mempertaruhkan
efek pendapatan dan efek substitusi untuk meningkat-
kan pengeluaran kota.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 33 of 30
5.5

Flypaper Effect
 Flypaper Effect : fenomena ketika Pemerintah Daerah
merespon belanja daerahnya lebih banyak berasal dari
pendapatan transfer Pusat (transfer tidak bersyarat
atau unconditional grants) daripada pendapatan asli
dari daerahnya (PAD).
 Artinya, dalam memenuhi kebutuhan pelayanan publik
Pemda lebih merespon dari pendapatan transfer dan
kurang melakukan optimalisasi PAD.
 Di Indonesia, unconditional grants yang diproksikan
dgn Dana Alokasi Umum (DAU) ditentukan
berdasarkan celah fiskal (fiscal gap), yaitu
kebutuhan fiskal dikurangi kemampuan fiskal daerah
dan alokasi dasar yang dialokasikan secara
keseluruhan (lump sum) dari pemerintah pusat.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 34 of 30
5.5

Flypaper Effect
 Flypaper Effect mempengaruhi kecenderungan belanja
Pemda pada periode selanjutnya sehingga efek tersebut
akan berakibat jangka panjang. Fenomena ini memiliki
konsekuensi pada Pemda (khususnya di Indonesia) : yaitu
kurang termotivasi dalam memaksimalkan potensi PAD-
nya. Pendapatan transfer secara tidak langsung akan me-
ngurangi beban pajak masyarakat sehingga Pemda tidak
perlu menaikkan pajak guna membiayai penyediaan ba-
rang publik.
 Flypaper effect menciptakan ilusi fiskal : masyarakat
membayar pajak dan mengharapkan mendapatkan kontra-
prestasi tidak langsung yang sepadan, akan tetapi Pemda
dalam me-menuhi kebutuhan publik cenderung merespon
lebih besar dari pendapatan transfer (transfer tidak bersya-
rat) dari Peme-rintah Pusat (bukan dari PAD sendiri), se-
hingga yang terjadi adalah peningkatan Belanja Daerah
tidak sepadan dgn PAD.
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 35 of 30
5.5

Flypaper Effect

• Menurut Koleman (1996) : setiap transfer tidak bersyarat


yang diberikan kepada Pemda merupakan konsekuensi
atas otonomi daerah yang berlaku agar tidak menyebab-
kan kesenjangan dalam pelaksanaan pembangunan
daerah, walaupun banyak ditemukan bahwa transfer tak
bersyarat mengakibatkan peningkatan pengeluaran
publik melebihi kenaikan pendapatan masyarakatnya.
• Menurut teori Peacock dan Wiseman : Pemda
senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran,
sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak
yang semakin besar untuk membiayai pengeluaran
pemerintah yang semakin besar tersebut.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 36 of 30
5.5

Flypaper Effect
 Teori Peacock dan Wiseman menjelaskan bahwa hal
tersebut menyebabkan pemungutan pajak yang semakin
meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah.
─ Peningkatan penerimaan pajak menyebabkan pengeluar-
an pemerintah meningkat.
─ Karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya penda-
patan setiap masyarakat menyebabkan PAD semakin be-
sar sehingga menyebabkan pengeluaran PemDa semakin
besar pula.
 Pendekatan standar tentang Flypaper Effect dikemukakan
oleh Bradford & Oates (1971), yang memprediksikan bahwa
hibah kepada Pemda setara dengan kenaikan pendapatan
masyarakat.
─ Pendekatan tersebut memberikan gambaran bahwa setiap
kenaikan transfer yang diberikan oleh Pemerintah Pusat
untuk daerah otonom adalah sepadan dengan kenaikan
pendapatan masyarakat daerah otonom tersebut.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 37 of 30
5.5

EM P I R I C A L E V I D E N C E

THE FLYPAPER EFFECT

 Hines & Thaler menemukan bahwa crowd-out belanja


daerah oleh belanja negara rendah dan sering
mendekati nol. Ekonom Arthur Okun mendeskripsikan
ini sebagai flypaper effect karena “uang itu melekat
dimana dia menyentuh” dan bukannya menggantikan
belanja daerah.
 Knight menyatakan bahwa mendapatkan hibah adalah
yang paling menghabiskan uang. Dia juga mencatat
bahwa hibah jalan raya dari pemerintah pusat ke
daerah ditentukan oleh kekuatan perwakilan politik
daerah. Setiap tambahan $1 uang hibah pemerintah
pusat meningkat karena meningkatnya kekuatan
kongres, yang menyebabkan pengurangan $0,90
belanja daerah itu.
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 38 of 30
5.5

Desentralisasi Fiskal di Indonesia

 Pelaksanaan desentralisasi fiskal di Indonesia secara


resmi dimulai sejak 1 Januari 2001. Desentralisasi fiskal
dilaksanakan berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah serta UU
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (PKPD).
 Kedua UU tersebut mengalami beberapa kali revisi
hingga yang terakhir berlaku :
– UU Nomor 22 Tahun 1999 direvisi dengan UU No.32
tahun 2004 dan terakhir direvisi menjadi UU Pemda
No.23 tahun 2014
– UU Nomor 25 Tahun 1999 direvisi dengan UU Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 39 of 30
5.5
“Kendaraan” Desentralisasi di Indonesia

 Pelayanan Publik yang Lebih Baik


 Lebih Akuntabel
 Kerelaan Masyarakat untuk
Membayar pelayanan yang telah
diberikan TUJUAN
 Pembangunan dari bawah
Kesejahteraan
(Musgrave, 1983)
masyarakat
DESENTRALISASI
Mendekatkan Pemerintahan kepada Rakyat

Desentralisasi Desentralisasi Desentralisasi Desentralisasi


POLITIK ADMINISTRASI FISKAL EKONOMI

• Desentralisasi adalah alat/kendaraan untuk mencapai tujuan bernegara.


• Dengan mendekatkan pemerintahan kepada rakyatnya, diharapkan LAYANAN
PUBLIK MENJADI LEBIH BAIK, Pertanggungjawaban Semakin Baik, Rakyat Rela
Berkontribusi dan Pembangunan Tercipta dari Bawah (pembangunan inklusif).
• Untuk menggerakkan desentralisasi, ada 4 roda utama, yaitu: Desentralisasi Politik;
Desentralisasi Administratif; Desentralisasi Fiskal; dan Desentralisasi Ekonomi.
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 40 of 30
5.5

Urgensi Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Desentralisasi Fiskal sebagai bagian dari pelaksanaan Desentralisasi dan


Otonomi Daerah, memiliki arti penting dalam mewujudkan tujuan
kebijakan fiskal

mendukung pembiayaan penyelenggaraan akselerasi pengentasan kemiskinan;


pemerintahan dan pembangunan
untuk peningkatan: mengatasi ketimpangan
penghasilan/ kesejahteraan
antarkelompok masyarakat; dan
Pelayanan Publik Kesejahteraan Masyarakat kesenjangan pelayanan publik
(public service delivery ) (social welfare ) antardaerah

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 41 of 30
5.5
Beberapa Pengertian
• Pemerintah pusat (Pemerintah) : Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
• Pemerintahan daerah : penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
• Pemerintah daerah : gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
• Daerah otonom (daerah) : kesatuan masyarakat hukum yg mempu-
nyai batas-batas wilayah, berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem NKRI.
• Desa atau yang disebut dengan nama lain : kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,
berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 42 of 30
KEKUASAAN PEMERINTAHAN DI NKRI

PUSAT PRESIDEN Pemegang kekuasaan


pemerintahan – Psl 4 (1)
UUD 1945

Kementerian/LPNK Psl 17 UUD 1945

Keuangan Negara
Koordinasi Koordinasi
Sebagian
Urusan
Koordinator dlm penyeleng.
KEMENDAGRI urusan pem. di daerah
UU No. 23 / 2014

Tanggungjawab
Otonomi Seluas-luasnya
Ps 18 (5) UUD ‘45

DAERAH Pemerintahan Daerah


Keuangan Daerah

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 43 of 30
5.5

Hub Pusat – Daerah : Perspektif UU No. 23 / 2014

 Presiden RI memegang kekuasaan pemerintahan


sesuai dengan UUD Negara RI Tahun 1945.
 Kekuasaan Pemerintahan diuraikan dalam berbagai
Urusan Pemerintahan.
 Dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan,
Presiden dibantu oleh menteri yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan tertentu.
 Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah
dilaksanakan berdasarkan asas Desentralisasi,
Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.

Pasal 5 UU 23/2014

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 44 of 30
5.5

Klasifikasi Urusan Pemerintah


1) Urusan Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan
absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan
pemerintahan umum.
2) Urusan pemerintahan absolut : Urusan Pemerintahan
yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
3) Urusan pemerintahan konkuren : Urusan Pemerintahan
yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi
dan Daerah kabupaten/kota.
4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke
Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah.
5) Urusan pemerintahan umum : Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan.
Pasal 9 UU 23/2014

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 45 of 30
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN
(UU NO. 23/2014)

URUSAN PEMERINTAHAN

ABSOLUT CONCURRENT
URUSAN PEME- (34 Urusan bersama
(Mutlak urusan Pusat)
RINTAHAN UMUM Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)

PILIHAN/OPTIONAL
WAJIB/OBLIGATORY / SPM
1. politik luar negeri; (Sektor Unggulan) • Wajib (13) Pelayanan Dasar:
2. pertahanan; 8 Urusan Pilihan Pend; Kes; LH; PU & PR; Han Ngan;
Adminduk Capil; Dal Duk & KB;Sos;Naker;
3. keamanan; Pera & Waskim; Trantib Um & Linmas;
Hub & Perlindungan Anak
4. yustisi; Contoh: pertanian,
• Wajib (12) tidak Pelayanan Dasar:
5. moneter dan fiskal nasional; dan industri, perdagangan, Pertanahan; Kominfo ; Kop & UKM; Pen
pariwisata, kelautan dsb Modal; Kempora; PMD; Pem. Perempuan;
6. agama. Statistik; Persandian;
Kebudayaan; Perpus; & Kearsipan

1. Dilaksanakan sendiri
2.
3.
Dekonsentrasi
Tugas Pembantuan
Desentralisasi

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance 46and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 46 of 30
PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
(UU NOMOR 23/2014)
URUSAN WAJIB terkait PD (psl 12 ayat1 )
a) Pendidikan
b) Kesehatan
c) Pekerjaan Umum & Penataan Ruang
UU NO. 23 TAHUN 2014 d) Perumahan Rakyat &kawasan pemukiman
e) Ketentraman, ketertiaban & perlindungan Masyarakat dan
f) sosial
URUSAN WAJIB tdk terkait PD (psl 12 ayat 2 )
a) Tenaga Kerja
b)Pemberdayaan Perempuan & perlindungan Anak
DESENTRALISASI c) Pangan
d)Pertanahan
e) Lingkungan Hidup
f) Administrasi kependudukan & catatan sipil
g) Pemberdayaan masysrakat & Desa
h) Pengendalian penduduk & keluarga berencana
i) Perhubungan
j) Komunikasi & Informatika
OTONOMI DAERAH k) Koperasi, usaha kecil & menengah
l) Penanaman Modal
m) Kepemudaan & Olah raga
n) Statistik
o) Persandian
p) Kebudayaan
q) Perpustakaan dan
r) Kearsipan
URUSAN WAJIB & URUSAN PILIHAN ( psl 12 ayat 3 )
PILIHAN (Psl 11) a) Pertanian
b) Kehutanan
c) Energi dan Sumberdaya Mineral
d) Pariwisata
e) Kelautan dan Perikanan
f) Perdagangan
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN 47
Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
PD = Pelayanan Dasar g) Perindustrian
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers h) Transmigrasi
47 of 30
5.5
Kebijakan Umum HKPD
 Perimbangan keuangan dilakukan melalui transfer/hibah dari
Pusat kepada Daerah dan didukung dengan penyerahan
sebagian kewenangan perpajakan kepada daerah.
 Karena kewenangan perpajakan di daerah masih sangat terba-
tas, maka dukungan pendanaan daerah melalui transfer masih
lebih mendominasi (untuk saat ini).
 Sesuai esensi otonomi daerah, maka sebagian besar dukungan
dari APBN berupa block grants (bebas digunakan daerah)
 Block grants juga didukung dengan specific grants, yang
berfungsi untuk mengawal prioritas nasional dan kesetaraan
kualitas layanan publik antar daerah.
 Selaras dengan peningkatan kebutuhan pendanaan daerah,
Pemerintah Pusat terus mendorong upaya kemandirian pen-
danaan melalui penguatan local taxing power dan transfer
diupayakan terus meningkat dari tahun ke tahun.
 Untuk mendorong ekspansi pembangunan daerah guna
mendorong perekonomian, daerah dapat melakukan pinjaman.
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 48 of 30
5.5
Konsepsi HKPD di Indonesia
PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTIONS
 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah
(PKPD) : suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, de-
mokratis, transparan, dan efisien dalam rangka pendanaan penyelengga-
raan Desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan
kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
 PKPD : subsistem Keuangan Negara sebagai konsekuensi pembagian tu-
gas antara Pemerintah Pusat dan Daerah atau timbul dari adanya hubung-
an fungsi/urusan.
 Fungsi/Urusan dibagi antara pemerintah pusat dan daerah, namun
tanggungjawab akhir tetap pada pemerintah pusat (UU No.23/2014
tentang Pemerintahan Daerah.
 Pemberian sumber keuangan negara kepada Daerah dalam rangka pelak-
sanaan Desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh Pemerintah
Pusat kepada Pemerintah Daerah dengan memperhatikan stabilitas dan
keseimbangan fiskal.
 PKPD : suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penye-
lenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan.
Pasal 2 UU 33 / 2004
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 49 of 30
PENERAPAN PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTION

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 50 of 30
5.5

Cakupan Hubungan Keuangan Pusat & Daerah

• Pemberian kewenangan perpajakan


kepada daerah (local taxing power) dan
kewenangan dalam melakukan
pinjaman;
• Kebijakan transfer (revenue assignment);
• Keleluasaan untuk Belanja (expenditure
assignment).

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance 51 and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 51 of 30
5.5

Local Taxing Power

UU No.22 /1999
Otonomi Percontohan UU No.25 /1999 Memperkuat Otonomi

UU No.5 Tahun
1974 UU No.18 UU No.34 UU No.28
UU Darurat No.11 Tahun 1997 Tahun 2000 Tahun 2009
&12 Tahun 1957

• Pajak (40 Jenis) • Krisis Ekonomi • Open list • Closed list


dan Retribusi tidak banyak • Pengendalian • Ada Pajak baru
(150 Jenis) berdampak pungutan daerah yaitu, PBB-P2,
• Pelimpahan terhadap yang bermasalah BPHTB, dan
Pajak Pusat peningkatan PAD sulit dilakukan Pajak Rokok
PKB/BBNKB • Membatasi Jenis
• Open list Pajak dan
• Pengendalian Retribusi
oleh • Closed list
pusat/provinsi • Pajak baru yang
potensial PBBKB

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 52 of 30
5.5

Asas Penyelenggaraan Otonomi Daerah


a . Asas Desentralisasi : “penyerahan” wewenang penye-
lenggaraan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada pe-
merintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
b. Asas Dekonsentrasi : “pelimpahan” wewenang pemerin-
tahan oleh pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah
tertentu.
c. Asas Tugas Pembantuan : “penugasan” dari pemerintah
pusat kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi
kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas ter-
tentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung-
jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 53 of 30
5.1

Asas Penyelenggaraan Otonomi Daerah


Perbedaan Desentralisasi, Dekosentrasi dan Tugas
Pembantuan

 Terdapat perbedaan pada kata “pelimpahan” dan


“penyerahan”.
─ Penyerahan adalah tindakan pemerintah pusat menye-
rahkan secara sepenuhnya segala urusan yang ada di
daerah kepada pemerintahan daerah itu sendiri sebagai
urusan rumah tangganya. Pada penyerahan berarti per-
tanggungjawaban sepenuhnya pada pemerintah daerah.
─ Pelimpahan adalah pemindahan hak atau kewenangan.
Berarti dalam hal pelimpahan, tanggung jawab masih
tetap berada pada pemerintah pusat
─ Dekonsentrasi hanyalah dalam hal teknis dan pelaksa-
naan pemerintahan.
─ Desentralisasi adalah bahwa suatu daerah itu menjadi
sepenuhnya dibawah kekuasaan pemerintah daerah.

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 54 of 30
5.5

Prinsip Dasar Pendanaan

Pemerintah (K/L) berwenang menentukan lokasi, anggaran dan kegiatan


yang akan didekonsentrasikan dan ditugaskan dengan memperhatikan
kemampuan keuangan negara, keseimbangan pendanaan di daerah, dan
kebutuhan pembangunan daerah.”
( PP 7/2008 Pasal 21 dan Pasal 50 )

Penjelasan PP 7/2008 Pasal 21 dan Pasal 50


• Kemampuan keuangan negara  pengalokasian disesuaikan dengan
kemampuan APBN dalam mendanai urusan pemerintah pusat melalui
bagian anggaran K/L
• Keseimbangan pendanaan di daerah  pengalokasian mempertim-
bangkan kemampuan fiskal daerah yang terdiri dari besarnya transfer
ke daerah dan kemampuan keuangan daerah
• Kebutuhan pembangunan daerah  pengalokasian disesuaikan de-
ngan prioritas pembangunan nasional dan prioritas pembangunan
daerah

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance 55and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 55 of 30
POSTUR ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DAN
DANA DESA, TA. 2014 DAN TA. 2015 Dalam Miliar Rupiah
2014 2015 PERUBAHAN

POSTUR APBNP 2015 – APBN 2015


APBNP APBN APBN-P*
Nominal %
1. Transfer ke Daerah 596.504 637.975,1 643.834,5 5.859,40 0,9%
1.1. Dana Perimbangan 491.882 516.401,0 521.760,5 5.359,50 1,0%
1.1.1. Dana Bagi Hasil (DBH) 117.663 127.692,5 110.052,0 -17.640,50 -13,8%
1.1.1.1. DBH Pajak 46.116 50.568,7 54.216,6 3.647,90 7,2%
1.1.1.2. DBH Sumber Daya Alam 71.547 77.123,8 55.835,4 -21.288,40 -27,6%
1.1.2. Dana Alokasi Umum 341.219 352.887,8 352.887,8 0,00 0,0%
1.1.3. Dana Alokasi Khusus 33.000 35.820,7 58.820,7 23.000,00 64,2%
1.2. Dana Otonomi Khusus 16.148 16.615,5 17.115,5 500,00 3,0%
1.3. Dana Keistimewaan D.I. Yogyakarta 523 547,5 547,5 0,00 0,0%
1.4. Dana Transfer Lainnya 87.948 104.411,1 104.411,1 0,00 0,0%
2. Dana Desa - 9.066,2 20.766,2 11.700,00 129,1%

JUMLAH 596.504 647.041,3 664.600,7 17.559,40 2,7%

* Setelah penambahan optimalisasi sebesar Rp3 Triliun pada pagu DAK


Public Finance and Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 56 of 30
KEBIJAKAN TRANSFER KE DAERAH :
Perbedaan Postur Transfer ke Daerah TA 2014 dan 2015

Postur Transfer ke Daerah TA 2014 Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA
2015
Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil Dana Transfer Dana
ke Daerah Perimbangan Dana Alokasi Umum DBH Pajak
Dana Alokasi Umum DBH Pajak
DBH PBB
Dana Perimbangan DBH PBB Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus DBH PPh
DBH PPh Dana Otsus PAPUA
Dana Otsus PAPUA DBH CHT
Dana Otsus PAPUA BRT
Dana Otsus PAPUA BRT DBH CHT
Dana DANA Dana Otsus Dana Otsus ACEH
TRANSFER Dana Otsus ACEH
Otsus TRANSFER KE DBH SDA
KE DAERAH Dana Inf. Otsus Papua
Dana Infras Otsus Papua DAERAH DAN
DBH SDA Kehutanan
DESA Dana Inf. Otsus PaBarat
Dana Infras Otsus PaBarat Kehutanan
Dana Pertum
Pertum Keistimewaan
Dana Keistimewaan DIY Perikanan
DI Yogyakarta
Perikanan Migas
Dana Otsus & Tamb Penghasilan Guru Tamb Penghasilan Guru
Migas
Penyesuaian Panas Bumi
Tunjangan Profesi Guru
Tunjangan Profesi Guru Panas Bumi
Dana Bantuan Op Sekolah
Bantuan Op Sekolah Transfer Lainnya
Dana Dana Insentif Daerah
Penyesuaian Dana Insentif Daerah
Dana Desa Dana P2D2
Dana P2D2

Public Finance and Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 57 of 30
RUANG LINGKUP TRANSFER KE DAERAH & DANA DESA
DBH Pajak
Dana Bagi
Dana Desa oDBH PBB
Hasil oDBH PPh
oDBH CHT

Dana Dana Alokasi


Perimbangan Khusus
DBH SDA

o Kehutanan
Transfer ke o Pertamb. Umum
Dana Otonomi Dana Alokasi o Perikanan
DAERAH dan Khusus Umum o Pertamb. Migas
Dana Desa o Pertamb. Panas Bumi

Dana Dana OTSUS


Keistimewaan &
Ket: Penyesuaian
Dana Transfer DIY
Lainnya dahulu •Dana Tunjangan Profesi Guru PNSD
disebut Dana •Dana Tamb. Penghasilan Guru PNSD
Dana Transfer •Dana Bantuan Operasional Sekolah
Penyesuaian
Lainnya •Dana Insentif Daerah
•Dana Proyek Pemda dan
Desentralisasi

Public Finance and Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 58 of 30
5.5

Dana Alokasi Umum (DAU)


• DAU : dana yang bersumber dari Pendapatan APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi.
(UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 21)
─ Sebagai equalization grant DAU merupakan instrumen
transfer dimaksudkan untuk meminimumkan ketimpangan
fiskal antar daerah, sekaligus memeratakan kemampuan
antar daerah.
(UU No. 33 Tahun 2004 pasal 1 ayat 21)
─ Pengalokasian DAU didasarkan atas formula dengan konsep
Alokasi Dasar dan Celah Fiskal (Fiscal Gap), yaitu selisih
antara Kebutuhan Fiskal dengan Kapasitas Fiskal.
(UU No. 33 Tahun 2004 pasal 27 ayat 2)

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 59 of 30
5.5

Pagu DAU Nasional

DAU = sekurang-kurangnya 26% Penerimaan Dalam Negeri


(PDN) Neto
PDN Neto = PDN Bruto – Penerimaan Negara yang Dibagihasilkan
kepada Daerah
PDN Bruto = Penerimaan Perpajakan + Penerimaan Negara
Bukan Pajak
Penerimaan negara yang dibagihasilkan, terdiri dari:
1. Penerimaan PPh Nonmigas
2. Penerimaan PBB
3. Penerimaan Cukai Hasil Tembakau
4. Penerimaan Migas
5. Penerimaan Pertambangan Umum
6. Penerimaan Kehutanan
7. Penerimaan SDA Perikanan
8. Penerimaan Panas Bumi

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 60 of 30
5.5

Pengertian dan Fungsi DBH

 Dana Bagi Hasil (DBH) : dana yg bersumber


dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase
untuk mendanai kebutuhan daerah dlm rangka
pelaksanaan desentralisasi.
─ DBH dialokasikan dengan tujuan untuk memperbaiki
keseimbangan vertikal antara Pusat dan daerah dgn
memperhatikan potensi daerah penghasil

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 61 of 30
5.5

Jenis-jenis DBH

PBB – P3

PPh
DBH PAJAK
Cukai Hasil
Tembakau
DANA
BAGI
HASIL
Kehutanan
Pertambangan
DBH SUMBER Umum
DAYA ALAM Perikanan

Migas

Panas Bumi

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 62 of 30
5.5

Pengertian dan Fungsi Dana Alokasi Khusus


Pengertian DAK
Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional
(UU 33 Tahun 2004)

Fungsi DAK
Membantu daerah dalam mewujudkan tugas
kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam
upaya pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pelayanan dasar masyarakat yang selaras dengan
prioritas nasional

Diploma III – PKNand


Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 63 of 30
5.5

Penghitungan Alokasi DAK


1. Menentukan daerah penerima menggunakan 3 (tiga) kriteria, yaitu:

Kriteria Umum KU = (PAD + DAU + DBH – DBH DR) - Belanja Gaji


(KU) PNSD
Daerah dgn KU dibawah rata2 KU secara Nasional
adalah daerah yang prioritas mendapatkan DAK

Kriteria a. Memperhatikan peraturan perundang-undangan yang


Khusus (KK) mengatur penyelenggaraan otonomi khusus (Papua &
Papua Barat), dan
b. Berdasarkan karakteristik daerah, contoh antara lain:
(1) Daerah Tertinggal;
(2) Daerah perbatasan dengan negara lain; dan
(3) Daerah Pesisir dan/ atau Kepulauan;
Kriteria Teknis Ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga teknis terkait
(KT) yang memuat indikator-indikator yang mencerminkan
kebutuhan teknis

2. Menghitung DAK per daerah menggunakan indeks dari KU, KK


dan KT
Diploma III – PKNand
Public Finance STAN Adopted from : Jonathan Gruber : “Public Finance and Public Policy
Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 64 of 30
Prinsip Pendanaan Mengikuti Penyerahan
Fungsi (Penugasan) Dalam Skala Desa
Kewenangan Pelaksanaan Cakupan Kewenangan Pendanaan
Hak asal-usul : merupakan warisan 1. Pendapatan Asli
Kewenangan yg masih hidup dan prakarsa Desa Desa, terdiri atas
berdasarkan hak asal atau prakarsa masyarakat Desa hasil usaha, hasil
usul sesuai dengan perkembangan aset, swadaya dan
kehidupan masyarakat partisipasi, gotong
1 Diatur dan royong, dan lain-lain
diurus oleh Kewenangan untuk mengatur dan pendapatan asli
Desa mengurus kepentingan masyarakat Desa;
Desa yang telah dijalankan oleh 2. Alokasi APBN;
Kewenangan lokal Desa atau mampu dan efektif 3. Bagian dari hasil
berskala Desa dijalankan oleh Desa atau yang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
2 muncul karena perkembangan Desa
Kab./Kota;
dan prakarsa masyarakat Desa 4. Alokasi Dana Desa
Kewenangan yg yang merupakan
ditugaskan Diurus oleh • Penugasan meliputi bagian dari dana
Desa penyelenggaraan pemerintahan perimbangan yang
Pemerintah, Pemda diterima Kab./Kota;
Provinsi atau Pemda (berdasarkan Desa, pelaksanaan pembangunan
5. Bantuan keuangan
Kab./Kota penugasan Desa, pembinaan
3 dari APBD Provinsi
dari kemasyarakatan Desa, dan dan APBD Kab./Kota;
Kewenangan lain yg Pemerintah, pemberdayaan masyarakat Desa. 6. Hibah dan
ditugaskan Pemda • Penugasan disertai biaya: sumbangan yang
Pemerintah, Pemda Provinsi atau Pemerintah tidak mengikat dari
Pemda Pemda Prov pihak ketiga; dan
Provinsi atau Pemda
Kab./Kota Pemda Kab/kota 7. Lain-lain pendapatan
Kab./Kota sesuai Desa yang sah.
ketentuan 4
Public Finance and Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 65 of 30
PENGALOKASIAN DANA DESA
PP 60/2014 PP 22/2015

• Jumlah Penduduk adalah Jumlah Penduduk Desa pada kabupaten/kota.


• Jumlah Penduduk Miskin adalah Jumlah Penduduk Miskin Desa pada kabupaten/kota
• Luas Wilayah adalah Luas Wilayah Desa pada kabupaten/kota
• IKK
Public Finance
adalahand
IKKPublic Policy Jonathan
kabupaten/kota, Gruber
IKG adalah Third
Indeks Edition Geografis
Kesulitan CopyrightDesa
© 2010 WorthBPS)
(sumber Publishers 66 of 30
IMPLEMENTASI PRINSIP MONEY FOLLOWS FUNCTION
Kewenangan : tugas/urusan
Pemerintah Pemerintah
Pusat Daerah
Sumber pendanaan

1. Kewenangan pungutan Memperkuat esensi dan posisi otonomi dalam menopang


kapasitas fiskal daerah  diatur dg UU 28/2009 ttg PDRD

2. Transfer dari APBN

a. Dana Bagi Hasil Memperkuat kapasitas fiskal daerah, utamanya bagi daerah
yg menghasilkan sumber penerimaan negara yg signifikan

b. Dana Alokasi Umum Menyesuaikan antara kapasitas fiskal daerah dengan beban
pendanaan atas urusan yg telah diserahkan

c. Dana Alokasi Khusus Menyelesaikan permasalahan pendanaan daerah yg tidak bisa


digeneralisir & menyeimbangkan tingkat layanan publik

Kebijakan khusus yg tidak tertampung dalam Daper, namun


d. Dana Transfer Lain
berkembang dalam dinamika perkembangan otonomi

3. Kewenangan pinjaman Untuk akselerasi pembangunan, dalam hal sumber


pendanaan yg diserahkan tidak mencukupi
Public Finance and Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 67 of67
30
Public Finance and Public Policy Jonathan Gruber Third Edition Copyright © 2010 Worth Publishers 68 of 30

Anda mungkin juga menyukai