Anda di halaman 1dari 2

HERMAN WILLEM DAENDELS

Saya ingin menambahkan penjelasan pada bagian kebijakan Herman Willem Daendels.
Mungkin buat temen-temen sekalian dulu pernah berfikir bahwasanya Daendels merupakan
gubernur jenderal yang kejam dan bertanggung jawab atas tewasnya 12 juta rakyat Indonesia
akibat tidak diberi upah dan mengalami kelaparan karena kebijakan kerja rodi yang dibuatnya
saat membuat jalan anyer panarukan. Namun menurut saya, teori itu kurang tepat.
Sebagaimana kita tahu, Herman Willem Daendels merupakan penguasa tangan besi yang sangat
membenci feodalitas dan menjunjung tinggi semangat revolusioner.
Itu dibuktikan ketika dia menjabat sebagai gubernur jenderal, dia membuat kebijakan bagi
pejabat colonial yang korupsi hingga merugikan pemerintah hindia belanda lebih dari 3000
ringgit, maka dia akan dihukum mati sebagai buktinya Kolonel JPF Flitz yang merupakan
perwira andalan Daendels saat mempertahankan maluku ikut terkena hukuman mati akibat
kebijakan ini.
Nah, ternyata pada Arsip Netherland-indiesch Plakaatboek tahun 1602-1811 yang ditulis oleh
Van Der Chis. Disebutkan bahwa pemerintah Belanda memberikan anggaran upah kepada
penduduk lewat bupati atau sultan sesuai masing-masing jalan yang dibuat yaitu Cisarua ke
Cianjur 10 ringgit perorang, Cianjur ke Rajamandala 4 ringgit per orang, Rajamandala ke
Bandung 6 ringgit per orang, Bandung ke Parakanmuncang 1 ringgit perorang, Parakanmuncang
ke Sumedang 5 ringgit perorang dan Sumedang ke Karangsambung 4 ringgit perorang.
Namun karena terkendala beberapa hal, misalnya medan pembangunan yang berbahaya.
Pemerintah kolonial mengeluarkan penetapan untuk melakukan rekrutmen pekerja proyek untuk
melanjutkan proyek tersebut. Dalam dokumen tersebut tertera Per 28 Maret 1809 hingga proyek
selesai dikasih per harinya 1 1⁄4 pon beras serta tiap bulan 5 pon garam. Untuk pekerja asal
Cirebon dan Vorstenlanden. (Jogjakarta dan solo) ada ketentuan khusus mengenai pengupahan.
Mandor mendapatkan 3 ringgit, pekerja 2 ringgit, dan masing-masing per kepala 3 kantong
beras.
Nah, jika pemerintah colonial belanda memiliki anggaran pengupahan utk para pekerja proyek
lewat bupati, lalu mana bukti anggaran dari bupati kepada pekerja? Sampai detik ini para
sejarawan masih belum dapat memastikan dan masih mencari dokumen mengenai hal itu.
Namun kesimpulan yang dapat kita ambil benar adanya bahwa pemerintah colonial tidak serta
merta merugikan perekonomian Indonesia bahkan menguntungkan karena lewat jalan itu pun
juga memudahkan mobilitas penduduk Indonesia.

https://twitter.com/Sam_Ardi/status/1358677912623357955
https://sejarah-nusantara.anri.go.id/id/oa_placard_vol1/
https://historia.id/kuno/articles/sepuluh-fakta-di-balik-pembangunan-jalan-daendels-dari-anyer-
ke-panarukan-6ae2W/page/2
https://historia.id/history-in-one-minute/articles/daendels-hukum-mati-pelaku-korupsi-vgXbO

Anda mungkin juga menyukai