Anda di halaman 1dari 4

Nama : Jason ersadwian pranyoto

Kelas : Radiologi A
Nim : 191104105
Matkul : Manajemen modern

Contoh kasus dalam perusahaan !

PT Golden Castle, mengalami konflik antara perusahaan dengan karyawan. Konflik ini
terjadi yang disebabkan oleh adanya miss communication antar atasan dengan karyawan. Adanya
perubahan kebijakan dalam perusahaan mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan ,
namun pihak perusahaan belum memberitahukan para karyawan, sehingga karyawan merasa
diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan. Para karyawan mengambil tindakan yaitu
dengan mendemo perusahaan, Namun tindakan ini berujung pada PHKbesar-besaran yang
dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan manapun pasti pernah mengalami konflik internal.

Mulai dari tingkat individu, kelompok, sampai unit. .Mulai dari derajat dan lingkup
konflik yang kecil sampai yang besar. Yang relatif kecil seperti masalah adu mulut tentang
pribadi antarkaryawan, sampai yang relatif besar seperti beda pandangan tentang strategi bisnis
di kalangan manajemen. Contoh lainnya dari konflik yang relatif besar yakni antara karyawan
dan manajemen. Secara kasat mata kita bisa ikuti berita sehari-hari di berbagai media. Disitu
tampak konflik dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan. Apakah hal itu karena tuntutan
besarnya kompensasi, kesejahteraan, keadilan promosi karir, ataukah karena tuntutan hak asasi
manusia karyawan.

Penyebab terjadinya kasus tersebut dalam perusahaan !

Konflik ini terjadi yang disebabkan oleh adanya miss communication antar atasan dengan
karyawan. Adanya perubahan kebijakan dalam perusahaan mengenai penghitungan gaji atau
upah kerja karyawan , namun pihak perusahaan belum memberitahukan para karyawan, sehingga
karyawan merasa diperlakukan semena-mena oleh pihak perusahaan.

Biasanya masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di suatu perusahaan.
Misalnya, kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan temperature ruangan
yang tinggi sangat mungkin untuk meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan
juga harus di perhatikan.

Konflik dalam perusahaan juga sering terjadi antar karyawan, hal ini biasanya terjadi
karena masalah diluar perusahaan, misalnya tersinggung karena ejekan, masalah ide
yang dicuri, dan senioritas. Perusahaan yang baik harus bisa menghilangkan masalah senioritas
dalam perusahaan. Hal ini dapat meminimalisir masalah yang akan timbul, kerena dengan
suasanya yang harmonis dan akrab maka masalah akan sulit untuk muncul.
Siapa yang bertanggung jawab dalam atas terjadinya kasus dalam perusahaan tersebut ?
Yang bertanggung jawab sudah pasti pemilik perusahaan, staff-staff dibawah pemilik
perusahaan, dan pihak perusahaan yang berkaitan dengan kasus tersebut..

Bagaimana kondisi perusahaan saat ini ?


Para karyawan mengambil tindakan yaitu dengan mendemo perusahaan, Namun tindakan ini
berujung pada PHKbesar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan.

Saran dalam penyelesaian kasus dalam perusahaan tersebut !


Seharusnya atasan harus bisa membaca pikiran atau keinginan para karyawannya, atasan juga
harus sering berkomunikasi langsung dengan para karyawannya sehingga tidak terjadi miss
communication, dengan begitu atasan dapat mengetahui bagaimana sifat dan keinginan para
karyawannya tersebut. Dalam mengubah kebijakan mengenai perhitungan gaji atau upah kerja
karyawan seharusnya ikut di bicarakan dengan para karyawan, karena perubahan kebijakan
dalam suatu perusahaan harus segera di beritahukan kepada pihak yang bersangkutan termasuk
para karyawan juga, apalagi mengenai gaji.

ANALISIS KASUS

1. Lingkungan internal

Dilihat dari aspek operasional, PT Golden Castle adalah perusahaan yang bergerak dalam
bidang konveksi atau textile. Namun ada sedikit konflik yang disebabkan oleh adanya
miss communication antar atasan dengan karyawan. Adanya perubahan kebijakan dalam
perusahaan mengenai penghitungan gaji atau upah kerja karyawan. Hal ini menyebabkan
para karyawan melakukan demo besar-besaran Namun tindakan ini berujung pada
PHKbesar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan.

2. Penetapan Obyektif

Seharusnya atasan harus bisa membaca pikiran atau keinginan para karyawannya, atasan
juga harus sering berkomunikasi langsung dengan para karyawannya sehingga tidak
terjadi miss communication, dengan begitu atasan dapat mengetahui bagaimana sifat dan
keinginan para karyawannya tersebut. Perusahaan yang baik harus bisa menghilangkan
masalah senioritas dalam perusahaan. Hal ini dapat meminimalisir masalah yang akan
timbul, kerena dengan suasanya yang harmonis maka masalah akan sulit untuk muncul.
3. Identifikasi peristiwa

sejauh mana atasan bisa memberikan nasihatnya dan mampu menganalisa hal yang berada di
depan kepada karyawan, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman (misscomunication) di antara
karyawan perusahaan
4. Assemen resiko (risk Assement)

setelah semua resiko diidentifikasi maka dilakukan pengukuran tingkat kemungkinan dan
dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah mempertimbangkan pengendalian resiko
yang ada. Pengukuran resiko dilakukan menggunakan criteria pengukuran resiko secara
kualitatif, semi kualitatif, atau kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian
peristiwa dan dampak kerugian yang ditimbulkan. Pada kasus kesalahpahaman antara atasan
dan karyawan.
5. Respon resiko (risk response)

Dari kasus ini, pemberian konseling/informasi sangat penting untuk keberlangsungan kondisi
karyawan di lapangan. Harapan kedepannya sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman
lagi, selain diperlukannya keterbukaan informasi antara atasan dan karyawan hal ini juga bisa
meminimalisir untuk terjadinya kesalahpahaman (misscomunication).
6. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

Pengendalian bersama SDM dan Manager atasan harus bisa membaca pikiran atau keinginan
para karyawannya, atasan juga harus sering berkomunikasi langsung dengan para
karyawannya sehingga tidak terjadi miss communication, . Salah satu pengendaliannya
adalah dengan menganalisa beban kerja petugas dengan cara melakukan pendekatan.
7. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Mengkomunikasikan resiko dapat dilakukan pada pejabat yang berwenang dalam manajemen PT
dan di teruskan pada di lapangan. Hal ini dilakukan agar setiap atasan memiliki rasa tanggung
jawab pada pekerjaannya dan memahami bahwa jika terjadi kesalahan serupa maka yang
dirugikan bukan hanya karyawan namun juga manajemen PT.
8. Pemanatauan (Monitoring)

Dalam kasus ini memantau resiko di lapangan, apakah masih ada konflik miss cpmunication. Dan
mencegah terjadinya demo di antarakan miss communication antara karyawan dan atasan PT.

Anda mungkin juga menyukai