Makalah Prediksi Kebangkrutan
Makalah Prediksi Kebangkrutan
Disusun oleh:
Rizal Ramdani Furqon 164020019
M. Ihsan Apriyadi D.P 164020029
Acep Kuswandi 164020036
16 AK A
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
prediksi kebangkrutan.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal, terlepas dari semua itu kami
menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ilmiah ini dapat bemanfaat terhadap pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Maksud dan Tujuan...............................................................................................................3
1.4 Manfaat.................................................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Prediksi Kebangkrutan.........................................................................................4
2.2 Sumber-sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan................................................................5
2.3 Faktor Penyebab Kebangkrutan.............................................................................................5
2.4 Masalah Dalam Kebangkrutan...............................................................................................7
2.5 Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan...............................................................................8
2.5.1 Pemecahan Secara Informal..........................................................................................8
2.5.2 Pemecahan Secara Formal.............................................................................................8
2.6 Prediksi Kebangkrutan: Analisis Univariate..........................................................................10
2.7 Prediksi Kebangkrutan: Analisis Multivariate.......................................................................18
2.8 Bukti-bukti Internal..............................................................................................................21
2.9 Manfaat Informasi Kebangkrutan........................................................................................26
BAB III..................................................................................................................................................29
PENUTUP.............................................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................30
ii
BAB
PENDAHULUAN
Salah satu cara untuk melihat kesehatan keuangan perusahaan yaitu dengan
menggunakan rasio keuangan. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji manfaat
rasio keuangan dalam menganalisis tingkat kesehatan keuangan perusahaan. Adapun hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai
kondisi kesehatan perusahaan bahkan bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan.
1
Prediksi kebangkrutan sangat bermanfaat bagi semua pihak. Prediksi kebangkrutan
berfungsi untuk memberikan panduan bagi pihak-pihak tentang kinerja keuangan perusahaan
apakah akan mengalami kesulitan atau tidak dimasa yang akan datang. Bagi pemilik
perusahaan dapat digunakan untuk memutuskan apakah akan tetap mempertahankan
kepemilikannya di perusahaan atau menjualnya dan kemudian menanamkan modalnya
ditempat lain. Sedangakan investor dan kreditor sebagai pihak yang berada diluar perusahaan
dituntut mengetahui perkembangan yang ada dalam perusahaan demi keamanan investasi
modalnya sebab kemungkinan ketidak mampuan untuk membaca sinyal-sinyal dalam
kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang dilakukan.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diuraikan rumusan masalah tersebut
sebagai berikut
1. Apa pengertian pengertian dari kebangkrutan?
2. Apa saja masalah dalam kebangkrutan?
3. Bagaimana cara memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan?
4. Apa saja bukti-bukti internal dalam kebangkrutan?
5. Untuk siapa saja informasi kebangkrutan diperlukan?
1.4 Manfaat
Manfaat Akademik dari makalah ini adalah diharapkan dapat berguna dan bermanfaat
bagi penulis dan pembaca sebagai tambahan referensi hasil penelitian di bidang analisis
laporan keuangan, khususnya mengenai bagaimana cara memprediksi kebangkrutan suatu
perusahaan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1. Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.
2. Analisis tragedi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada persaingan yang
dihadapi oleh perusahaan.
4. Kualitas manajemen.
Menurut Darsono dan Ashari (2005:105) menyatakan bahwa terdapat beberapa indikator
yang bisa dijadikan panduan untuk menilai kesulitan keuangan yang akan diterima oleh
perusahaan. Indikator pertama adalah informasi arus kas sekarang dan arus kas untuk periode
mendatang. Informasi arus kas memberikan gambaran sumber-sumber dan penggunaan kas
perusahaan. Sumeber yang kedua adalah dari analisi dan posisi dan strategi dibandingkan
dengan pesaing. Informasi ini memberikan gambaran posisi perusahaan dalam menjual
produk atau jasanya untuk menghasilkan kas. Indikator lain yang bisa digunakan untuk
menilai kebangkrutan perusahaan adalah suatau formula yang dicetuskan oleh Edward
Altman yang disebut dengan rumus Altman Z-Score.
Dari teori yang dikemukakan oleh pendapat para ahli diatas adalah sumber yang
menggambarkan posisi perusahaan dalam persaingan yang dihadapi oleh perusahaan dan
kemampuan perusahaan dalam menjual produk atau jasanya untuk menghasilkan kas
perusahaan
5
operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro. Faktor internal yang bisa
menyebabkan kebangkrutan perusahaan meliputi:
1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugain terus-menerus yang pada
akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban. Ketidak efisien ini
diakibatkan oleh pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian
manajemen.
2. Ketidak seimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah piutang-hutang yang
dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar
sehingga memperkecil laba bahkan bisa menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu
besar juga akan merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga
tidak menghasilkan pendapatan.
Sedangkan faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan berasal dari faktor
yang berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi pelanggan, supplier, debitor,
kreditor, pesaing ataupun dari pemerintah. Sedangkan faktor eksternal yang tidak
berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi perekonomian secara makro
ataupun faktor persaingan global. Faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan
kebangkrutan adalah:
1. Perubahan dalam keuangan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang
mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk
menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan
dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan
baku yang digunakan untuk produksi. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan
harus selalu menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan bahan
baku pada satu pemasok sehingga resiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.
3. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar dabitor tidak melakukan
kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang yang diberikan
debitor dengan jangka waktu pengambilan yang lama akan mengakibatkan banyak
aktiva menggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian
6
yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu
memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakuakn
perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.
4. Hubungan tidak harmonis dengan kreditor juga bisa berakibat fatal terhadap
kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam Undang-Undang no. 4 tahun 1998,
kreditor bisa memailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan
harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan baik dengan
kreditor.
5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki
diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan. Semakin ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki
produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi pelanggan.
6. Kondisi perekonomian secara global juga harus diantisipasi oleh perusahaan. Dengan
semakin terpadunya perekonomian dengan negara-negara lain, perkembangan
perekonomian global juga harus diantisipasi oleh perusahaan.
Dari teori yang dikemukakan diatas maka faktor penyebab kebangkrutan adalah faktor yang
mempengaruhi terjadinya suatu kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan yang kondisi
keuangannya tidak sehat, baik itu faktor ekonomi, internal dan eksternal
7
Kesulitan keuangan jangka pendek bersifat sementara dan belum begitu parah. Tetapi
kesulitan semacam ini apabila tidak ditangani bisa berkembang menjadi kesulitan tidak
solvabel. Kalau tidak solvabel, perusahaan bisa dilikuidasi atau di reorganisasi. Likuidasi
dipilih apabila nilai likuidasi lebih besar dibandingkan dengan nilai perusahaan kalau
diteruskan. Reorganisasi dipilih kalau perusahaan masih menunjukan prospek dan dengan
demikian nilai perusahaan kalau diteruskan lebih besar dibandingkan nilai perusahaan kalau
dilikuidasi.
Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur ingin mempunyai jaminan keamanan
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
8
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-
tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik
bagi pihak manajemen karena pihak manajemn bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak
kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk
mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan tersebut dalam hal
ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi.
Dalam praktik dan juga dalam penelitian empiris, kesulitan keuangan sulit untuk
didefinisikan. Kesulitan semacam itu bisa berarti mulai dari kesulitan likuiditas (jangka
pendek), yang merupakan kesulitan keuangan yang paling ringan, sampai ke pernyataan
kebangkrutan yang merupakan kesulitan yang paling berat. Dengan demikian kesulitan
keuangan bisa dilihat sebagai kontinum yang panjang, mulai dari yang ringan sampai yang
paling berat. Penelitian-penelitian empiris biasanya menggunakan pernyataan kebangkrutan
sebagai definsi kebangkrutan. Perhatikan empat kategori semacam ini.
Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebangkrutan. Salah satu
sumbenya adalah analisis aliran kas untuk saat ini atau untuk masa mendatang. Sumber lain
adalah analisis strategi perusahaan. Analisis ini memfokuskan pada persaingan yang dihadapi
oleh perusahaan, struktur biaya relatif terhadap pesaingnya, kualitas manajemen, kemampuan
manajemen mengendalikan biaya, dan lainnya. Analisis semacam ini bisa digunakan sebagai
pendukung analisis aliran kas, karena kondisi perusahaan semacam di atas akan
9
mempengaruhi aliran kas perusahaan. Analisis break even sebagai contoh, akan melihat
seberapa jauh penjualan bisa turun agar perusahaan masih bisa memperoleh keuntungan.
` Sumber lain adalah laporan keungan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai
untuk memprediksi kesulitan keuagan. Sumber lainnya adalah informasi eksternal. Pada pasar
keuangan yang sudah maju, lembaga penilai (rating) sudah berkembang dan informasi
mereka bisa dipakai untuk memprediksi kemungkinan adanya kesuliatn keuangan. Sebagai
contoh apabila suatu perusahaan sebelumnya di-rating AAA, kemudian rating tersebut
diturunkan menjadi BBB, informasi tersebut bisa menjadi tanda adanya kesulitan keuangan
yang barangkali terjadi di perusahaan.
Penggunaan metode tersebut akan bisa dijelaskan dengan menggunakan contoh kasus
perusahaan kereta api di Amerika Serikat. Pada tahun 1970, beberapa perusahaan kereta api
AS yang cukup besar mengalami kebangkrutan. Apakah rasio-rasio keuangan pada tahun-
tahun sebelumnya bisa memperkirakan kebangkrutan tersebut? Berikut ini dua rasio
keuangan yang dipilih untuk melihat apakah kebangkrutan perusahaan kereta api tersebut
bisa dilihat melalui rasio-rasio keuangan pada tahun-tahun sebelumnya.
10
Dengan asumsi kedua variabel di atas berdistribusi normal dan bisa dijadikan prediksi
kebangkrutan, tabel 13.2 menyajikan kedua variabel tersebut.
Table 2.4 Sampel untuk TIE dan BT/PO Beberapa Perusahaan Kereta Api
Rata-rata nilai rasio BT/PO untuk kedua grup tersebut adalah sebagai berikut :
Bangkrut 0.473
Bangkrut -0.26
11
bangkrut cukup besar dan tes statistic I Student juga menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan pada derajat signifikan 5%.
12
Titik Cut-Off di hitung dengan cara mencari titik tengah antara dua rasio yang berurutan
(missal titik 0.5045 merupakan titik tengah antara 0.524 (Ann Arbor) dengan 0.485 (Penn
Central)). Titik Cut-Off yang menghasilkan kesalahan prediki paling kecil akan terpilih.
Kesa;ahan prediksi akan terdiri dari dua tipe yaitu kesalahan tipe-I dan kesalahan tipe-II
Diprediksi
Bangkrut Tidak Bangkrut
Kenyataan
Bangkrut Benar Kesalahan Tipe I
Tidak Bangkrut Kesalahan Tipe II Benar
Berikut ini beberapa titik Cut-Off dan total kesalahan yang dihasilkan.
0.5045 2 1 3
0.4730 1 1 2
0.4305 0 1 1
0.3940 0 2 2
0.3735 0 3 3
Nampak bahwa rasio BT/PO yang lebih besar dari 0.4305 menghasilkan tingkat
kesalahan yang paling kecil. Teknik pemilihan titik Cut-Off semacam itu mengandung bahaya
bahwa karakteristik spesifik perusahaan-perusahaan dalam sampel akan sangat
mempengaruhi nilai Cut-Off, dan dengan demikian titik Cut-Off tersebut tidak representative
untuk perusahaan-perusahaan lainnya.
Untuk menghindari kemungkinan semacam tersebut, akurasi titik Cut-Off bisa diuji
dengan menggunakan perusahaan-perusahaan di luar sampel (uji Validasi). Pengujian
kemampuan prediksi model univariatate tersebut dengan menggunakan sampel perusahaan
pada tahun 20X5 bisa dilihat berikut ini :
13
Perusahaan Rasio Prediksi Kenyataan
1. Rangking berdasarkan rasio BT/PO
Erie 0.469 B TB
Reading 0.451 B B
Chicago, Milwaukee 0.437 B TB
Burlington 0.425 TB TB
Chesapeake 0.395 TB TB
Akron, Canton 0.382 TB TB
Atchison 0.373 TB TB
St. Louis 0.352 TB TB
Bangor 0.341 TB TB
Alabarna 0.305 TB TB
2. Rangking Berdasarkan rasio TIE
St. Louis 46.70 TB TB
Atchison 4.72 TB TB
Alabarna 4.05 TB TB
Chesapeake 3.12 TB TB
Burlington 2.73 TB TB
Akron, Canton 1.85 TB TB
Bangor 0.88 B TB
Reading 0.40 B B
Chicago, Milwaukee 0.27 B TB
Erie 0.22 B TB
Disamping pemilihan titik Cut-Off yang meminimalkan biaya semacam di atas, ada
beberapa alternative Teknik pemilihan titik Cut-Off : dengan menggunakan rata-rata atau
nilai median dari rasio-rasio di sampel. Rata-rata BT/PO untuk sepuluh perusahaan kereta
dalam sampe adalah 0.356. dengan demikian jika rasio BT/PO > 0.356 perusahaan diprediksi
dan sebaliknya. Menarik untuk dilihat bebeapa jumlah kesalahan klarifikasi dengan
menggunakan angka 0.356 sebagai Cut-Off Rate.
Jika beberapa variable dipakai untuk memprediksi, ada kemungkinan hasil yang
saling bertentagan akan diperoleh. Untuk mengatasi kelemahan semacam itu metode prediksi
14
multivariate (prediksi berganda secara simultan) bisa digunakan. Contoh metode tersebut
adalah model diskriminan untuk memprediksi kebangkrutan.
Dari table diatas Nampak bahwa rasio aliran Kas/Total Utang dan Rasio Aset
Bersih/Total Aset kemampuan prediksi yang paling baik setahun sebelum kebangkrutan,
karena hanya salah memprediksi (misklarifikasi) sebesar hanya 13%. Penelitian tersebut juga
melihat besarnya tipe kesalahan yang terjadi seperti terlihat berikut ini:
Menarik untuk dilihat bahwa kesalahan tipe II (prediksi bangkrut, tetapi kenyatannya
tidak bangkrut) selalu lebih kecil dibandingkan kesalahan tipe I (prediksi tidak bangkrut,
15
tetapi kenyatannya bangkrut. Pada akhirnya pemilihan titik Cut-Off akan dipengaruhi juga
oleh besarnya biaya yang berkaitan dengan tipe kesalahan. Apabila biaya keslahan tipe I lebih
besar dibandingkan dengan baiay kesalahan tipe II maka pemilihan titik Cut-Off akan lebih di
tentukan oleh kecilnya kesalahan tipe I
1) Tingkat return (rate of return). Perusahaan yang bankrut mempunyai tingkat return
yang lebih rendah.
2) Penggunaan Utang. Perusahaan yang bangkrut menggunakan utang yang lebih tinggi.
3) Perlindungan terhadap biaya tetap (fixed Payment Coverage). Perusahaan yang
bangkrut mempunyai perlindungan terhadap biaya tetap yang lebih kecil.
4) Fluktuasi Return Saham. Perusahaan bangkrut mempunyai rata-rata return yang lebih
rendah dan mempunyai fluktuasi return saham yang lebih tinggi.
Prediksi table 2.7 hanya berlaku untuk satu tahun sebelum kebangkrutan. Menarik dilihat
prediksi untuk beberapa tahun sebelum kebangkrutan.
Rata-Rata
Rata-Rata F-Test % Klarifikasi
Karakteristik Keuangan Tidak
Bangkrut Univariate Dengan benar
Bangkrut
1. Ukuran tingkat
keuntungan
a. Aliran Kas/Modal 0.119 0.316 77.18 96.34
Saham
b. Laba bersih/Modal -0.59 0.091 230.53 97.06
Saham
16
3. Posisi Likuiditas
a. Aset 1.860 2.381 0.83 1.23
Lancar/Utang
Lancar
b. Quick Aset/Utang 0.838 1.231 2.24 51.92
Lancar
4. Utang
a. Nilai Pasar 0.995 0.999 177.41 88.08
saham/
(Nilai Pasar
saham + Nilai
Buku Saham)
b. Total Utang/Total 0.785 0.476 276.45 86.02
Aset
5. Aktivitas
a. Harga Pokok 9.991 10.432 0.11 21.29
Penj/Persediaan
b. Piutang 0.188 0.147 3.92 66.43
Dagang/Penj.
c. Total 0.836 0.783 0.51 68.52
Aset/Penjualan
8. Ukuran Perusahaan
a. Total Aset 153.76 769.05 4.11 27.84
Sebagai variabel bebas, idealnya kita mempunyai teori ekonomi yang bisa mendasari
kebangkrutan. Sayangnya tidak tersedia teori yang cukup mendukung prediksi kebangkrutan.
Karena itu biasanya kita menggunakan penelitian-penelitian terdahulu atau mencari data-data
yang relevan dalam pemilihan variabel-variabel bebas.
18
(variabel bebas X1) dan variabel TIE (sebagai variabel X2). Diasumsikan bahwa rasio-rasio
yang dipakai berasal dari populasi dengan distribusi normal dan matriks varians konvarians
kedua kelompok tersebut sama.
Zi = a X1 + b X2
Dengan menggunakan data pada tabel yang sama dengan data Tabel 13.3, diperoleh
persamaan sebagai berikut ini.
Zi = -3,366 X1 + 0,657 X2
Skor Zi yang rendah berarti semakin besar kemungkinan untuk bangkrut. Koefisien negatif
variabel X1 (rasio BT/PO) menandakan adanya hubungan negatif antara variabel tersebut
dengan skor Zi. Semakin tinggi nilai X1, semakin rendah nilai Zi, dan semakin tinggi
kemungkinan kebangkrutan. Nilai koefisien yang positif pada variabel X2 menandakan
bahwa semakin tinggi rasio TIE, semakin tinggi nilai skor Zi, dan semakin kecil
kemungkinan kebangkrutan. misalkan kita menggunakan data perusahaan kereta api Penn-
Central dengan rasio BT/PO=0,485 dan rasio TIE=0,16, skor Zi bisa dihitung sebagai berikut
ini.
1,527
Tabel 2.8 berikut ini menyajikan nilai-nilai Zi untuk semua sampel perusahaan.
19
Notfolk 0,637 TB
Central og Georgia 0,247 TB
Penn-Central -1,527 B
Boston and Maine -1,998 B
Ann Arbor -2,663 TB
20
Variabel-variabel yang diapakai di atas secara eksklusif berasal dari perusahaan,
seperti profitabilitas atau likuiditas. Banyak bukti yang cukup kuat menyatakan bahwa
kebangkrutan tidak hanya dipengaruhi oleh variabel-variabel eksternal seperti perubahan
tingkat bunga, turunnya kondisi perekonomian, atau perubahan tingkat pengangguran.
Dengan bukti semacam itu, analisis multivariate bisa memasukan variabel-variabel ekonomi
makro untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan.
dimana
X4= Nilai pasar saham biasa dan preferen/Nilai buku total Utang
Penelitian yang dilakukan oleh Altman untuk perusahaan yang bangkrut dan tidak
bangkrut menunjukan nilai-nilai kelima variabel tersebut sebagai berikut ini.
21
X4 0,401 2,477
X5 1,500 1,900
Nilai Zi adalah -,258 untuk perusahaan yang bangkrut dan 4,885 untuk perusahaan
yang tidak bangkrut. Nilai Zi kritis adalah 1,8. Perusahaan dengan nilai zi dibawah 1,8
mempunyai probabilitas kebangkrutan yang tinggi.
Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyak perusahaan yang tidak go
public, dan dengan demikian tidak mempunyai nilai pasar. Untuk beberapa negara seperti
Indonesia, perusahaan semacam itu merupakan bagian terbesar yang ada. Altman kemudian
mengembangkan model alternatif dengan menggantikan variabel X4 (Nilai pasar saham
preferen dan biasa/nilai buku total utang). Dengan cara demikian model tersebut bisa dipakai
baik untuk perusahaan yang go public. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam itu
adalah sebagai berikut.
Dimana
X4= Nilai buku saham preferen dan saham biasa/Nilai buku total Utang
Model yang baru tersebut mempunyai kemampuan prediksi yang cukup baik juga
(94% benar atau 62 benar dari total sampe 66), sedangkan yang asli (95% benar atau 63 benar
dari 66 total sampel).
22
Daerah rawan merupakan kemungkinan munculnya klasifikasi yang salah.
23
X3 0,160 0,040 0,063
X4 1,140 NA 0,878
X5 1,230 2,310 0,988
Skor Zi rata-rata 3,053 NA 2,070
Catatan:
X4= Nilai Pasar Saham Biasa dan Preferen/Nilai Buku Total Utang
24
bahwa untuk suatu set variabel yang tertentu,penggunaan model diskriminan linear,model
diskriminan kuadrat, dan model logit, menghasilkan tingkat akurasi yang hampir sama.
Sampel yang dipilih selama ini juga membuat sulit untuk menarik kesimpulan
terhadap populasi secara keseluruhan. Sampel yang baik tentunya sampel yang mewakili
populasi secara keseluruhan. Contoh-contoh dalam bab ini menggunkan sampel perusahaan
kereta api, sehingga kemampuan untuk diterapkan di sektor lain dipertanyakan. Tingkat
kegagalan untuk beberapa periode ternyata juga berbeda-beda. Sebagai contoh, persentase
kegagalan bisnis adlah sekitar 1,54% pada tahun 1932, 0,04% pada tahun 1945, dan 1,1%
pada tahun 1983. Penelitian biasanya menggunakan data yang cukup,misal data selama lima
tahun. Perusahaan yang berdiri kurang darilima tahun dengan demikian tidak bisa masuk
dalam sampel, karena kurang data yang tersedia. Padahal penelitian oleh Dun & Brudstreet
menunjukan bahwa 47% kegagalan bisnis pada tahun 1983 terjadi pada perusahaan yang
berusia kurang dari lima tahun. Lamanya usia bisnis nampaknya berpengaruh besr terhadap
kesuksesan atau kegagalan suatu bisnis.
25
Retail
Pakaian anak dan bayi 227
Barang-barang sports 116
Pakaian Dewasa laki-laki 112
Makanan dan Minuman (Restoran) 65
Departmen Store 34
Meskipun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti dibicarakan di atas, tetapi
kalu penelitian kebangkrutan dinilai dari sumbangan yang cukup substansial. Karena
keputusan akan lebih baik dengan adanya informasi kebangkrutan ini.
Sebuah kebangkrutan tidak terjadi secara mendadak atau tiba-tiba. Akan tetapi
merupakan sebuah puncak yang melalui serangkaian proses atau tahapan kesulitan keuangan
yang dialami perusahaan. Sebelum terjadi kebangkrutan, biasanya muncul berbagai indikator
yang bisa dilihat khususnya terkait dengan efektivitas operasinya. Indikator-indikator yang
dapat digunakan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan dibagi menjadi dua (Hariani, 2009),
yaitu :
26
a. Turunnya volume penjualan, hal ini dapat terjadi karena ketidakmampuan manajemen
dalam menerapkan kebijakan strategi akibat kurang pengalaman atau kurang tanggap
dalam menanggulangi kemunduran perusahaan serta kurang cepat dalam
memanfaatkan peluang-peluang yang ada dalam situasi persaingan bisnis yang
semakin kompetitif sehingga pangsa pasar menurun.
b. Turunnya kemampuan dalam mencetak keuntungan. Hal ini dapat disebabkan karena
kesalahan-kesalahan penentuan strategi pemasaran.
c. Ketergantungan terhadap utang. Utang perusahaan sangat besar sehingga biaya
modalnya juga membengkak.
Secara umum pemakai data informasi kebangkrutan dapat dikelompokan ke dalam dua
kelompok yaitu :
1) Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk pengambilan keputusan siapa
yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk mengambil
kebijakan memonitor pinjaman yang ada. I
2) Investor
Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya
akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau
tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. Investor yang
menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan
untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian
mengantisipasi kemungkinan tersebut.
3) Pemerintah
27
Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggung jawab
untuk mengatasi jalannya usaha tersebut. Pemerintah mempunyai kepentingan
untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan
yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
4) Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu
usaha karena akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu
perusahaan.
5) Manajemen
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah
preventif sehinggga biaya kebangkrutan bisa dihindari atau dapat
diminimalisir.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan keuangan bisa
digambarkan di antara dua titik ekstern yaitu kesulitan likuiditas jangka pendek (yang paling
ringan) sampai insolvabel (yang paling parah). Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya
berifat sementara, tetapi bisa berkembang menjadi parah. Analisis kebangkrutan bermanfaat,
karena kebangkrutan bisa membuat perusahaan melakukan antisipasi yang diperlukan.
Biasanya kebangkrutan yangrelatif tinggi dihindari atau diminimisasi. Indikator kebangkrutan
bisa dilihat dari analis aliran kas, analis strategi perusahaan, sampai laporan keuangan
perusahaan. Lembaga rating (kalau ada) juga bisa menjadi sumber informasi kebangkrutan.
28
Prediksi kebangkrutan bisa dilakukan dengan rasio-rasio keuangan yakni; univariate
dan multivariate. Dengan univariate, rasio-rasio keuangan digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan secara terpisah. Pendekatan ini punya kelemahan, antara lain karena
kesimpulan dari suatu rasio bisa bertentangan dengan kesimpulan dari rasio yang lain.
Metode multivariate bisa digunakan untuk mengurangi kelemahan tadi. Metode ini
memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan secara
simultan.contoh metode ini adalah model diskriminan linear.
Teori-teori kebangkrutan relatif masih kurang dan hal ini membuat penelitian empriris
kurang mempunyai arah. Teori bisa untuk mengarahkan penelitian. Sedikitnya teori tersebut
membuat penelitian empiris kebangkrutan memfokuskan pada pemilihan variabel-variabel
yang optimal dan input variabel yang banyak, atau memfokuskan pada penelitian-penelitian
terdahulu sebagai sumber referensi. Namun demikian teori-teori kebangkrutan bagaimanapun
mulai berkembang.
Meskipun ada beberapa masalah teknis yang muncul dalam penelitian kebangkrutan,
analis kebangkrutan semakin banyak dikembangkan dan hasil-hasil tersebut akan sangat
membantu pengambilan keputusan oleh manajemen.
DAFTAR PUSTAKA
http://materipengetahuanumum.blogspot.com/2016/10/landasan-teori-kebangkrutan.html
http://digilib.unila.ac.id/8126/4/bab%20ii.pdf
Mamduh M.Hanafi dan Abdul Halim. (2016). Analisis Laporan Keuangan, Edisi 5.
Yogyakarta: UPP-STIMYKPN.
29