Anda di halaman 1dari 238

ANTOLOGI

Penerapan Adaptasi
Kebiasaan Baru pada Era
Pandemi Virus Corona 19
di Berbagai Sektor
Pendidikan
Mochamad Fachrur Rozi, S.Pd.,M.M, dkk

Editor:
Dr. Adi Wijayanto, S.Or.,S.Kom.,M.Pd.,AIFO
Dr. Ahmad Lani, M.Kes
Diana Lutfiana Ulfa, M.Pd
Muhamad Syamsul Taufik, S.Si., M.Pd

Pengantar:
Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag
Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung
ANTOLOGI
Penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru pada Era Pandemi
Virus Corona 19 di Berbagai Sektor Pendidikan

Copyright © Mochamad Fachrur Rozi, dkk. 2020


Hak cipta dilindungi undang-undang
All right reserved

Layout: Kowim Sabilillah


Desain cover: Diky M. Fauzi
Penyelaras Akhir: Saiful Mustofa
ix + 224 hlm: 14.8 x 21 cm
Cetakan Pertama, November 2020
ISBN: 978-623-6704-27-1

Anggota IKAPI

Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memplagiasi atau


memperbanyak seluruh isi buku ini.

Diterbitkan oleh:
Akademia Pustaka
Perum. BMW Madani Kavling 16, Tulungagung
Telp: 081216178398
Email: redaksi.akademia.pustaka@gmail.com
Website: http://akademiapustaka.com/

ii
iii
KATA PENGANTAR

Oleh : Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag

P uji syukur dipanjatkan kehadirat Alloh SWT Tuhan Yang


Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNYA buku Antologi
dengan judul ”Penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru pada Era
Pandemi Virus Corona 19 di Berbagai Sektor Pendidikan” selesai
disusun. Buku ini merupakan karya anak bangsa, yang ditulis
secara kolaboratif oleh para akadimisi dari berbagai perguruan
tinggi nasional dan para praktisi bidang pendidikan nasional.
Gagasan penulisan kolaboratif ini muncul saat terjadi Pandemi
Covid-19. Topik-topik tulisan yang cukup menarik dari para
penulis (dosen, mahasiswa, guru dan praktisi pendidikan)
tersebut muncul sebagai upaya membantu pemikiran
menghadapi situasi yang berubah secara drastis.
Proses pendidikan yang sudah terbiasa dilakukan di sekolah
dan perguruan tinggi harus mampu juga diwujudkan ketika
harus belajar dari rumah. Kondisi ini tentu menjadi tantangan
bagi profesi bidang pendidikan. Buku ini hadir tentunya untuk
menjadi salah satu referensi bagaimana seharusnya para profesi
bidang pendidikan menjalankan profesinya. Prediksi berbagai
pihak bahwa belajar di rumah secara digital (online)
diperkirakan relatif tidak dapat mewujudkan hasil belajar yang
optimal, seperti diketahui bahwa hasil belajar di sekolah secara
umum diukur melalui tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan),
psikomotor (keterampilan atau penguasaan gerak atau keahlian)
dan afektif (perubahan sikap atau perilaku atau kharakter).
Domain kognitif, afektif dan psikomotor diyakini masih dapat
diwujudkan melalui online meskipun relatif kurang optimal hasil
belajarnya.
Terobosan yang banyak disarankan melalui berbagai
webinar terkait tantangan dan peluang belajar daring (dalam
jaringan) atau secara digital (online) di tengah badai Covid-19.
Kondisi Adaptasi Kebiasaan Baru (New Normal Era) bukan hanya
tantangan bagi para profesi bidang pendidikan tetapi juga para
orangtua yang kebanyakan belum mampu menyiapkan
lingkungan belajar di rumah relatif sama dengan di sekolah dan
selain juga harus menyiapkan kuota internet yang cukup besar
agar dapat mengakses video keterampilan gerak sebagai materi
ajar pendidikan yang akan dipelajari di rumah.
Ada pepatah kuno mengatakan “tiada rotan akar pun jadi”.
Pepatah ini mengisyaratkan bahwa para profesi bidang
pendidikan harus dapat mendisrupsi pikirannya bagaimana
caranya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik
dan hasil belajar yang tinggi diharapkan dapat terwujud di
tengah kondisi adaptasi kebiasaan baru selama masa pandemi
Covid-19. Kondisi inilah yang melatarbelakangi pikiran para
pakar dalam bidang pendidikan untuk menuangkan pikiran-
pikirannya dalam buku ini dengan tulisan ringan, ilmiah, logika
dan mudah dipahami, setidaknya mampu menjadi referensi
untuk menghadapi adaptasi kebiasaan baru selama masa
Pandemi Covid-19.
Terima kasih kepada para penulis dari berbagai lembaga
pendidikan nasional mulai Aceh sampai Papua, yang telah
meluangkan waktu dan berkenan mengisi tulisan dalam Antologi
ini, semoga tetap semangat berkarya dan terus berkarya mengisi
ruang literasi pendidikan nasional. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat bagi pembaca semua, dan mampu mendorong
munculnya karya-karya ilmiah berikutnya.

Tulungagung, 28 Oktober 2020


Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv


DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I STRATEGI TRANSFORMASI ILMU OLEH PENDIDIK ............. 1
PEMBELAJARAN TATAP MUKA TERBATAS PADA MASA
PANDEMI COVID-19 MENUJU SEKOLAH TANGGUH ................................1
Mochamad Fachrur Rozi, S.Pd.,M.M
PENTINGNYA MEMAHAMI PERBEDAAN PEMBELAJARAN JARAK
JAUH DAN PEMBELAJARAN TATAP MUKA ...................................................9
Dr. Vedia, M.Pd.
REVITALISASI PEMBELAJARAN DARING PADA PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI TENGAH PANDEMI COVID 19 ..................................... 15
Anida Miftachul Janah, S.Pd.I
PANDEMI MEMBUKA MATA DAN HATI UNTUK “MEMPERKAYA
DIRI”........................................................................................................................... 21
Siti Zukana, S.Pd.
STRATEGI PEMBELAJARAN PADA MASA PANDEMI COVID 19 ......... 25
RR Noor Khalifah Yuliasti, S.Pd., M.Pd

BAB II AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK SELAMA


PANDEMI ....................................................................................................... 31
DISKUSI MAHASISWA DI MASA PANDEMI: SATU CATATAN
PADA MATA KULIAH CROSS CULTURAL UNDERSTANDING ................ 33
Dr. Nurul Aryanti, M.Pd.
PENDIDIKAN CINTA TANAH AIR PADA MAHASISWA BARU
SELAMA PEMBELAJARAN DARING................................................................ 41
Aris Priyanto, M.Ag

vi
KREATIVITAS MAHASISWA DIMASA PANDEMI DALAM
MENGHADAPAI PEMBELAJARAN PADA SEMENTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2020/2021 ..................................................................... 49
Usep Saepul Mustakim

BAB III PERANAN MENTAL DALAM PEMBELAJARAN ONLINE ... 55


TRANSFORMASI MENTAL MASYARAKAT BELAJAR PADA NEW
NORMAL ERA ......................................................................................................... 57
Fridolin Vrosansen Borolla, M.Pd
SOLUSI DAN ANTISIPASI DEGRADASI KOMPETENSI
MAHASISWA BERBASIS SAINS DAN TEKNIK DALAM
MENGHADAPI PEMBELAJARAN ONLINE.................................................... 65
FX Anjar Tri Laksono, S.T., M.Sc.
MINDSET PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PPJ) ......................................... 73
Siti Rodi’ah S.Pd.I
PENTINGNYA REGULASI DIRI MENGHADAPI PANDEMI COVID-
19 ................................................................................................................................ 81
Dwi Martiningsih, S.Psi., M.A.

BAB IV MANAJEMEN DAN MODEL PEMBELAJARAN MASA


PANDEMI ....................................................................................................... 89
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING
(LURING DAN DARING) PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI
ERA NEW NORMAL .............................................................................................. 91
Rohmah Ivantri, M.Pd.I
HAMBATAN KOMUNIKASI MASSA DALAM MANJEMEN
PEMBELAJARAN DARING PADA MASA ADAPTASI KEBIASAAN
BARU .......................................................................................................................... 97
Yulianti, S.Sos., M.I.Kom.

vii
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN DARING di MASA PANDEMI
COVID-19 .............................................................................................................. 105
Ida Juwariyah, S.Pd
PROBLEMATIKA PERKULIAHAN DARING/ONLINE
MATAKULIAH PENDIDIKAN JASMANI-OLAHRAGA DI ERA
PANDEMI CORONA VIRUS (COVID-19) .................................................... 111
Dyas Andry Prasetyo, M.Pd.

BAB V KOMITMEN STAKE HOLDER DALAM MENDIDIK ............ 117


“PARENTHINK” MASA PANDEMI: REFLEKSI KESADARAN BARU
TENTANG TANGGUNG JAWAB MENDIDIK ANAK ................................ 119
Misnawi, M.Pd.I.
KOMITMEN DOSEN DALAM ORGANISASI PERGURUAN TINGGI
DI MASA PANDEMI COVID 19....................................................................... 127
Delsylia Tresnawaty Ufi, S.Th., M.Si
PEMEBELAJARAN MASA COVID-19 DI SEKOLAH DASAR ................. 137
Mariamah.M.Pd
ASISTENSI WALI KELAS TERHADAP PEMBELAJARAN DARI
RUMAH DI MASA PANDEMI .......................................................................... 145
Hanti Watmi Rejeki, S. Ag
MENJADI GURU YANG BIJAKSANA DALAM MENGAJAR DI ERA
NEW NORMAL..................................................................................................... 153
Suwantoro, M.Pd.I

BAB VI ADAPTASI KEBIASAAN DI SEMUA SEKTOR..................... 159


PENDIDIKAN DAN BUDAYA WESTERNISASI (Analisis Sosial
Pendidikan di Masa Pandemi Covid 19) ................................................... 161
Sukron Romadhon, M.Si.

viii
FAKTA PANDEMI COVID-19 MEMUNCULKAN ADAPTASI
KEBIASAAN BARU DALAM POLA BERPERILAKU ................................. 171
Ir. Tungga Bhimadi, M.T.
ADAPTASI MENJADI DOSEN KEBIDANAN (KEMBALI) DI
INDONESIA ........................................................................................................... 179
Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST, M.Keb, Ph.D
LAYANAN PERPUSTAKAAN BERBASIS INOVASI MASA
PANDEMIK COVID-19 DI PAMEKASAN .................................................... 187
Ir.Budi Ashari, MM. MSi
PENGEMBANGAN BUDAYA ORGANISASI DI ERA NEW NORMAL . 195
Muhamad Fatih Rusydi Syadzili, M.Pd.I

BAB VII UPAYA MEMUTUS PENULARAN VIRUS ............................ 203


VAKSIN SEBAGAI HARAPAN UNTUK MENGAKHIRI PANDEMI
COVID-19 .............................................................................................................. 205
Ridwan Balatif, S. Ked
REMAJA SEHAT DAN BUGAR SELAMA MASA NEW NORMAL
PANDEMI COVID-19 ......................................................................................... 211
Yuliyanik, Amd.Keb., S.KM., M.Biomed
ISOLASI YANG SOLUTIF (Peranan Pengawas dalam
Mengembangkan Kompetensi Guru Binaan Pada Masa Adaptasi
Kebiasaan Baru) ................................................................................................. 217
Nasikhin, M.Pd.I

ix
BAB I STRATEGI TRANSFORMASI ILMU
OLEH PENDIDIK
PEMBELAJARAN TATAP MUKA TERBATAS
PADA MASA PANDEMI COVID-19 MENUJU
SEKOLAH TANGGUH

Mochamad Fachrur Rozi, S.Pd.,M.M.1


SMA Negeri 2 Probolinggo

“Pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas


disekolah agar menjadi sekolah yang tangguh maka
harus memenuhi beberapa instrumen.”

Badan Kesehatan Dunia, WHO telah menetapkan wabah ini


sebagai pandemic global telah memasuki bulan kedelapan yaitu
sejak tanggal 11 Maret 2020. Telah diketahui bersama bahwa
wabah penyakit ini disebabkan oleh sebuah virus yang bernama
corona atau dikenal dengan istilah covid-19 (Corona Virus
Diseases-19). Virus ini mewabah sejak tanggal 31 Desember
2019 di Kota Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok yang akhirnya
menyebar keseluruh penjuruh dunia dengan sangat cepat.
Sampai saat ini di negara kita trennya masih juga naik dan turun.
Masyarakat sudah mulai jengah, lelah dan bosan dengan
kondisi yang tidak menentu ini. Terlalu lama mereka menunggu
kepastian berakhirnya pandemic covid-19, sedang perputaran
kehidupan harus terus bergerak untuk hanya sekedar bertahan
hidup. Tak terkecuali di bidang pendidikan juga mengalami hal
yang sama.

1Penulis lahir di Lamongan tanggal 2 Mei 1972, adalah guru kimia di SMA

Negeri 2 Probolinggo, aktif menjadi ketua Pengurus Cabang PGRI Kanigaran Kota
Probolinggo, aktif sebagai ketua Yayasan Pendidikan Pelita Umat Kota Probolinggo
dan seksi bidang pendidikan di Yayasan Khairul Umah Kota Probolinggo. Lulus S-1
Pendidikan Kimia IKIP Surabaya tahun 1996, lulus S-2 Magester Manajemen
Universitas Wijaya Putra tahun 2010.
Hasil survey UNICEF, sebuah lembaga perlindungan anak
internasional telah menyebutkan bahwa sebanyak 66% dari 60
juta siswa diberbagai jenjang pendidikan di 34 Propinsi
mengaku merasa tidak nyaman belajar dari rumah selama
terjadinya masa pandemic covid-19. Dari jumlah tersebut
ternyata 87% siswa berharap segera kembali belajar di
sekolahnya. Kemudian yang bersedia mentaati protokol
kesehatan sebanyak 88% siap mengenakan masker disekolah
dan sebanyak 90% menyatakan pentingnya menjaga jarak fisik
jika belajar disekolah. (Compas.com).
Selain dari siswa, dari pihak orang tua juga berharap anak-
anaknya bisa masuk sekolah kembali, karena belajar jarak jauh
dengan daring yang dijalankan selama ini belumlah efektif.
Banyak dari orang tua merasa kewalahan jika mendampingi
anak-anaknya belajar di rumah. Belum lagi para orang tua masih
memikirkan biaya kuota internet agar anak-anak mereka bisa
tetap mengikuti pembelajaran dari rumah.
Melihat kondisi yang tidak menentu ini membuat
pemerintah mengambil keputusan bersama agar ada
penyelesaian terkait kebijakan tentang pembelajaran terbatas
disekolah-sekolah yang sudah siap dengan protocol kesehatan.
Hal ini dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar
Parawansa. Kebijakan itu tertuang didalam surat edaran
berkaitan dengan uji coba sekolah tatap muka terbatas jenjang
SMA/SMK/SLB di Jawa Timur.
Surat yang diedarkan pada tanggal 9 Agustus 2020 itu salah
satu poinnya adalah bahwa uji coba pembelajaran tatap muka
terbatas akan dilakukan melalui perpaduan dengan
pembelajaran dari rumah, yaitu dalam jaringan atau online. Yaitu
siswa dijadwalkan bergantian hadir di sekolah dengan ketentuan
untuk daerah dengan kategori zona kuning tidak boleh lebih dari
50 persen siswa yang hadir di sekolah. Untuk daerah dengan

2
kategori zona oranye maka tidak boleh lebih 25 persen dari
kapasitas kelas tersedia dalam setiap harinya.
Kondisi pada saat ini setiap daerah tentunya tidak sama dan
sewaktu-waktu bisa terjadi perubahan zona, maka ketika daerah
berubah menjadi zona merah maka sekolah dilarang
melaksanakan pembelajaran tatap muka alias tetap
melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau belajar dari rumah
secara daring.
Uji coba sekolah tatap muka terbatas untuk jenjang
SMA/SMK/SLB telah dilakukan secara bertahap sejak tanggal 18
Agustus 2020 sesuai dengan kondisi dan kesiapan sekolah
masing-masing. Hal yang paling diperhatikan adalah penerapan
protokol kesehatan dengan menjadikan prinsip keselamata jiwa-
raga seluruh warga belajar beserta keluarganya serta
mengindahkan sepenuhnya hasil koordinasi dengan Pemerintah
Daerah atau dengan Gugus Tugas Covid-19 setempat.
Dalam hal ini Kepala Cabang Dinas Propinsi di wilayah
Kabupaten/Kota bersama kepala sekolah selalu berkoordinasi
dengan Gugus Tugas Covid-19 Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota masing-masing agar mendapat persetujuan dan
dukungan fasilitas. Semua ini dilakukan demi menjaga marwah
institusi pendidikan secara bersama-sama masyarakat agar
terhindar dari stigma negative (negative framing) oleh media
massa dan media sosial.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas
disekolah agar menjadi sekolah yang tangguh maka harus
memenuhi instrument-intrumen sebagai berikut.
1. Surat Ijin dari Orang Tua
Mekanisme yang wajib dilakukan dalam penerapan
pembelajaran tatap muka terbatas adalah surat ijin dari orang
tua. Sebagaimana yang telah disampaikan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan bahwa pembelajaran tatap muka tetap

3
membutuhkan persetujuan orang tua siswa, meskipun
pemerintah membolehkan pembukaan sekolah secara tatap
muka. Orang tua anak boleh tidak memperkenankan anaknya
masuk ke dalam sekolah kalau mereka belum nyaman dan
dibolehkan untuk melanjutkan Pembelajaran Jarak Jauh atau
daring.
Sekolah wajib membuat surat persetujuan orang tua siswa
untuk menyetujui anaknya mengikuti proses belajar tatap muka
terbatas dengan ditandatangani orang tua siswa dengan
bermaterai 6000. Hal ini dapat dijadikan pijakan bagi sekolah
dalam mengambil keputusan sekolah tersebut
menyelenggarakan pembelajaran tatap muka terbatas. Sebelum
membuat surat persetujuan dari orang tua siswa maka lembaga
sekolah telah memastikan bahwa mayoritas orang tua siswa
menginginkan pembalajaran tatap muka dengan mengadakan
survey kepada orang tua siswa.
2. Membentuk Gugus Tugas Covid-19
Peran gugus tugas covid-19 adalah sebagai tim kesehatan,
kebersihan, dan keamanan yang mencakup (1) membuat
prosedur pemantauan dan pelaporan kesehatan warga satuan
pendidikan, pemantauan kesehatan berfokus kepada gejala umum
seperti: suhu badan ≥37,3°C, batuk, sesak nafas, sakit
tenggorokan; dan/atau pilek. (2) Pemantauan dilaksanakan
setiap hari sebelum memasuki gerbang satuan pendidikan oleh
tim kesehatan. (3) Jika warga satuan pendidikan memiliki gejala
umum sebagaimana dimaksud pada angka 1), wajib diminta
untuk kembali ke rumah untuk melakukan isolasi mandiri selama
14 (empat belas) hari. Jika gejala memburuk dibawa ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat. (4) Jika warga satuan pendidikan
teridentifikasi ada riwayat kontak dengan orang terkonfirmasi
positif Covid-19, maka tim kesehatan satuan pendidikan. (5)
Menghubungi orang tua/wali/narahubung darurat dari warga
satuan pendidikan agar membawa ke fasilitas pelayanan

4
kesehatan terdekat; dan (6) melaporkan kepada kepala sekolah
jika terdapat orang yang serumah dengan warga satuan
pendidikan teridentifikasi gejala Covid-19, maka tim kesehatan
satuan pendidikan, (7) Melaporakan kepada kepala satuan
pendidikan, dan (8) meminta warga tersebut untuk melakukan
isolasi mandiri selama 14 (empat belas) hari.
Jika terdapat warga satuan pendidikan yang tidak hadir
karena sakit dan memiliki gejala umum maka yang dilakukan
adalah (1) melaporkan kepada kepala satuan sekolah dan
Puskesmas dan meminta warga tersebut untuk melakukan isolasi
mandiri selama 14 (empat belas) hari. (2) Pemantauan periode
isolasi mandiri untuk semua warga satuan pendidikan yang
diminta melakukan isolasi mandiri. (3) Rekapitulasi hasil
pemantauan kesehatan dan ketidakhadiran warga satuan
pendidikan dilaporkan setiap hari kepada kepala sekolah. (4)
Memberikan informasi kepada kepala satuan pendidikan terkait
kebutuhan penyediaan sarana prasarana kesehatan dan
kebersihan sesuai pada daftar periksa. (5) Melakukan
pembersihan dan disinfeksi di satuan pendidikan setiap hari
selama 1 (satu) minggu sebelum penyelenggaraan tatap muka
dimulai dan dilanjutkan setiap hari selama satuan pendidikan
menyelenggarakan pembelajaran tatap muka, antara lain pada
lantai, pegangan tangga, meja dan kursi, pegangan pintu, toilet,
sarana CTPS dengan air mengalir, alat peraga/edukasi, komputer
dan papan tik, alat pendukung pembelajaran, ventilasi buatan
atau AC, dan fasilitas lainnya.
3. Koordinasi dengan Satgas Covid-19 Pemerintah
Daerah
Dalam pelaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka
terbatas ini selalu berkoordinasi dengan Satgas Covid-19
Pemerintah Daerah yang terdiri dari Dinas Kesehatan, Kantor
Kecamatan, Kodim dan Cabang Dinas Pendidikan Propinsi
diwilayah Daerah Kab./Kota. Semua instansi tersebut akan

5
memberikan pengawasan secara ketat selama uji coba
pembelajaran tatap muka terbatas. Ada dua pengawasan yaitu
pencegahan dan tindakan.
Kegiatan yang dilaksanakan terkait Pencegahan Covid -19
adalah Tim Satuan Tugas Pencegahan Covid-19 memantau warga
sekolah dalam menjalankan protokol kesehatan di lingkungan
sekolah. Kemudian melaksanakan Pelaporan secara berjenjang,
dan menganalisa Data Kesehatan dan sikap Warga sekolah dalam
menjalankan protokol kesehatan. Kemudian menindak lanjut
hasil Pemantauan Tim Satgas Warga Sekolah
4. Selalu Berkomunikasi dengan Siswa dan Orang Tua
Siswa
Sekolah selalu mengingatkan siswa melalui pengeras suara
tentang penerapan protokol kesehatan, seperti memakai masker,
selalu jaga jarak, tidak bergerombol, rajin cuci tangan. Melalui
wali kelas selalu mengingatkan kepada orang tua/wali murid
untuk selalu tepat waktu dalam mengantar dan menjemput
putra/ putrinya. Selain itu, selalu mengingatkan kepada peserta
didik dan orang tua agar berangkat tidak lupa memakai masker.
Dihindari naik kendaraan umum, berboncengan dengan teman,
atau naik ojek online.
Untuk melayani siswa dan orang tau siswa maka sekolah
selalu memantau sarana yang kurang. Sekolah menyediakan
ruang tunggu dengan memperhatikan protokol kesehatan,
dengan penempatan kursi yang diberi jarak. Sekolah
memberikan 3 buah masker dan 1 faceshield kepada setiap
siswa. Pemberian grid sepeda motor dipintu masuk sekolah agar
tertib dan tidak bergerombol saat pengecekan suhu dan cuci
tangan. Himbauan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan
melalui banner yang di pasang di tempat-tempat strategis, secara
sentral melalui pengeras suara setiap bel pergantian jam
pelajaran. Petugas satgas covid secara berkala berkeliling setiap
kelas.

6
Dengan instrument diatas apabila dilakukan dengan
ketat dan disiplin dengan pembiasaan yang baru maka kita yakin
dengan ijin Tuhan Yang Maha Esa bahwa semua akan berjalan
dengan baik dan virus covid-19 tidak bisa menyebar dengan
bebas, maka pada saat itu semua warga sekolah akan sehat dan
selamat dan akhirnya sekolah akan mendapat predikat Sekolah
Tangguh.

Daftar Pustaka
_________ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006)
"Survei UNICEF: 66 Persen Siswa Mengaku Tak Nyaman Belajar
di
Rumah",: https://edukasi.kompas.com/read/2020/06/24/09
0832371/survei-unicef-66-persen-siswa-mengaku-tak-
nyaman-belajar-di-rumah.
Adiwijaya, Metamorfosis Dunia Pendidikan Di Masa Pandemi
Covid-19medcom.id
https://www.medcom.id/pendidikan/inspirasi-
pendidikan/JKRGW l5N-metamorfosis-dunia-pendidikan-di-
masa-pandemi-covid-19
Pembelajaran Kreatif di Tengah Pandemi Covid-19,
Lpmpjatim.kemdikbud.go.id
https://lpmpjatim.kemdikbud.go.id/site/detailpost/pembelaj
aran-kreatif-di-tengah-pandemi-covid-19.

7
PENTINGNYA MEMAHAMI PERBEDAAN
PEMBELAJARAN JARAK JAUH DAN
PEMBELAJARAN TATAP MUKA

Dr. Vedia, M.Pd.2


SMAN 9 Kota Tangerang

“Pembelajaran jarak jauh akan menjadi beban ketika


pelaksanaannya disamakan dengan pembelajaran
seperti biasanya. Oleh karena itulah perlu pemahaman
yang benar dalam melakukan pembelajaran jarak
jauh.”

Seperti telah diketahui bersama saat ini Indonesia tengah


mengalami wabah Covid 19. Wabah ini dimulai dari Negara
China pada akhir 2019. Dengan cepat wabah ini menyebar ke
beberapa Negara termasuk Indonesia. Pemerintah memutuskan
pemberlakuan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran
dalam jaringan sejak pertengahan bulan Maret 2020.
Situasi ini tentu menimbulkan dampak baik bagi
guru/dosen maupun siswa/mahasiswa. Baik guru atau siswa
sama-sama tidak terbiasa dengan pembelajaran jarak jauh. Bagi
lembaga yang sudah terbiasa melakukan pembelajaran jarak
jauh seperti Universitas Terbuka tentu tidak menjadi masalah
baik bagi dosen/tutor atau mahasiswanya. Mahasiswa yang

2Penulis lahir di Jakarta, 30 Juni 1972. Penulis merupakan guru di SMA N 9

Kota Tangerang, dosen Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang, dan tutor
Universitas Terbuka. Lulus S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 1996
IKIP Muhammadyah Jakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan S2 (lulus th 2004)
dan S3 (lulus th 2018) di Universitas Negeri Jakarta program studi Pendidikan
Bahasa.

9
mendaftar ke UT sudah memahami konsep pembelajaran yang
akan mereka lalui. Sehingga segala konsekuensinya mereka bisa
terima dengan penuh tanggung jawab.
Tidak demikian dengan siswa yang tidak terbiasa. Mereka
bahkan mungkin tidak tahu seperti apa pembelajaran jarak jauh
itu. Jadi secara mental mereka pasti belum siap. Dengan tiba-tiba
mereka harus siap dan mau menerima situasi ini. Peran
guru/dosen dalam pembelajaran jarak jauh sebenarnya harus
berubah yaitu sebagai tutor atau pendamping siswa dalam
belajar.
Pembelajaran jarak jauh akan menjadi beban ketika
pelaksanaannya disamakan dengan pembelajaran seperti
biasanya. Oleh karena itulah perlu pemahaman yang benar
dalam melakukan pembelajaran jarak jauh. Ketika kondisi
mental siswa tidak siap ditambah dengan pola pembelajaran
yang sama saja seperti biasa tentu akan menjadi beban
bertumpuk bagi siswa. Sesungguhnya masalah yang dihadapi
selama pembelajaran jarak jauh tidak memlulu hanya milik
siswa. Guru pun demikian, banyak hal yang tidak dapat
dilakukan oleh guru pada saat pembelajaran jarak jauh atau
sebaliknya banyak hal harus dilakukan oleh guru saat
pembelajaran jarak jauh.
Berikut problematika yang terjadi pada saat pembelajaran
jarak jauh baik dari sisi siswa/mahasiswa atau pun guru/dosen.
1. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Pembelajaran
Jarak Jauh (PJJ)
Siswa/guru tidak memiliki sarana dan prasarana
pembelajaran jarak jauh. HP, lap top, komputer, bagi sebagian
siswa masih merupakan barang mewah. Namun mereka terpaksa
harus memiliki salah satunya. Kuota internet dan jaringan
internet juga merupakan bagian dari sarana yang harus ada,
namun kondisi ekonomi juga letak geografis menyebabkan hal
ini menjadi kendala.

10
2. Ketidaksiapan Mental
Ketidak siapan mental dialami oleh siswa, guru, dan orang
tua. Siswa tidak siap karena memang tidak memiliki kebiasaan
pjj sebelumnya. Mereka tidak biasa melakukan pembelajarn
mandiri berbasis IT. Rasa frustasi membuat mereka menjadi
malas mengikuti pjj. Untuk siswa yang memang pada dasarnya
malas atau memang lebih senang berkegiatan dari pada duduk
manis di depan perangkat digital, maka kondisi ini membuat
siswa berada dalam tekanan. Untuk menghindari tekanan maka
siswa seperti ini memilih untuk tidak ikut pjj. Ketidaksiapan
mental dapat juga dialami oleh guru. Guru yang biasanya aktif
kini harus lebih banyak duduk di depan perangkat menyiapkan
bahan pembelajaran yang semuanya harus berbasis digital. Hal
ini menjadi beban tersendiri bagi guru.
Ketidaksiapan mental pada orang tua juga banyak terjadi.
Mereka yang sudah terbiasa memercayakan pendidikan anak-
anak mereka kepada sekolah, kini harus merasakan bagaimana
sulitnya mendidik anak untuk memperoleh pembelajaran. Orang
tua harus mau tahu, mau peduli, dan mau mengontrol kegiatan
belajar anaknya. Ini sebenar sangat baik. Orang tua sebenarnya
memang harus mau tahu bagaimana pendidikan anaknya bukan
hanya menyerahkan begitu saja pada pihak sekolah. Namun bagi
orang tua yang kedua-duanya harus bekerja atau bagi orang tua
yang cukup sulit memikirkan hari ini apa yang bisa dimakan oleh
anak mereka tentu hal ini juga menjadi beban yang sangat berat.
Kondisi ini sudah memakan korban karena ketidakberdayaan,
orang tua sampai kehilangan akal sehatnya dan tega melakukan
pembunuhan terhadap anaknya sendiri.
3. Kesulitan Mengubah Pola Belajar dan Mengajar
Bagi siswa mengubah pola belajar yang terbiasa dengan
pembelajaran tatap muka, mengikuti pola pembelajaran daring
tentu membingungkan. Siswa terlanjur maunya diingatkan,
diberitahu, ditegur secara langsung kini mereka harus belajar
mandiri hanya ditemani oleh media elektronik.

11
Demikian juga bagi guru, mengubah kebiasaan mengajar di
kelas dengan jadwal tersedia menjadi pola pjj juga
membingungkan. Banyak guru yang menyamakan pola
pembelajaran tatap muka dengan pjj. Padahal pjj harus beda
dengan tatap muka. Pada PJJ prinsip yang dianut harusnya dapat
diakses dimana saja dan kapan saja. Sehingga yang perlu
dilakukan oleh guru adalah menyediakan bahan pembelajaran
dalam bentuk digital dan ruang/tempat bagi siswa untuk
melaporkan hasil pembelajarannya. Di satu sisi karena jika tidak
bertatap muka seperti tidak mengajar maka banyak guru yang
menginginkan pembelajaran yang menggunakan aplikasi untuk
bisa bertatap muka. Padahal pembelajaran secara langsung
seperti itu memakan banyak kuota internet.
4. Kurangnya Kemampuan Menggunakan TIK
Apa yang menjadi masalah pada poin 3 di atas juga dapat
disebabkan karena kemampuan TIK bagi siswa dan guru tidak
memadai. Siswa yang karena keterbatasan ekonominya sangat
mungkin selama ini ia tidak mengenal dunia digital. Saat ini
mereka diharuskan menggunakan media digital tersebut. Hal ini
mengakibatkan gagap dalam mengakses pembelajaraan.
Keterbatasan kemampuan guru dalam bidang TIK juga
membuat guru bingung harus menyediakan pembejaran yang
bagaimana. Dengan demikian pembelajaran menjadi sangat
terbatas karena disesuaikan dengan kemampuan masing-masing
guru.
5. Kurangnya Pemahaman tentang Pembelajaran Jarak
Jauh
Kurangnya pemahaman baik bagi siswa maupun guru
terhadap hakikat pjj membuat siswa maupun guru tidak siap
secara mental seperti telah dikemukakan di atas. Seharusnya
siswa dan guru sama tahu bahwa pembelajaran jarak jauh sangat
berbeda dengan pembelajaran tatap muka. Berikut perbedaan
antara PJJ dan PTM yang seharusnya dipahami.

12
Perbedaan Pembelajaran Jarak Jauh dan Pembejaran
Tatap Muka
Perihal Pembelajaran Jarak Pembelajaran Tata
Jauh Muka
Materi Disajikan dalam Dapat disajikan
bentuk digital dapat secara langsung oleh
berupa video, ppt, guru atau
atau file menggunakan media
Metode Tidak langsung Langsung
Tempat Dapat dipelajari Sekolah sesuai
dan waktu kapan dan di mana dengan jadwal
saja pembelajaran
Peran Aktif mengikuti Aktif mengikuti
Siswa pembelajaran secara pembelajarn dengan
mandiri bimbingan dan tanpa
bimbingan
Peran Guru Tutor/teman belajar, Pengajar, motivator
motivator
Absensi Pada rentang waktu Tepat waktu sesuai
tertentu misal satu jadwal yang sudah
minggu atau sesuai ditentukan
kesepakatan

Dengan memahami hakikat dan prinsip pembelajaran jarak


jauh diharapkan baik siswa dan guru dapat lebih siap dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar. Guru tidak harus melulu
melakukan pembelajaran secara live yang banyak membutuhkan
kuota, tidak hanya memberikan tugas semata tetapi harus diikuti
materi atau penjelasannya, tidak hanya meminta siswanya absen
semata tetapi tidak ada pembelajaran.
Dengan memahami perihal pembelajaran jarak jauh siswa
tidak perlu merasa terbebani dan dapat lebih bertanggung jawab
untuk dapat belajar secara mandiri. Siswa tidak perlu izin karena
sesuatu hal (kecuali sakit yang menyebabkan siswa tidak bisa

13
melakukan aktivitas secara normal dan dalam waktu yang lama)
karena sesungguhnya pembelajaran jarak jauh dapat dilakukan
di mana dan kapan saja.
Pandemi Covid 19 adalah suatu masa yang bukan untuk
ditakuti. Sudah saatnya semua orang sadar akan kewajibannya
masing-masing dan siap menghadapi segala permasalahan yang
terjadi. Pandemi Covid 19 hanya salah satu permasalahan
kehidupan. Banyak permasalahan lain yang pernah dialami dan
mungkin akan kita alami nanti. Semua permasalahan itu
merupakan bagian dari kehidupan yang memang harus dijalani.

Daftar Pustaka
Bakri, Hamzah.2020. Quality Imprpvement of Community Healt
Center During Covid-19 Pandemic International Journal of
Multikutural and Multireligious Understanding;7(4):345-
354 DOI10.184/ijmmu.v7i4.1614
Collins, Benjamin, et.all.2020. 12 Tips for Pivoting to Teaching in
Virtual Environment. MedEPublish.9(1)
Panduan Tutorial Online https:// elearning.ut.ac.id
/mod/folder/view.php?id=11
Tartavulea, Cristina Venera, et.all. 2020. Online Teachung
Practices and Effectivenessof Educationalin The Wake of The
Covid-19 Pandemic.22(55)920-936 DOI 10.24818/
EA/2020/55920
Vedia. 2020. Alam Terkembang Menjadi Guru – Belajar yang
Memerdekakan. Banten: Gong Publishing.
Vedia dan Arwani Julianti. Wabah Corona dan Perubahan
Pembelajaran di SMA Negeri 9 Kota Tangerang. https://
www.sman9tangerang.sch.id/ wabah - corona – dan -
perubahan - sistem- pembelajaran-di-sma-negeri-9-kota-
tangerang/

14
REVITALISASI PEMBELAJARAN DARING
PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI
TENGAH PANDEMI COVID 19

Anida Miftachul Janah, S.Pd.I3


MAN 1 Kota Semarang

“Revitalisasi pendidikan dilakukan dengan


mengoptimalkan fasilitas pendidikan yang telah
dimiliki oleh sekolah dan berupaya menjalin kerjasama
dengan pihak luar agar fasilitas dapat selalu
diperbaharui dan aktual.”

Gambar 1. Pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran


(Suara, 2020)

3Penulis lahir di Kudus, 27 November 1992, penulis merupakan guru mata

pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MAN 1 Kota Semarang, penulis


menyelesaikan gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam di STAIN Kudus (2015) yang
saat ini berganti nama menjadi IAIN Kudus.
Pada awal tahun 2020, dunia sedang dikejutkan oleh
kemunculan sebuah virus yang dianggap berasal dari kota
Wuhan, China. Virus yang disebut-sebut dapat mematikan
seseorang yang telah tertular ini begitu cepat meluas. Mulai dari
China, Korea Selatan, United Emirat Arab, Jepang, Amerika dan
sebagainya, dimana tercatat pada saat itu sudah 25 negara
tertular virus bernama Corona Virus Disease -19 atau yang lebih
dikenal dengan Covid-19 ini. Berbagai penelitian dan laporan
terkait virus Corona bermunculan. Hingga pada pertengahan
bulan Maret 2020, virus tersebut masuk ke Indonesia dan sangat
menggemparkan di berbagai bidang, khususnya pendidikan.
Dimana anak-anak dikhawatirkan lebih mudah tertular virus,
sehingga mulai tanggal 17 Maret 2020 pemerintah
mengumumkan untuk mengubah sistem pendidikan yang
mulanya belajar tatap muka menjadi belajar dalam jaringan atau
yang lebih dikenal dengan pembelajaran daring.
Pembelajaran daring sendiri menuntut guru untuk semakin
kreatif dan inovatif dalam menggunakan media pembelajaran.
Hal itu disebabkan karena terbatasnya jarak antara guru dan
siswa akibat dari meluasnya penyebaran Covid-19. Perubahan
pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran daring merata
ke berbagai daerah. Tidak hanya di ibukota saja, hampir semua
daerah di seluruh negeri hingga daerah pinggiran semua
diserentakkan menjadi pembelajaran daring. Sehingga tidak
hanya guru di ibukota maupun di kota-kota besar saja yang
dituntut menjadi kreatif dan inovatif, namun guru yang berada di
daerah terpencil juga turut terkena imbasnya.
Sebelum kedatangan Covid-19 pembelajaran berbasis
daring hanya diterapkan di daerah-daerah perkotaan saja. Hal
itu disebabkan karena fasilitas dan akses internet di perkotaan
lebih memadai dan terjangkau serta tidak menjadikan siswa
terbebani dengan akses internet. Berbeda dengan saat ini, siswa
dan guru hanya dapat bergantung dengan jaringan internet

16
dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga sangat diperlukan
revitalisasi pembelajaran daring di tengah pandemi Covid-19
agar pembelajaran tetap berjalan dan tetap meminimalisir
penyebaran virus corona.
Revitalisasi adalah proses, cara, perbuatan menghidupkan
atau menggiatkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang
terberdaya (KBBI, 2020). Revitalisasi terkadang diartikan sama
dengan revitaliasi. Padahal keduanya memiliki makna yang
berbeda. revitaliasi merupakan usaha-usaha untuk menjadikan
sesuatu penting sedangkan revitalisasi adalah upaya
menghidupkan kembali sesuatu yang telah kehilangan fungsi
pentingnya. Revitalisasi dalam konteks pendidikan yakni
memaksimalkan semua unsur pendidikan yang dimiliki menjadi
lebih vital atau terbedaya lagi sehingga sasaran dan proses
pendidikan yang dilakukan bisa mencapai tujuan dan dapat
dilangsungkan dengan maksimal (Sutedja, 2018).
Revitalisasi pendidikan dilakukan dengan mengoptimalkan
fasilitas pendidikan yang telah dimiliki oleh sekolah dan
berupaya menjalin kerjasama dengan pihak luar agar fasilitas
dapat selalu diperbaharui dan aktual (Borualogo, 2004).
Sehingga dengan adanya revitalisasi dalam dunia pendidikan
diharapkan mampu meningkatkan kualitas siswa.
Datangnya bencana Covid-19 mengharuskan mengubah
tatanan atau sistem pendidikan yang lebih efektif agar tersampai
tujuan dan maksud pendidikan. Tidak hanya dalam pada mata
pelajaran umum atau yang sains saja. Revitalisasi juga
diperlukan dalam segala mata pelajaran, termasuk pendidikan
agama Islam. Biasanya pembelajaran pendidikan agama Islam
disampaikan dengan metode ceramah jika berisi sejarah dan
teori, metode praktek jika menjelaskan tentang ibadah dan
muamalah, serta metode kisah jika menceritakan kisah-kisah
Nabi maupun sahabat dan tokoh-tokoh ulama. Semua metode
tersebut hanya bisa dilakukan tatap muka, sedangkan saat ini

17
tatap muka di sekolah maupun madrasah masih dibatasi.
Sehingga pada saat sekarang ini, pembelajaran pendidikan
agama Islam juga menggunakan sistem daring.
Pembelajaran pendidikan agama Islam berbasis daring
dapat dilakukan dengan menggunakan beragam media. Sejak
pandemi berlangsung hingga saat ini, banyak media untuk
pembelajaran daring bermunculan. Diantaranya Youtube, G-
Form, G-Slide, G-Site, G-Classroom, E-learning sekolah masing-
masing, Quipper, Ruang Guru dan sebagainya. Berbagai media
pembelajaran seperti menawarkan keinginan masing-masing
guru untuk memilih menggunakan mana yang bisa disesuaikan
dengan kemampuan dan jangkauan siswa.
Media-media tersebut sangat membantu dalam proses
pembelajaran guru untuk menyampaikan materi hingga tujuan
pembelajaran tercapai. Misal ingin bertatap muka dengan siswa,
terdapat aplikasi zoom, G-Meet, G-Hangout tergantung
kebutuhan dan jumlah partisipan yang diinginkan. Untuk
menceritakan kisah para Nabi, Sahabat, Walisongo maupun
tokoh ulama lain, dapat menggunakan Youtube. Selain itu guru
pendidikan agama Islam juga dapat membuat video sendiri
untuk menjelaskan atau menceritakan kisah-kisah tersebut yang
kemudian dapat di upload ke Youtube, G-Site maupun aplikasi
lain. Sedangkan untuk melaksanakan penilaian harian atau
pemberian tugas, guru bisa menggunakan G-Form, Quipper,
Ruang Guru, Kahoot, Quizziz dan lain-lain. Kemudian untuk
mengumpulkan siswa bisa menggunakan G-Classroom, E-
Learning masing-masing sekolah atau madrasah, Quipper, dan
lain sebagainya. Media yang paling sederhana untuk
mengumpulkan siswa adalah Whatsapp grup. Karena hampir
semua orang menggunakan aplikasi tersebut untuk melakukan
komunikasi. Selain yang disebutkan diatas, masih banyak lagi
aplikasi yang dapat digunakan untuk pembelajaran daring.

18
Berbagai aplikasi telah menawarkan fasilitas masing-
masing untuk membantu memudahkan guru khususnya guru
pendidikan agama Islam menyampaikan pembelajaran dalam
jaringan. Dengan demikian, diharapkan tujuan pendidikan di
Indonesia dapat tersampaikan melalui pengoptimalan fasilitas
sekolah atau madrasah ketika melaksanakan pembelajaran
daring pada mata pelajaran pendidikan agama Islam pada
masing-masing guru atau yang lebih mudah dikenal dengan
revitalisasi pembelajaran daring pada mata pelajaran pendidikan
agama Islam di Indonesia.

19
Daftar Pustaka
Borualogo, Ihsana Sabriani. 2004. Rekonstruksi dan Revitalisasi
Pendidikan Indonesia Guna Meningkatkan Kualitas Bangsa.
MIMBAR Jurnal Sosial dan Pembangunan. Volume XX No. 4
Oktober ± Desember 2004: 508 – 524. https://
doi.org/10.29313/mimbar.v20i4.155
Revitalisasi (Def. 1) (n.d). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Online. Diakses melalui https:// kbbi.web.id/
revitalisasi, 07 September 2020
Sutedja, Budi. 2018. Rekonstruksi dan Revitalisasi.
https://slideplayer.info/slide/12135771/, diakses pada 05
September 2020
Suara, M Ginanjar. Pemanfaatan Internet Bagi Guru SD Sebagai
Sarana Media dan Sumber Belajar. https://
mginanjarsuara.wordpress.com/2015/08/19/pemanfaatan
-internet-bagi-guru-sd-sebagai-sarana-media-dan-sumber-
belajar/, diakses pada 09 September 2020

20
PANDEMI MEMBUKA MATA DAN HATI
UNTUK “MEMPERKAYA DIRI”

Siti Zukana, S.Pd.4


MTs.N 1 Kudus

“Pandemi covid-19 telah berimbas di berbagai ranah


kehidupan. Sudah seharusnya kita “memperkaya diri”
dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan agama.”

Hampir tujuh bulan lamanya, mulai pertengahan Maret


2020, pandemi covid-19 masih dirasakan warga di berbagai
belahan bumi, tak terkecuali negara tercinta Negara Indonesia.
Virus Covid -19 yang awalnya terjadi di Wuhan Cina, pada
akhirnya menyebar dengan sangat cepat di berbagai Negara.
Virus covid-19 telah banyak memakan korban dan
mempengaruhi sendi-sendi kehidapan serta mengubah tatanan
kehidupan. Untuk meminimalisir penyebaran, pemerintah
Indonesia membuat kebijakan-kebijakan di antaranya terkait
dengan pendidikan. Sejak tanggal 16 Maret 2020 seluruh peserta
didik diharuskan belajar dari rumah (BDR). Seluruh kegiatan
tatap muka dihentikan untuk menekan penyenbaran covid-19.
Sejak adanya pandemi, baik pemerintah maupaun swasta telah
mengadakan kegiatan-kegiatan secara virtual. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk memfasilitasi pendidik dan peserta didik
dalam mengembangkan sayap mendalami ilmu dengan

4Penulis lahir di Klaten, 14 Januari 1975, penulis merupakan Guru MTs. N


1 Kudus dalam bidang ilmu Bahasa Indonesia, penulis menyelesaikan gelar Sarjana
Pendidikan Bahasa dan Sartra Indonesia di IKIP Negeri Semarang yang sekarang
bernama UNNES.

21
pelatihan-pelatihan secara virtual. Tawaran kegiatan virtual
menjamur memberikan fasilitas-fasilitas yang menarik.
Semestinya hal ini dimanfaatkan oleh pendidik. Untuk peserta
didik juga banyak tawaran lomba yang bisa diikuti secara virtual.
Tawaran lomba-lomba atau olympiade bermunculan yang
kesemuanya dapat menggali potensi ataukemampuan peserta
didik.
Terkait dengan kondisi dan masih berlakunya BDR atau PJJ
(pembelajaran jarak jauh) maka banyak hal yang harus
dipersiapkan oleh guru. Dalam hal ini, guru selaku pendidik
harus “memperkaya diri”. Memperkaya wawasan, pengetahuan,
dan keterampilan. Lantas apa yang harus dimiliki oleh pendidik?
Ketika pembelajaran tatap muka, biasanya seorang pendidik
cukup menyiapkan ppt lalu ditayangkan, dan dijelaskan.Selain
itu, kegiatan diskusi juga bisa dilakukan antar pendidik dan
peserta didik serta antar peserta didik. Kesulitan-kesulitan yang
dialami peserta didik bisa langsung ditanyakan kepada
narasumber dalam hal ini adalah pendidik. Jadi, ketika
pembelajaran tatap muka saat itu juga peserta didik bisa
memahami materi-materi yang disampaikan oleh pengampu.
Interaksi antar pendidik dan peserta didik terjalin sangat baik.
Kini, di masa pandemi, pendidik harus pandai-pandai meramu
media, materi, dan teknik agar materi yang disampaiakn mudah
dimengerti dan mudah dipahami oleh peserta didik. Berikut hal-
hal yang harus diperkaya oleh pendidik. Kemampuan IT,
kemampuan menjadi motivator, kepedulian dan kesabaran harus
diejawantahkan oleh pendidik.
1. Kemampuan IT
Pada umumnya kemampuan IT guru belum tergali secara
maksimal, belum semuanya melek teknologi. Kini, pandemi
covid-19 telah memaksa para pendidik untuk mengetahui
berbagai hal untuk bekal penyampaian materi kepada peserta
didik. Pengetahuan tentang IT yang mestinya telah tersedia

22
sebelumnya, namun tidak semua pendidik meliriknya, kini harus
berusaha mengenal, mendalami, dan memahami sehingga bisa
memanfaatkan untuk kepentingan PJJ. WhatsApp, Google meet,
zoom, youtube, padlet, google classroom, google form, microsof
365, dan lain-lain telah menawarkan berbagai kemudahan untuk
keperluan PJJ. Sebagai pendidik, harus tergerak untuk
“memperkaya diri” menguasai berbagai tawaran tersebut. Bisa
karena yakin bisa, mudah karena biasa. Jika pendidik mampu
memanfaatkan IT, tentu akan menjadikan PJJ menjadi sesuatu
yang menyenangkan. Berbagai variasi dalam penyampaian
materi kepada peserta didik akan menjadi daya tarik tersendiri
bagi peserta didik.
2. Kemampuan Menjadi Motivator
Pembelajaran daring (PJJ) yang sudah berlangsung cukup
lama, telah menjadikan sebagian besar peserta didik jenuh,
boring. Pengalaman-pengalaman indah ketika pembelajaran
tatap muka bersama temannya menjadikan kerinduan tersendiri.
Tidak semua peserta didk aktif dalam menikuti PJJ, tidak semua
peserta didik mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah
disediakan. Dalam kondisi seperti inilah peran pendidik sebagai
motivator harus dimunculkan. Pendidik harus mampu
memotivasi peserta didik agar tetap semangat melaksanakan
kegiatan keagamaan, mengikuti PJJ, semangat untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu, semangat untuk meraih
sukses-sukses kecil setiap harinya demi menggapai sukses-
sukses besar.
3. Memupuk Kepedulian dan Kesabaran
Kepedulian dan kesabaran harus tertanam dalam diri
pendidik. Melalui bidang agama, hal ini akan tertanam dalam diri
kita. Pembelajaran daring dalam setiap harinya harus
menyampaiakn materi secara online, juga harus mengecek
keikutsertaan peserta didik dalam PJJ, membutuhkan kepedulian
dan kesabaran. Bagaimana tidak, ketika PJJ berlangsun, pendidik

23
harus mengecek keikutsertaan siswa, ternyata ada saja siswa
yang belum bergabung. Pendidik menghubungi peserta didik
melalui pesan whatsApp dan kadang juga melalui videocall,
ternyata belum berhasil juga. Hal ini sering terjadi. Banyak faktor
yang menjadikannya. Faktor kurang perhatian orang tua, faktor
jaringan, faktor kepemilikan kuota, faktor dari pribadi peserta
didik. Untuk menjadikan peserta didik kembali ke “jalan yang
benar” maka dari berbagai unsur harus terlibat di dalamnya.
Selain bidang pendidikan, pandemi covid-19 telah berimbas
pada bidang ekonomi. Pandemi covid-19 telah memaksa kita
untuk memutar otak bagaimana kita bisa mengatasi kesulitan-
kesulitan yang ditimbulkan oleh pandemi ini. Tidak jarang
perusahaan-perusahaan, pengusaha-pengusaha terpaksa
merumahkan karyawannnya. Pengangguran semakin
membludak, banyak pekerja-pekerja yang terkena PHK. Pada
akhirnya, siapa pun harus berani mencoba berusaha di bidang
lain agar dapur tetap mengepul agar kebutuhan-kebutuhan lain
terpenuhi.
Pandemi covid-19 telah berimbas di berbagai ranah
kehidupan. Sudah seharusnya kita harus “memperkaya diri”
dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan agama. Dengan
bekal pengetahuan, keterampilan, dan agama kita akan bisa
melewati pandemic covid-19 dengan baik.

24
STRATEGI PEMBELAJARAN PADA MASA
PANDEMI COVID 19

RR Noor Khalifah Yuliasti, S.Pd., M.Pd5


MI Ma’arif Candran

“Seiring dengan kemajuan teknologi, dan dengan


adanya wabah covid 19, maka pembelajaran daring,
luring maupun kombinasi dari keduanya menjadi
alternative pilihan pembelajaran jarak jauh.
Pembelajaran tersebut merupakan bentuk kegiatan
pembelajaran interaktif yang dapat berdiri sendiri-
sendiri atau dipadukan.”

Pendahuluan
Jumlah penderita positif corona terus bertambah setiap
harinya, bahkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan
bahwa pandemi ini tidak akan berakhir secara cepat. Istilah
social distancing, yang pada awalnya terdengar asing, kini
menjadi akrab dalam setiap pembahasan. Semua hal yang
melibatkan kegiatan berkelompok kini banyak dihentikan
sementara untuk mencegah potensi penyebaran virus corona ini.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, dampak pandemi pun
turut berimbas. Kegiatan pembelajaran disekolah dihentikan
sementara dan digantikan dengan pembelajaran jarak jauh
(distance learning). Hal ini menimbulkan banyak problematika
terkait dengan pembelajaran.

5 Penulis lahir di Yogyakarta, 22 Juli 1975, penulis merupakan Guru di MI


Ma’arif Candran, penulis menyelesaikan gelar Sarjana Pendidikan di IKIP Yogyakarta
(1998),dan gelar Magister Pendidikan diselesaikan di UIN Sunan Kalijaga Program
Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (2017).

25
Menurut pakar Kebijakan Publik UGM Agustinus Subarsono,
di Yogyakarta berdasarkan survei terhadap 1.304 responden
melalui media survei Google from sejak tanggal 25 juni sampai
dengan 1 Juli 2020, kendala yang banyak dihadapi dalam
pembelajaran jarak jauh terutama pembelajaran secara daring
adalah:
1. Jaringan internet.
Jaringan internet yang tidak lancar menjadi kendala utama
dalam penyelenggaraan pendidikan di tengah pandemi covid 19.
Hal ini dikeluhkan oleh siswa, orang tua siswa maupun guru
sebagai pengguna utama jaringan internet dalam kegiatan
pembelajaran jarak jauh.
2. Keterbatasan biaya untuk mengakses internet.
3. Kesulitan orang tua dalam mendampingi anak saat
mengikuti pembelajaran jarak jauh, karena
keterbatasan waktu yang dimiliki.
4. Guru banyak yang belum terbiasa dengan penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi, sehingga saat
pembelajaran jarak jauh secara daring memiliki kendala
dalam memanfaatkan teknologi ini.
5. Sebagian besar siswa merasakan bahwa materi bahan
ajar dan kegiatan pembelajaran jarak jauh lebih sukar
dari pada pembelajaran konvensional.
6. Banyak siswa merasa jemu dalam mengikuti
pembelajaran daring dan lebih senang mengikuti
pembelajaran tatap muka
Hambatan-hambatan tersebut apabila tidak segera
ditangani dengan baik akan mempengaruhi keberhasilan dari
tujuan pendidikan nasional, seperti yang tercantum dalam UU
No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

26
yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pengertian Pembelajaran Daring dan Luring
Istilah pembelajaran daring dan luring yang memanfaatkan
teknologi Informasi dan Komunikasi mulai akrab ditelinga kita
seiring dengan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilakukan
secara online, menggunakan aplikasi pembelajaran maupun
jejaring social yang dilakukan tanpa tatap muka. Dalam hal ini,
segala bentuk materi pelajaran yang diberikan oleh guru
dilakukan secara online, komunikasi antara guru dan siswa
maupun tes serta ujian juga dilaksanakan secara online.
Luring merupakan kepanjangan dari luar jaringan. Kata
luring merupakan lawan kata daring. Sehingga, pembelajaran
luring dapat diartikan sebagai bentuk pembelajaran offline yang
sama sekali tidak dalam kondisi terhubung jaringan internet
maupun intranet. Sebagai contoh kegiatan luring antara lain,
siswa membuat tulisan artikel, menggambar ataupun
mengerjakan tugas dari modul pembelajaran.
Peran Guru dan Strategi Pembelajaran Di Masa Pademi
Covid 19
Guru merupakan komponen paling penting dalam
pendidikan. kehadiran dan langkah yang diambil serta
keberhasilan dalam tugasnya akan sangat menentukan
bagaimana output dari pendidikan. Guru akan menjadi pusat
sorotan strategis ketika terjadi persoalan dalam dunia
pendidikan (Rudiana, 2012:xiv). Oleh sebab itu, guru dituntut
untuk peka terhadap dinamika perkembangan masyarakat, baik

27
perkembangan kebutuhan yang selamanya berubah,
perkembangan sosial, budaya, politik, termasuk perkembangan
teknologi (Wina Sanjaya, 2014:21) dimana penerapannya dalam
bentuk pengabdian.
Peran guru menjadi semakin penting mengingat proses
pembelajaran di masa pandemic covid 19 ini yang dilakukan
dengan tidak bertatap muka secara langsung. Sehingga guru
harus berupaya semaksimal mungkin agar siswa dapat
memahami materi yang disampaikan secara daring maupun
luring.
Beberapa peran guru ditengah maraknya wabah virus
corona ini, yaitu:
1. Guru Sebagai Fasilitator dan Motivator
Guru memberikan penjelasan materi dan penugasan
terhadap siswa disertai dengan motivasi untuk tetap semangat
dalam belajar ditengah maraknya pandemic covid. Guru juga
memberikan nasihat agar siswa dapat menghadapi pandemi
dengan baik. Guru juga harus memerhatikan mood belajar siswa
agar tidak terlalu stress akibat tugas yang harus dikerjakan.
2. Guru sebagai Inovator
Pembelajaran yang dilakukan secara daring mengharuskan
guru untuk menguasai teknologi. Guru harus inovatif terhadap
media maupun metode yang terus berkembang. Sesuai dengan
kondisi saat ini, guru hendaknya menguasai beberapa teknik
belajar secara daring, misal melalui zoom, google classroom, dan
lainnya. Metode yang diterapkan berbeda dari biasanya sebab
belajar tidak berlangsung secara tatap muka, sehingga guru
harus pintar-pintar memilih metode yang akan digunakan dalam
pembelajaran daring.

28
3. Guru sebagai Evaluator
Setelah proses pembelajaran daring dilakukan, guru harus
mampu mengevaluasi kekurangan dari pembelajaran daring,
masalah-masalah yang timbul pada siswa maupun saat proses
pembelajaran, apakah siswa menerima materi pelajaran dengan
baik atau tidak, dan masalah lainnya.
Selain beberapa peran guru seperti yang diuraikan diatas,
untuk mengatasi beragam kendala berkaitan dengan proses
pembelajaran daring tersebut, guru perlu mempersiapkan modul
pembelajaran yang dapat menjadi acuan siswa selama
pembelajaran daring, sehingga, siswa dapat belajar dengan baik
meskipun terkendala oleh jaringan.
Modul ini dibuat sebagai upaya menghadapi kompleksitas
tantangan dibidang pendidikan dan pengajaran secara daring.
Materi yang disajikan pada modul berisi materi pembelajaran
per-sub tema dan diintegrasikan dengan kegiatan yang berkaitan
dengan pembentukan kecakapan diri menghadapi kehidupan
new normal, sehingga peserta didik terbiasa dengan kegiatan
yang sesuai dengan protocol kesehatan, memiliki karakter dan
sikap pembelajar sejati yang dapat menjaga kesehatan diri dan
lingkungan. Dengan adanya modul ini diharapkan dapat
membantu mengatasi kendala-kendala yang terjadi saat
pembelajaran daring.
Dengan demikian, seiring dengan kemajuan teknologi, dan
dengan adanya wabah covid 19, ditangan guru yang kreatif dan
inovatif, maka pembelajaran daring, luring maupun kombinasi
dari keduanya dapat menjadi alternatif pilihan pembelajaran
jarak jauh.

29
Daftar Pustaka
Antara Jogja (2020, 5 Agustus) Pakar UGM: Ketersediaan Internet
Menjadi Kendala Pembelajaran Jarak Jauh. Diakses pada 8
Oktober 2020 dari
https://jogja.antaranews.com/berita/442646/pakar-ugm-
ketersediaan-internet-menjadi-kendala-pembelajaran-
jarak-jauh
Depdiknas. 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang
sistem pendidikan nasional.
Rudiana. 2012. Karakter Guru Menyenangkan Berbasis Ramah
Otak. Bandung: Smile’s Indonesia Institute Publishing
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar
Proses pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Cet. XI.

30
BAB II AKTIVITAS BELAJAR PESERTA
DIDIK SELAMA PANDEMI
DISKUSI MAHASISWA DI MASA PANDEMI:
SATU CATATAN PADA MATA KULIAH CROSS
CULTURAL UNDERSTANDING

Dr. Nurul Aryanti, M.Pd.6


Politeknik Negeri Sriwijaya

“Pembelajaran tentang Cross Cultural Understanding


sangat penting bagi pembelajar bahasa, terutama
pembelajar bahasa asing.”

Bahasa dan Budaya


Salah satu alat untuk berkomunikasi adalah bahasa.
Menurut Sapir (1921) “Language is a purely human and non-
instinctive method of communicating ideas, emotions and desire by
means of voluntarily produced symbols”. Pada definisi tersebut
Safir menyiratkan bahwa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi
sangat krusial. Pendapat tersebut didukung oleh Nggili (2017),
yang menyatakan bahwa saat ini kesadaran akan pentingnya
fungsi bahasa dalam meningkatkan kualitas SDM mulai tumbuh
di Indonesia. Banyak orang belajar bahasa asing agar memahami
budaya dan karakter bangsa tersebut, selain dari ada tujuan
untuk belajar hal lain di wilayah negara tersebut. Upaya
memahami bahasa orang lain, merupakan bentuk dari
komunikasi antar budaya.

6Penulis. lahir di Palembang, 18 February 1968. Menyelesaikan pendidikan

S1 dan S2 pada program studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Sriwijaya. Pada
tahun 2017 menyelesaikan Program S3 di program studi Pendidikan Bahasa,
Universitas Negeri Jakarta. Sejak tahun 1992 bertugas di Politeknik Negeri Sriwijaya
sebagai Dosen Bahasa Inggris. Pengalaman Menimba Ilmu di Luar Negeri: 1996: Short
Course in English for Specific Communication, Ghent University, Belgian. 2001-2002:
Englisch Seminar, American Literature, Bonn University, Germany.
Budaya didefinisikan oleh Newmark sebagai “a way of life of
a certain society which is expressed by certain language”. Dengan
kata lain bahasa memiliki peranan dalam mengekspresikan cara
hidup dari masyarakat tertentu, sehingga bahasa dan budaya
memiliki hubungan yang sangat erat dalam kehidupan manusia.
Namun demikian, dengan beragam bahasa dan budaya di dunia,
memungkinkan timbulnya perbedaan konsep dan pengertian
dalam budaya.
Salah satu contoh hypothesis yang paling terkenal mengenai
hubungan antara bahasa dan budaya digambarkan oleh Nida dan
Taber (1982) dalam Pujiyanti dan Zuliani (2014) sebagai
perbedaan konsep yang menimbulkan pertentangan yang serius
pada perbedaan budaya, yaitu mengacu pada kata dog. Cross-
cultural misunderstanding akan terjadi bila makna dari kata
tersebut dianggap sama oleh dua bahasa, tetapi pada
kenyataannya menggambarkan pola budaya yang berbeda.
Beberapa humor tercipta pada saat seorang turis yang berasal
dari Turki mengunjungi USA, menolak untuk memakan a hot dog,
karena bertentangan dengan kepercayaannya yang melarang
untuk memakan daging anjing. Dengan demikian, pembelajaran
tentang Cross Cultural Understanding sangat penting bagi
pembelajar bahasa, terutama pembelajar bahasa asing.
Pembelajaran Cross Cultural Understanding
Cross Cultural Understanding adalah salah satu mata kuliah
yang diberikan bagi mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris Semester
III, Program D3, Politeknik Negeri Sriwijaya. Pada awal semester
genap, Februari 2020, kontrak pembelajaran telah dijelaskan
dilanjutkan dengan Introduction tentang matakuliah tersebut
beserta references untuk mendukung pemahaman mahasiswa.
Sebelum adanya instruksi untuk Learning From Home,
pembelajaran telah dilakukan beberapa minggu sesuai dengan
silabus.

34
Capaian pembelajaran matakuliah Cross Cultural
Understanding adalah lulusan mampu menggunakan Bahasa
Inggris dengan memperhatikan aspek lintas budaya dengan baik
dan benar, untuk menghindari salah paham dan salah prilaku
dalam berkomunikasi. Selain itu, lulusan diharapkan mampu
menggunakan kemampuan berkomunikasi dengan pemahaman
lintas budaya maupun untuk melanjutkan pendidikan ke luar
negeri. Lulusan juga diharapkan dapat menghargai budaya yang
berbeda dari penutur asli bahasa inggris ketika berkomunikasi
(Aryanti, 2019). Oleh karena itu pembelajaran ini tidak hanya
akan menyoroti perbedaan budaya dalam bahasa, tetapi juga
dalam hal berperilaku
Untuk memaksimalkan pembelajaran, Politeknik Negeri
Sriwijaya telah memfasilitasi dosen dan mahasiswa dengan LMS
(Learning Management System). Sistem ini memungkinkan
dosen mengupload materi ajar, memeriksa tugas-tugas yang
dikirimkan oleh mahasiswa dan menampilkan nilai. Akan tetapi,
walaupun sistem ini telah lama diberlakukan, dosen merasa
tidak memerlukannya, karena merasa pembelajaran dengan
tatap muka lebih efektif dalam komunikasi dan penyampaian
materi. Dengan demikian, dosen dan mahasiswa masih terbiasa
dengan sistem tatap muka.
Dengan diberlakukannya Learning From Home sejak bulan
Maret 2020, Dosen dan mahasiswa sama-sama berjuang dalam
menyikapi keadaan yang baru. Artinya harus belajar disiplin
dengan waktu, terutama dalam penyelesaian dan pengiriman
tugas-tugas yang telah disepakati sebelumnya, serta menyiapkan
presentasi kelompok. Selain itu, ketersediaan internet yang
memadai juga akan mendukung kelancaran pembelajaran.
Pembelajaran Cross Cultural Understanding tetap
berlangsung lewat LMS, Whatsaps group, Google meet, Google
classroom, dan google zoom. Sebelum pembelajaran dimulai,
penulis dan ketua kelas telah berkomunikasi lewat whatsups

35
group tentang media yang akan digunakan, Selain itu, untuk
memeriksa kehadiran mahasiswa, administrasi Jurusan
mengharuskan mereka untuk masuk ke LMS tepat waktu, sesuai
dengan jadwal pembelajaran, mahasiswa yang telat, akan dikenai
kompensasi yg akan dihitung di akhir semester.
Dalam matakuliah ini, mahasiswa telah dibagi menjadi
beberapa kelompok dan setiap kelompok memiliki topik yang
akan dipresentasikan serta dilanjutkan dengan diskusi. Berikut
ini adalah hasil catatan diskusi mahasiswa dalam bentuk tanya
jawab yang menurut penulis dapat mewakili keluasan pemikiran
mahasiswa dalam menyikapi masalah-masalah yang muncul
dengan perbedaan bahasa dan budaya. Karena keterbatasan
ruang, penulis hanya menampilkan diskusi dari beberapa topic
bahasan.. Karena diskusi dikutip langsung dari hasil
tulisan/pernyataan mahasiswa, penulis tidak mengedit
kesalahan grammar, spelling, dll.
Cultural Adjustment, Cultural Conflict, Family Values,
Personal Relationship, Work values, Time and Space
Patterns
1. Alicia: What should we do if we still can’t adjust the
other culture in our life?
Cindy: we believe we can adjust the other culture even
it’s really hard, because if we want we can do it even
slow. But believe that we can achieve it, the reason why
we can not adjust it because we are not familiar with the
culture. Actually it depends on how this things happen to
you, if you go to other places but you can't adjust with
the culture then it will affect yourself, like culture shock
might happen to you because you don't adjust yourself
with the new culture, but if that happen like foreign
culture get in to your place then it is you the one who
may choose whether you want to adjust with the new
culture that comes to your place or not.

36
2. Balqis: What kind of adjustment that we have to do if we
move to another country?
Riska: Firstly, you have to prepare all the administration
that you need when you want move to the other country.
For example, passport, visa, etc. Secondly, this is really
important that you have to prepare enough money,
because in there you need money to buy any needs. Next
is the most important adjustment is language skill in that
country at least you know English language, because
when you don't have skill in language, it will be difficult
for you to adapt with the other people because you
cannot communicate with the local people. The last is
your mentality because you will facing the different
culture, habit and people around you will different.
3. Syafira: Can you explain how to anticipate culture
shock?
Renaldi: The most important is you have to
UNDERSTAND. It’s normal that you might feel a bit
insecure or anxious. You are faced with a different
climate, values, attitudes, lifestyles, languages, and
political and religious beliefs, which can for sure be a
little overwhelming. If you try to understand why
something is different, you will also start to understand
the local way of life more deeply. This will help you feel
less insecure or anxious. And then; ACCEPT AND ADAPT.
Try to recognize that you are experiencing a culture
shock. Realizing it can help you deal with it better.
Culture shock can be overcome when you accept and
adapt to a foreign culture.
Sara: You must have the knowledge of the country first
such as culture, habit, and culinary. It will make you easy
to get anything you need there.

37
4. Indira: Can you give us an example of a stereotype in
Indonesian culture?
Juriyatina: One of them is Minang/Padang etnic. The
positive stereotype is that they are hard workers.
However, they have negatine ones, stubborn and selfish.
Because of the stereotype, if we meet Padangnese, the
prejudices arise, although we realize that it is not really
true.
5. Dhea: I want to ask you about family, as I know foreign
men like to help their wives with the household.
Unfortunately, not all husbands in Indonesia are willing
to do that.
Fal: I think, it is because the men still stuck on the
traditional roles in family, females have to do household
jobs, men only responsible for earning money.
6. Audi: How to improve a work value for a fresh graduate?
Prilly: To improve your values while you are still a fresh
graduate when you're working on a company, it appears
by yourself actually, because as you can see on the slide
work values includes your good personalities like
responsibility, creativity, independence, and etc. you can
think straight in order to improve your values, you can
think positively that you can be a better person, like
knowing yourself, and also be yourself. yet, be yourself is
not enough to reach all of them, you can be "the best
person of you" to improve your personal values in
workplace. Also, to make yourself more creative and
being independent, you should learn more and more
from anything, motivate yourself with some good things
and it will make yourself become a qualified person with
a good value in a workplace.

38
7. Agra: Do you think that ‘laid back’ in Australia is the one
of work ethics?
Putri: Australians are known for their laid-back and
relaxed attitude in life, and this is true to an extent at
least. Australia is also a highly developed, modern
country, with strong professional, corporate and
business sectors. Although the laid-back attitude remains
a strong element of the country’s culture, many
Australians these days are driven and hard-working with
very busy lives, just
8. Wahab: Time is very important thing in Job. It can be
said that one determines success but not a few people
can be punctual in doing do. According to the article I
read, they regard lateness 15 minutes is present for
some guest or participant in meeting. That’s why
lateness in Mexico vulnerable occurs.
Shania: I have read from Gigi and Alfina explanation
that Mexican like to be late because they assume when
they arrive early is considered rude because they
precede the owner of the event.
Dari diskusi di atas, terlihat bahwa mahasiswa dapat
menyikapi permasalahan budaya, baik dalam budaya lokal,
maupun budaya asing. Selain itu mahasiswa juga telah dapat
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka
nantinya, terlihat dari pertanyaan nomor 6, tentang nilai-nilai
yang harus dimiliki oleh seorang fresh graduate nantinya, yamg
tentu saja mencerminkan kehidupan mereka di masa yang akan
dating. Pada prinsipnya dalam matakuliah ini, penulis selalu
menekankan bahwa menghargai budaya orang lain merupakan
keharusan dalam hidup bermasyarakat, demi terciptanya dunia
yang aman dan penuh kedamaian.

39
Daftar Pustaka
Aryanti, Nurul. 2019. RPS: Cross Cultural Understanding. Jurusan
Bahasa Inggris. Politeknik Negeri Sriwijaya.
Newmark, P. 1981. Approaches to Translation. Oxford: Pergamon
Press
Nggili, Ricky Arnold. 2017. Cross Cultural Understanding.
http://rickyanggili.blogspot.com/2017/02/cross-cultural-
understanding-ccu.html. Diakses pada tanggal 3 Oktober
2020.
Nida, E& Taber, C. 1982. The Theory and Practice of Translation.
Leiden: E.J.Brill
Pujiyanti, Ummi & Fatkhunaimah Rhina Zuliani. 2014. Cross
Cultural Understanding: A Handbook to Understand Others’
Cultures. CV. Hidayah. Yogyakarta.
Sapir, Edward. 1921. Language: An Introduction to the Study of
Speech. Ottawa.

40
PENDIDIKAN CINTA TANAH AIR PADA
MAHASISWA BARU SELAMA
PEMBELAJARAN DARING

Aris Priyanto, M.Ag7


IAIN Pekalongan

“Adanya pendidikan cinta tanah air di lingkungan


kampus, khususnya bagi para mahasiswa baru sangat
baik sekali. Mahasiswa merupakan agent of change
(agen perubahan) yang diharapkan mampu menjadi
contoh dan berperan aktif dalam membantu
masyarakat supaya bisa memiliki rasa cinta tanah air.”

Seluruh Negara di dunia saat ini masih diselimuti oleh


wabah virus Corona. Bahkan Negara Indonesia termasuk salah
satu Negara yang juga masih terpapar dan merasakan dampak
dari pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 ini mampu membuat
perubahan yang cukup signifikan dalam berbagai bidang, mulai
dari bidang perekonomian, kesehatan, sosial. psikologi dan
pendidikan tentunya. Kondisi tersebut tentu sangat
memperihatikan dan perlu sekali untuk segera ditangani. Namun
sampai saat ini, obat penawar atau vaksin untuk mengobati
pasien yang terpapar virus tersebut belum juga ditemukan
secara terperinci dan tegas.

7 Penulis lahir di Pekalongan, 06 April 1988, penulis merupakan Dosen

IAIN Pekalongan dalam bidang Ilmu Tasawuf, penulis menyelesaikan gelar Sarjana
Ilmu Tasawuf dan Psikoterapi di IAIN Pekalongan (2017), sedangkan gelar Magister
Ilmu Agama Islam di UIN Walisongo Semarang (2019). Selain sebagai Dosen di IAIN
Pekalongan, penulis juga aktif dalam pengabdian masyarakat dan organisasi Islam di
wilayah Pekalongan.
Keadaan demikian juga secara umum berpengaruh besar
dalam proses pembelajaran yang terjadi di Indonesia saat ini.
Pembelajaran yang dulunya menggunakan sistem tatap muka
akhirnya harus memakai sistem daring .Pembelajaran daring
sebenarnya belum bisa sepenuhnya menjadi perantara untuk
melakukan kegiatan belajar mengajar (KBM). Karena sebagian
besar pembelajaran ini masih terkendala oleh jaringan (sinyal)
dari internet dan media sosial pembelajaran daring yang
digunakan belum semuanya bisa mereka akses dan gunakan.
Berbagai kendala yang muncul dalam pembelajaran daring
tersebut akhirnya membuat semua orang termasuk para
mahasiswa menyalahkan pemerintah, dalam hal ini menteri
pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan. Mereka
menganggap bahwa pemerintah mempersulit proses belajar bagi
para generasi bangsa dalam hal ini mahasiswa. Seharusnya
pemerintah bisa lebih bijak dalam menangani masalah Covid-19.
Sehingga pemerintah tidak seenaknya menerapkan
pembelajaran daring di lembaga pendidikan. Sebab keputusan
pemerintah dalam menetapkan pembelajaran daring pada masa
pandemi ini seharusnya memikirkan dampak dan akibatnya bagi
para mahasiswa.
Menyikapi hal di atas, sangat diperlukan sekali adanya
pendidikan cinta tanah air bagi para mahasiswa, khususnya
mahasiswa baru yang langsung mengalami pembelajaran daring.
Mereka yang baru masuk dalam lingkungan kampus tentunya
masih bingung dan belum bisa sepenuhnya bisa mengikuti
pembelajaran daring. Sebagian besar dari mereka tentunya
butuh adanya pendampingan dan bimbingan secara ekstra di
lingkungan perkuliahan. Mereka juga perlu sejak dini diajarkan
tentang rasa cinta tanah air yang bisa saja kendor karena adanya
pembelajaran daring. Cinta tanah air merupakan kewajiban bagi
seluruh rakyat yang berada di suatu Negara. Sebagaimana

42
kewajiban cinta tanah air bagi seluruh rakyat Indonesia terhadap
Negara Indonesia tentunya. Ungkapan Cinta tanah air seringkali
dikaitkan dengan masalah keimanan. Sebagaimana sebuah hadits
yang berbunyi:
‫ان‬ َ ‫الو‬
ِ ‫ط ِن مِ نَ اال ْي َم‬ َ ‫ُب‬ُّ ‫ح‬
“Cinta tanah air sebagian dari iman”
Hadits tersebut secara tegas menjelaskan bahwa mencintai
terhadap Negara atau Bangsa merupakan sebuah bentuk
keimanan. Apalagi cinta merupakan sebuah kondisi batin yang
selalu ingin terpaut dan selalu dekat dengan yang di cintai.
Seseorang yang tenggelam dalam cinta harus mampu menyelam
dan menyatu dengan yang dicintainya. Ketetapan pemerintah
terkait pembelajaran daring ini jangan sampai membuat rasa
cinta pada tanah air menjadi berkurang. Sebab orang yang di
dalam dirinya sudah melaekat rasa cinta pada tanah air akan
selalu siap berkorban jiwa raganya untuk Bangsa dan Negaranya.
Meskipun timbal balik yang diberikan oleh Bangsa dan Negara
tidak sebanding dengan rasa cinta dan pengorbanannya.
Pendidikan cinta tanah air akan membuat mahasiswa baru
menjadi yakin bahwa Negara yang menjadi tempat tinggalnya
memang sudah spantasnya mereka cintai. Bentuk dan ukuran
cinta tanah air mereka tidak bisa di ungkapkan dan
digambarkan. Karena begitu besar rasa cinta tanah airnya,
mereka akan selalu lapang dada menerima setiap keputusan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Mereka tidak akan lagi
mempersoalkan lagi terhadap setiap keputusan dan kebijakan
yang telah diatur oleh Negara. Sebagaimana telah ditetapkannya
pembelajaran daring selama pandemi Covid-19 ini harus benar-
benar mereka terima dan harus mereka jalankan.
Pembelajaran daring menjadikan perubahan karakter
mahasiswa dalam kurangnya rasa cinta tanah air. Selama
pembelajaran daring mereka merasa tidak sepunuhnya belajar

43
secara utuh dan totalitas. Mereka menganggap bahwa
pembelajaran yang saat ini mereka lakukan jauh sekali dari cita-
cita pendidikan yaitu pembangunan karakter bagi para
mahasiswa. Apalagi mereka tidak bisa secara langsung
berinteraksi fisik dengan para dosen yang sebenarnya bisa
menimbulkan pembangunan nilai-nilai karakter mahasiswa
menjadi baik. Tanpa tatap muka, mereka tidak sepenuhnya
merasakan arti pentingnya belajar. Bahkan mereka juga mulai
tidak merasakan adanya semangat cinta tanah air. Meskipun
sebenarnya mereka masih membutuhkan dorongan dan motivasi
terhadap pembangunan rasa cinta tanah air dalam diri mereka.
Makna Penting Pendidikan Cinta Tanah Air
Pandemi Covid-19 yang sampai saat ini belum juga hilang di
Bangsa Indonesia menjadikan semangat berbangsa dan
bernegara menjadi semakin melemah. Pembatasan Sosial
Bersekala Besar (PSBB) yang dulu pernah diterapkan dan dirasa
mampu mengurangi populasi penyebaran Covid-19 kini
diterapkan kembali. Padahal dua bulan terakhir, PSBB sudah
dianggap menjadi solusi dalam mencegah penyebaran Covid-19
di Bangsa. Bahkan PSBB telah mampu membuat pemerintah
memutuskan sebuah tatanan kehidupan baru yang dikenal
dengan sebutan New Normal. Namun dalam perkembangannya
ternyata New Normal justru malah di salah artikan oleh
kebanyakan rakyat Indonesia. PSBB justru malah membuat
kasus penularan dan penyebaran Covid-19 di Bangsa ini semakin
menambah daftar dari kasus warga yang terpapar virus Corona.
Warga menganggap bahwa New Normal adalah sebuah tanda
bahwa virus Corona telah hilang di negeri ini.
Pemahaman tersebut akhirnya juga berdampak pada dunia
pendidikan yang rencananya pada pertengahan September akan
diadakan pembelajaran tatap muka menjadi tertunda bahkan
mungkin tidak jadi dilakukan. Sementara sebagian Perguruan
Tinggi yang sudah merencanakannya harus gigit jari lagi. Karena

44
kasus warga yang terpapar virus Corona juga menjadi semakin
bertambah. Akhirnya pemerintah menetapkan kembali PSBB
tahap dua dengan pengawasan yang lebih ketat lagi. Sehingga
seringkali diadakan operasi pencegahan Covid-19 di beberapata
tempat umum seperti pasar, jalan raya dan berbagai tempat
berkumpulnya warga. Warga yang tidak mematuhi protokol
kesehatan, seperti tidak memakai masker dan tidak social
distancing diberi sanksi seperti push-up dan membersihkan
sampah.
Melihat kondisi demikian, apabila mereka tidak diberi
pendidikan cinta tanah air, tentunya mereka akan membenci
terhadap pemerintah dan rasa cinta tanah airnya menjadi
berkurang. Maka adanya pendidikan cinta tanah air di
lingkungan kampus, khususnya bagi para mahasiswa baru sangat
baik sekali. Mahasiswa merupakan agent of change (agen
perubahan) yang diharapkan mampu menjadi contoh dan
berperan aktif dalam membantu masyarakat supaya bisa
memiliki rasa cinta tanah air. Pendidikan cinta tanah air bagi
mahasiswa baru juga bisa menjadikan mereka sadar bahwa
tanggungjawab negara nantinya juga berada di pundak mereka.
Tanpa sadar akan hal itu, tentunya mereka akan menjadi acuh
dan cuek terhadap berbagai urusan pemerintahan dan
kebangsaan. Apabila hal itu terjadi, secara tidak langsung
mahasiswa yang merupakan generasi bangsa ini sudah tidak lagi
bisa diharapkan eksistensinya.
Eksistensi mahasiswa terhadap semangat cinta tanah air
yang kendor menjadikan mereka tidak lagi perduli terhadap
masalah yang ada di bangsa ini. Bangsa yang sejatinya
mengharapkan mereka bisa membawa kemajuan dan kejayaan
sudah tidak memiliki rasa cinta tanah air lagi. Mereka justru
semakin menjauh dari berbagai permasalahan yang sebetulnya
mereka bisa berperan di dalamnya. Bahkan di antara mereka
juga ada yang siap untuk memberontak dan menggulingkan

45
pemerintahan ini. Kebencian mereka terhadap pemerintah
sudah tidak bisa diredupkan lagi dan semakin menggelora dalam
jiwa mereka. Sehingga segera mungkin mereka harus
mendapatkan pendidikan cinta tanah air. Pendidikan cinta tanah
air memiliki beberapa peranan penting, antara lain:
1. Menumbuhkan jiwa sosial terhadap lingkungan sekitar
2. Memiliki semangat mengabdi kepada bangsa dan negara
3. Merasa memiliki dan bertanggungjawab terhadap
kemajuan dan perkembangan bangsa dan negara
4. Menyadari akan pentingnya rasa cinta tanah air
5. Senantiasa siap berkorban jiwa raganya untuk bangsa
dan negara
6. Memiliki semangat dan motivasi untuk menjaga
kedaulatan bangsa dan negara
Beberapa peranan penting tersebut apabila benar-benar
ditanamkan pada mahasiswa sejak dini, maka mereka akan
menjadi generasi yang benar-benar diharapkan bangsa ini.
Semangat mereka juga tentunya akan menubuhkan rasa
memiliki dan siap siaga dalam menjaga bangsa. Pada masa
pandemi Covid-19 yang mengakibatkan adanya pembelajaran
daring ini juga tidak membuat surutnya rasa cinta tanah mereka.
Justru hal itu akan menambah semangat mereka dalam bersama-
sama menyikapi dan mencari solusi pembelajaran yang terbaik
saat ini. Sehingga adanya pembelajaran daring yang merupakan
dampak dari pandemi Covid-19 ini bagi mereka tetap dijalankan
dengan penuh semangat dan keceriaan. Dengan begitu,
pembelajaran daring justru didorong oleh mereka secara
totalitas dan penuh tanggungjawab. Sebab pembelajaran daring
selain sebagai solusi dari pembelajaran dalam masa pandemi,
pembelajaran daring secara tidak langsung mengajarkan mereka
akan pentingnya memanfaatkan perkembangan teknologi.
Teknologi media sosial yang sangat ini berkembang dan maju

46
ternyata bisa menjadi solusi dalam pembelajaran di masa
pandemi. Media sosial akhirnya tidak hanya dijadikan sebagai
alat pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, tapi juga bisa
dimanfaatkan sebagai salah satu media pembelajaran di masa
pandemi. Sedangkan pendidikan cinta tanah air di masa
pembelajaran daring ini menjadikan para mahasiswa baru sadar
akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai generasi penurus
bangsa ini.

47
48
KREATIVITAS MAHASISWA DIMASA
PANDEMI DALAM MENGHADAPAI
PEMBELAJARAN PADA SEMENTER GANJIL
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Usep Saepul Mustakim8


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Syekh
Manshur

“Kreaativitas mahasiswa terlihat dengan berbagai


kegiatan yang ada dikampus, namun di masa pandemi
covid-19 ini kreativitas mahasiswa belum nampak
terlihat, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat kreativitas mahasiswa STKIP
Syekh Manshur dimasa pandemi dalam menghadapai
pembelajaran.”

Mahasiswa merupakan salah satu bagian terpenting dari


dari unsur perguruan tinggi, peran mahasiswa diperlukan agar
menjadikan suasana kampus lebih hidup. Mahasiswa bukan lagi
sekedar siswa biasa di sekolah yang lalu lalangnya terbatas
dengan seragam yang sama dengan siswa lainnya tetapi
mahasiswa dibuat dengan skema untuk menjadikan perbedaan
pola pikirnya masing-masing menjadi suatu keberagaman yang
menghasilkan kreativitas mahasiswa dibidang keilmuaannya
maupun lintas keilmuannya selama itu tindakan yang baik dan

8Usep Saepul Mustakim lahir di Jiput Kabupaten Pandeglang, 07 April


1988, penulis merupakan Dosen STKIP Syekh Manshur pada Program Studi
Pendidikan Matematika, penulis menyelesaikan gelar Sarjana Pendidikan Matematika
di Universitas Mathla'ul Anwar (UNMA Banten) lulus pada tahun 2013 dan gelar
Magister Pendidikan diselesaikan di Universitas Islam Nusantara (UNINUS Bandung)
Program Studi Administrasi Pendidikan (Manajemen Pendidikan) lulus pada tahun
2017.
tepat. Pengalaman mengajar di STKIP Syekh Manshur selama
bertahun-tahun lamanya membuat ketertarikan akan
ingintahunya seberapa besar tingkat kreativitas mahasiswa
dalam menghadapi pembelajaran untuk tahun akademik
2020/2021 pada semester ganjil ini karena selama mengajar di
kampus tersebut baru tahun ini terasa perbedaan suasana dari
tahun sebelumnya yang memang suasana sekarang sedang
menghadapi masa pandemi covid-19. Secara subyektif penulis
masih menganggap kreativitas mahasiswa belum terlihat.
Melalui penelitian ini diharapkan ada pembuktikan secara
nyata dan obyektif dengan analisis statistik pengujian yang tepat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kreativitas mahasiswa STKIP Syekh Manshur dimasa pandemi
dalam menghadapai pembelajaran pada semester ganjil tahun
akademik 2020/2021.
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Sebagai tindakan, belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya
proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh
sesuatu yang ada dilingkungan sekitar (Dimyati dan Mudjiono,
2009: 7). Prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran yaitu: (1)
kesiapan belajar ; (2) perhatian; (3) motivasi; (4) keaktifan
siswa; (5) mengalami sendiri; (6) pengulangan; (7) materi
pelajaran yang menantang; (8) balikan dan penguatan; (9)
perbedaan individual (Hamdani, 2011: 22). Skinner
berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia
tidak belajar maka responnya menurun (Dimyati dan Mudjiono,
2009: 9). Sedangkan menurut Hamalik (2009: 27-28) belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

50
Dari penjelasan diatas bahwa belajar merupakan suatu
proses perubahan tingkah laku seseorang dengan adanya
interaksi satu orang dengan yang lainnya, sehingga
pembelajaran untuk mahasiswa dapat diartikan sebagai kegiatan
mengajar dan belajar dimana adanya akses untuk mentransfer
ilmu dari dosen kepada mahasiswa yang disertai interaksi antara
keduanya.
Bicara soal kreativivtas tentu semua orang punya daya
kreativitasnya masing-masing seperti pendapat dari Porter dan
Hermacki, (Dalam Hamzah Uno, 2012:163) yang mengatakan
bahwa seorang yang berpikir kreatif selalu mempunyai rasa
ingin tahu, ingin mencoba-coba berpetualang secara intuitif.
Lebih lanjut lagi bahwa berpikir intuitif menurut Nasution
(2010:10) yang memberikan pandangan bahwa seseorang dapat
dikiatakan berpikir intuitif, bila ia telah lama memikirkan suatu
soal dan secara tiba-tiba melihat pemecahannya, disamping itu
dikatakan bahwa seorang berpikir intuitif bila ia dapat dengan
cepat mengemukakan terkaann-terkaan yang baik dan tepat.
Dari pandangan ahli tersebut dapat dipahami bahwa kreativitas
mahasiswa dapat diartikan sebagai bentuk intuitif mahasiswa
yang diimplementasikan dalam tindakan nyata dengan cara yang
baik dan tepat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
dengan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui seberapa
besar kreativitas mahasiswa dimasa pandemi dalam menghadapi
pembelajaran semester ganjil tahun akademik 2020/2021 di
STKIP Syekh Manshur ini. Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:
80). Adapun populasi pada penelitian ini yakni Mahasiswa STKIP
Syekh Manshur yang terdaftar pada tahun ajaran 2020/2021.

51
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2011:81). Teknik pengambilan
sampel pada penelitian ini yaitu teknik sampling purposive,
dimana teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2011:124). Teknik sampling purposive digunakan
karena sampel langsung ditentukan oleh dosen dengan
pertimbangan setiap angkatan hanya terdiri dari satu kelas
sehingga sampel langsung diambil seadanya.
Penelitian dilaksanakan dibawah naungan institusi STKIP
Syekh Manshur yang beralamat di Pandeglang. Adapun waktu
penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 06 – 17 Oktober 2020.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya secara
langsung berhubungan dengan mahasiswa (data primer) antara
dosen dengan mahasiswa. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan instrumen isian angket dengan
jadwal dan waktu yang sudah ditentukan dan ditetapkan
sebelumnya. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
analisis regresi yang dibantu dengan aplikasi SPSS 16 for
windows dan referensi lainnya guna memenuhi untuk prasyarat
dalam pengujian penelitian ini.
Uji Signifikasi Korelasi Koefisien Determinasi
Dari Kreativitas Mahasiswa

Dari tabel diatas terlihat jelas kreativitas mahasiswa


memperoleh rerata 52% hal ini tentu tergolong cukup bagus
walaupun rerata sebesar itu masih jauh dari harapan maksimal
yang diinginkan oleh peneliti maupun institusi di STKIP Syekh
Manshur.

52
Kreativitas mahasiswa dapat dibuktikan dengan tindakan
nyata yang baik dan tepat, hal tersebut terlihat pada hasil
peneliitan yang menunjukkan signifikasinya sebesar 52% yang
tergolong cukup baik. Adapun saran yang dapat disampaikan
untuk mahasiswa agar terus akses berbagai informasi dan terus
akses hubungan baik antaran dosen dan mahasiswa dengan
batas kewajaran selama untuk mendukung pembelajaran dan
kreativitas mahasiswa. Selanjutnya untuk institusi di STKIP
Syekh Manshur agar tetap terbuka menerima masukan yang baik
untuki dijadikan sebagai bahan akumulasi evaluasi disetiap
momen perbaikan manjaemen mutu untuk kampus ini.

53
Daftar Pustaka
Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajar. Jakarta: Rineka
Cipta, 2009
Hamalik, O. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Hamdani. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia,
2011
Kompri. Motivasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2016
Nasution. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar
Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2011
Uno, Hamzah B. dan Nurdin Mohamad. Belajar Dengan
Pendekatan PAILKEM. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

54
BAB III PERANAN MENTAL DALAM
PEMBELAJARAN ONLINE
TRANSFORMASI MENTAL MASYARAKAT
BELAJAR PADA NEW NORMAL ERA

Fridolin Vrosansen Borolla, M.Pd9


PSDKU Universitas Pattimura di Kabupaten Kepulauan Aru

“Kondisi pendidikan yang telah memasuki era baru


atau lebih sering disebut new normal era tidak lagi
dapat dihindari. Kebiasaan lama perlu ditinggalkan
sembari membiasakan diri agar bisa terlibat secara
aktif dan dapat mengoptimalkan tugas dan peran
masing-masing dalam menjalankan tugas.”

Masyarakat dunia masih terus dihadapkan dengan


mewabahnya corona virus disease (covid-19). Begitu pun dengan
Indonesia. Kasus covid-19 per tanggal 02 Oktober 2020 menurut
laporan Pemerintah Indonesia melalui fanpage facebook
Kementerian Kesehatan RI bahwa pasien terkonfirmasi positif
berjumlah 295.499 orang, sedangkan yang berhasil
disembuhkan mencapai 221.340 orang, dan yang meninggal
sebanyak 10.972 orang. Angka positif terdampak covid-19
tersebut diprediksi terus meningkat akibat dari kurangnya
disiplin masyarakat dalam beraktifitas dan berinteraksi.
Protokoler kesehatan seolah-olah hanya slogan semata, mulai
dari memakai masker setiap keluar rumah, membawa hand
sanitizer, menjaga jarak minimum 1 meter, mencuci tangan
setelah menyetuh orang atau benda lain sering terabaikan.

9Penulis lahir di Tutuwawang, 03 Februari 1989. Saat ini penulis aktif

bekerja sebagai dosen di Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas
Pattimura di Kabupaten Kepulauan Aru. Pendidikan sarjana diselesaikan pada tahun
2013 di Universitas Negeri Malang dan magister pada tahun 2019 di Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
Di sisi lain, pendidikan merupakan salah satu bidang yang
sangat terdampak. Proses kegiatan belajar mengajar yang
lazimnya dilaksanakan secara tatap muka di ruang-ruang kelas
terpaksa harus dilaksanakan secara daring (dalam jaringan),
baik itu pada tingkatan sekolah dasar hingga pada perguruan
tinggi. Hal itu dilaksanakan oleh pemerintah sebagai upaya
untuk meminimalisir tingkat penyebaran covid-19.
Sarana dan prasarana pembelajaran daring (dalam
jaringan) memang sangat penting pada modus pembelajaran
dengan sistim work from home. Oleh karena itu, pemerataan
sarana dan prasarana pembelajaran daring sudah semestinya
merata pada seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Namun pada kenyataannya masih terdapat wilayah-
wilayah tertentu yang masih belum menikmati layanan fasilitas
listrik dan signal internet sehingga masih banyak keluhan
ditengah masyarakat, khususnya di wilayah-wilayah tertinggal
seperti wilayah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terdepan).
Pembelajaran yang dilaksanakan dari rumah atau work from
home tentu tidak mudah. Banyak keluhan yang muncul dari
masyarakat belajar, selain ketersediaan listrik dan signal
internet tetapi juga salah satunya yaitu tidak tersedianya biaya
kuota internet. Belakangan ini, pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah
memberikan subsidi kuota belajar bagi dosen, mahasiswa, guru,
dan siswa. Pemberian kuota belajar ini dinilai tepat sebagai salah
satu solusi pemerintah dalam menanggulangi polemik work from
home.
Kenyataan pembelajaran daring yang belum dapat
dimanfaatkan oleh segenap masyarakat belajar, tentu tidak
seharusnya menjadi keluhan tanpa sebuah langkah maju. Oleh
karena itu, hal lain yang perlu diperhatikan yaitu pula yaitu
unsur psikologis masyarakat belajar. Masyarakat belajar yang
dimaksudkan yaitu siswa/mahasiswa, guru/dosen, dan orang
tua.

58
1. Siswa
Siswa pada setiap satuan pendidikan mulai dari pendidikan
sekolah dasar, pendidikan sekolah menengah pertama, hingga
pendidikan sekolah menengah atas sudah seharusnya
menyesuaikan dan membiasakan diri dengan kegiatan
pembelajaran secara daring. Harapan tersebut perlu diperkuat
melalui pendampingan yang dilakukan oleh guru atau orang tua.
Di sisi lain, siswa sebagai pebelajar mesti memiliki kesadaran
dan merasa bertanggungjawab terhadap proses kegiatan belajar
yang dilaksanakan secara daring. Oleh karena itu terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan oleh siswa dalam menyikapi
pembelajaran daring diantaranya; (1) mengalokasikan waktu
belajar yang cukup di luar jam pelajaran secara daring, (2)
membiasakan mengakses sumber-sumber belajar online, (3)
membuat daftar tugas mingguan, dan (4) mengerjakan tugas-
tugas secara mandiri. Keempat kegiatan perlu dilakukan oleh
siswa dengan pendampingan orang tua di rumah.
Pada kondisi pandemik covid-19 ini, hal lain yang perlu juga
diperhatikan yaitu kebugaran jasmani siswa. Kebugaran jasmani
menjadi salah satu syarat kegiatan belajar. Oleh karena itu siswa
perlu mendapatkan asupan gizi secara seimbang, melakukan
olah raga mandiri secara teratur, dan membiasakan diri untuk
mematuhi aturan protokoler kesehatan. Aktifitas fisik dan non
fisik tersebut jika dilaksanakan secara teratur maka siswa
diharapkan dapat menyesuaikan diri pada new normal era saat
ini, dan dapat terus berpacu meraih prestasi yang gemilang.
2. Mahasiswa
Pembelajaran daring di beberapa perguruan tinggi sering
dilaksanakan. Pembelajaran daring termuat dalam sebuah
kegiatan belajar yang lebih dikenal dengan sebutan bleanded
learning. Mahasiswa dinilai merupakan pribadi yang telah siap
melaksanakan pembelajaran daring, sehingga ada optimisme
pembelajaran daring akan efektif dan efisien dilaksanakan pada
perguruan tinggi.

59
Namun tentu saja terdapat tugas-tugas belajar lainnya yang
harus diakui tidak dapat dilaksanakan dalam proses belajar
daring, seperti mata kuliah praktik serta mata kuliah lapangan.
Kedua jenis mata kuliah tersebut hanya dapat dilaksanakan
secara luring (luar jaringan) dengan penerapan protokoler
kesehatan secara ketat.
Di sisi lain, mahasiswa pada new normal era saat ini dituntut
agar lebih kreatif dan inovatif membaca peluang pengembangan
diri. Hal-hal yang perlu dilakukan misalnya mengintenskan
diskusi-diskusi adukatif secara online, mengikuti webinar-
webinar, dan pelatihan-pelatihan secara daring. Keterlibatan
mahasiswa pada kegiatan-kegiatan edukatif dan akademik
secara online merupakan suatu langkah bijak dalam menyikapi
situasi new normal era. Oleh karena itu, mahasiswa yang
memiliki semangat belajar tinggi dan berkepribadian open
minded akan mampu beradaptasi pada situasi dunia saat ini.
3. Guru
Seorang guru memiliki peran yang sangat strategis dalam
pembelajaran daring. Dengan memanfaatkan segala sarana dan
sumber belajar secara online, guru diharapkan dapat
memberikan layanan belajar secara optimal bagi siswa.
Kemampuan mengakses dan mengolah sarana dan sumber
belajar online menjadi syarat bagi guru dalam melaksanakan
pembelajaran daring. Peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran memang tidak mudah. Terdapat banyak kendala
yang dihadapi di lapangan, seperti kesulitan mengakses internet
pada wilayah-wilayah tertentu, kemampuan memanfaatkan
teknologi informasi yang masih perlu ditingkatkan, serta
kepemilikan sarana pembelajaran daring seperti
laptop/komputer dan smartphone yang belum dimiliki oleh
semua guru.
Namun guru sudah seharusnya tidak lagi menjadikan
masalah-masalah pembelajaran daring menjadi alasan tidak

60
efektifnya pembelajaran daring, melainkan guru harus menjadi
agen of change. Guru mestinya menjadi pribadi yang melahirkan
solusi pada setiap masalah pembelajaran, seperti menciptakan
karya-karya kreatif yang menarik bagi siswa. Misalnya menulis
rangkuman materi yang menarik dan mudah dimengerti siswa,
menulis bulletin pengetahuan, membuat video-video tutorial
pembelajaran untuk dibagikan ke grup whatsapp, youtube dan
sarana pembelajaran online lainnya.
Guru selain melaksanakan tugas fasilitator pembelajaran
hendaknya membuka ruang diskusi dengan orang tua siswa
dalam rangka memantau perkembangan belajar siswa, serta
masalah-masalah yang dihadapi siswa. Hal ini perlu
dilaksanakan agar guru tidak melulu fokus pada pencapaian
tujuan pembelajaran, melainkan guru berperan lebih aktif yaitu
dengan mengecek perkembangan belajar siswa melalui ruang
diskusi dengan orang tua.
Selain tugas mengajar yang melekat bagi seorang guru,
terdapat pula tanggungjawab pengembangan diri terutama pada
masa pandemic covid-19 ini. Guru perlu mengikuti kegiatan-
kegiatan yang bersifat edukatif seperti webinar-webinar,
pelatihan-pelatihan keguruan, mengoptimalkan KKG/MGMP
secara daring, terlibat pada diskusi-diskusi antar teman sejawat
secara daring maupun luring terbatas.
4. Dosen
Pada perguruan tinggi, peran dosen dalam melaksanakan
tugas tridharma sudah tidak diragukan lagi. Namun banyak hal
yang masih harus dipertanyakan. Misalnya bagaimana realita
pendidikan pada perguruan tinggi ditengah pandemik covid-19
ini? Apakah pelaksanaan tugas tridharma masih dapat
dilaksanakan seperti sebelum mewabahnya covid-19? Bagaimana
tingkat efektivitas pembalajaran daring di kampus? Apa saja
kendala yang dihadapi mahasiswa? Apa saja kendala yang

61
dihadapi dosen? Apa saja solusi yang ditawarkan untuk
menyelesaikan masalah-masalah tersebut? Sudahkah semua
persoalan yang dihadapi dapat teratasi? Peryanyaan-pertanyaan
tersebut menjadi alasan mengapa seorang dosen harus bekerja
lebih keras lagi pada masa pademik ini. Mentransformasikan
pengetahuan saja dirasa belum cukup apabila tidak didukung
dengan langkah-langkah kreatif dan inovatif.
Mewujudkan semangat mencerdaskan kehidupan bangsa
pada masa new normal ini menjadi kata kunci penyemangat
seorang dosen agar tetap bekerja secara optimal dengan tetap
mematuhi protokoler kesehatan. Semangat tersebut terlihat
pada gaya baru yang sekarang ini sedang ramai dilaksanakan
oleh seluruh civitas academica pada perguruan tinggi negeri dan
swasta, yaitu melaksanakan seminar secara daring atau sering
disebut webinar. Webinar merupakan seminar yang
diselenggarakan dengan memanfaatkan teknologi informasi
secara online yaitu dengan memanfaatkan website atau pun
aplikasi-aplikasi meeting lainnya. Hal ini ternyata berkontribusi
positif bagi dosen maupun bagi para audience. Fenomena
tersebut mengisyaratkan bahwa era baru dengan life style yang
baru menuntut semua dosen untuk turut membiasakan diri,
sehingga dapat mengoptimalkan gaya kerja baru dengan
semangat mencerdaskan kehidupan bangsa.
5. Orang Tua
Jika selama ini orang tua kurang atau bahkan tidak memiliki
waktu yang cukup untuk memberikan perhatian kepada proses
belajar anak karena alasan pekerjaan, maka pada new normal era
orang tua memiliki peluang untuk mendampingi anaknya belajar
dari rumah. Hal itu dikarenakan proses belajar yang belum
diperbolehkan pemerintah untuk belajar secara tatap muka di
sekolah-sekolah terutama pada wilayah-wilayah dengan kategori
red-zona.

62
Orang tua diharapkan dapat memanfaatkan waktu belajar
anak di rumah dengan baik. Pentingnya peran orang tua dalam
mendampingi anak belajar harus disadari memiliki kontribusi
yang positif. Sehingga peran orang tua dalam mengontrol dan
mendampingi anak ketika sedang melaksanakan belajar secara
online tidak sebatas rutinitas belaka. Orang tua perlu
memberikan perhatian penuh terhadap aktifitas belajar anaknya.
Agar peran orang tua dapat dilaksanakan secara optimal,
maka orang tua perlu menjalin kerjasama dengan guru. Jalinan
kerjasama orang tua dengan guru melalui komunikasi online
perlu diintensifkan. Tujuan komunikasi yang intens dengan guru,
yaitu agar orang tua dapat meregister tugas-tugas apa saja yang
perlu dikerjakan anak setiap pekannya serta mengontrol anak
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya sampai pada pengumpulan
tugas, serta pula mengetahui dengan pasti perkembangan belajar
anak.
Selain mendampingi anak pada kegiatan belajar secara
daring, orang tua memiliki kesempatan yang cukup untuk
mendengarkan keluhan anak selama mengikuti belajar secara
daring. Sebab, orang tua merupakan sosok yang tepat menjadi
konselor bagi anaknya ketika belajar dari rumah. Orang tua perlu
menanyakan kendala-kendala apa saja yang dihadapi anak.
Kendala-kendala yang telah diketahui tersebut, selanjutnya
dapat dicarikan solusi dengan menyampaikan kepada guru agar
secara bersama-sama memikirkan tentang solusi bagi anak yang
mengalami kesulitan belajar.
Membiasakan diri pada situasi yang baru dengan gaya yang
baru tidak semudah apa yang dibayangkan. Banyak problem
mengakibatkan kesiapan secara fisiologis dan psikologis menjadi
hal yang penting untuk diperhatikan. Di lingkungan pendidikan,
para guru dan siswa, dosen dan mahasiswa, serta orang tua
merupakan masyarakat belajar yang perlu mempersiapkan diri
mulai sekarang.

63
Kondisi pendidikan yang telah memasuki era baru atau
lebih sering disebut new normal era tidak lagi dapat dihindari.
Kebiasaan lama perlu ditinggalkan sembari membiasakan diri
agar bisa terlibat secara aktif dan dapat mengoptimalkan tugas
dan peran masing-masing dalam menjalankan tugas. Belajar
tanpa tatap muka alias belajar secara daring telah menjadi
pilihan yang pasti terhadap pelaksanaan proses belajar
mengajar. Hal ini tidak hanya menghadirkan problem melainkan
banyak hal positif yang dapat diperoleh diantaranya (1)
percepatan literasi digital, (2) melek teknologi, (3)
meningkatknya kemampuan mengakses beragam sumber
belajar, (4) melatih kemandirian diri, (5) menjadi pribadi yang
bertanggungjawab, (6) menjadi pribadi yang komunikatif, serta
(7) interaksi anak dengan orang tua semakin intens. Oleh karena
itu, pada new normal era ini semua masyarakat belajar
diharapkan dapat memperoleh banyak kebaikan dengan terus
mengupgrade diri dengan kegiatan-kegiatan edukatif dengan
tetap mematuhi protokoler kesehatan secara ketat.

64
SOLUSI DAN ANTISIPASI DEGRADASI
KOMPETENSI MAHASISWA BERBASIS SAINS
DAN TEKNIK DALAM MENGHADAPI
PEMBELAJARAN ONLINE

FX Anjar Tri Laksono, S.T., M.Sc.10


Universitas Jenderal Soedirman

“Semua hal yang dilakukan secara tulus dan tidak


dipaksa maka akan menghasilkan luaran yang baik.
Jika mahasiswa secara sadar diri mengikuti kuliah
maka capaian pembelajaran dapat terwujud.”

Wabah corona yang melanda Indonesia dari awal bulan


Maret hingga saat ini menyebabkan terganggunya kegiatan
belajar mengajar di perguruan tinggi. Semua perguruan tinggi di
Indonesia terpaksa memberlakukan kuliah online di bawah
aturan pemerintah karena ada kekhawatiran jika dilakukan
secara offline akan menjadi sumber penyebaran virus covid-19
(Rosali, 2020). Sejak mulai diberlakukannya kuliah online, media
pembelajaran seperti zoom, google meet, google classroom,
telegram, whatsapp, webex, dan telegram digunakan oleh para
dosen di berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta
(Sukardi & Rozi, 2017). Untuk materi pembelajaran berbasis

10 Penulis lahir di Pemalang, 22 Desember 1993, penulis merupakan Dosen

Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dalam bidang ilmu Teknik Geologi,


penulis menyelesaikan gelar Sarjana Teknik Geologi di Universitas Diponegoro
(2015), sedangkan gelar Master of Science dalam bidang Applied Geology
diselesaikan di National Central University, Taiwan (2018). Penulis merupakan
anggota aktif ikatan ahli geologi indonesia (IAGI) sejak tahun 2019 dan juga anggota
aktif Geological Soeciety of Taiwan (GST).

65
sosial dan bahasa penggunaan media pembelajaran tersebut
tidak terlalu mempengaruhi capain pembelajaran mata kuliah.
Tetapi bagi jurusan yang berbasis sains dan teknik,
penggunaan media pembelajaran online tidak dapat
menggantikan 100% kuliah tatap muka. Hal tersebut karena
jurusan berbasis sains dan teknik harus melakukan kegiatan
pembelajaran praktikum yang tidak mungkin 100% dilakukan
secara virtual. Dapat dibayangkan para mahasiswa kedokteran
belajar materi bedah mayat hanya melalui media pembelajaran
online dan sama sekali tidak melakukan praktik langsung. Maka
setelah lulus nanti dipastikan mahasiswa tersebut tidak memiliki
kompetensi untuk melakukan praktik bedah tubuh pasien. Jika
dipaksakan maka akan timbul yang disebut dengan malpraktik
dan ini sangat berisiko bagi pasien maupun bagi dokter itu
sendiri karena melanggar norma hukum. Untuk jurusan seperti
teknik geologi yang identik dengan praktikum lapangan,
pembelajaran virtual akan menyulitkan mahasiswa untuk belajar
mengenai batuan, struktur geologi, morfologi, maupun pemetaan
geologi. Padahal dasar dari ahli geologi adalah dapat melakukan
pemetaan geologi. Banyak jurusan lain seperti teknik kimia,
teknik mesin, dan teknik lingkungan harus melakukan
eksperimen dan praktik di laboratorium. Tanpa melakukan
eksperimen dan praktik di laboratorium dapat dipastikan akan
terjadi fenomena yang disebut degradasi kompetensi mahasiswa.
Hal ini berakibat fatal terhadap capaian pembelajaran dan
kualitas lulusan.
Degradasi kompetensi juga tidak hanya berkaitan dengan
materi pembelajaran tetapi juga berhubungan dengan
pengembangan softskill (Sukardi & Rozi, 2017). Rendahnya
interaksi antar mahasiswa dan dosen berakibat pada
menurunnya kemampuan komunikasi mahasiswa, kecekatan
dalam menyelesaikan persoalan di lingkungan, kepemimpinan,
pemikiran kritis, kerja tim, dan etos kerja. Padahal di dunia kerja

66
peranan softskill sangatlah penting. Hampir 80% orang sukses di
dunia adalah berkat softskill yang di atas rata-rata. Tentu tidak
asing kita mengenal nama-nama tokoh dunia seperti Gabe
Newell, Jack Dorsey, Sean Parker, Steven Spielberg, Ralph
Lauren, Michael Dell, Sheldon Adelson, Mark Zuckerberg, Larry
Ellison, dan Bill Gates. Mereka semua adalah contoh orang-orang
sukses yang memiliki softskill di atas rata-rata orang lain. Oleh
karena itu softskill merupakan komponen penting yang harus
dimiliki oleh mahasiswa untuk menjadi sukses. Misalnya untuk
menjadi direktur di perusahaan teknologi informasi dan
komunikasi, seseorang tidak hanya mahir tentang software dan
algoritma tetapi juga dapat mengendalikan para pegawainya dan
mengawasi kinerja perusahaan (Rosali, 2020). Oleh karena itu
sangat diperlukan softskill kepemimpinan yang baik. Jika tidak
memiliki kepemimpinan yang baik maka perusahaan tersebut
akan dengan mudah dikelabuhi oleh para pegawainya seperti
malas-malasan dan korupsi uang kantor. Softskill sebagian besar
dipelajari dan dilatih dari interaksi keseharian kita dengan
lingkungan. Di masa pandemi corona intensitas interaksi
mahasiswa dengan lingkungan berkurang jauh sehingga
dipastikan terjadi penurunan degradasi kompetensi softskill
(Dewi, 2020).
Adanya degradasi kompetensi mahasiswa dapat terlihat
pada Tabel 1. Tabel tersebut merepresentasikan nilai mahasiswa
di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto selama pandemi corona tepatnya
semester genap tahun ajaran 2019/2020. Rata-rata kelulusan
mata kuliah geologi kelautan adalah 70. Dari 12 mahasiswa
hanya ada 2 orang yang mendapatkan nilai di atas 70 pada ujian
akhir semester (UAS). Artinya hanya sekitar 17% saja
mahasiswa yang dinyatakan lulus UAS. Sekitar 83% mahasiswa
dinyatakan tidak lulus dan kemungkinan besar tidak memahami
materi kuliah online dengan baik. Jika dibandingkan dengan nilai

67
ujian tengah semester (UTS), nilai UAS jauh lebih rendah. Pada
nilai UTS ada 3 orang mahasiswa yang mendapatkan nilai di atas
70 dan hanya ada 2 mahasiswa yang dinyatakan tidak lulus. Hal
tersebut menunjukkan bahwa semakin lama pembelajaran
dilakukan dengan sistem online maka terjadi degradasi
kompetensi yang cukup besar pada mahasiswa teknik.
Tabel 1. Data nilai mahasiswa teknik geologi, Universitas
Jenderal Soedirman mata kuliah geologi kelautan semester
genap tahun ajaran 2019/2020.
No Nim Nama UTS UAS Nilai Huruf
1 H1C017006 Novita Tampubolon 70 52 61 C

2 H1C017008 Dinda Ayu Syaeh 70 52 61 C


Sheiba
3 H1C017010 Akhmad Wahyu 70 62 66 C
Lissantomo
4 H1C017011 Muhammad Fahmi 65 50 57.5 D
Amrulloh
5 H1C017012 Selvia Risma 70 54 62 C
Alfarianti
6 H1C017013 Weldina Ayu Tri 75 52 63.5 C
Novita
7 H1C017014 Lia Wahyusafitri 70 90 80 A
8 H1C017015 Nachwa Absyarin 70 44 57 D
9 H1C017030 Yunus 70 49 59.5 D
10 H1C017032 Bondi Pratama 75 60 67.5 BC
11 H1C017035 Andara Rizka 75 80 77.5 AB
Ralingga
12 H1C017046 Faradhea Safira 55 59 57 D

Solusi yang paling memungkinkan untuk dilakukan adalah


dengan membuat program pembelajaran campuran antara
online dan tatap muka (Sadikin & Hamidah, 2020). Tetapi dalam

68
melakukan pembelajaran offline harus ada pembagian jadwal
dan telah disosialisasikan terlebih dahulu ke mahasiswa saat
pertemuan awal kuliah. Rancangan pembelajaran campuran juga
telah dimasukkan dalam rancangan pembelajaran semester
(RPS). Ada pembatasan maksimal jumlah mahasiswa yang dapat
mengikuti kegiatan kuliah tatap muka tergantung dengan
kapasitas tempat dan protokol kesehatan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah. Kuliah tatap muka juga hanya berlaku untuk
praktikum terutama yang harus melakukan eksperimen di
laboratorium maupun studi lapangan. Sementara itu, mahasiswa
yang tidak mengikuti kuliah tatap muka dapat mengikuti
pembelajaran online. Kuliah tatap muka bersifat giliran, artinya
setiap setengah semester ada perubahan mahasiswa dari yang
online ke offline ataupun sebaliknya dari offline ke online. Praktik
pembelajaran seperti ini perlu diterapkan di seluruh perguruan
tinggi yang ada di Indonesia. Jadi ketika dosen memberikan
kuliah secara offline, mahasiswa juga dapat mengakses kelas
tersebut secara online sehingga semuanya dapat mengikuti
pembelajaran. Tetapi untuk melakukan hal ini diperlukan sarana
dan prasarana pendukung yang memadai seperti koneksi
internet yang stabil dan host media pembelajaran yang
memonitor dan memastikan bahwa tampilan secara online tetap
berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan koneksi apapun. Host
juga bertanggungjawab untuk mengatasi jika ada gangguan
teknis dan memastikan ada alternatif lain ketika terjadi
gangguan tersebut dan secara cepat dapat mengatasi segala
gangguan.
Untuk materi kuliah yang dapat disampaikan dengan media
pembelajaran online maka tidak perlu ada kuliah tatap muka.
Akan tetapi perlu ada variasi dalam penyampaian materi secara
online agar para mahasiswa tetap antusias mengikuti kuliah dari
awal hingga akhir. Banyak kasus para mahasiswa tidak
mengikuti kegiatan kuliah online dari awal sampai akhir.

69
Melainkan hanya melakukan login kemudian mematikan video
dan audionya tanpa diketahui oleh dosen apakah mahasiswa
tersebut masih berada di depan laptopnya atau malah ditinggal
pergi. Inilah yang membuat kegiatan belajar mengajar menjadi
tidak efektif sehingga gagal mencapai capaian pembelajaran
mata kuliah. Gagalnya capaian pembelajaran mata kuliah selaras
dengan penurunan kompetensi mahasiswa.
Alternatif pembelajaran yang dapat dilakukan adalah
dengan membuat metode pembelajaran challenge based learning.
Metode ini menggabungkan antara materi kuliah dengan game.
Materi kuliah disampaikan dalam bentuk tantangan seperti
sedang bermain game online. Tren saat ini para mahasiswa suka
mengakses game online melalui smartphone maupun laptop
(Said & Syarif, 2016). Dengan adanya challenge based learning
mahasiswa akan tetap antusias mengikuti kegiatan kuliah dari
awal sampai akhir tanpa adanya unsur pemaksaan dan dilakukan
secara ikhlas atau kesadaran sendiri. Semua hal yang dilakukan
secara tulus dan tidak dipaksa maka akan menghasilkan luaran
yang baik. Jika mahasiswa secara sadar diri mengikuti kuliah
maka capaian pembelajaran dapat terwujud.

70
Daftar Pustaka
Dewi, W.A.F. 2020. Dampak Covid-19 terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan. 2020 April 1; 2(1): 55-61. Doi:
10.31004/edukatif.v2i1.89.
Rosali, E.S. 2020. Aktifitas Pembelajaran Daring pada Masa
Pandemi Covid-19 di Jurusan Pendidikan Geografi
Universitas Siliwangi Tasikmalaya. Geography Science
Education Journal. 2020 Juni; 1(1): 21-30.
Sadikin, A, dan Hamidah, A. 2020. Pembelajaran Daring di
Tengah Wabah Covid-19. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi.
6(2): 214-224. Doi:
https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759.
Said, A., and Syarif, E. 2016. The Development of Online Tutorial
Program Design Using Problem-Based Learning in Open
Distance Learning System. Journal of Education and Practice.
7(18): 222-229.
Sukardi, dan Rozi, F. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Online
Dilengkapi dengan Tutorial terhadap Hasil Belajar. Jurnal
Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Informatika. 2019 Des;
4(2): 97–102. Doi: 10.29100/jipi.v4i2.1066.

71
72
MINDSET PEMBELAJARAN
JARAK JAUH (PPJ)

Siti Rodi’ah S.Pd.I11


Mahasiswa Pascasarjana IAIN Tulungagung

“Pembelajaran jarak jauh ini perlu adanya perhatian


bagi semua pihak. Yaitu guru sebagai fasilitator, siswa
sebagai subjek pembelajar, dan orang tua sebagai
motivator dalam mendampingi anaknya belajar secara
online.”

Wabah covid-19 masih menjadi perhatian utama di Negeri


ini. Angka orang terkomfirmasi covid-19 mencapai ribuan per-
harinya. Seakan manusia ditekan oleh perasaan takut akan
ancaman virus covid-19. Karena fakta telah menunjukkan
kepada kita akan bahaya yang ditimbulkan oleh covid-19. Yaitu
dalam selang waktu sehari, jumlah orang yang terkomfirmasi
mencapai ribuan. Selain itu, setiap hari ada kasus orang
meninggal yang diakibatkan oleh virus covid-19. Hal ini
menyebabkan beberapa sektor bertahan pada sistem barunya
yang mengarah pada pemanfaatan teknologi. Sebut saja sistem
online. Dimana teknologi dapat menghubungkan antar orang
tanpa harus bertatap muka secara langsung. Tujuannya adalah
untuk menekan penyebaran virus covid-19 di Negeri ini.
Walaupun keadaan new normal telah berjalan hingga saat ini.

11Penulis merupakan tentor di Bimbel Primagama dalam bidang


matematika. Penulis telah menyelesaikan studi Magister Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah IAIN Tulungagung. Gelar Sarjana Pendidikan Matematika diselesaikan di
IAIN Tulungagung (2014).
Tetapi langkah strategis tetap digalakkan oleh beberapa sektor
di Negeri ini. Dimana langkah tersebut bermuara pada
pemanfaatan teknologi.
Salah satu sektor yang masih bertahan pada sistem online
adalah pendidikan. Dimana kegiatan pendidikan mengharuskan
adanya interaksi antara guru dengan murid atau murid dengan
murid. Sehingga kegiatan pendidikan mengaharuskan pada
kegiatan berkerumunan dengan jumlah masa yang cukup
banyak. Hal inilah yang menyebabkan kegiatan pendidikan
dilakukan secara daring. Agar sekolah tidak menjadi kluster
penyebaran covid-19 di Negeri ini. Seolah dunia pendidikan
mengalami perubahan sistem. Kita mengetahui bahwa sebelum
pandemi covid-19 ada di Negeri ini, kegiatan pendidikan
dilakukan di sekolah. Sebut saja kegiatan pembelajaran. Idealnya
kegiatan pembelajaran dilakukan secara tatap muka yaitu antara
guru dan murid serta murid dan murid. Tetapi, selama pandemi
covid-19 ini, kegiatan pembelajaran diarahkan secara daring.
Sebut saja pembelajaran jarak jauh adalah alternatif yang baik
dalam menanggulangi penyebaran virus covid-19 di Negeri ini.
Walaupun ada Lembaga Sekolah yang sudah memulai
pembelajaran tatap muka, tetapi masih dibatasi dengan waktu
dan jumlah siswa. Meskipun demikian, aktivitas belajar tetaplah
banyak dilakukan di luar sekolah yaitu di rumah maupun di
bimbel.
Pada hari Minggu, saya belanja ikan di daerah sekitar pasar
senggol. Ya, di sana tersedia berbagai kebutuhan rumah tangga,
seperti sayur dan lauk berupa ikan maupun ayam. Tepatnya
berada di sebelah barat pasar senggol.. “Al-Mubarok” adalah
nama kios tersebut. Saya senang belanja lauk di sana, karena
harganya lebih murah dan produknya masih fresh. Khusus hari
Minggu, penjual menyediakan kartu bernomor. Sehingga
pengunjung diwajibkan untuk mengambil nomor tersebut.
Melalui nomor tersebut, penjual melayani pembeli sesuai dengan
nomor yang dipegang oleh pengunjung. Walaupun dalam

74
suasana pandemi covid-19, kerumunan tak bisa dielakkan lagi.
Terlebih ibu-ibu yang sedang memilih ikan yang akan dibelinya.
Bedanya dengan keadaan normal adalah penggunaan masker di
wajah. Ya, sekarang penggunaan masker adalah hal yang wajib
dilakukan oleh semua orang.
Ada seorang Ibu yang mengeluhkan pembelajaran daring
yang telah berlangsung cukup lama ini. Kemudian, ibu-ibu
lainnya ikut menyahut dan beradu gagasan perihal pembelajaran
jarak jauh atau daring. Termasuk Si Penjual ikan juga tak kalah
dalam mengungkapkan pendapatnya. Karena dia memiliki anak
sekolah, sehingga tahu akan delik masalah yang dibahas pada
suasana obrolan emak-emak. Saya hanya terdiam dan mencoba
menjadi pendengar setia saja. Intinya para orang tua merasa
terbebani dengan pembelajaran jarak jauh ini. Pertama, mereka
harus menyediakan kuota pada anaknya untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran. Kedua, orang tua tak bisa mengontrol
aktivitas anak saat memegang handphone. Karena dalam
penggunaan handphone, orang tua tak tahu bahwa anaknya
menggunakan handphone memang dalam urusan belajar atau
urusan lainnya, seperti main game, atau melihat medsos Ketiga,
orang tua tidak memiliki banyak waktu dalam mendampingi
anaknya belajar di rumah. Mereka harus bekerja untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keempat, tingkat pendidikan
orang tua yang rendah. Hal ini menjadikan orang tua kesusahan
dalam mendampingi anaknya belajar. Bahkan ketika anaknya
meminta untuk diajari, mereka menolak. Karena alasan tak
mampu memahami materi yang dibahas oleh anak. Kelima,
pembelajaran jarak jauh ini menjadikan anak semakin bodoh.
Karena anak hanya menerima tugas yang diberikan oleh guru.
Selain itu anak hanya diberikan video pembelajaran. Namun
pemberian video tersebut tidak setiap hari diberikan oleh anak,
hanya pada terpatut pada materi yang sulit untuk dipahami,
seperti matematika. Akan tetapi anak disuruh untuk
mempelajari sendiri materi yang sedang dibahas.

75
Kegelisahan orang tua terhadap pembelajaran jarak jauh ini
tak dapat dielakkan lagi. Potret di lapangan terlihat bahwa anak-
anak disibukkan dengan bermain bersama teman sebaya. Dan
hanphone tak lepas dari genggaman anak. Selain orang tua,
peserta didikpun juga merasa kesulitan dalam mengikuti
pembelajaran jarak jauh, khususnya pelajaran eksak seperti
matematika, fisika, dan kimia. Mungkin untuk pelajaran lainnya,
seperti bahasa, IPA, maupun IPS masih dapat dijangkau oleh
anak. Karena anak dapat mempelajari materi tersebut melalui
membaca buku atau melihat informasi di google. Tetapi untuk
mempelajari pelajaran eksak, tentulah berbeda. Anak tak cukup
sekedar membaca saja, tetapi membutuhkan keterampilan
menalar dalam memahami konsep, menghubungkan konsep dan
mengaplikasikan konsep.
Tak terasa, nomorku dipanggil oleh penjual ikan. Saya sudah
memilih ikan layur sebanyak empat ekor. Akhirnya ikan yang
saya pilih telah ditimbang oleh penjual. Keramahan penjual ikan
ini, menjadikan saya nyaman untuk membeli barang jualannya.
Pelayanannya memang tak diragukan lagi. Ikan layur tujuh
setengah ons sudah saya dapatkan. Rencana akan saya goreng
dengan dibaluri tepung.
Keesokan harinya, saya jalan-jalan pagi. Tujuannya adalah
olahraga ringan. Tak lupa saya membawa dompet kecil untuk
jaga-jaga jika mampir di kios sayur. Ternyata langkah kaki ini
tertuju pada sebuah kios sayur. Mungkin masih terlalu pagi saya
belanja. Terlihat sepi pengunjung di kios tersebut. Saya memilih
sayur sawi, tempe, jamur, dan daun prei. Setelah itu, saya
menaruh belanjaan ke tempat pembayaran. Tampak seorang Ibu
dan penjual sedang asyik ngobrol. Lagi-lagi masalah
pembelajaran jarak jauh. Mereka beranggapan bahwa
pembelajaran jarak jauh dirasa kurang efektif dalam
memahamkan anak pada suatu materi pelajaran. Pelajaran
matematika sangat tampak akan ketidak efektifan. Dimana

76
menurut Ibu tersebut, anaknya hanya disuruh membaca materi
dan mengerjakan soal. Dan terkadang hanya diberikan sebuah
video pembelajaran. Si Ibu dan penjual sayur beranggapan
bahwa anak tidak bisa belajar secara mandiri tanpa didampingi
guru. Khususnya dalam menuntun anak untuk mempelajari
materi pelajaran. Saya hanya tersenyum berdasarkan obrolan
kedua emak-emak yang menyudutkan kegiatan pembelajaran
jarak jauh. Kalau seperti ini, guru menjadi serba salah. Jika
terpaksa menggunakan pembelajaran tatap muka, tentunya ada
teguran oleh dinas setempat. Jika pembelajaran monoton pada
ranah online dengan konsep yang belum terstruktur secara baik,
maka banyak permasalahan yang ditimbulkannya. Semoga
pandemi covid-19 segera berakhir.
Jejak penelusuran saya dari cuplikan di atas, mengarahkan
pola pemikiran ini pada suatu mindset. Yaitu guru, siswa, dan
orang tua perlu menanamkan mindset pembelajaran jarak jauh
ini. Pembelajaran jarak jauh yang dilakukan secara terencana
dan terkonsep secara sistematis menjadikan wahana bagi siswa
untuk mengembangkan keterarmpilan dalam mengembangkan
ide dalam suasana merdeka belajar. Dimana siswa melakukan
aktivitas belajar berdasarkan motivasi internalnya. Siswa akan
terdorong untuk belajar secara mandiri. Sehingga siswa akan
mencari cara secara mandiri dalam meningkatkan motivasi
belajarnya. Misalnya belajar dengan mendengarkan musik,
belajar dengan makan snack, dan berbagai kegiatan lainnya yang
dapat mendukung aktivitas belajarnya. Selanjutnya siwa dapat
mengembangkan ide atau gagasannya melalui kegiatan
belajarnya. Karena siswa tidak terbelenggu pada suatu aturan
dan kebeneran yang hakiki yaitu guru. Tentunya pembelajaran
jarak jauh ini siswa lebih dekat dengan google. Melalui
handphone yang terhubung dengan google, siswa dapat
mengembangkan keterampilan berpikir. Yaitu pada ranah
berpikir kritis dan kreatif. Siswa mengembangkan keterampilan

77
bepikir melalui usahanya secara mandiri. Yaitu aktif dalam
menggali pengetahuan dengan berbantuan teknologi yang
terkoneksi dengan situs google. Dimana google memiliki
segudang informasi sesuai dengan kebutuhan siswa. Tentunya,
siswa tak perlu menunggu guru untuk menerangkan pelajaran
terlebih dahulu. Bahkan dapat dimungkinkan bahwa siswa sudah
memahami suatu materi sebelum guru memberikan tugas atau
memberikan penjelasan kepada siswa. Karena anak sangat dekat
dengan teknologi.
Pembelajaran jarak jauh ini perlu adanya perhatian bagi
semua pihak. Yaitu guru sebagai fasilitator, siswa sebagai subjek
pembelajar, dan orang tua sebagai motivator dalam
mendampingi anaknya belajar secara online. Adapun mindset
yang perlu ditanamkan pada semua pihak. Mindset pertama,
bahwa anak adalah pembelajar yang aktiv, maka orang tua tak
perlu khawatir jika guru tidak menerangkan secara langsung
materi pelajaran yang akan dikaji. Melalui pemberian motivasi
kepada anak, serta pendampingan secara humanis yang
disesuaikan dengan karakteristik anak. Hal ini dapat membantu
siswa untuk belajar secara aktiv dan mandiri. Mindset kedua
adalah merdeka belajar. Pembelajaran jarak jauh merupakan
wahana bagi siswa dalam mewujudkan anak untuk merdeka
dalam belajar. Yaitu merdeka dalam mencari cara untuk belajar
sesuai keinginannya. Selain itu merdeka dalam mengungkapkan
ide atau gagasan yang disesuaikan dengan pengalaman
belajarnya. Mindset ketiga adalah semua anak jenius.
Bahwasannya setiap anak diberikan kompetensi dalam berpikir.
Disisi lain ada alat yang dapat dijadikan alternatif untuk mencari
solusi kesulitan belajar, yaitu teknologi. Penggunaan teknologi
secara bijak akan menjembatani peserta didik untuk “bisa”
belajar dan sukses dalam mencapai kompetensi dasar. Mindset
keempat, bahwa guru adalah fasilitator dan motivator dalam
proses pembelajaran. Bahwasannya guru tak lagi sebagai satu-

78
satunya sumber pengetahuan, tetapi lebih kepada fasilitator dan
motivator bagi siswanya. Tentunya tugas guru lebih berat. Guru
harus memberikan pengalaman belajar kepada anak dengan
desain pembelajaran yang terencana dengan menggunakan
metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat. Selanjutnya
guru memberikan motivasi dan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan idea tau gagasan yang telah dibentuk oleh
siswa. Mindset kelima adalah orang tua sebagai motivator bagi
anaknya dalam menggiring ke pintu kesuksesan belajar. Peran
orang tua sangatlah esensial pada kesuksesan pembelajaran
jarak jauh ini. Pemberian motivasi kepada anaknya sangatlah
diperlukan. Mengingat keberadaan guru tak begitu selalu ada di
tengah-tengah proses belajar anak. Walaupun ditinjau dari
jenjang pendidikan orang tua yang tak setara dengan seorang
guru, tetapi keberadaan orang tua di tengah-tengah kegiatan
belajar anak sangatlah berarti. Orang tua bisa menjadi teman
belajar anak. Hal ini menjadikan suasana belajar anak lebih
menyenangkan.
Saya yakin tak mudah dalam menjalani pembelajaran jarak
jauh ini. Baik guru, siswa, dan orang tua. Tetapi setidaknya kita
perlu memahami mindset pembelajaran jarak jauh ini. Guru,
siswa, dan orang tua perlu berdaptasi dengan keadaan baru ini.
Yaitu pembelajaran jarak jauh. Dimana dalam proses pendidikan
ini tak ada kegiatan tatap muka dan bergantung dengan
kecanggihan teknologi. Sehingga pada jangka waktu yang lama,
kita sebagai pengguna diuji loyalitas dalam memanfaatkannya.
Bisa jadi teknologi menjadikan kita sebagai individu yang pasif,
malas, bahkan terkesan konsumtif. Tetapi bisa jadi teknologi
mengantarkan kita pada peningkatan skill. Tentunya kesadaran
kita sebagai guru, siswa, dan orang tua sangat diperlukan. Yaitu
sadar akan adaptasi keadaan baru, sadar akan kedekatan dengan
teknologi, dan sadar dalam memahami mindset pembelajaran
jarak jauh ini.

79
80
PENTINGNYA REGULASI DIRI MENGHADAPI
PANDEMI COVID-19

Dwi Martiningsih, S.Psi., M.A.12


Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ)
Kementerian Agama RI

“Dengan regulasi diri, individu dapat mengembangkan


kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah,
menemukan solusi atau pemecahan masalah,
mengevaluasi, mempertahankan diri dengan
mempunyai komitmen untuk berbagai mengatasi
rintangan untuk menuju keberhasilan.”

Covid (Corona Virus Disease)-19 telah menjadi problem


global yang meluluh lantakkan tatanan kehidupan normal
manusia. WHO telah mengumumkannya sebagai pandemi pada
11 Maret 2020. Virus yang awal kemunculannya di Wuhan pada
akhir 2019; kini telah menyebar ke seluruh dunia. Per 26
September 2020, WHO mencatat 32.429.965 orang di dunia yang
positif Covid-19 dan mengakibatkan kematian pada 985.823
orang. Lima negara dengan kasus Covid-19 urutan lima tertinggi:
United States of Amerika (6.910.082), India (5.903.932), Brazil
(4.657.702), Rusia (1.143.571), dan Kolombia (790.823).
(https://covid19.who.int/).Sementara di Indonesia, up date data
per 26 September 2020, CNN Indonesia mencatat 271.339 orang
yang positif terinfeksi Covid-19, bertambah 4.494 kasus dari hari

12Penulis lahir di Purworejo, 27 Maret 1984. Penulis adalah Peneliti di


Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama
RI dalam bidang Agama dan Tradisi Keagamaan. Penulis menyelesaikan gelar Sarjana
Psikologi di Universitas Diponegoro (2008) dan menyelesaikan studi Magister
Pengkajian Islam, Konsentrasi Agama dan Masyarakat di Sekolah Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2020).
sebelumnya. Dari jumlah kumulatif tersebut, ada 1999.403 orang
sembuh dengan tambahan 3.207 orang, sedangkan 10.308 orang
meninggal dunia dengan tambahan 90 orang.
Covid-19 telah menyentuh semua sisi kehidupan manusia
secara global. Dampak Covid-19 secara nyata adalah
menimbulkan kematian, pelambatan ekonomi (resesi),
terganggunya seluruh aktivitas manusia di berbagai bidang:
pendidikan atau pengajaran, bidang sosial kemasyarakatan serta
bidang ekonomi, dan akhirnya dampak yang sangat
dikhawatirkan adalah segi psikologis dari manusia serta adanya
perubahan perilaku di masyarakat. Makalah ini berusaha
membahas Covid-19 dari perspektif psikologi, khususnya
bagaimana manusia beradaptasi dengan Covid-19 yaitu salah
satunya dengan meregulasi diri.
Covid-19 dan Dampak Psikologis
Covid-19 menimbulkan berbagai dampak pada manusia, tak
terkecuali dampak psikologis. Wang, dkk (2020) melakukan
penelitian mengenai dampak psikologis Covid-19. Penelitiannya
menggunakan 1.210 responden yang tersebar di 194 kota di
Cina. Hasil penelitian tersebut menyebutkan; 53,8% responden
mengalami dampak psikologis kategori sedang atau berat; 16,5%
mengalami gejala depresi sedang hingga berat; 28,8%
mengalami gejala kecemasan sedang hingga berat; dan 8,1%
mengalami stress dai tingkat sedang hingga berat. Hasil
penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa perempuan ternyata
lebih rentan mengalami stres, depresi dan kecemasan.
Hasil penelitian di Singapura juga menunjukkan adanya
respon emosi negatif masyarakat menghadapi Covid-19. Hal
tersebut terjadi tidak hanya pada orang awam, namun juga pada
pekerja medis. Covid-19 berdampak pada pekerja medis maupun
pekerja non medis yang bekerja di rumah sakit. Mereka
mengalami stres, kecemasan, Post Traumatic Stress Disorder (
PTSD) hingga depresi. (Tan, dkk., 2020).

82
Dampak negatif Covid-19 secara psikologis terhadap
manusia tersebut dapat diminimalisir, salah satunya dengan
tehnik regulasi diri sehingga individu lebih mampu mengelola
pikiran, perasan dan tindakannya ke arah yang positif.
Harapannya individu tersebut mampu terhindar dari kecemasan,
kekhawatiran, dan stres akibat Covid-19. Ia mampu melakukan
berbagai aktivitas kehidupan secara produktif dan beradaptasi
dengan cara-cara baru. Misalnya bagaimana mengelola emosi
dengan berbagai perubahan lingkungan sosial yang
mengharuskan menjaga jarak sosial (social distancing), jarak fisik
(physicall distancing), mampu menahan diri untuk patuh pada
aturan atau norma-norma yang telah ditetapkan pemerintah
untuk mengikuti protokol kesehatan: memakai masker ketika
keluar rumah, menghindari kerumunan, tidak banyak melakukan
aktivitas di luar rumah tanpa keperluan yang penting dan
sebagainya.
Tujuannya tidak lain agar laju penyebaran Covid-19 yang
masih terus menanjak di Indonesia dapat ditekan dengan lebih
baik. Bayangkan, bila masyarakat Indonesia masih sulit untuk
mengikuti protokol kesehatan, sementara di sisi lain fasilitas dan
sarana prasarana kesehatan sudah diambang batas daya
tampungnya.
Regulasi Diri
Regulasi diri dalam ilmu psikologi mengacu pada teori
sosial kognitif Albert Bandura. Teori tersebut menyebutkan
kepribadian individu dibentuk dari perilaku, kognitif dan
lingkungan. Regulasi diri adalah bagaimana seseorang
melakukan kontrol terhadap berbagai rangsangan dari luar.
(Abdul Manab, 2016).
Baumeister, dkk (2006) berpandangan, regulasi diri sebagai
kemampuan merencanakan, mengarahkan, dan memonitor
perilaku untuk mencapai suatu tujuan dengan melibatkan
berbagai unsur: fisik, emosional, kognitif, dan sosial agar sesuai
dengan nilai, etika, dan norma yang berlaku di masyarakat.

83
Regulasi diri juga dapat diartikan sebagai kemampuan
beradaptasi secara berkesinambungan untuk tercapai tujuan
yang diinginkan seseorang sehingga mampu meningkatkan
kesehatan fisiknya.
Pentingya Regulasi diri
Regulasi diri sebagai proses dalam diri individu, penting
untuk mengendalikan fikiran, perasaan, maupun dorongan yang
timbul dari luar dirinya agar sesuai dengan tujuan dan harapan.
(Bauer & Baumeister, (2011). Camahalan (2003) menyebutkan
dengan regulasi diri, individu dapat mengembangkan
kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah, menemukan
solusi atau pemecahan masalah, mengevaluasi, mempertahankan
diri dengan mempunyai komitmen untuk berbagai mengatasi
rintangan untuk menuju keberhasilan.
Dalam konteks pandemi Covid-19, pentingnya regulasi diri
lebih pada agar setiap individu mampu mengelola diri mereka
terhadap berbagai persoalan hidup yang timbul sebagai dampak
adanya pandemi Covid-19 dan berusaha mencari jalan
keluarnya. Misalnya: bagaimana beradaptasi terhadap
menurunnya pendapatan, stressor pekerjaan yang harus
dilakukan dari rumah (WFH), anak sekolah yang harus
melakukan pembelajaran jarak jauh atau tanpa tatap muka dan
sebagainya. Dengan baiknya regulasi diri, maka seseorang
mampu sehat secara jasmani dan rohani, karena mampu
mengelola berbagai stressor lingkungan di masa pandemi Covid-
19.
Proses Regulasi Diri
Proses regulasi diri meliputi beberapa tahap, diantaranya:
receiving (informasi awal yang diperoleh mengenai suatu hal),
evaluating (mengevaluasi informasi), searching (mencari solusi
terhadap masalah yang timbul), formulating (menyusun rencana
dan target untuk mengatasi masalah), implementing
(melaksanakan rencana yang telah disusun), dan assesing
(mengukur efektivitas tindakan yang telah dilakukan).

84
Regulasi diri meliputi beberapa aspek; metakognitif
(perencaan suatu tindakan), motivasi, dan perilaku positif.
Semakin keras seseorang berupaya dalam melakukan suatu
aktivitas, maka regulasi individu tersebut semakin
meningkat.(Zuhmrun et all, 2011). Proses regulasi diri menurut
Zimmerman (2000) meliputi berbagai fase; (1) pemikiran awal
(forethought phase); (2) tindakan atau kontrol kehendak
(performance/volitional control phase); dan (3) refleksi diri (self-
reflection phase). Di dalam setiap fase terdiri atas beberapa sub
proses (lihat Gambar 1). Sub proses adalah hal-hal yang
dilakukan individu ketika meregulasi diri pada setiap fase.
Menurut Mc Cullough & Willoughby (2009), regulasi diri
bukan sesuatu yang alami melainkan butuh pembelajaran awal
dari orang tua. Biasanya regulasi diri berasal dari agama atau
norma masyarakat, terbentuk melalui proses panjang dimana

85
pengasuhan memiliki andil besar. Kemampuan regulasi diri sulit
terbentuk bila seseorang diasuh dalam lingkungan yang tidak
mengajarkan, meneladankan, dan menghargai regulasi diri
(Zimmerman, 2000).

86
Daftar Pustaka
Bauer, I., & Baumeister, R. 2011. Handbook of Self Regulation,
Research, Theory, and Application. Second Edition. London &
New York: The Guilford Press.
Baumesister, R., F., Galliot, M., DeWall, C., N., & Oaten, M. 2006.
Self - Regulation and Personality: How Interventions
Increase Regulatory Success, and How Depletion Moderates
The Effects of Traits on Behavior. Journal of Personality 74
(6). 1773 – 1802.
Camahalan, F.M.G. 2000. Effects of Self Regulated Learning on
Mathematics Achievement of Selected Southeast Asian
Children. Journal of Instructional Psychology, 33 (3),
194‐205.
Johnstone, R., & Sarre, R. 2004. Handbooks, Regulation:
Enforcement and Compliance. Australian Institute of
Criminology. ISBN 0 642 53837 9, ISSN 1326-6004.
Manab, Abdul. 2016. Memahami Regulasi Diri: Sebuah Tinjauan
Konseptual. Makalah Seminar ASEAN 2nd Psychology &
Humanity © Psychology Forum UMM, 19 – 20 Februari 2016.
Mc Cullough, M., E., & Willoughby, B., L., B. 2009. Religion, Self-
Regulation, And Self-Control: Associations, Explanations,
And Implications. Journal American Psychological
Association, (135) 69 –93.
Tan BY, Chew NW, Lee GK, et al. Psychological Impact of The
Covid-19 Pandemic on Health Care Workers in Singapore.
Ann Intern Med. 2020; [Epub ahead of print 6 April 2020].
doi: https://doi.org/10.7326/M20-1083
Wang , C , Pan, R , Wan, X 1 , Tan, Y, Xu, L 1 ,. Ho,C.S & Roger C. Ho,
R.C. 2020. Immediate Psychological Responses and
Associated Factors During the Initial Stage of the 2019
Corona Virus Disease (COVID-19) Epidemic Among the
General Population in China. International Journal of
Environment Research and Public Health, 17, 1729;
doi:10.3390/ijerph17051729.

87
Zimmerman, B. J. 2000. Attaining Self Regulation. Dalam M.
Boekaerts, P. R. Pintrich, & M. Zeidner (Eds.), Handbook of
Self-Regulation. San Diego: Academic Press.
Zumbrunn, S., Tadlock, J., & Roberts, E., D. 2011. Encouraging Self
- Regulated Learning In The Classroom: A Review Of The
Literature. Metropolitan Educational Research Consortium
(Merc), Virginia Commonwealth University.

88
BAB IV MANAJEMEN DAN MODEL
PEMBELAJARAN MASA PANDEMI
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN
BLENDED LEARNING (LURING DAN DARING)
PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI ERA
NEW NORMAL

Rohmah Ivantri, M.Pd.I13


IAIN Tulungagung

“Penerapan model pembelajaran blended learning


tentunya harus bisa mensinergikan antara waktu dan
teknologi. Pendidik harus membuat manjemen waktu
kapan dilakukan luring dan kapan dilakukan daring.
Sebab anak usia dini masih membutuhkan asupan
materi secara langsung untuk membentuk
pemahamannya.”

Waktu terus berjalan menghadapi pandemi cov 19 yang


belum berkahir pula. Berangsur-angsur masyarakat juga terbiasa
menghadapi pandemi ini, sehingga muncullah istilah new
normal. Berbagai usaha pun telah dilakukan pemerintah untuk
mengatasi, salah satunya dengan menerapkan protokol
kesehatan pada berbagai aspek kehidupan. Dunia pendidikan
pun terkena imbas dari pandemi ini, sehingga kurikulum yang
sudah ada harus diperbaharui menyesuaikan keadaan saat ini.
Kurikulum darurat digadang-gadang sebagai solusi agar
pendidikan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Sehingga
muncullah istilah pembelajaran luring (pembelajaran tatap
muka) dan pembelajaran daring (pembelajaran virtual/maya).

13Penulis lahir di Tulungagung, 01 oktober 1990, penulis merupakan dosen

IAIN Tulungagung dalam bidang ilmu pendidikan guru madratsah ibtidaiyah, penulis
menyelesaikan gelar sarjana dan pasca sarjana di IAIN Tulungagung.
Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para
pelaku pendidikan, dimana harus menyiasati program
pembelajaran yang semula telah direncanakan secara matang
harus disesuaikan dengan keadaan. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan mulai dari kecakapan peserta didik, dukungan
orangtua hingga fasilitas yang mendukung terkait program yang
disesuaikan kurikulum darurat. Karena ada hal yang wajib pada
masa pandemi ini yaitu kegiatan belajar mengajar harus berbasis
virtual.
Kegiatan yang semula masih tradisional dalam kelas atau
tatap muka (luring) harus beradaptasi dengan situasi ini,dengan
cara mengatur strategi pada saat kapan kegiatan pembelajaran
dengan sistem tersebut dapat dilakukan kembali. Karena peserta
didik pasti akan merasa bosan jika proses belajar mengajar
hanya berbasis virtual. Terutama pada anak usia dini, mereka
pasti sangat merindukan berjumpa dengan teman-temannya,
bermain bersama, berlari-larian dan lain-lain. Dilingkungan
sekolah inilah mereka dapat belajar bersosialisasi dan
mengekspresikan diri dengan riang gembira.
Anak usia dini selalu riang dalam melakukan kegiatan
apapun, energinya seolah tak habis meski beraktivitas terus
menerus. Hal ini harus sangat diperhatikan para pendidik untuk
menerapkan strategi dan model pembelajaran apa yang tepat
sesuai era new normal ini. Sebab makna era new normal bukan
berarti pandemi telah berakhir tetapi tatanan hidup mengalami
perubahan tidak seperti biasanya, contohnya dulu ketika
melakukan kegiatan apapun tidak perlu memakai masker,
sekarang setiap keluar rumah atau beraktivitas bertemu dengan
orang lain harus memakai masker. Nah, anak usia dini pastinya
akan merasa risih atau tidak nyaman dengan kegiatan rutin
memakai masker, hal demikian harus menjadi pertimbangan
pendidik agar pembelajaran luring juga dapat dilakukan
bebarengan dengan sistem daring.

92
Bermacam pertimbangan tersebut solusi yang ditawarkan
yaitu mengimplementasikan model pembelajaran blended
learning (luring dan daring) pada anak usia dini di era new
normal. Model pembelajaran ini mengintegrasikan sistem
pembelajaran luring (tatap muka) dengan daring (virtual maya)
dalam satu waktu tanpa mengurangi keefesien dan keefektifan
anak didik belajar di era new normal. Implementasi
pembelajaran luring dilakukan dengan sistem 1 atau 2 kali tatap
muka dalam seminggu pada anak usia dini dengan tetap menaati
aturan protokol kesehatan, minimal memakai masker ketika
pembelajaran berlangsung.
Durasi waktunya pun dibatasi tidak serta merta 1 kali tatap
muka 4 atau 6 jam, tetapi hanya berdurasi 30-45 menit dalam 1
kali tatap muka. Diharapkan dengan adanya sistem luring ini
anak-anak tetap bersemangat untuk belajar. Tidak hanya itu juga
bisa menerapkan pola datang tidak pada jam yang sama, yaitu
datang secara bergiliran supaya tidak menimbulkan keramaian
pada saat pembelajaran berlangsung.
Penerapan luring tidak hanya memperhatikan waktu, juga
harus memperhatikan social distancing pada pola tempat duduk
anak. Biasanya anak dalam 1 meja diisi oleh 2 orang maka kali ini
harus diisi oleh 1 orang. Apabila pola duduk dibentuk O atau U
yang biasanya diisi 4 sampai 6 anak maka pengisiian tempat
duduk harus dikurangi setengah dari pola duduk biasanya.
Penyampaian materi pun tidak diberikan seperti biasanya pada
pertemuan normal. Pada luring ini pendidik dapat memberikan
apresiasi kepada peserta didik atas tugas yang diberikan selama
ini melalui virtual dan untuk mengevaluasi sejauh mana
pemahaman peserta didik terkait penyaimpaian materi secara
daring.
Pasti menimbulkan keresahan bagi pendidik terkait materi
yang sulit diajarkan untuk anak usia dini. Hal ini dapat
disederhanakan dengan cara pendidik membangun komunikasi
dengan orangtua bagaimana langkah yang seharusnya dilakukan

93
orangtua tuk terlibat secara langsung pada proses adaptasi
pendidikan ini. Terutama materi tentang pendidikan karakter,
hal demikian tidak bisa diajarkan dengan sistem daring saja
harus ada pembiasaan tuk nilai karakter tersebut tertanam pada
diri anak usia dini. Jika anak hanya disajikan video saja, maka
anak akan sekedar menonton tidak dapat memetik nilai karakter
pada reka adegan divideo tersebut. Nah, disinilah orangtua harus
mendampingi anak menyaksikan video tersebut dan menjadi
role model bagi anaknya akan penanaman karakternya.
Konsep pembelajaran daring bukanlah hanya memberikan
tugas pada anak didik, melainkan para pendidik harus tertantang
dan berinovasi bagaimana bisa menyampaikan materi kepada
anak didiknya. Semakin kreatif pendidik mengemas
pembelajaran baik melalui video maupun rekaman suara,
tentunyaanak didik akan semakin bersemangat untuk belajar.
Karena anak usia dini jika dirumah pasti sulit dikondisikan jika
difasilitasi gadget. Mereka akan memilih konten video yang lain
jika video yang dibuat pendidik kurang menarik menurut
dirinya.
Daring bagi anak usia dini membuat mereka tentunya
merasa tidak mengalami kegiatan belajar mengajar sebagaimana
yang mereka alami selama di sekolah. Mereka beranggapan
video pembelajaran yang dikirim oleh pendidik sebagai proses
belajar biasa yang selama ini dilakukannya jika tidak di sekolah.
Maka para pendidik harus memaklumi jika para peserta didik
akan memahami materi tidak sesuai target pendidik. Tidak
hanya itu pendidik juga harus memaklumi jika para peserta didik
mengirim tugas terlambat. Karena mood mereka belajar di
rumah itu tidak bisa dikendalikan sebagaimana ketika di sekolah.
Maka dari itu daring tentunya memiliki dampak positif dan
negatif bagi anak usia dini. Mereka akan melek teknologi untuk
membangun pengetahuannya tetapi disisi lain mereka masih
perlu pendampingan untuk memakai kecanggihan teknologi. Sisi

94
sosial anak juga akan menimbulkan dampak tersendiri, jika
mereka terus menerus memanfaatkan gadget untuk memperoleh
pengetahuan. Hal ini bisa menyebabkan anak usia dini akan
menjadi pribadi yang individu dan mereka akan kesulitan untuk
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Penerapan model pembelajaran blended learning tentunya
harus bisa mensinergikan antara waktu dan teknologi. Pendidik
harus membuat manjemen waktu kapan dilakukan luring dan
kapan dilakukan daring. Sebab anak usia dini masih
membutuhkan asupan materi secara langsung untuk membentuk
pemahamannya. Tidak bisa serta merta mereka beradaptasi
dengan sistem pembelajaran daring. Dukungan dan perhatian
orangtua menjadi salah satu pendukung keberhasilan
pembelajaran daring ini.
Luring yang dilaksanakan pun tidak bisa dimaknai dengan
pembelajaran tatap muka seperti biasanya sekalipun pada saat
itu mereka tatap muka. Dan ketika kembali ke rumah masing-
masing pendidik harus tetap melakukan pengawasan kepada
anak didiknya melalui daring. Komunikasi antara pendidik
dengan orangtua harus dibentuk dengan baik agar pembelajaran
dapat berjalan dengan lancar sesuai harapan kedua belah pihak.
Orangtua yang ingin anaknya pandai juga harus bisa memaklumi
jika pembelajaran yang diterapkan berlangsung sedemikian
rupa.
Penerapan model pembelajaran ini tentu diharapkan
mampu mengatasi serta menjawab segala keresahan pendidik
dan orangtua terkait kurikulum darurat yang telah dicanangkan.
Meski anak di usia dini ini dituntut untuk melek teknologi, tetapi
tidak meninggalkan pembelajaran tradisional yaitu sistem luring.
Pengintegrasian kedua sistem pembelajaran luring dan daring
dengan tetap mematuhi protokoler kesehatan menjadikan anak
akan tetap bersemangat dalam belajar.

95
96
HAMBATAN KOMUNIKASI MASSA DALAM
MANJEMEN PEMBELAJARAN DARING PADA
MASA ADAPTASI KEBIASAAN BARU

Yulianti, S.Sos., M.I.Kom.14


Universitas Padjadjaran

“Penggunaan media massa oleh guru sebagai media


penyampai materi pembelajaran kepada khalayak
siswa nya ini, hendaknya disertai pula dengan
pemahaman guru terhadap media massa itu sendiri.
Bagaimana karakteristik dan hambatan yang
sekiranya muncul dari penggunaan media massa
tersebut.”

Pandemi COVID 19 telah merombak semua lini kehidupan


manusia. Tidak hanya di Indonesia namun di seluruh dunia.
Tidak hanya di satu lini, namun merombak hampir semua lini
kehidupan manusia. Tak terkecuali lini pendidikan. Dalam
pendidikan, hamper semua jenjang pendidikan beralih
mendadak harus dilakukan melalui media daring (online). Hal ini
membawa satu tantangan baru. Tantangan yang tidak hanya
dirasakan oleh siswa, namun juga dirasakan oleh orang tua dan
juga guru serta pihak sekolah. Diperlukan pembaruan

14Penulis lahir di Bandung, 4 Juli 1976, penulis merupakan Pustakawan


Ahli Madya Universitas Padjadjaran. Latar belakang pendidikan S1 dan S2 Ilmu
Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran
Bandung. Sudah tersertifikasi BNSP sebagai asesor metodologi dan tersertifikasi
teknis untuk bidang literasi informasi serta bidang layanan sirkulasi dan referensi
perpustakaan. Saat ini aktif menjadi asisten dosen di Program Magister Sains
Informasi UNPAD, Tutor online dan tutor webinar di Universitas Terbuka. Aktif
menulis dan memiliki beberapa bookchapter. Email: yulianti18@unpad.ac.id.
manajemen secara cepat untuk bisa menanggulangi tantangan
yang ada serta mengantisipasi kendala yang mungkin hadir
ketika proses pembelajaran via daring ini berjalan. Tulisan ini
akan mengupas manajemen pembelajaran daring dari sisi
perencanaan terkait upaya untuk mengantisipasi hambatan yang
terjadi dalam proses komunikasi yang terjadi.
Manajemen Secara Umum
Manajemen berasal dari kata “maneggiare” (Itali) yang
bermakna mengendalikan (kuda). Kata ini mendapat pengaruh
dari kata lain “manus” yg bermakna tangan. Kata manajemen ini
juga diyakini mendapat pengaruh dari bahasa Perancis, yaitu
“manege” yang berarti kepemilikan kuda. Sebagian ahli
mempercayai pula bahwa kata manajemen berasal dari kata
Perancis kuno “management” yang berarti seni melaksanakan
dan mengatur. Dari sinilah kata manajemen diacukan pada kata
dalam bahasa Inggris “to manage” yang berarti mengatur,
mengurus atau mengelola (Sulastri, 2014, p. 10) Beberapa
definisi manajemen yang sering ditemukan di antaranya adalah
pengertian manajemen dari Mary Parker Follett yang
mengatakan bahwa “management is the art of getting things done
through people.” Pengertian ini membawa makna bahwa salah
satu dari kegiatan manajemen adalah proses pencapaian tujuan
melalui orang-orang yang ada di sekitarnya. Sementara itu Lilis
menyebutkan bahwa manajemen memiliki ciri-ciri, yakni:
1. Keterlibatan sekelompok orang
2. Faktor kerjasama dan kebersamaan
3. Terdapat aktivitas untuk pencapaian tujuan bersama
4. Adanya tujuan kegiatan itu sendiri
(Sulastri, 2014, p. 14)
Proses pembelajaran harus di-manage secara benar,
terlebih lagi pada masa pandemi COVID 19 ini dimana ada
beberapa kebiasaan baru yang selama ini tidak pernah atau
jarang dilakukan, menjadi wajib dilakukan, misalnya terkait
manajemen penggunaan media massa dan aplikasi untuk
menunjang pembuatan media pembelajaran online.

98
Pembelajaran Menggunakan Media Massa: Adaptasi
Kebiasaan Baru
Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dari
sumber pesan atau sering disebut dengan istilah komunikator,
kepada seseorang atau sekelompok orang atau sering disebut
dengan istilah komunikan, melalui suatu media tertentu.
Komunikasi yang dilakukan ini akan terlihat efektifitas dan
keberhasilannya apabila adanya feedback atau umpan balik yang
terlihat nyata dari proses komunikasi yang dilakukan tersebut.
Dalam pengertian lain disebutkan pula bahwa komunikasi
berarti pula pertukaran makna antara komunikator dan
komunikan. (Mulkan, 2013, p. 1).
Dalam masa pandemi COVID 19 pada masa adaptasi
kebiasaan baru ini, ada satu hal baru yang menjadi kebiasaan
baru yang akhirnya, mau tidak mau, harus dilakukan guru atau
pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswanya, yaitu penggunaan media massa. Mengapa media massa
dipilih sebagai media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan kepada siswa nya? Hal ini disebabkan karena beberapa
keistimewaan media massa ini, yang di antaranya adalah
kemampuannya untuk menembus khalayak banyak dalam waktu
yang bersamaan.

Sbr informasi Transmitter Penerima Tujuan


(information (receiver) (destination
sources) )
Sinyal Sinyal
Pesan Pesan

Sbr gangguan
(noise
source)

Gambar 1. Proses komunikasi Shannon dan Weaver

99
Penggunaan media massa dalam proses penyampaian pesan
dari guru dan pendidik kepada para siswanya dengan
menggunakan media massa, bisa dikategorikan jenis komunikasi
massa. Berikut adalah gambaran proses komunikasi massa dari
Shannon dan Weaver.(Ardianto et al., 2007, p. 30)
Dari bagan proses komunikasi Shannon dan Weaver
tersebut di atas tergambarkan bahwa proses penyampaian pesan
dari sumber informasi yang berbentuk lisan, tulisan, gambar,
musik, dll, diubah oleh transmitter (pemancar) ke dalam bentuk
sinyal. Sinyal tersebut diterima oleh penerima dan kemudian
diterjemahkan kembali ke dalam bentuk pesan dalam bentuk
lisan, tulisan, gambar, musik, dll, untuk kemudian disampaikan
kepada tujuan/ sasaran. Dalam proses tersebut, Nampak adanya
potensi terganggunya sinyal selama perjalanan proses tersebut.
Hal inilah yang harus difahami oleh komunikator sebagai sumber
pesan dalam menyampaikan pesannya. Jika komunikator tidak
memiliki kepekaan, pemahaman dan tak menyadari akan hal
tersebut, maka hal itu merupakan penyebab bagi kegagalan
komunikasi.
Hambatan dalam Komunikasi Massa dalam Manjemen
Pembelajaran Daring
Setelah memahami urgensi manajemen dalam proses
komunikasi massa dan memperhatikan proses komunikasi
massa pada model Shannon dan Weaver di atas, maka dikaitkan
dengan manajemen pembelajaran pada masa adaptasi kebiasaan
baru selama pandemi COVID 19 ini, salah satu hal yang penting
adalah melakukan antisipasi terhadap hambatan yang mungkin
akan terjadi dalam proses komunikasi massa yang dilakukan
oleh guru dan para pendidik. Berikut adalah beberapa hambatan
dalam proses komunikasi massa tersebut, yakni akan membahas
dua hambatan terbesar yaitu hambatan psikologis dan hambatan
sosiokultural.

100
Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis ini merupakan hambatan yang muncul
dari kegiatan psikis manusia. Hal yang termasuk hambatan ini
adalah kepentingan (interest), prasangka (prejudice), stereotip
(stereotype) dan motivasi (motivation) (Ardianto et al., 2007, p.
90). Unsur kepentingan akan selalu ada pada setiap pesan ketika
proses komunikasi berlangsung. Dalam kaitannya dengan proses
komunikasi instruksional dalam proses pendidikan,maka unsur
kepentingan dianggap hal yang minim konflik dikarenakan
hampir semua pihak memiliki kepentingan yang sama yaitu
mengakses informasi pembelajaran untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran siswa dan guru.
Unsur kedua, yaitu unsur prasangka berkaitan dengan
persepsi orang terhadap seseorang atau kelompok orang lain.
Prasangka ini berkaitan dengan pengalaman dan pengetahuan
komunikan sebelumnya. Prasangka merupakan salah satu
penghambat karena biasanya sebelum pesan tersampaikan,
komunikan sudah terlebih dahulu memiliki pikiran lain dan
kecurigaan. Untuk menghindari hal ini, maka komunikator yang
dipilih untuk menyampaikan pesan harus dipilih orang yang
netral atau bukan orang yang kontroversial. Prasangka ini akan
berdekatan dengan faktor berikuutnya yaitu stereotip, yakni
adanya gambaran mengenai watak atau sifat tertentu pada
seseorang yang melekat meskipun ia belum mengenal orang itu
dan hanya memiliki informasi yang taklengkap mengenainya.
Apabila dalam proses komunikasi, komunikan memiliki stereotif
tertentu, maka dipastikan komunikasi akan gagal.
Unsur motivasi juga merupakan hal yang terkadang menjadi
penghalang tercapainya tujuan komunikasi. Oleh sebab itu
seorang komunikator, dalam hal ini adalah guru, harus berusaha
membangun motivasi yang sama tersebih dahulu sebelum
menyampaikan materi intinya.

101
Hambatan Sosiokultural
Hambatan sosiokultural merupakan hambatan yang
bersumber dari pengaruh sosial dan budaya. Hambatan yang
termasuk ke dalam jenis ini di antaranya adalah adanya etnik
yang berbeda-beda, perbedaan norma sosial, kurang mampu
berbahasa Indonesia, faktor semantik, pendidikan belum merata
dan hambatan mekanis (Ardianto et al., 2007, p. 94). Hambatan-
hambatan ini sering terjadi di lapangan, misalnya adanya budaya
yang berbeda, perbedaan budaya biasanya akan membawa
perbedaan makna terhadap beberapa hal atau istilah. Kemudian
contoh lainnya adalah kekurangmampuan berbahasa Indonesia,
logat yang terlalu kental dan hambatan semantis, misalnya
pelafalan kata yang salah, hal ini juga akan mempengaruhi
kualitas pesan yang disampaikan. Kemudian yang sering juga
terjadi adalah hambatan teknis, misalnya suara kurang jelas,
gambar yang buram, adanya gangguan suara dari luar yang
mengganggu kualitas penyampaian pesan.
Dalam konteks komunikasi antara guru dan siswa dalam
proses belajar melalui daring ini, maka hal-hal yang menjadi
hambatan sosiokultural ini harus menjadi perhatian karena akan
sangat mempengaruhi kualitas pesan (materi pembelajaran)
yang disampaikan dan lebih jauhnya lagi adalah akan
mempengaruhi ketercapaian tujuan komunikasi pendidikan atau
komunikasi instruksional yang dilakukan. Sering terjadi guru
terlalu fokus terhadap materi dan asyik sendiri tanpa
memperhatikan bahwa ada gangguan-gangguan teknis yang
membersamainya.
Kesimpulan
Tak dapat dipungkiri, pada akhirnya dalam masa pandemi
COVID 19 ini, terutama pada tahap adaptasi kebiasaan baru,
maka kedudukan media komunikasi menjadi hal utama yang
menopang berbagai kepentingan kehidupan, termasuk
pendidikan. Penggunaan media massa oleh guru sebagai media

102
penyampai materi pembelajaran kepada khalayak siswa nya ini,
hendaknya disertai pula dengan pemahaman guru terhadap
media massa itu sendiri. Bagaimana karakteristik dan hambatan
yang sekiranya muncul dari penggunaan media massa tersebut.
Diharapkan pengetahuan terkait hal ini akan membawa kesiapan
yang lebih dari guru dan para pendidik dalam proses
penyusunan materi pembelajarannya, sehingga pada akhirnya
pesan tersampaikan dengan efektif dan tujuan komunikasinya
tercapai.

103
Daftar Pustaka
Ardianto, E., Komala, L., & Karlinah, S. (2007). Komunikasi massa:
Suatu pengantar (Revisi). Simbiosa.
Mulkan, D. (2013). Pengantar ilmu jurnalistik: Untuk pemula yang
menyukai dunia jurnalistik. Arsad.
Sulastri, L. (2014). Manajemen sebuah pengantar: Sejarah, tokoh,
teori dan praktik. La Good’s.

104
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN DARING DI
MASA PANDEMI COVID-19

Ida Juwariyah, S.Pd15


MAN Kendal

“PJJ adalah suatu konsep pembelajaran modern


dengan teknologi baru. Guru harus memastikan
kegiatan belajar mengajar harus tetap berjalan walau
siswa berada di rumah.”

Masa pandemi covid _19 telah berlangsung lebih dari


setengah tahun atau lebih dari 6 bulan di tahun 2020 ini. Selama
pandemi, banyak kegiatan dan aktivitas yang tertunda,
terhambat bahkan gagal. Hampir seluruh masyarakat Indonesia
dan bahkan warga dunia terkena dampaknya. Mulai dari dunia
usaha, perekonomian, perdagangan, kesehatan termasuk pula
bidang pendidikan. Perekonomian dan pasar menjadi lumpuh
karena rendahnya daya beli, banyak badan usaha yang gulung
tikar. Hal itu menimbulkan pesatnya jumlah pengangguran
hingga tingginya tingkat kriminalitas. Munculnya pengangguran
tentunya berdampak pada masing- masing keluarga. Masalah
internal keluarga mulai bermunculan, dari masalah keuangan,
kesehatan, sandang pangan, dan pendidikan anak- anak mereka.
Kejahatan dan menghalalkan segala cara semakin meningkat
demi menyelamatkan kehidupan keluarga. Sungguh dahsyat
dampak dari covid_19 ini. Dalam bidang pendidikan tentu juga

15Penulis lahir di Kendal, 28 Januari 1972, penulis merupakan Guru di

Madrasah Aliyah Negeri Kendal dalam bidang mata pelajaran Bahasa Asing
(Perancis), penulis menyelesaikan gelar Sarjana Pendidkan di IKIP Semarang tahun
1996.
banyak hal yang kita alami. Ada yang berkesan baik maupun
kesan yang kurang menyenangkan. Kita harus ingat, Jauh
sebelum ada pandemic covid-19 ini, sebenarnya sudah ada
lelucon diantara kita. Ternyata gurauan, lelucon itu menjadi
nyata. Bahwa pada saat pelantikan Mas Menteri Pendidikan
menyatakan” pembelajaran tidak harus tatap muka”. Bahwa
pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam kelas. Dan
masyarakat ingin kalender yang banyak tanggal merah, sehingga
lebih banyak tinggal di rumah. Lelucon dan gurauan itu seolah
menjadi doa dan terkabullah doa itu menjadi nyata.
Terbukti, pembelajaran tidak dilakukan di kelas.
Pembelajaran bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka langsung.
Pembelajaran dilakukan melalui jaringan atau pembelajaran
jarak jauh. Dan semua kegiatan, belajar maupun bekerja
dilakukan dari rumah. Dengan adanya pandemi covid-19 ini guru
dan murid dituntut untuk melakukan kebiasaan baru.
Beradaptasi dengan pembelajaran modern. Sebagai seorang
pendidik sekaligus sebagai wali murid dan orang tua, kami
mengalami banyak hal yang berkaitan dengan PJJ ini,
pembelajaran jarak jauh atau pendidikan jarak jauh. PJJ adalah
suatu konsep pembelajaran modern dengan teknologi baru. Guru
harus memastikan kegiatan belajar mengajar harus tetao
berjalan walau siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut
dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan
memanfaatkan media daring (online). Seorang pendidik dituntut
untuk bisa mengajar dalam situasi darurat seperti saat ini. Harus
bisa menggunakan teknologi. Pendidik harus bisa beradaptasi
dengan pembelajaran system daring (dalam jaringan).
Pembelajaran dilakukan secara online dengan whatapp, e-
learning, telegram, video pembelajaran, website, zoom dan
fasilitas internet lainnya. Banyak aplikasi pembelajarn yang
ditawarkan. Ada Ruang Guru, Quipper, Kipin dan banyak lagi.

106
Beberapa orang ahli mengungkapkan pengertian
pembelajaran jarak jauh, diantaranya G. Dogmen, G. Mackenzie,
E. Christensen, dan P. Rigby, O. Peter, M. Moore, B. Holmeberg
(Aristorahadi, 2008). Menurut Dogmen ciri-ciri pembelajaran
jarak jauh adalah adanya organisasi yang mengatur cara belajar
mandiri, materi pembelajaran disampaikan melalui media, dan
tidak ada kontak langsung antara penngajar dengan pembelajar.
Mackenzie, Christensen, dan Rigby mengatakan pendidikan jarak
jauh merupakan metode pembelajaran yang menggunakan
korespondensi sebagai alat untuk berkomunikasi antara
pembelajar dengan pengajar. Alat atau sarana yang digunakan
adalah internet. Maka diperlukan fasilitas pendukung berupa
perangkat komputer (PC), laptop, hp, jaringan internet, sinyal
yang kuat dan tentunya ketersediaan kuota. Salah satu sarana
tidak terpenuhi maka PJJ akan mengalami kendala.
Selain itu, tidak semua pelajaran dapat dilakukan dengan
teori melalui kegiatan daring (dalam jaringan) . Tidak semua
siswa dan tidak semua tingkatan pendidikan mampu
melaksanakan pendidikan jarak jauh. Siswa yang sudah dewasa,
siswa yang biasa belajar mandiri, siswa yang sadar akan
pentingnya pendidikan tentu bisa mengikuti pembelajaran jarak
jauh. PJJ lebih cocok untuk mahasiswa. Mahasiswa sudah bisa
bertanggung jawab atas pendidikan dan masa depannya.
Bagaimana halnya dengan siswa sekolah menengah, siswa
sekolah dasar bahkan siswa yang menempuh pendidikan usia
dini. Mereka belum sepenuhnya menyadari kebutuhan untuk
belajar. .Mereka belum paham akan kondisi belajar dari rumah.
Mereka senamg karena tinggal di rumah. Mereka menganggap
libur panjang sehingga bayak waktu untuk bermain atau bahkan
tidur bermalasan sepanjang hari. Hal ini mernjadi tugas
tambahan bagi orang tua khususnya ibu untuk mendampingi
anaknya selama belajar di rumah. Apalagi bagi mereka yang
belum punya fasilitas atau tidak punya hp sendiri. Apalagi

107
ditambah masalah ketersediaan kuota dan kekuatan sinyal. Kita
harus memaklumi bahwa tidak semua siswa dan masyarakat kita
berasal dari lingkungan menengah ke atas. Tidak semua siswa
tinggal di kota dengan fasilitas lengkap dan kekuatan jaringan.
Sebagai guru banyak pertimbangan ketika akan memberi
materi dan tugas belajar. Guru tidak boleh memberi tugas yang
memberatkan siswa dan memberi batasan waktu yang longar.
Walaupun sudah diberi kelonggaran, hasil pembelajaran, masih
tetap belum maksimal. Seringkali kehadiran siswa tidak lengkap,
dengan alasan klasik: tidak punya hp, tidak punya kuota, hp milik
orang tua dan dibawa kerjadan lainnya. Sebagai alternatif solusi,
pihak lembaga pendidikan ada yang memberi fasilitas untuk bisa
belajar di sekolah. Itupun masalah baru karena anak harus hadir
ke sekolah dengan fasilitas umum.
Namun demikian, ada juga lembaga yang memberi materi
dan tugas dalam waktu yang terbatas. Hal ini membuat orang tua
kalang kabut. Pada awal pembelajaran jarak jauh banyak orang
tua yang minta izin tidak bekerja. Banyak ibu yang meninggalkan
urusan rumah tangga. Mereka sibuk mendampingi dan
meminjamkan hp untuk sarana belajar siswa. Banyak ibu dan
orang tua yang belajar lagi, bahkan mengerjakan tugas anaknya.
Memang diperlukan kerjasama antara guru dan orang tua dalam
mendidik siswa. Terlebih lagi, telah banyak tejadi kekerasan
terhadap anaknya sendiri. Orang tua tidak sabar dalam
mendampingi anak belajar di rumah. Orang tua sudah lelah
dengan urusan kerja, urusan rumah tangga ditambah urusan
belajar anak. Banyak orang tua mengeluh dengan pembelajaran
darurat ini. Banyak siswa yang mengeluh ingin segera masuk
sekolah dan belajar tatap muka (luring). Mereka kangen dengan
situasi belajar dikelas. Belajar dengan tatap muka dan bisa
melakukan praktik. Bisa langsung ditegur dan siswa bisa
langsung memperbaiki kekurangan. Lebih efektif walaupun
dianggap sebagai konsep pebelajaran tradisional.

108
Sebagai orang tua, kami pun merasakan sendiri. Anak- anak
kamipun mengerjakan dan mengirim tugas pembelajaran pada
malam hari. Tentunya seizin guru kelasnya. Hal itu terjadi karena
mereka belum punya hp sendiri. Mereka masih kecil sehingga
mengerjakan tugas di hp setelah orang tua pulang dari tempat
kerja. Bagi siswa sekolah menengah, mereka sudah mengenal hp
dengan baik. Sebagian besar mereka sudah memiliki hp sendiri.
Merekapun masih harus diawasi karena banyaknya
penyalahgunaan hp. Mereka bisa seharian memegang hp. Mereka
seharian bisa bermain dengan hp atau gadget. Mereka bisa
bermain tanpa harus ada kuota. Mereka betah berlama- lama di
kamar atau tinggal di rumah. (stay at home). Lalu kapan waktu
mereka untuk belajar?
Bekerja dan belajar menggunakan jaringan tentunya
berkaitan dengan masalah kuota. Di dalam kondisi
perekonomian yang sulit ini, pembelian kuota tentu sangat
memberatkan khususnya bagi keluarga yang terdampak
covid_19 secara langsung. Beruntung sekali pemerintah mulai
akhir September 2020 ini telah mencairkan bantuan kuota bagi
siswa, mahasiswa, guru dan dosen di lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Bagaimana dengan nasib siswa,
mahasiswa, guru, dosen yang berada diluar lingkungan itu? Kita
tunggu saja kabar berikutnya. Walaupun demikian, kita tetap
bersyukur dengan adanya pemberian bantuan kuota untuk
pendidikan. Semoga bisa bermanfaat, tepat sasaran dan tepat
guna. Semoga pandemi ini segera berlalu dan pendidikan dapat
dilakukan secara normal. Baik yang akan belajar dengan
kebiasaan baru yang lebih modern atau kembali konsep
tradisional. Aamiin.

109
Daftar Pustaka
Munir,2019, Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi dan
Komunikasi. Alfabeta: Bandung
Sri Harnan, 2020, Efektivitas Pembelajaran Daring Di Masa
Pandemi Covid-19, bdkjakarta@kemenag.go.id, 20/7/2020.

110
PROBLEMATIKA PERKULIAHAN
DARING/ONLINE MATAKULIAH
PENDIDIKAN JASMANI-OLAHRAGA DI ERA
PANDEMI CORONA VIRUS (COVID-19)

Dyas Andry Prasetyo, M.Pd.16


STKIP PGRI SUMENEP

“Era baru pandemi Covid-19 memberikan tantangan


yang baru pula pada dunia pendidikan saat ini
khususnya di pendidikan jasmani dan olahraga. Hal ini
merupakan sebuah tantangan besar bagi dunia
pendidikan apakah nantinya tujuan pendidikan dapat
tercapai sebagaimana mestinya atau justru
sebaliknya.”

Pengantar
Pada dasarnya sebuah proses pendidikan haruslah berjalan
dengan baik sesuai sistem dan tujuan yang hendak dicapai. Hal
ini sudah dijelaskan di dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Bab I Ayat I
yang berbunyi ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Setiap

16Penulis lahir di Kabupaten Sumenep, 13 Desember 1991 dan merupakan

Dosen Tetap STKIP PGRI Sumenep Prodi Penjaskesrek, bidang kelimuan Dasar-Dasar
Pendidikan Jasmani dan olahraga bolatangan. Penulis menyelesaikan gelar Sarjana
Pendidikan Kepelatihan Olahraga di Universitas Negeri Surabaya (2014) dan gelar
Magister Pendidikan Olahraga di IKIP Budi Utomo Malang (2017). Penulis fokus di
Pengurus Kabupaten Asosiasi Bolatangan Indonesia (ABTI) Sumenep dan Pengurus
Kabupaten PBVSI Sumenep.
pendidik harus memiliki kesadaran penuh dalam menjalankan
proses pendidikan secara terencana dengan mengacu pada
dasar, fungsi, dan tujuan sebagaimana dimuat dalam SISDIKNAS.
Pada pendidikan jasmani dan olahraga tentu juga dituntut
demikian yang disesuaikan juga dengan tujuan pendidikan
jasmani dan olahraga itu sendiri. Tujuan bersifat menyeluruh
dan memberikan kesempatan peserta didik untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan
dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan
perkembangan sosial, mengembangkan kepercayaan diri dan
kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang
akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani,
memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani
yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara
efisien dan terkendali, mengembangkan nilai-nilai pribadi
melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok
maupun perorangan, berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang
dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan
siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang, dan
menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani,
termasuk permainan olahraga.
Pandemi Covid-19 Bagi Perguruan Tinggi
Dewasa ini, Pandemi Covid-19 yang merambah hampir di
seluruh dunia mengakibatkan berubahnya sistem pendidikan
Sekolah atau Perguruan Tinggi yang mana pada saat ini
pendidikan dilaksanakan tidak pada tempatnya. Aktivitas yang
seharusnya berlangsung di sekolah atau kampus, diganti dengan
aktivitas belajar online yang mana siswa/mahasiswa
melaksanakan pembelajaran dan perkuliahan melalui aplikasi
ruang belajar. Terdapat pro dan kontra terkait model
pembelajran atau perkuliahan ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan dan kemampuan dalam pelaksanaannya baik dari
tenaga pendidik maupun mahasiswa.

112
Era baru pandemi Covid-19 memberikan tantangan yang
baru pula pada dunia pendidikan saat ini khususnya di
pendidikan jasmani dan olahraga. Adanya kebijakan stay at home
tentu secara tidak langsung berdampak sangat signifikan dan
sebagai salah satu contoh konkret adalah proses
pembelajaran/perkuliahan yang berali dari belajar secara tatap
muka langsung ke belajar melalui media penunjang seperti
google classroom, google meet, zoom, etmodo, dan lain sebagainya
yang tentunya memiliki perbedaan dalam ketercapaian tujuan
pendidikan. Hal ini merupakan sebuah tantangan besar bagi
dunia pendidikan apakah nantinya tujuan pendidikan dapat
tercapai sebagaimana mestinya atau justru sebaliknya.
Tantangan tersebut dapat berupa seberapa efisien perkuliahan
yang dilakukan secara daring mengingat di sebagian daerah
tingkat kemampuan teknologi dan ekonominya berbeda.
Beberapa dampak yang sangat nyata dirasakan di
perguruan tinggi tidak lain adalah proses perkuliahan yang
terhambat dan cenderung pasif serta perubahan semua sistem
pengajaran yang dilaksanakan. Jika demikian adanya maka
bukan tidak mungkin tujuan pendidikan secara umum juga
terkendala. Perlu adanya sebuah tindakan optimal agar nantinya
perkuliahan daring/online dapat berjalan dengan baik.
Kendala Yang Dihadapi Pada Proses Perkuliahan
Dapat diketahui bersama bahwa sebuah proses perkuliahan
sudah tersusun ke dalam silabus matakuliah dan ditetapkan
sebelum perkuliahan dilangsungkan. Akan tetapi hal ini berubah
dan harus menyesuaikan dengan kondisi Pandemi Covid-19 yaitu
dari perkuliahan langsung di kelas menjadi perkuliahan daring
yang bisa dilaksanakan dimana saja. Tentunya hal ini menjadi
kendala baru bagi tenaga pendidik yang diwajibkan mengkonsep
ulang model perkuliahan sehingga dapat terlaksana sesuai
silabus yang sudah disusun. Kendala lain muncul dari mahasiswa
yang merasa kebingungan dan harus beradaptasi dengan model

113
baru perkuliahan. Salah satunya adalah beradaptasi dengan
aplikasi-aplikasi ruang belajar yang beragam dan asing bagi
mereka. Tidak hanya berhenti di sini, kendala utama yang
dirasakan khususnya bagi mahasiswa di daerah adalah kesulitan
sinyal/akses untuk melaksanakan perkuliahan daring dan juga
keterbatasan biaya internet. Tentunya ini sangat dirasakan di
hampir sumua daerah selama proses perkuliahan daring di masa
Pandemi Covid-19.
Baik Dosen maupun mahasiswa berada pada kondisi yang
sama dalam mengatasi model baru pendidikan saat ini,
walaupun berada pada tahap new normal pandemi. Dosen wajib
beradaptasi dan mengkonsep perkuliahan sehingga tujuan
pendidikan dapat tercapai dan mahasiswa wajib memenuhi
tanggungjawabnya mengikuti perkuliahan dalam satu semester
ke depan. Bagi matakuliah di jurusan lain masih dapat
beradaptasi karena kesehariannya lebih banyak teori dan di
kelas. Akan tetapi hal ini berbeda dengan jurusan
kepenjasan/olahraga yang keseharian pengajarannya di luar
ruangan dan harus melaksanakan perkuliahan daring. Praktik
hanya dapat dilaksanakan secara langsung agar dapat dikoreksi
dan dibenahi pada saat itu juga ketika terdapat kekeliruan teknik
atau pelaksanaan gerakan. Dengan berlakunya kuliah
daring/online hal tersebut hampir mustahil dilakukan karena
tidak berinteraksi secara langsung, jadi kekeliruan pelaksanaak
praktik hanya dapat dipantau secara minim tanpa ada tindakan
langsung.
Solusi Perkuliahan Daring di Perguruan Tinggi
Perkuliahan daring tetap dilaksanakan di semua Perguruan
Tinggi karena memang sudah menjadi kewajiban bahwa proses
perkuliahan harus tetap terlaksana di era pendemi ini. Hampir
tidak ada solusi lain terkait perkuliahan daring/online untuk
jurusan kepenjasan/olahraga, akan tetapi hal ini dapat
diantisipasi dengan cara melaksanakan perkuliahan daring

114
dengan menerapkan model virtual. Virtual dilaksanakan dengan
cara Dosen/Pendidik menyiapkan video perkuliahan dengan
menyuguhkan materi praktik se detil mungkin agar mahasiswa
dapat memahami setiap teknik atau aktivitas di dalamnya dan
dapat mempraktikkan di rumah/tempat masing-masing dengan
baik dan benar. Pada proses ini dapat dilaksanakan dengan cara
mahasiswa mengirimkan video pelaksanaan perkuliahan di
rumah agar Dosen dapat mengoreksi setiap aktivitas yang telah
dilakukan sesuai dengan virtual yang diberikan.
Tentunya tidak hanya perkuliahan praktik, perkuliahan
teori juga dapat diantisipasi dengan model perkuliahan lain,
salah satunya dengan cara Dosen memberikan slide materi dan
voice recorder agar mahasiswa dapat melihat materi melalui
slide dan mendengarkan materinya melalui voice recorder yang
diberikan Dosen. Dengan demikian mahasiswa dapat
memperoleh pengajaran dan dapat memahaminya melalui
penjelasan pada recorder agar perkuliahan tetap berjalan
dengan baik. Melalui solusi tersebut, maka kendala jaringan dan
paket data internet yang dirasakan mahasiswa di daerah dapat
diantisipasi sehingga tujuan perkuliahan dapat tercapai secara
general kepada mahasiswa.

115
116
BAB V KOMITMEN STAKE HOLDER
DALAM MENDIDIK
“PARENTHINK” MASA PANDEMI: REFLEKSI
KESADARAN BARU TENTANG TANGGUNG
JAWAB MENDIDIK ANAK

Misnawi, M.Pd.I.17
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura

“Tanggung jawab orang tua terhadap anak


sebenarnya bukanlah kewajiban baru namun harus
menjadi satu kesadaran baru terutama dalam
menghadapi situasi darurat mengingat sebelumnya
lebih banyak dilimpahkan kepada lembaga
pendidikan.”

Pandemi covid ’19 yang pertama kali mewabah di Cina dan


kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia telah mampu
mengacaukan keadaan. Virus berukuran sangat kecil ini juga
mampu menciptakan ketakutan dan kehawatiran yang nyata
layaknya monster yang mengerikan. Bagaimana tidak, data
terbaru 10 Oktober 2020 menunjukkan jumlah yang terpapar
positif sebanyak 325.000 dan meninggal sebanyak 11.677.
Jumlah yang menurut hitungan tidak sedikit dan cukup
menggambarkan betapa cepatnya penyebaran virus ini hanya
dalam tempo beberapa bulan saja. Jumlah tersebut bisa saja
terus bertambah seiring berjalannya waktu. Di berbagai negara,

17Penulis lahir di Sumenep, 08 November 1981. Merupakan salah satu

dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura dalam bidang pendidikan Agama
Islam. Menyelesaikan jenjang S.1 tahun 2007 bidang Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Tinggi Ilmu Keislaman (STIK) Annuqayah Guluk-Guluk Sumenep Madura
sekarang INSTIKA, sedangkan jenjang magister (S.2) tahun 2011 bidang Pendidikan
Islam konsentrasi Pendidikan Aqidah-Akhlaq di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Sunan Ampel Surabaya sekarang UINSA.
kebijakan pemerintah terlihat berubah seketika menyesuaikan
dengan kondisi darurat tak terkecuali Indonesia. Kebijakan
tentang pembatasan sosial bahkan dalam skala besar hingga lock
down dan keharusan mengikuti protokol kesehatan merupakan
satu bentuk upaya yang harus dipatuhi dalam rangka memutus
rantai penyebaran virus. Walaupun kemudian ada dampak nyata
yang timbul dan menyasar pada banyak bidang sentral seperti
ekonomi, sosial, politik, termasuk juga pendidikan.
Sebagai salah satu aspek penting, pendidikan tidak luput
dari sasaran kebijakan baru pemerintah akibat pandemi. Melalui
surat edaran menteri pendidikan dan kebudayaan Nomor 4
Tahun 2020 tertanggal 24 Maret 2020 secara resmi kegiatan
pendidikan dan pembelajaran dilaksanakan di rumah dengan
cara daring itupun dengan tetap menjaga mutu dan kualitas.
Ketetapan tersebut di satu sisi dianggap jalan yang terbaik, tapi
di sisi lain bisa melahirkan persoalan-persoalan baru yang cukup
kompleks. Tuntutan kualitas dan keberlangsungan pembelajaran
yang menuntut pula ketersediaan sarana seperti smartphone dan
quota internet menjadi beban tersendiri yang harus ditanggung.
Gangguan dan ketiadaan jaringan menjadi problem yang lumrah
terjadi dan semakin menambah deretan persoalan yang ada.
Ditambah lagi, pembelajaran virtual yang menuntut keterlibatan
aktif orang tua dalam upaya mendampingi kegiatan belajar anak
kadang menimbulkan dilema tersendiri.
Tanggung jawab orang tua terhadap anak sebenarnya
bukanlah kewajiban baru namun harus menjadi satu kesadaran
baru terutama dalam menghadapi situasi darurat mengingat
sebelumnya lebih banyak dilimpahkan kepada lembaga
pendidikan. Karena harus disadari kembali bahwa kehadiran
anak dalam keluarga merupakan anugerah dan amanah yang
harus dijaga dan dipelihara tumbuh kembangnya. Hal itu
dimaksudkan agar anak tidak malah menjadi fitnah. Rasulullah
menggambarakan bahwa “setiap anak lahir dalam keadaan suci

120
(fitroh) dan orang tuanyalah yang menjadikan dia yahudi,
nasrani dan majusi” (As-Suyuti, 1981: 287). Kesucian di sini
merupakan potensi besar bagi anak untuk bisa berkembang, baik
pada aspek intelektual, emosional dan spiritualnya.
Pada dasarnya setiap orang tua mengharapkan anaknya
menjadi anak yang shalih, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
yang maha esa, berbakti kepada orang tua, cerdas, sehat, kuat
dan berakhlak mulia (Tatang S, 2012: 82). Dalam mencapai
tujuan tersebut, maka orang tua harus menempatkan diri
sebagai pendidik pertama dan utama untuk memberikan
pendidikan dan bimbingan yang baik agar aspek-aspek tersebut
berkembang baik pula mencapai kesempurnaan selain
menafkahinya secara materi. Rasul mengatakan bahwa tidak ada
pemberian yang utama dari orang tua terhadap anak selain
pendidikan yang baik. Jelas bahwa kewajiban orang tua
mendidik anak tetap berlaku selama anak masih
membutuhkannya. Karena itu, tanggung jawab pendidikan yang
dibebankan kepada pendidik selain orang tua hanyalah
pelimpahan tanggung jawab karena satu atau lain hal sehingga
tidak mampu mendidik anaknya secara sempurna. Pada saatnya
nanti, semua itu akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan
yang maha kuasa. Sahabat Abdullah bin Umar berkata: “didiklah
anakmu karena sesungguhnya engkau akan dimintai
pertanggung jawaban atas pendidikan dan pengajaran yang
engkau berikan, dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan
dirimu kepadanya serta ketaatannya kepadamu”.
Mencermati itu semua, dalam situasi pandemi ini, segala hal
yang menjadi kewajiban orang tua terkait dengan bimbingan dan
pendidikan anak mau tidak mau harus kembali menjadi fokus
utama yang harus dipenuhi. Kondisi darurat yang menuntut
pembatasan sosial dan tidak memungkinkan anak belajar di
sekolah dan lembaga-lembaga formal lainnya menjadi alasan
utama yang tidak dapat dipungkiri. Untuk itu, Setiap orang tua

121
harus mampu menempati posisi yang seharusnya dalam keadaan
apapun dan bagaimanapun karena mereka ditaqdirkan menjadi
orang tua dari anak yang dilahirkan (Tafsir, 1996: 155).
Ada beberapa hal yang harus menjadi bahan renungan dan
pertimbangan orang tua dalam memenuhi tanggung jawabnya
menghadapi situasi darurat saat ini. pertama, orang tua harus
menyadari kembali bahwa perannya adalah yang utama. Kalau
selama ini peran tersebut selalu digantikan oleh guru di sekolah,
maka dalam situasi pandemi ini wajib dilakoni kembali oleh
orang tua. Sebisa mungkin orang tua harus mengupayakan
quality time agar anak bisa menikmati kebersamaan dan
merasakan kepedulian orang tua. Secara lebih kongkrit, upaya
yang bisa dilakukan adalah membimbing dan mendampingi anak
mengerjakan tugas sekolah secara aktif dan kreatif agar kegiatan
belajar anak lebih bermakna, memadukan pengembangan tiga
aspek kegiatan belajar mencakup kognitif, afektif, dan
psikomotorik sekaligus secara integratif, menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan, menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai relijius, menjalin interaksi dan
komunikasi yang intensif, memberikan motivasi, dan
memastikan anak hidup dengan rasa aman baik secara fisik dari
ancaman termasuk yang mengancam kesehatan seperti pandemi
covid ’19 dan ancaman fisik lainnya, amaupun secara psikis dari
berbagai tekanan psikologis yang dapat merusak mental anak.
Kedua, orang tua harus mampu memposisikan diri sebagai
mitra yang baik bagi sekolah. Menurut Soemiarti Patmonodewo
mengutip pendapat Greenberg, ada alasan kuat mengapa orang
tua perlu terlibat dan bekerjasama dengan guru di sekolah, yaitu
agar tugas guru menjadi lebih ringan dalam membina dan
meningkatkan kepercayaan diri, meminimalisir masalah belajar,
menumbuhkan sekaligus meningkatkan minat dan motivasi, dan
hal-hal urgen lain yang berhubungan dengan belajar anak
(Patmonodewo, 2008, 126). Sebab itu, kerjasama kedua belah

122
pihak menjadi salah satu penentu bagi keberhasilan pendidikan
dan pembelajaran yang dijalankan. Karena di dalamnya akan
terjadi kesinambungan dan sinergi dalam mengontrol dan
memperlakukan anak. Pada aspek tujuan yang ingin dicapai,
antara orang tua dan sekolah yang diwakili guru sama-sama
menginginkan agar anak didik mampu mencapai prestasi dan
perkembangan yang optimal. Kerjasama di sini akan lebih efektif
jika terencana dengan baik, berlangsung dalam jangka waktu
yang panjang, dan dilakukan sedini mungkin serta berkelanjutan.
Pada tataran praksis, keterlibatan orang tua dalam wujud
kerjasama dengan sekolah memiliki tiga kemungkinan, yaitu:
1. Berorientasi pada tugas; hal sederhana dan relatif
mudah dilakukan oleh semua orang tua adalah bertugas
membantu anak dalam menyelesaikan tugas-tugas
sekolah sebagai upaya membantu suksesnya program
sekolah.
2. Berorientasi pada proses; di sini mencakup kegiatan
yang berhubungan dengan proses pendidikan seperti
perencanaan kurikulum, memilih bahan ajar yang
diperlukan, menentukan standar tingkah laku yang
diperlukan, dls.
3. Berorientasi pada perkembangan; orientasi ini dapat
membantu orang tua mengembangkan keterampilan
yang berguna bagi mereka sendiri dan anak-anaknya
(Patmonodewo, 2008: 125).
Manfaat dan keuntungan yang bisa diperoleh dari
keterlibatan orang tua adalah memungkinkan mereka
mendapatkan kesempatan belajar cara membimbing dan
mendidik anak seiring dengan masa perkembangannya. Mereka
juga akan lebih bisa dibutuhkan dalam kegiatan belajar anak
terlebih dalam masa pandemi yang memang benar-benar
membutuhkan peran serta orang tua selama belajar di rumah.
Namun, perlu disadari pula bahwa kebanyakan orang tua

123
menghadapi banyak kesibukan yang menyebabkan banyak
waktu yang tersita sehingga dapat menghambat kerjasama
tersebut. Karena itu perlu selalu ada koordinasi, komunikasi, dan
sinergi untuk membangun kesatuan komitmen agar kerjasama
dan keterlibatan orang tua tetap bisa dijalankan sebaik mungkin
dan segala kemungkinan problem yang menghambat dapat
diantisipasi atau diminimalisir.
Ketiga, orang tua harus mampu beradaptasi dengan
kemajuan teknologi. Menurut pembagian Alvin Toffler, saat ini
dunia memasuki gelombang ketiga (the third wave) yang
ditandai dengan terjadinya revolusi informasi secara eskalatif
dan basic power manusia bertumpu pada mind atau rasio
(Asmani, 2015: 69). Di masa ini terjadi kemajuan teknologi yang
begitu pesat secara global dan sangat berpengaruh terhadap
segala bidang kehidupan manusia seperti bidang ekonomi, seni,
pendidikan, dll. Dengan banyaknya produk teknologi yang
dihasilkan memungkinkan manusia bisa memenuhi
kebutuhannya secara praktis dan mudah.
Menarik untuk dicerna bahwa kemajuan teknologi yang
banyak juga digunakan dalam bidang pendidikan dan
pembelajaran terutama di masa pandemi ini bisa menimbulkan
pengaruh negatif selain yang positif. Untuk itu, produk teknologi
semisal gadget dengan berbagai aplikasi di dalamnya yang
digunakan anak ketika proses belajar dari rumah perlu
diarahkan penggunaannya agar benar-benar sesuai dengan
tujuan utamanya. Kemampuan orang tua dalam hal ini benar-
benar dibutuhkan. Kemampuan tersebut mencakup kemampuan
mengupayakan penggunaan teknologi, membantu penggunaan
teknologi, dan mengontrol pemanfaatan teknologi. Dengan
begitu, jelas bahwa kemampuan orang tua sebagai pendidik
dalam memahami teknologi menjadi salah satu tolok ukur
keberhasilan proses pendidikan yang diberikan terhadap anak,
termasuk dalam mendukung keberhasilan program sekolah yang
saat ini lebih banyak dilimpahkan kepada mereka.

124
Daftar Pustaka
Asmani, Jamal Ma’mur, 2015, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif
dan Inovatif, Jogjakarta: Diva Press.
As-Suyuti, Abdurrahman Jalaluddin, 1981, Al-Jami’ Ash-Shaghir Fi
Ahadits al-Basyir an-Nadzir, Beirut: Dar al-Fikr.
Patmonodewo, Soemiarti, 2008, Pendidikan Anak Prasekolah,
Jakarta: Rineka Cipta
Tafsir, Ahmad, 1996, Pendidikan Agama Dalam Keluarga,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Tatang S., 2012, Ilmu Pendidikan, Bandung: Penerbit Pustaka
Setia.

125
126
KOMITMEN DOSEN DALAM ORGANISASI
PERGURUAN TINGGI DI MASA PANDEMI
COVID 19

Delsylia Tresnawaty Ufi, S.Th., M.Si18


IAKN Kupang

“Keberhasilan proses pendidikan di organisasi


Perguruan Tinggi ditentukan oleh dosen sebagai
instrumen sumber daya manusia yang mengajar,
mendidik, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan
kepada mahasiswa.”

Pandemi Covid-19 masih terus mewabah di seluruh dunia


tidak terkecuali di Indonesia. Angka yang terinfeksi virus Covid-
19 ini pun terus mengalami peningkatan. Pada tanggal 30 April
2020 jumlah 347 kasus , 31 Mei 2020 jumlah 700 kasus, 30 Juni
2020 jumlah menjadi 1.293 kasus, data per Juli 2020 naik
menjadi 2.040 kasus, kemudian pada tanggal 31 Agustus jumlah
mencapai angka 2.743 kasus, lalu data per tanggal 30 September
2020 naik drastis ke angka 4.284, terakhir data per tanggal 06
Oktober 2020 jumlah kasus baru positif Corona seluruh
Indonesia mencapai angka 4.056 (Statistik Wikipedia). Data ini
menunjukan pertambahan jumlah kasus positif Corona yang
sangat menanjak. Jumlah yang terus bertambah menggambarkan
siapa saja dapat tertular virus Corona/ Covid-19. Bahkan semua
18Penulis lahir di Kupang 28 Desember 1985, penulis merupakan Dosen

IAKN Kupang dalam bidang Psikologi Perkembangan. Penulis menyelesaikan gelar


Sarjana di Universitas Kristen Artha Wacana Kupang, dan gelar Magister Sains
Psikologi di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
orang berpeluang untuk bisa terkena virus ini, baik dari
kalangan masyarakat biasa, maupun sampai pada pejabat
pemerintahan, tidak terkecuali bagi pendidik dan peserta didik.
Dosen, sebagai seorang pendidik pun berpeluang terjangkit virus
ini jika tidak menjaga kesehatan sesuai protocol kesehatan dari
pemerintah. Oleh karena itu, dosen perlu tetap menjaga
kesehatan dengan cara memakai masker, mencuci tangan,
menjaga jarak (social distancing) dan mengatur pola makan, pola
istirahat dan pola tidur sehingga imun tubuh tetap terjaga dan
tidak mudah terinfeksi virus.
Dosen yang sehat dapat menjalankan kewajibannya dengan
baik dalam organisasi pendidikan Perguruan Tinggi. Untuk
menjalankan roda pendidikan tetap berjalan dengan baik,
bahkan tujuan pendidikan tercapai, maka aktifitas pembelajaran
dalam perkuliahan di organisasi Perguruan Tinggi
bagaimanapun harus tetap dilaksanakan. Dengan adanya situasi
pandemi Covid-19, maka dunia pendidikan akhirnya memikirkan
cara belajar dari tatap muka ke cara pembelajaran online (online
learning). Berbagai bentuk pembelajaran online akhirnya dipakai
oleh tenaga-tenaga pendidik agar pembelajaran tetap dapat
terlaksana. Bentuk-bentuk pembelajaran yang dipakai antara
lain melalui aplikasi Zoom, Google Meet, Team link, whatss app
group, google class room dan lain sebagainya. Dengan bentuk
pembelajaran sistem online ini, maka tujuan organisasi
pendidikan diharapkan tetap dapat tercapai.
Keberhasilan proses pendidikan di organisasi Perguruan
Tinggi ditentukan oleh dosen sebagai instrumen sumber daya
manusia yang mengajar, mendidik, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan kepada mahasiswa (Sari, 2016). Hal tersebut
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.37 Tahun 2009 bahwa dosen adalah pendidik
professional dan ilmuan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan

128
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagai pendidik
professional, dosen melaksanakan perannya berfungsi untuk
peningkatan kualitas pendidikan. Seperti yang tertulis dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor14 Tahun 2005
tentang guru dan dosen, bahwa kedudukan dosen sebagai tenaga
professional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran
dosen sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni,serta pengabdi kepada
masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.
Pencapaian mutu pendidikan nasional dalam sistem
organisasi Perguruan Tinggi yakni dosen sebagai sumber
dayanya adalah dengan melalui komitmen dosen. Komitmen
adalah keinginan anggota organisasi untuk tetap
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut
dan bersedia bekerja keras demi pencapaian tujuan dari
organisasi/sekolah (Zahrokh, 2014). Menurut Mulyasa (2011)
komitmen merupakan janji yang tinggi bahwa seseorang akan
mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dengan sungguh-
sungguh dalam keadaan yang bagaimanapun. Komitmen kerja
yang dimiliki membuat individu dapat merasa aman, nyaman
dan menyenangkan dalam mengemban tugas dan fungsinya.
Oleh karena itu, komitmen perlu diupayakan dan didorong agar
menjadi sebuah sikap yang melekat, sehingga menjadi karakter
yang menyatu dengan perilaku dosen sehari-hari (Tania dalam
Sutoro, 2020). Komitmen dosen karena itu menggambarkan
keterikatan yang kuat sebagai anggota organisasi Perguruan
Tinggi.
Dosen yang berkomitmen terhadap pekerjaannya berusaha
bekerja untuk usaha-usaha peningkatan kinerjanya. Penjelasan
dari Glickman mengatakan seseorang yang berkomitmen
bersedia mengorbankan tenaga dan waktunya secara relative

129
lebih banyak dari apa yang telah ditetapkan baginya (dalam
Muslim, 2013). School (dalam Iskandar,2008) mengatakan
seseorang yang mempunyai komitmen akan terus rajin bekerja
walaupun suasana dalam organisasi tidak sehat. Oleh karena itu,
komitmen kerja dalam organisasi sangat mempengaruhi
kreativitas seseorang terhadap kinerjanya (Steers, dalam
Iskandar 2008). Sama halnya dengan dosen yang melaksankan
tugas dan kewajiban yang terdapat dalam Tri Dharma Perguruan
Tinggi dapat terlaksana jika dosen memiliki komitmen terhadap
pekerjaannya. Komitmen dosen dalam organisasi Perguruan
Tinggi memberi manfaat bagi dosen untuk memenuhi
keperluannya dari segi kestabilan pekerjaan terhadap organisasi.
Kestabilan pekerjaan seorang dosen turut disertai oleh
aspek-aspek komitmen dosen itu sendiri. Adapun beberapa
aspek komitmen dosen antara lain dosen yang bersedia
melibatkan diri dalam aktifitas organisasi Perguruan Tinggi,
karena dosen merasa nyaman. Kenyamanan bekerja dirasakan
oleh dosen sekalipun dalam situasi pandemi Covid-19, sehingga
dengan tetap memperhatikan protocol kesehatan, dosen tetap
bekerja untuk menunaikan kewajiban Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Allen dan Meyer (dalam Ufi dan Wijono, 2020)
mengatakan kenyamanan yang dirasakan sebagai anggota
organisasi disebut sebagai bagian dari aspek komitmen afektif.
Di mana komitmen afektif sebagai suatu keadaan secara
emosional terhadap organisasi, yakni kekuatan komitmen
anggota diidentifikasikan dengan keterlibatan dan kenyamanan
anggota organisasi. Selanjutnya dosen yang berkomitmen tidak
akan mudah meninggalkan organisasi Perguruan Tinggi. Ini
digolongkan dalam aspek komitmen berkelanjutan. Komitmen
berkelanjutan adalah suatu keadaan di mana anggota organisasi
menyadari suatu kondisi yang membatasi alternatif yang
sebanding dengan organisasinya sehingga anggota tersebut
merasa perlu untuk mempertimbangkan untung dan rugi bila

130
harus meninggalkan organisasi. Artinya tidak ada alternatif kerja
yang lain selain menjadi seorang dosen sehingga dosen tetap
memelihara komitmennya dalam organisasi Perguruan Tinggi.
Tidak hanya itu saja, dosen yang berkomitmen dengan kerjanya
adalah dosen yang patuh dan setia kepada organisasi Perguruan
Tinggi karena kopensasi yang diterima sehingga tetap bekerja
sekalipun di masa pandemi Covid-19, bahkan yang
memprioritaskan pekerjaan demi peningkatan kinerja, dan terus
setia mengabdi kepada negara dan bangsa untuk mencerdaskan
anak-anak bangsa dengan melaksanakan Tri Dharma Perguruan
Tinggi salah satunya lewat pendidikan yakni melalui
pembelajaran online. Aspek ini oleh Allen dan Meyer (dalam Ufi
dan Wijono, 2020) disebut aspek komitmen normatif, yakni
sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi yang menekankan
kepatuhan untuk setia kepada organisasi karena kompensasi
yang diterima sehingga membuat anggota tersebut merasa wajib
untuk membalasnya.
Dosen yang berkomitmen adalah dosen yang memegang
nilai-nilai budaya kerja dan tujuan organisasi Perguruan Tinggi.
Dosen yang berkomitmen untuk tujuan organisasi Perguruan
Tinggi lebih mungkin untuk bekerja sama dan membangun
hubungan dengan sesama dosen lainnya secara positif serta
mencari cara untuk mepromosikan Perguruan Tinggi di
masyarakat. Sebagaimana yang dikatakan oleh Croswell (2006)
bahwa komitmen pada lembaga pendidikan membuat seorang
pendidik memiliki nilai-nilai dan tujuan pada organisasi
pendidikan tersebut, dan kooperatif serta kolegial dengan
pendidik lainnya. Komitmen dosen pun juga terkait dengan
komitmen terhadap mahasiswa. Karena mahasiswa adalah
alasan dosen untuk mengajar dan mendidik. Bilken (dalam
Crosswel, 2006) menyebutkan komitmen pendidik adalah agar
peserta didik mendapat manfaat bahkan jika pendidik harus
mengorbankan kondisi kerja mereka. Dosen yang mengajar dan

131
mendidik mahasiswa menunjukkan pula akan keseriusannnya
terhadap pekerjaannya sebagai dosen. Hal ini karena mengajar
adalah salah satu tugas pokok dosen yang harus dilakukan
secara efektif dan berdedikasi. Demikian disebut dosen yang
berkomitmen pada dasar pengajarannya.
Komitmen dosen dalam pekerjaannya di organisasi
Perguruan Tinggi pun turut ditentukan oleh beberapa faktor
antara lain (Sutori, 2020), pertama. Disiplin kerja. Disiplin
merupakan sikap dan perilaku kerja yang mengikuti ketentuan
dan SOP tempat kerja, maka setiap tindakan akan mengacu
kepada apa yang telah ditetapkan (Liana &Irawati, dalam Sutori,
2020). Dengan demikian, disiplin kerja diperlukan oleh setiap
orang dalam usaha untuk meningkatkan kinerja demi
pencapaian tujuan. Dosen yang memiliki kesadaran untuk
mematuhi aturan disiplin kerja yang berlaku, maka dapat
meningkatkan komitmen dosen. Disiplin kerja dosen disadari
sebagai faktor pendorong mahasiswa untuk mau belajar dengan
giat dan penuh semangat (Tahrir, 2010). Sebaliknya dosen yang
tidak memiliki disiplin kerja, maka mahasiswa juga tidak
berdisiplin diri. Hal ini didukung dalam hasil penelitian Tahrir
(2010), yakni bagi seorang mahasiswa, dosen yang memiliki
sikap secara sadar dalam menaati semua peraturan yang
diberlakukan oleh kampus dan memiliki komitmen yang tinggi
dalam melaksanakan kesepakatan dalam kontrak belajar dapat
dijadikan sebagai figur dalam berperilaku sehari-hari di kampus
maupun di luar kampus. Demikan, maka pada akhirnya faktor
disiplin kerja dosen dapat mendorong mahasiswa untuk belajar
lebih bersemangat dan lebih bergairah.
Kedua, lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang kondusif
penting bagi dosen dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya termasuk dalam waktu yang panjang. Kurniasari
&Halim (2013) mengatakan bahwa lingkungan kerja dapat
membangun susana kerja yang nyaman, dan harmonis, yang

132
melahirkan perasaan senang, dan betah bekerja yang pada
akhirnya membentuk komitmen terhadap pekerjaan dan
organisasi. Semakin baik lingkungan kerja, maka dapat
meningkatkan komitmen dosen. Ketiga, motivasi kerja. Dosen
yang memiliki motivasi kerja, akan melahirkan komitmen, etos
kerja dan loyalitas yang terbentuk dari perasaan puas. Semakin
baik dosen memiliki motivasi kerja, maka dapat meningkatkan
komitmen dosen. Keempat, kompensasi. Artinya sesuatu yang
diterima oleh dosen atas hasil kerja. Tujuan adanya kompensasi
untuk memperoleh dosen yang bermutu, mempertahankan
komitmen kerja. Maksudnya, semakin baik kompensasi yang
diberikan, maka dapat meningkatkan komitmen dosen.
Disamping itu faktor keterlibatan kerja sebagai salah satu
faktor internal yang perlu ditingkatkan untuk kemajuan
organisasi Perguruan Tinggi. Menurut Robbins (1996) yang
menyatakan keterlibatan kerja sebagai proses partisipatif yang
menggunakan seluruh kapasitas pekerja dan dirancang untuk
mendorong peningkatan komitmen bagi suksesnya suatu
organisasi. Lodahl dan Kejner (dalam Ansel dan Wijono, 2012)
menyatakan keterlibatan kerja adalah seberapa besar
identifikasi secara psikologis individu terhadap pekerjaannya.
Makin besar individu tersebut mengidentifikasikan dirinya
dengan pekerjaannya, maka keterlibatan semakin tinggi dalam
organisasi Perguruan Tinggi. Hal ini dipertegas oleh (Kusnandar,
tt) bahwa keterlibatan yang tinggi seorang individu pada
pekerjaan menunjukkan keberpihakannya pada pekerjaan
tersebut. Dengan demikian seorang yang memiliki komitmen
organisasi tinggi berarti bahwa ia berpihak pada organisasi
tersebut. Sama halnya seorang dosen, sekalipun dalam masa
Pandemi Covid-19 tetap berkomitmen untuk terus ada dalam
organisasi Perguruan Tinggi dalam melaksanakan Tridharma
Perguruan Tinggi dan untuk mencapai tujuan organisasi
Perguruan Tinggi.

133
Daftar Pustaka
Ansel, Maria Finsensia dan Wijono, Sutarto.2012. Pengaruh
Keterlibatan dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen
Organisasi Polisi di Kepolisian Resos (POLRES) ENDE. Tesis
Program Pascasarjana Magister Sains Psikologi UKWS
Salatiga.
Crosswell, Leanne. 2006. Understanding teacher commitment in
times of change. (Master Dissertation), faculty of education,
Queensland University of Technology.
Iskandar. 2008. Kecerdasan Emosi dan Komitmen Pekerjaan
Dosen di Jambi. Jurnal Psikologi, Volumen 1, No. 2, Juni 2008
Kurniasari, Devi, D., dan Halim, Abdul, R.A. 2013. Pengaruh
lingkungan kerja dan iklim organisasi terhadap komitmen
organisasi melalui kepuasan kerja karyawan pada dinas
pasar unit pasar tanjung kabupaten Jember. Jurnal Ilmu
Ekonomi, 8(2), 273-284
Kusnandar, Christie. (Tanpa tahun). Pengaaruh Komitmen Dosen
Terhadap Perguruan Tinggi. Universitas Pelita Harapan.
Mulyasa, E.2011. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Muslim, S. B. 2013. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas
Profesionalisme Guru. Mataram: Alfabeta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2009 Tentang Dosen.
Robbins, Stephen.P. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep,
Kontroversi, Aplikasi. Jakarta: Prenhallindo.
Sari, A., T. 2014. Iklim Organisasi Dan Komitmen Organisasi
Dosen Universitas Negeri Jakarta. Jurnal Penelitian dan
Pengukuran Psikologi.Volume 5, No.2
Sutoro, Moh. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Komitmen Tenaga Pengajar Perguruan Tinggi. Scientific
Journal Of Reflection. Volume 3, No. 1.Januari 2020
Tahrir. 2010. Hubungan Kompetensi Dan Disiplin Kerja Dosen
Terhadap Motivasi Belajar Mahasiwa. Jurnal Ilmiah
Psikologi, Psympathic Vol.III, No. 2

134
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
Ufi, D.T dan Wijono, S. 2020. Komitmen Organisasi dan Kepuasan
Kerja Guru di SMA Negeri di Kota Kupang. Jurnal Humanitas,
Vol 4 No. 2
Zahrokh, SF. 2014. Komitmen Tenaga Administrasi Dalam
Meningkatkan Kinerja di Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina
Pekanbaru. Unversitas Pendidikan Indonesia, Prodi
Manajemen Pendidikan.

135
136
PEMEBELAJARAN MASA COVID-19 DI
SEKOLAH DASAR

Mariamah.M.Pd.19
STKIP Taman Siswa Bima

“Dalam kondisi adanya wabah Covid-19, pembelajaran


daring dapat digunakan dengan pertimbangan
memperhatikan kondisi mahasiswa dan dosen,
sehingga akan terbiasa menyesuaikan dengan sistem
daring, pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Selain itu, sistem daring ini dapat dijadikan
pengalaman tambahan bagi mahasiswa sebagai calon
guru di masa depan.”

Awal Maret tahun 2020 bermunculan kasus penyebaran


virus corona yang terjadi di wilayah Indonesi, kejadian ini
mempengaruhi semua aspek salah satunya adalah aspek
pendidikan. Pembelajaran yang biasanya dilaksanakan
disekolah, kini berubah menjadi pembelajaran dalam jaringan.
Kementrian pendidikan dan kebudayaan menghimbau agar
semua sekolah untuk melaksanakan pembelajaran secara daring
dirumah masing-masing. Direktur jenderal PAUD, pendidikan
Dasar dan menengah menyampaikan upaya untuk menegakkan
kegiatan pembelajaran dimasa covid-19 dengan mengatur

19Mariamah, M.Pd. lahir di Teke-Bima NTB pada tanggal 16 November

1985. Menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN 02 Teke lulus pada tahun 1997, sekolah
menengah pertama di SMPN1 Belo lulus tahun 2000, sekolah menengah atas di MAN
1 Bima tahun2003. Kemudian menempuh S1 di IAIN Mataram Pada Program Studi
Pendidikan Matematika (Tahun 2003- 2007), S2 di Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY) program studi pendidikan matematika (Tahun 2010- 2012).
kebijakan yang dibuat dalam surat edaran No. 4 Tahun 2020
tentang empat pokok yakni 1) pembelajaran dilaksanakan secara
daring baik secara interaktif maupun non interaktif, 20) guru
harus memberikan pendidikan kepada anak yang berkaitan
dengan kecakapan hidup, 3) pembelajaran yang diberikan harus
sesuai dengan kondisi anak dan minatnya, 4) penilai bisa bersifat
kualitatif. Kebijakn yang dibuat ini tentu memiliki tujuan seperti
target kurikulum harus tercapai dan penyebaran viru dapat
dikurangi. Sekolah Dasar di kabupaten Bima harus
melaksanakan pembelajaran secara daring dari rumah akibat
penyebaran virus Corona. Dalam melaksanakan pembelajaran
daring, berbagai kendala yang dihadapi olehsekolah baik sekolah
dasar, sekolah menengah, maupun perguruan tinggi
bermunculan. SDN di Kabupaten Bima tentu mengalami berbagai
persoalan baik yang dialami siswa, wali murid, guru dan pihak
sekolah. Tulisan ini dilakukan dengan melaksanakan penelitian
kualitatif dengan intrumen utama adalah peneliti sendiri.
Pengumpulan data menggunakan tekhnik wawancara secarat
terbuka.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan baik
wawancara kepada kepala sekolah maupun kepada guru kelas,
diperoleh informasi bahwa pemebelajaran yang dilakukan
selama masa Pandemi dilaksanakan dengan cara luring terbatas.
Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru-guru kesulitan dalam
mencapai target kurikulum yang sudah ditetapkan. Selain itu
kesiapan guru-guru dalam melaksanakan pembelajaran ini
belum maksimal sehingga capaian pembelajaran belum
maksimal. Beriku ini akan diuraikan hasil wawancara dengan
guru dan kepala sekolah:
Materi pembelajaran tidak mampu mencapai terget
kurikulum karena materi dalam kurikulum sangat padat,
semenetara kesiapan guru untuk beradaptasi dengan
perubahan dalam teknik pembelajaran ini belum maksimal
(Yusuf, A.MA. Pd/10/08/2020)

138
Materi yang disampaiakn belum mencapai target dengan
alasan waktu belajar tidak maksimal. Saya harus ekstra
dengan mengecek pemahaman pada setiap siswa agar bisa
melanjutkan ke materi berikutnya. (Nurlinda, S.Pd/guru
kelas I SD Keli)
Dari pelaksanaan pemebelajaran ini guru-guru kurang
merasa efektif dalam melakukan evaluasi. Adapun bentuk
evaluasi yang dilakukan seperti memberikan tugas dan soal
evalusi secara tertulis dan dikerjakan dimasing-masing rumah.
Umpan balik dilakukan bersama pada saat siswa ke sekolah
mengumpulkan tugas.
Berdasarkan data hasil wawancar diperoleh informasi
mengenai pembelajaran yang dilakasanakn di SDN Kabupaten
Bima tahun pelajaran 2019/2020. Pembelajaran dilaksanakan
secara daring maupun luring. Daring dilakasanakan untuk siswa
kelas atas seperti siswa kelas empat, lima dan kelas enam.
Pembelajaran ini berjalan tidak maksimal karena tidak semua
siswa kelas atas bisa mengikutinya karena terkendala dengan
tersedianya HP anroid dan paket internet. Sedangkan
pembelajaran yang dilaksanakan secara luring untuk siswa kelas
rendah seperti kelas satu, dua dan tiga. Pembelajaran ini
dilaksanakan dengan mengungujungi setiap rumah siswa oleh
guru kelas dan satu guru yang membantu guru kelas.
Pembelajaran ini bisa berjalan baik walaupun tidak seefektif
pembelajaran secara tatap muka. Hasil penelitian (Dewi, 2020)
bahwa dampak COVID-19 terhadap implementasi pembelajaran
daring di sekolah dasar dapat terlaksanakan dengan cukup baik.
Hal ini dapat dilihat dari hasil data 3 artikel dan 6 berita yang
menunjukan bahwa dampak COVID-19 terhadap implementasi
pembelajaran daring di SD dapat terlaksana dengan cukup baik
apabila adanya kerjasama antara guru, siswa dan orang tua
dalam belajar di rumah.

139
Menurut (Astini, 2020) bahwa Beberapa sekolah yang ada
di daerah pedalaman dan banyak siswa yang terbatas akses
internet tentu belum dapat menyelenggarakan KBM daring.
Disini guru harus berkreatifitas untuk memanfaatkan media
belajar alternatif selama peserta didik belajar di rumah. Mereka
dapat menggunakan sumber belajar yang ada yaitu buku siswa
sesuai dengan tema-tema yang diajarkan sesuai jadwal yang
telah dibuat sebelumnya. Menurut Heru Purnomo (Ashari, 2020).
Pembelajaran daring saat ini dijadikan solusi dalam masa
pandemic COVID-19. Tetapi pembelajaran daring tidak mudah
seperti yang dibayangkan. Anglgle salah satu tenaga pendidik di
sekolah dasar Insan Mandiri mengatakan dalam pembelajaran
kelas 2 SD dia menggunakan zoom untuk meeting (pertemuan)
tatap muka selayaknya di kelas. Tetapi tidak semua anak bisa
akses karena ada yang orang tuaanya masih kerja, ada juga orang
tua yang gagap teknologi. Selain itu anggle juga mencari
alternatif lain media pembelajaran daring dengan google doc,
memberikan tautan yang berisi materi pelajaan sekaligus tugas
serta batas waktu pengerkaan dinilai lebih bisa mengkomodir
kebutuhan orang tua dan anak, ini dapat membantu penilai
harian, nilai bisa langsung masuk berkas fom google. Bedahalnya
dengan Alit salah satu Guru di SD Insan mandiri Amlapura yang
menyatakan dalam pembelajaran online menggunakan berbagai
macam aplikasi agar siswa tidak jenuh dalam belajar dirumah.
Namun aplikasi pembelajaran yang sangat direspon oleh siswa
adalah aplikasi zoom karena dapat bertatap muka langsung
dengan gurunya, dan siswa dapat melihat penjelasan materi dan
diskusi dengan gurunya secara langsung melalui aplikasi zoom.
Sebelum menggunakan aplikasi zoom ini guru harus
memberikan tutorial berupa video kepada siswa agar siswa
dapat mengunakan aplikasi zoom ini dengan baik. Namun
aplikasi zoom ini dapat digunakan dengan efektif pada siswa
sekolah dasar kelas atas (Astini, 2020)

140
Menurut Putra Wijaya dalam (Suryawan, 2020) belajar
dirumah tidak menjadi masalah karena pembelajaran bisa
dilakukan kapan dan dimana saja, apalagi sudah ada didukung
dengan sistem daring. Jadi proses pembelajaran bisa terjadi di
rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Oleh karena itu semua
bisa berjalan dengan baik, dengan dukungan fasilitas seperti
internet. Menurut Agus, dkk dalam penelitiannya yang berjudul
“Studi Eksploratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses
Pembelajaran Online di Sekolah Dasar” dampak COVID-19
terhadap proses pembelajaran online di sekolah dasar
berdampak terhadap siswa, orang tua dan guru itu sendiri.
Beberapa dampak yang dirasakan murid yaitu murid belum ada
budaya belajar jarak jauh karena selama ini sistem belajar
dilaksanakan adalah melalui tatap muka, murid terbiasa berada
di sekolah untuk berinteraksi dengan temantemannya, bermain
dan bercanda gurau dengan teman-temannya serta bertatap
muka dengan para gurunya, dengan adanya metode
pembelajaran jarah jauh membuat para murid perlu waktu
untuk beradaptasi dan mereka menghadapi perubahan baru
yang secara tidak langsung akan mempengaruhi daya serap
belajar mereka. Dampak terhadap orang tua yaitu kendala yang
dihadapi para orang tua adalah adanya penambahan biaya
pembelian kuota internet bertambah, teknologi online
memerlukan koneksi jaringan ke internet dan kuota oleh karena
itu tingkat penggunaaan kuota internet akan bertambah dan
akan menambah beban pengeluaran orang tua. Dampak yang
dirasakan guru yaitu tidak semua mahir menggunakan teknologi
internet atau media sosial sebagai sarana pembelajaran
beberapa guru senior belum sepenuhnya mampu menggunakan
perangkat atau fasilitas untuk penunjang kegiatan pembelajaran
online dan perlu pendampingan dan pelatihan terlebih dahulu.
Jadi, dukungan dan kerjasama orang tua demi keberhasilan
pembelajaran sangat dibutuhkan. Komunikasi guru dan sekolah
dengan orang tua harus terjalin dengan lancar.

141
Hasil pene;itian Jamaludin dkk 2020. Berdasarkan data
ditemukan bahwa 99,6% responden melakukan pembelajaran
daring, dan 86% dilaksanakan sesuai jadwal perkuliahan yang
ditetapkan oleh fakultas. Informasi materi yang diperloleh
melalui pembelajaran daring cukup diterima oleh mahasiswa
(65%). Lebih dari 6 media pembelajaran yang digunakan selama
pembelajaran daring, dan mayoritas (>60%) menggunakan
Google Classroom. Lebih dari 60% responden terbiasa
melakukan pembelajaran dengan sistem daring sehingga
sebanyak 50% menyatakan bahwa sistem daring dapat
mempermudah proses pembelajaran dan pembimbingan dalam
kondisi tertentu. Walaupun sistem ini dapat dijadikan solusi bagi
kondisi tertentu, beberapa hambatan seperti jaringan internet
yang tidak stabil (23%) dan kuota terbatas (21%) menjadi dua
aspek besar yang mengganggu proses pembelajaran daring.
Hambatan tersebut tentunya berpengaruh terhadap kondisi
psikis responden (>90%), namun sebanyak 72% responden
memiliki aktivitas lain untuk menanggulangi gangguan tersebut.
Dalam kondisi adanya wabah Covid-19, pembelajaran daring
dapat digunakan dengan pertimbangan memperhatikan kondisi
mahasiswa dan dosen, sehingga akan terbiasa menyesuaikan
dengan sistem daring, pembelajaran dapat terlaksana dengan
baik. Selain itu, sistem daring ini dapat dijadikan pengalaman
tambahan bagi mahasiswa sebagai calon guru di masa depan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
pembelajaran di SDN berjalan baik melalui luring dan daring.
Kegiatan pembelajaran ini belum maksimal seperti biasanya.
Protokol kesehatan tetap dijalankan disekolah jika guru dan
siswa berada di sekolah atau ketika guru mengunjungi siswa
yang belajar dari rumah. Capaian kurkulum belum bisa maksimal
dan kesiapan guru dan siswa dalam pembelajaran daring masih
kurang. Evaluasi tetap dilaksanakan melalui pemberian tugas.

142
Daftar Pustaka
Ashari, M. (2020). Proses Pembelajaran Daring di Tengah
Antisipasi Penyebaran Virus Corona Dinilai Belum
Maksimal. PikiranRakyatcom. https://www. Pikiranrakyat
.com/ pendi dikan/pr01353818/
prosespembejalarandaring-di- tengah antisipasi
penyebaran-virus-coronadinilai-belummaksimal. Diakses
24 Juni 2020
Astini, N. K. S. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam
Pembelajaran Tingkat Sekolah Dasar pada Masa Pandemi
Covid-19. LAMPUHYANG, 11(2), 13-25.
Dewi, W. A. F. (2020). Dampak Covid-19 terhadap implementasi
pembelajaran daring di Sekolah Dasar. Edukatif: Jurnal Ilmu
Pendidikan, 2(1), 55-61.
Jamaluddin, D., Ratnasih, T., Gunawan, H., & Paujiah, E. (2020).
Pembelajaran daring masa pandemik Covid-19 pada calon
guru: hambatan, solusi dan proyeksi. LP2M.
Pendidikan, M. (n.d.). Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020
Tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat
CoronaVirus (COVID-19). 2020.
Suryawan, O. (2020). Guru Diminta Aktif Awasi Pembelajaran
Daring Agar Siswa Tetap Fokus. BBALIPUSPANEWS.COM.

143
144
ASISTENSI WALI KELAS TERHADAP
PEMBELAJARAN DARI RUMAH DI MASA
PANDEMI

HANTI WATMI REJEKI, S. Ag.20


MAN 4 SLEMAN

“Kondisi suatu tempat sangat mempengaruhi lancar


tidaknya pembelajaran daring. Hal ini berkaitan
dengan kelancaran internet yang digunakan dalam
pembelajaran.”

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan gangguan di


berbagai sektor, diantaranya sektor pendidikan. Untuk
menanggulangi penularan wabah covid, pemerintah
menghimbau agar siswa belajar dari rumah (BDR). Pembelajaran
dilaksanakan online dengan berbagai aplikasi seperti Whatsapp,
Google Classroom, Geschool, Google Meet, Zoom, dan sebagainya.
Diperkirakan bahwa dengan aplikasi-aplikasi tadi siswa bisa
menerima ilmu pengetahuan yang ditransformasikan oleh guru
dan kecakapan-kecakapan yang dimplikasikan dari materi
pembelajaran dengan baik.
Namun, dalam pelaksanaannya, pembelajaran dari rumah
tidak dapat diikuti dengan lancar oleh para siswa jika
dibandingkan dengan pembelajaran di sekolah. Salah satu
alasannya adalah pembelajaran dari rumah diselenggarakan
secara online yang mana pelaksanaannya memerlukan kuota
internet. Akan tetapi, bukan hal ini saja yang mempengaruhi

20Penulis lahir di sleman, 9 oktober 1968 adalah seorang guru di MAN 4


Sleman Yogyakarta. Alamat Rumah di Murangan VIII RT 01 RW 26 Triharjo Sleman
Yogyakarta 55514. Penulis bisa di hubungi di nomor telepon 085643231472.
kelancaran para siswa dalam mengikuti pembelajaran online.
Dalam tulisan ini, penulis akan memaparkan mengenai hal-hal
yang mempengaruhi pembelajaran online serta bagaimana wali
kelas dapat memberikan support-nya untuk kelancaran
pembelajaran para siswa. Tulisan ini berdasarkan hasil observasi
penulis atas siswa-siswa dari tempat penulis bekerja saat ini.
Bentuk support yang akan penulis tuliskan juga merupakan apa
yang telah penulis praktikkan selama masa pembelajaran online.
Faktor yang mempengaruhi pembelajaran online:
1. Ekonomi
Masyarakat Indonesia memiliki latar belakang ekonomi
yang berbeda-beda. Ada kalangan ekonomi kelas atas, kelas
menengah, serta kalangan ekonomi kelas bawah. Bagi
masyarakat kalangan ekonomi kelas atas, keharusan untuk
membeli paket internet bukanlah masalah. Mereka dapat bebas
memilih berbagai layanan internet dengan berbagai rentang
harga. Selanjutnya untuk kalangan kelas menengah, siswa
biasanya masih mampu membeli kuota/paket internet meskipun
mereka tidak serta merta dapat memilih layanan internet
apapun. Setidaknya mereka masih dapat memilih dari beberapa
layanan. Sementara itu, siswa yang berasal dari ekonomi kelas
bawah sering mengeluh kehabisan kuota. Hal ini disebabkan
ketika mereka membeli kuota, mereka biasa memilih kuota
dengan harga semurah mungkin. Dengan harga yang murah,
biasanya mereka hanya mendapatkan kuota terbatas yang harus
mereka bagi-bagi dengan keperluan internet lainnya. Selain itu,
ketika kehabisan kuota, mereka juga tidak serta merta membeli
lagi.
2. Lingkungan Geografis
Kondisi suatu tempat sangat mempengaruhi lancar tidaknya
pembelajaran daring. Hal ini berkaitan dengan kelancaran
internet yang digunakan dalam pembelajaran. Pada kondisi
geografi tertentu seperti pegunungan dan pedesaaan, sinyal
internet dari beberapa provider tidak dapat menjangkau tempat

146
tersebut. Hal ini menghambat pembelajaran, seperti ketika siswa
harus membuka youtube untuk mengakses materi pembelajaran,
tetapi mereka hanya dapat menggunakan whatsapp. Siswa juga
tidak dapat serta merta diinstruksikan untuk berganti provider
karena untuk mengganti provider, biaya perlu dikeluarkan.
3. Rasa tanggung jawab
Siswa dengan rasa tanggung jawab yang tinggi akan segera
mengikuti pembelajaran dan segera mengumpulkan tugas-tugas.
Siswa yang memiliki rasa tanggung jawab sedang perlu terus
diingatkan. Sementara itu, siswa yang memiliki rasa tanggung
jawab yang rendah, mereka perlu terus diingatkan, dimotivasi,
bahkan kadang memerlukan pendekatan secara intensif
personal. Dalam beberapa kasus, siswa dengan rasa tanggung
jawab yang rendah sering kali tidak mengikuti pembelajaran
karena bangun kesiangan (bangun saat siang hari) akibat
memutar film dan bermain game hingga larut malam.
4. Dukungan orang tua
Dukungan orang tua yang dimaksud adalah sikap proaktif
orang tua terhadap proses pembelajaran anaknya. Orang tua
yang proaktif akan mengingatkan anaknya untuk mengikuti
pembelajaran, memotivasi ketika anak kurang bersemangat,
bahkan mendampingi jika anaknya memerlukan pendampingan.
Selama pembelajaran dari rumah siswa tidak sedang bersama
gurunya sehingga orang tuanya lah yang perlu berperan aktif
dalam membimbing anaknya. Ketika anak memiliki rasa
tanggung jawab yang rendah, motivasi yang kurang, serta
dukungan yang kurang, anak akan rentan untuk tertinggal
pembelajaran baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Pada
dasarnya, tidak hanya anak dengan rasa tanggung jawab yang
rendah saja yang membutuhkan dukungan. Anak dengan rasa
tanggung jawab tinggi pun pada waktu tertentu membutuhkan
dukungan. Orang tua perlu untuk tanggap dengan hal ini
sehingga dapat memberikan dukungan untuk anak-anaknya.

147
Sehubungan dengan dukungan orang tua terhadap
pembelajaran di rumah, berikut akan penulis uraikan macam-
macam kondisi orang tua:
a. Keduanya bekerja di luar rumah
Siswa dengan kedua orang tua bekerja di luar rumah
meskipun mereka memiliki sikap proaktif kadang-kadang
tidak bisa memantau anaknya apakah anaknya ikut
pembelajaran atau tidak. Ketika orang tua tidak sedang
sibuk, mereka bisa memantau anak-anaknya. Akan tetapi
tatkala pekerjaan tidak bisa ditinggalkan anak biasanya bisa
luput dari pemantauan.
b. Keduanya sibuk bekerja di rumah
Meskipun berada dirumah, kesibukan orang tua dengan
aktivitas atau pekerjaannya bisa membuat anak luput dari
pemantauan.
c. Tingkat pemahaman orang tua terhadap pentingnya
pemantauan dan pemberian dukungan pada anak
Sikap proaktif pemahaman terhadap pentingnya
pemantauan dan pemberian dukungan pada anak tidak
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua. Meskipun
orang tua memiliki tingkat pendidikan yang rendah bahkan
mungkin tidak sekolah, orang tua dengan sikap proaktif
tetap akan memberi dukungan pada anaknya. Sebaliknya,
orang tua dengan pendidikannya menegah keatas, tetapi
tidak proaktif, maka orang tua tersebut tidak akan
memberikan dukungan untuk anaknya. Dari hasil
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak faktor
yang dapat mempengaruhi kelancaran pembelajaran. Oleh
karena itu, untuk memastikan agar pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya intervensi yang
diberikan. Dalam hal ini, penulis akan membagikan apa
yang telah penulis lakukan sebagai bentuk intervensi.

148
Penulis percaya bahwa wali kelas dapat memberikan
intervensi berupa asistensi. Menurut kamus Oxford,
asistensi atau assistance didefiniskan sebagai help or
support. Asistensi pada siswa berarti pertolongan atau
dukungan yang diberikan kepada siswa.
Asistensi yang dapat dilakukan oleh wali kelas adalah
sebagai berikut:
1. Melakukan asesmen
Yang pertama kali dapat dilakukan wali kelas adalah
asesmen kehadiran siswa dan asesmen permasalahan yang
dihadapi siswa. Wali kelas dapat melakukan observasi terhadap
kehadiran siswa dalam pembelajaran daring. Dalam kasus ini
biasanya wali kelas juga bertindak sebagai guru pengampu mata
pelajaran di kelas tersebut. Apabila wali kelas bukan merupakan
guru pengampu pelajaran di kelas tersebut, wali kelas dapat
melakukan asesmen lewat laporan yang diberikan guru mata
pelajaran atau dengan bertanya langsung kepada guru
pengampu. Apabila terdapat siswa yang tidak mengikuti
pembelajaran, wali kelas melanjutkan asesmennya dengan cara
wawancara kepada siswa yang bersangkutan mengenai alasan
yang menyebabkan siswa tidak mengikuti pembelajaran. Dari
asesmen tersebut, apabila siswa didapati mengalami kesulitan
dalam pembelajaran, wali kelas melanjutkan asistensinya ke
tahap berikutnya.
2. Identifikasi masalah
Wali kelas perlu mengetahui permasalahan yang dihadapi
siswa. Dalam hal ini, faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas
dapat muncul. Oleh karena itu, wali kelas perlu mengetahui cara
menangani permasalahan yang timbul dari faktor-faktor di atas.
Namun, ada kalanya permasalahan yang dihadapi siswa adalah
masalah yang berkaitan dengan motivasi dan permasalahan
psikologis lainnya. Untuk itu, wali kelas juga perlu
mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan tersebut.

149
3. Intervensi
Setelah wali kelas mengidentifikasi permasalahan yang
dihadapi oleh siswa, wali kelas melanjutkan asistensi dengan
memberikan intervensi. Dalam proses intervensi ini, wali kelas
akan sebisa mungkin memberikan alternatif penyelesaian
masalah. Intervensi ini juga bertujuan agar siswa dapat melihat
permasalahan yang ada sebagai suatu tantangan yang harus
dihadapi. Di dalam intervensi ini, wali kelas akan menyuntikkan
motivasi dan inspirasi untuk siswa dengan harapan bahwa siswa
akan bangkit, tumbuh resiliensi-nya, dan tumbuh keyakinan
bahwa ia lebih besar dari masalah yang ada.
4. Follow-up
Tahapan follow-up ini berisikan monitoring, evaluasi, dan
asesmen kebutuhan tambahan. Setelah siswa diberikan
intervensi, wali kelas akan memonitor partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Wali kelas juga akan melakukan evaluasi apakah
intervensi yang diberikan sudah cukup untuk membantu siswa.
Selanjutnya, asesmen tambahan akan dilakukan apabila wali
kelas menilai bahwa siswa yang bersangkutan mengalami
hambatan kembali. Dalam tahapan ini, wali kelas juga akan terus
menerus memberikan suntikan motivasi untuk siswa.
Contoh pengaplikasian asistensi berdasarkan kasus nyata
yang dialami penulis:
Asesmen: penulis melakukan observasi terhadap kehadiran
siswa dan didapatkan seorang siswa sudah satu bulan tidak
mengikuti pembelajaran. Kemudian penulis menelpon siswa-
siswa itu. Penulis menanyakan alasan tidak mengikuti
pembelajaran.
Identifikasi masalah: penulis mendengarkan dan mencatat
permasalahan yang dihadapi oleh para siswa. Siswa-siswa tadi
tidak bisa bangun pagi sehingga tertinggal pembelajaran. Ketika
siswa hendak mengikuti pembelajaran, siswa tidak mengetahu
cara untuk mengikuti pembelajaran daring melalui Google
Classroom.

150
Intervensi: penulis memberi solusi agar siswa bisa bangun
pagi dan memberi informasi cara untuk mengikuti pembelajaran;
walau informasi sudah dishare di group kelas, siswa itu sudah
terlanjur tertinggal pembelajaran. Oleh karena itu, penulis
memberi kode Google Classroom secara privat.
Follow-up: karena sudah dilakukan asistensi yang berupa
support dan cara masuk di google classroom; penulis melakukan
pemantauan terhadap partisipasi siswa-siswa tadi dalam
pembelajaran di masa-masa selanjutnya. Penulis juga terus
memotivasi siswa untuk bangun pagi.

151
152
MENJADI GURU YANG BIJAKSANA DALAM
MENGAJAR DI ERA NEW NORMAL

Suwantoro, M.Pd.I21
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Madura

“Perihal sikap bijaksana guru dalam mengajar tentu


saja bukan menjadi topik baru dalam dunia
pendidikan. Kajian ini menjadi menarik untuk
diangkat kembali karena banyaknya fenomena dalam
dunia pendidikan yang menjadi problem terutama
yang bersentuhan langsung pada pembelajaran di
tengah pandemi.”

Mengawali dari tulisan ini, saya ingin menyampaikan


perihal penting yang dikatakan oleh Nelson Mandela presiden
Afrika Selatan tahun 1994 tentang pendidikan. Ia berkata
“education is most powerfull weapon, we can use to change the
world”. Secara sederhana kalimat tersebut memiliki arti bahwa
pendidikan merupakan senjata paling ampuh, yang bisa kita
gunakan untuk merubah dunia. Pernyataan tersebut
memberikan satu kesimpulan bahwa sesungguhnya pendidikan
menjadi sumber kekuatan dalam melahirkan sebuah perubahan
nyata dalam kehidupan manusia baik secara individu ataupun
secara sosial.

21Penulis lahir di Sumenep, 05 Januari 1991, penulis merupakan Dosen

Fakultas Tarbiyah IAIN Madura dalam bidang ilmu Pendidikan Agama Islam, penulis
menyelesaikan gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam di STAIN Pamekasan (2003),
dan gelar Magister Pendidikan Agama Islam diselesaikan di UINSA Surabaya Program
Studi Pendidikan Agama Islam (20015)
Sebagai sarana yang dianggap mampu membawa
perubahan dan diyakini sebagai alat yang sangat ampuh
membangun peradaban dunia, maka eksistensinya akan selalu
diperhatikan bahkan prosesnya pun akan terus terjaga dan
terlaksana seiring dengan proses perjalanan kehidupan manusia
di muka bumi ini. Keduanya akan saling melengkapi dan saling
memberikan pengaruh dalam membentuk pola bagaimana
manusia hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran yang
diyakininya. Begitupun sebaliknya, eksistensi manusia yang
sangat plural dan unik akan membentuk berbagai macam pola
atau model pendidikan yang akan diselenggarakan. Sehingga
proses pendidikan yang diterapkan memiliki nilai akurasi yang
sangat tepat dengan kebutuhan dan perkembangan manusia
sebagai objek sekaligus subjek dalam proses pendidikan.
Perbincangan mengenai urgensi pendidikan dalam
kehidupan manusia bukan hanya karena eksistensinya
membawa dampak besar dalam kehidupan manusia, melainkan
juga dikarenakan dalam pendidikan terdapat proses
pembelajaran. Inilah yang sebetulnya akar penyebab mengapa
sampai saat ini pendidikan harus diprioritaskan dalam
kehidupan manusia. Bahkan, dalam konteks kehidupan yang
lebih luas (berbangsa dan bernegara) pendidikan menjadi salah
satu tolok ukur dari maju tidaknya sutu peradaban bangsa.
Dengan demikian, tidak berlebihan kiranya jika kita katakan
bahwa pendidikan itu sangat penting tapi proses pembelajaran
jauh lebih penting.
Guna untuk memperkuat pernyataan di atas, penulis akan
menganalogikan pendidikan layaknya manusia. Ibarat manusia,
pendidikan adalah raganya sedangkan pembelajaran adalah
ruhnya. Tanpa dijelaskan lebih lanjut kita sudah pasti memahami
bahwa pendidikan tanpa pembelajaran itu layaknya manusia
tanpa ruh. Kesimpulannya adalah mati. Ketika sudah kematian
melekat pada diri manusia, sehebat apapun cita-cita yang

154
mereka miliki, semulia apapun tujuan yang hendak mereka capai
dalam hidup ini, semuanya mustahil untuk diwujudkan. Sebab
ruh sudah tidak menyatu lagi dengan raganya. Begitupun dengan
pendidikan. Seideal dan sebagus apapun visi, misi dan program
yang sudah direncanakan, tidak akan pernah terwujud jika
pembelajaran terpisah dengan eksistnsi pendidikan.
Berbicara tentang eksistensi pembelajaran sebagai ruh
pendidikan, maka kita harus melihat pembelajaran dari sudut
pandang yang luas, karna proses ini tidak bisa berlangsung tanpa
memadukan berbagai aspek seperti Guru, kurikulum, siswa,
sarpras, tujuan dan lingkungan belajar yang mendukung pada
pelakasanaan pembelajaran. Dari aspek inilah kemudian
pembelajaran disebut sebagai sebuah sistem. Oleh sebab itu,
semua komponen (subsistem) tersebut harus menjadi pusat
perhatian bagi para penyelenggara pendidikan terutama guru
yang bersentuhan langsung dengan proses tersebut.
Guru atau tenaga pendidik, merupakan satu-satunya
komponen pembelajaran yang manusiawi. Keberadaannya akan
menjadi penentu pada semua komponen pembelajaran yang
lainnya. Eksistensinyapun akan selalu diyakini sebagai ujung
tombak dalam melakukan perubahan melalui proses
pembelajaran yang dilaksanakan di dalam atau di luar kelas.
Meskipun terkadang (dalam konteks sekolah) posisi guru selalu
terbatas oleh ruang dan waktu, akan tetapi kapabilitas dari
seorang guru untuk berpartisipasi dalam pendidikan
(pembelajaran) di bangku sekolah harus senantiasa
dikembangkan demi keberhasilan pencapaian tujuan dan
peningkatan mutu pendidikan.
Dalam berbagai literatur, kegiatan-kegiatan ilmiah seperti
seminar, workshop bahkan beberapa hasil penelitian
menyatakan bahwa keberadaan guru dalam pembelajaran
menempati posisi utama yang menyandang banyak tugas. Ia
tidak hanya sekedar menjadi pengajar yang hanya bertugas

155
mentransfer ilmu pengetahuan saja, akan tetapi, dirinya juga
menyandang tugas sebagai pendidik, motivator, fasilitator,
evaluator, inspirator dan lain sebagainya yang mampu
menjadikan peserta didik berkembang dan cakap dari sisi afektif
dan psikomotoriknya. Bahkan, dalam memperkuat dalam
mewujudkan keberhasilan pembelajaran, sebagaimana yang
telah dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen pada pasal 10 ayat (1) dinyatakan
bahwa sebagai tenaga pendidik yang profesional maka guru
harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi
kepribadian, paedagogik, profesional dan juga sosial.
Guru sebagai tenaga profesional di bidangnya, keberhasilan
dan ketercapaian tujuan dari pelaksanaan pembelajaran akan
selalu menjadi pusat perhatiannya tatkala akan, sedang atau
sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran, termasuk pula
pembelajaran yang diselenggarakan pada masa saat ini yang
dikenal dengan istilah new normal. Sebagai sebuah
konsekwensinya, sesegera mungkin semua guru harus mampu
melakukan adaptasi sesuai dengan berbagai kemungkinan
kondisi yang akan terjadi. Oleh sebab itu, dalam keadaan ini,
guru harus mempersiapkan berbagai macam model
pembelajaran yang akan diterapkan demi keberlangsungan dan
keberhasilan dari pelaksanaan pembelajaran di era new normal.
Pada masa new normal bukan berarti dianggap sebagai
ikhtiyar dalam mempersiapkan para peserta didik untuk
melakukan aktifitas belajar di sekolah sebagaimana lumrahnya,
melainkan kondisi new normal ini merupakan salah satu langkah
untuk menyiapkan peserta didik agar mampu beradaptasi
dengan situasi belajar di tengah-tengah wabah covid-19. Sebab,
di era new normal ini bukanlah sebagai pertanda bahwa covid-
19 sudah berakhir dan kita terbebas dari ancamannya,
melainkan sebuah pola kehidupan baru bagi manusia dengan
menjalani hidup sesuai dengan protokoler kesehatan dan
anjuran pemerintah agar tetap sehat dan terhindar dari bahaya
covid-19.

156
Pelaksanaan pembelajaran di era new normal tidaklah sama
dengan pembelajaran pada kondisi sebelum dunia dilanda
musibah covid-19. Saat itu, pembelajaran dengan mudahnya
dilaksanakan secara face to face (tatap muka) tanpa ada rasa
kekahawatiran sedikitpun terhadap apa yang akan mengancam
keselamatan masyarakat dan semua warga sekolah. Sehingga
proses pendidikanpun melalui aktifitas pembelajaran secara
mudah bisa dimaksimalkan dengan berbagai pendekatan secara
langsung tanpa harus direpotkan dengan penggunaan media
tekhnologi sebagai penghubung agar terjadi komuniasi antara
guru dengan siswa.
Jika kita amati bersama, banyak keragaman model
pembelajaran yang diterapkan oleh para guru sejak awal
pandemi hingga masuk pada era new normal dengan
belandaskan atas kebijakan pemerintah melalui mentri
pendidikan dan kebudayaan. Diantara sekian banyak model
pembelajaran yang ada, model pembelajaran jarak jauh (PJJ)
atau yang kita kenal dengan istilah pembelajaran daring menjadi
satu-satunya pilihan yang dianggap efektif di masa ini. Meskipun
pada sisi yang lain, model pembelajaran ini banyak menuai
persoalan khususnya yang menyentuh pada kesiapan SDM dan
ketersediaan media di setiap jenjang pendidikan.
Terlepas dari semua itu, sebagai sebuah alternatif untuk
keberlangsungan proses pembelajaran di tengah pandemi atau
di era new normal, sudah seyogyanya bagi semua pihak
terutama guru yang terlibat langsung dalam pembelajaran harus
mampu meminimalisir kelemahan model pembelajaran ini
(daring) dan memaksimalkan kelebihannya. Selain itu pula, ia
(guru) juga harus mampu mendesain kegiatan pembelajaran
daring secara kreatif dan bijaksana dalam menanamkan nilai-
nilai kepribadian peserta didik yang mencakup tiga aspek yaitu
knowledge, attitude dan skill. Oleh karena itu, di masa adaptasi
kenormalan baru ini guru dalam mengajar tidak boleh hanya
beroritasi hanya pada aspek nilai (knowledge) saja, akan tetapi
ketiga-tiganya harus menjadi prioritas utama dengan cara
bijaksana dalam menyikapinya.

157
Sikap bijaksana dari seorang guru (khususnya dalam
mengajar) merupakan bagian yang sangat penting dari
kompetensi kepribadian yang harus dimiliki olehnya. Titik fokus
dari kompetensi ini adalah bukan hanya sekedar pada teori saja,
melainkan yang lebih utama ialah konsep kepribadian dalam
ranah implementatif. Artinya apa, guru tidak hanya mengajarkan
tentang pengetahuan kepada siswa, tetapi juga mentransfer
nilai-nilai kehidupan untuk mengembangkan kepribadian
siswanya agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia
pembelajar yang paripurna.
Perihal sikap bijaksana guru dalam mengajar tentu saja
bukan menjadi topik baru dalam dunia pendidikan. Kajian ini
menjadi menarik untuk diangkat kembali karena banyaknya
fenomena dalam dunia pendidikan yang menjadi problem
terutama yang bersentuhan langsung pada pembelajaran di
tengah pandemi. Banyaknya siswa yang merasa terbebani
dengan banyaknya tugas setiap hari, Kelas daring minim
interaksi, metode yang digunkan monoton hingga terasa jenuh
dan sederet persoalan lainnya yang menyebabkan
ketidaknyamanan dalam pembelajaran yang semua ini menurut
penulis adalah sebuah akibat dari sikap guru yang tidak
bijaksana dalam mengajar.
Berbagai pesoalan tersebut tidak menutup kemungkinan
juga terjadi pada masa new normal meskipun model
pembelajran pada saat ini sebagain sekolah sudah tidak lagi
menerapkan pembelajaran full daring. Menyikapi problematika
ini, guru tidak boleh memaksakan pembelajaran daring layaknya
luring. Meskipun pada prinsipnya cakupan dalam pencapaian
tujuannya adalah sama akan tetapi tidak pada prosesnya.
Disinilah kemudian sikap bijaksana guru harus betul-betul
tampak mewarnai kegiatan pembelajaran demi kenyamanan dan
keberhasilan proses pembelajaran di era new normal.
Waallaua’lam…

158
BAB VI ADAPTASI KEBIASAAN DI
SEMUA SEKTOR
PENDIDIKAN DAN BUDAYA WESTERNISASI
(ANALISIS SOSIAL PENDIDIKAN DI MASA
PANDEMI COVID 19)

Sukron Romadhon, M.Si.22


IAIN Madura

“Sebagai seorang pendidik, baik dosen dan guru


dituntut untuk membentuk watak peserta didik. Hal ini
mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara
guru berbicara atau menyampaikan materi,
bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait
lainnya.”

PENGANTAR
Persepsi tentang pendidikan sungguh beragam dan
multitafsir, ada yang mengartikan suatu proses mempersiapkan
generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan menyongsong
suatu cita-cita demi meraih masa depan yang lebih baik.
Pendidikan tidak bisa dipandang sebagai perose belajar
mengajar, namun harus dipandang sebagai proses sosialisasi dan
pembentukan karakter nation-state dalam membina dan
mencerdaskan rakyatnya. Ketika pendidikan dianggap
menciptakan suatu produk, sedangkan disisi lain pendidikan
diartikan sebagai proses untuk mencapai sebuah produk.

22 Sukron Romadhon lahir di Pamekasan, 05 Februari 1982, Menyelesaikan

S1 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di IAI Nurul Jadid Probolinggo dan Magister
Ilmu-ilmu Sosial di Universitas Airlangga Surabaya. Saat ini aktif mengajar di IAIN
Madura.
Munculnya pragmatisme dalam pendidikan, diiringi dengan
semakin tingginya biaya pendidikan, maka poros tengah yang
diambil oleh sekian masyarakat untuk mendapat status atau
gelar. Hal tersebut semakin diperkuat dengan sistem rekrutmen
pekerjaan yang menuntut ijazah sebagai persyaratan mutlak
dalam kompetensi pekerjaan. Disisi lain dunia diguncangkan
dengan merebaknya Wabah Corona Virus Desease (Covid) 19,
sedangkan Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak
wabah Covid-19 tersebut sejak tanggal 2 Maret 2020. Dampak
secara materi dan psikis tentu terlihat nyata dalam berbagai
sektor yaitu di antaranya ekonomi, sosial, pendidikan dan
budaya.
Reformasi sistem pendidikan yang tertuang dengan model
sistem belajar mengajar yang sebelumnya tatap muka, dengan
kondisi yang harus mengikuti protokol kesehatan menggunakan
sistem online atau dalam jaringan (Daring) dengan fasilitas dan
sarana pembelajaran diantaranya aplikasi google meet, aplikasi
zoom, google classroom, youtube, televisi, maupun media sosial
whatsapp. Terdapat perubahan atas perilaku dan kebiasaan
masyarakat yang benar-benar ditanamkan selain menempa fisik,
mental dan moral bagi individu-individu, agar mereka menjadi
manusia yang memiliki karakter dan budaya asli, sehingga ada
pola perilaku baru dalam dunia pendidikan secara virtual tanpa
bertatap muka secara langsung dengan guru dan dosen dalam
proses belajar mengajar.
SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN NASIONAL
Dalam sejarah kebangkitan pendidikan di negeri ini, tentu
tidak lepas dari perjuangan yang dirintis bapak pendidikan Ki
Hadjar Dewantara. Kegigihan dan totalitasnya dalam melawan
sistem kolonialisme, sungguh sangat berarti apabila kita cermati
dengan saksama. Dengan memperingati hari pendidikan nasional
yang jatuh setiap tanggal 2 Mei, sebagai bentuk refleksi
penghargaan setinggi-tingginya sekaligus bentuk penghormatan

162
yang tiada terhingga kepada para perintis kemerdekaan dan
pahlawan nasional. Banyak para pemuda kita mengalami krisis
atas pemahaman kebangsaan, bahkan sangat mengkhawatirkan
dan memperihatinkan dengan testimoni lagu kebangsaan sudah
tidak hafal. Namun, kesadaran kita melalui dunia pendidikan,
bangsa kita akan menjadi maju dan dapat melewati
ketertinggalan dengan negara barat.
Reformasi dalam bidang pendidikan, pada dasarnya
merupakan reposisi dan bahkan rekonstruksi pendidikan secara
keseluruhan atau secara komprehensif integral. Rekonstruksi
pendidikan jelas harus melibatkan stake holder untuk melakukan
penilaian kembali secara kritis atas pencapaian dan masalah-
masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional. Harapan besar demi tercapainya sistem pendidikan
nasional yang maju dan kompeten tentu harus didukung oleh
sistem rekrutmen pekerjaan yang professional, saat ini harus
mampu bersaing secara kompetitif di era globalisasi. Baik secara
kuantitatif maupun kualitatif, pendidikan nasional masih
memiliki banyak kelemahan mendasar. Bahkan pendidikan
nasional, bukan hanya dalam meningkatkan kecerdasan dan
keterampilan anak didik, melainkan dianggap gagal dalam
membentuk karakter dan watak kepribadian (nation and
character building) yang mengarah pada degradasi moral.
Melihat peran pendidikan di Indonesia tentu memiliki
karakter tersendiri dari negara lainnya. Sistem pendidikan
nasional di nilai tidak hanya memberikan nilai intelektual murni,
namun terdapat pembudayaan (enkulturisasi) nilai-nilai
kebangsaan yang mengarah pada pembentukan karakter dan
watak (nation and character building) anak didik. Peran
pendidikan nasional merupakan sarana paling strategis untuk
mengasuh, membesarkan dan mengembangkan warga negara
yang demokratis dan memiliki keadaban (civility) atas
kemampuan, keterampilan, etos kerja dan motivasi serta

163
berpartisipasi aktif, merupakan ciri dan karakter paling pokok
dari suatu masyarakat Indonesia.
Dengan keinginan yang tinggi dan harapan atas sistem
pendidikan agar berjalan dalam situasi dan kondisi apapun.
Sementara masyarakat selalu diberi peringatan dan edukasi
tentang pentingnya mengurangi angka penyebaran Covid-19 dan
kegiatan pendidikan dapat berjalan sesuai protokol kesehatan
Covid 19. Dengan langkah-langkah pemerintah dalam melakukan
upaya untuk mengurangi angka penyebaran terutama dalam
sistem pendidikan di Indonesia.
TANTANGAN PENDIDIKAN DI ERA WESTERNISASI
Istilah westernisasi mulai di kenal sejak abad 18 di negara-
negara maju ini diartikan sebagai peradaban universal. Dalam
catatan Samuel P. Huntington dalam bukunya yang berjudul”The
Clash Of Civilization.” Westernisasi merupakan Proses yang
mengikuti segala bentuk gaya hidup bangsa barat. Adapun
pengertian lain, Westernisasi adalah suatu perbuatan seseorang
yang mulai kehilangan jiwa nasionalisme yang meniru atau
melakukan aktivitas bersifat kebarat-baratan. Peradaban
universal memiliki nilai-nilai dan doktrin oleh sebagian besar
orang barat. Inilah yang di sebut Davos culture, dibuktikan
sekitar seribu pengusaha, banker, pegawai negeri , pegawai
pemerintahan, kaum inteletual dan para jurnalis bertemu dalam
Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Dapat dipastikan mereka
yang datang dan berkumpul memiliki gelar akademis dalam
berbagai bidang dengan kecakapan bahasa Inggris sebagai alat
komunikasi antar negara.
Saat ini terlihat sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat Indonesia. Dilihat dari gaya hidup (life style) dalam
pendidikan, konsumerisme dan glamorisme yang mulai timbul
pada tiap diri masyarakat. Budaya yang kita lakukan tentu
memiliki makna budaya ketimuran, semakin lama tergerus
sistem ekonomi global, anak-anak muda mulai suka mengenakan

164
jeans, mendengarkan music rap dan ada kecenderungan untuk
meniru perilaku orang Barat (Amerika). Hal ini menjadi
tantangan kita untuk mewaspadai manakah yang bisa diterima
dan mana yang tidak perlu diikuti. Pemikiran Westernisasi
adalah sebuah arus besar yang mempunyai jangkauan politik
sosial kultural dan teknologi. Secara tidak langsung westernisasi
akan menggeser kepribadian suatu bangsa yang merdeka dan
memiliki karakteristik yang unik. Pola hidup ala westernisasi di
Indonesia merupakan suatu masalah yang perlu dicermati
bersama karena menyebabkan perubahan terhadap masyarakat
multikultural yang semakin lupa akan nilai luhur, budaya, norma,
adat istiadat yang sejujurnya merupakan warisan kepribadian
bangsa Indonesia asli berasal dari nenek moyang kita terdahulu.
Dan apabila warisan kepribadian bangsa tersebut dilestarikan
maka sesungguhnya akan memberikan suatu nilai lebih bagi
kehidupan bangsa dibandingkan dengan negara lain, karena
setiap bangsa memiliki kepribadian bangsa yang berbeda-beda.
Sungguh besar harapan kita terhadap para tokoh atau pakar
pendidikan untuk melakukan perubahan dan ada proses
filterisasi atas terjadinya hegemoni terhadap satu kebudayaan
terhadap kebudayaan lainnya. Fenomena atas semakin
berkurangnya atas keinginan untuk belajar terhadap budaya
tradisional (folk culture). Masyarakat mengalami Culture Shock
dimana terjadi kekacauan budaya dari konfrontasi antar budaya.
Hegemoni barat mampu menawarkan modernisasi dan
westernisasi bagi masyarakat non-barat. Tokoh-tokoh politik
dan intelektual harus aktif dan kreatif dalam memberikan reaksi
terhadap pengaruh barat.
Harapan besar terhadap era atau zaman modern atau
dikenal modernisasi. Istilah ini muncul pasca masa reinaisance di
Eropa, model peradaban baru yang tidak hanya menawarkan
mekanisasi produksi untuk meningkatkan hasil ekonomi, akan
tetapi membawa paradigma mekanistik dalam memandang

165
manusia. Akibatnya, secara tidak langsung manusia
dijerumuskan pada jurang dehumanisasi, dimana akar spiritual
dicerabut pada kemanusiaan. Terdapat faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya westernisasi dalam dunia pendidikan;
pertama, Kurangnya penguasaan dan berkembangnya Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Realitas tentang
perkembangan dunia globalisasi yang mengandalkan IPTEK,
para guru dan dosen dituntut untuk menguasai IPTEK sesuai
kebutuhan dan tantangan zaman.
Kedua, kecenderungan masyarakat yang bersifat konsumtif
terhadap produk-produk luar negeri. Hal tersebut dipengaruhi
media komunikasi yang tiap saat selalu melakukan sosialisasi,
baik elektronik dan cetak yang selalu menayangkan kehidupan
barat yang glamor dan mengalami justifikasi hidup modern.
Ketiga, masuknya budaya barat dan akulturasi budaya. Terdapat
budaya yang dianggap kurang sesuai dengan nenek moyang,
namun bagi masyarakat dianggap penting dan menjadi budaya
baru. Sedangkan budaya yang dilestarikan sejak nenek moyang
kita semakin hilang oleh arus modernisasi dan globalisasi. Begitu
juga dengan fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Keempat, kurangnya kesadaran masyarakat akan memilah
budaya yang baik atau buruk. Sebuah budaya akan terikat nilai
dan norma. Masyarakat akan melihat budaya dari nilai estetika
(keindahan) tanpa mempertimbangkan nilai etika yang ada
dalam masyarakat sejak dahulu. Kelima, munculnya keinginan
untuk mencari kebebasan seperti negara-negara barat, meniru
gaya berbusana, rambut serta gaya hidup kebarat-baratan.
Ada beberapa dampak westernisasi terhadap kehidupan
masyarakat, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif
yang berkembang saat ini yaitu masyarakat sangat cepat
menguasai IPTEK, namun akibatnya terjadi akulturasi budaya
yang disebabkan adanya rasa jenuh atas budaya sendiri dan

166
selalu menginginkan hal-hal yang baru. Sedangkan disisi lain,
dampak negatif westernisasi dalam dunia pendidikan, masuknya
paham-paham barat yang dapat merusak moral bangsa,
lunturnya jiwa nasionalisme, melunturkan semangat cinta akan
bangsa dan budaya sendiri, gaya hidup yang bersifat konsumtif,
mencari segala sesuatu yang instan; Budaya barat yang dikenal
dengan konsep liberalisme mengakibatkan munculnya budaya
individualisme dan konsumerisme.
PENDIDIKAN KARAKTER DIMASA PANDEMI COVID 19
Pendidikan karakter sebagai peluang untuk menciptakan
pendidikan alternatif dimasa Pandemi Covid 19. Secara
konseptual diartikan sebagai sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dimaknai
sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster
optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di
sekolah, seharusnya dapat menyesuaikan dengan kondisi saat ini
ketika proses belajar mengajar dilakukan secara daring, semua
komponen pemangkupendidikan meliputi: kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja
seluruh warga sekolah/lingkungan.
Secara psikologis dan sosio-cultur pembentukan karakter
dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi
individu manusia-kognitif, afektif, konatif dan psikomotorik.
Dalam konteks interaksi sosial kultural-keluarga, sekolah dan
masyarakat—dapat berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi
karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-
kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Spiritual Question,
intellectual Question and emotional Question. Dan ada teori lain
yang menjelaskan tentang karakter dapat di kelompokkan

167
sebagai berikut; Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga
dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah
Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Para
pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang
pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur
pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan
pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan model
pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian
pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan
pendidikan moral yang dikembangkan di negara-negara barat,
seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan
analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai seperti pendekatan
tradisional melalui penanaman nilai-nilai sosial atau local
wisdom dalam diri peserta didik.
Sebagai seorang pendidik, baik dosen dan guru dituntut
untuk membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup
keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau
menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan
berbagai hal terkait lainnya. Pendidikan karakter memiliki esensi
dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan
akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya
menjadi manusia yang baik, warga masyarakat dan warga negara
yang baik. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar
manusia, baik bersumber dari nilai moral universal—bersifat
absolut—yang bersumber dari agama disebut sebagai the golden
rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti,
apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut
para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah:
cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya—alam dengan isinya,
tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli,
dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang
menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati,
toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.

168
Sementara peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan
pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan
tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang,
yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat,
seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral
lainnya. Namun, saat ini perlu diwaspadai kenakalan remaja
merupakan dampak atas model pendidikan secara virtual yaitu;
life style, pornografi, seks bebas dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, lembaga pendidikan baik formal, non formal dan informal
diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam
pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan
intensitas dan kualitas pendidikan yang berkarakter.

169
170
FAKTA PANDEMI COVID-19
MEMUNCULKAN ADAPTASI KEBIASAAN
BARU DALAM POLA BERPERILAKU

Ir. Tungga Bhimadi, M.T. 23


Universitas Gajayana Malang

“Kebiasaan berperilaku selama pandemi Covid-19 yang


utama dan penting, adalah tetap berperilaku wajar.
Tubuh manusia dan begitu juga komputer, tidak dapat
bebas dari kandungan virus.”

Citra merupakan bayangan pemerhati dari


ketidaksengajaan perilaku, sehingga pemerhati memberikan
persepsi sesuai cara pandang. Citra positif disini berkaca pada
warisan nenek moyang kita seperti citra: gotong royong, tolong
menolong, dan mementingkan kepentingan bersama. Itulah
sebabnya, citra sebaiknya timbul alami tidak dimanipulasi atau
dibuat untuk maksud tertentu sebagai pencitraan. Perilaku yang
dihasilkan atau ditunjukkan, umumnya berpola atau serupa
model. Pola perilaku adalah bentuk perbuatan yang
menghasilkan kebiasaan. Akhir-akhir ini dalam lingkup keluarga
pun, sudah pudar citra positif apalagi untuk lingkup anak bangsa.

23
Penulis lahir di Madiun. Penulis merupakan dosen Universitas Gajayana
Bidang Teknik Mesin. Penulis menyelesaikan kuliah sarjana di Institut Teknologi
Bandung (1986), sedangkan gelar Magister diselesaikan di Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya, Program Studi Teknik Mesin, email:
tunggabhimadi2@gmail.com, wa: 081 357 820 961.
Sebelum ada Covid-19, flu bukan penyakit mematikan untuk
daerah tropis. kecuali mereka di daerah empat musim. Untuk
mereka, flu dapat menjadi penyebab mematikan dari penyakit
lain sebagai bawaan yang kambuh tak terkendali. Kematian
bukan dari virus flu tetapi dari kerusakan organ lain. Di Negara
kita umumnya, penderita flu dengan makan bergizi dan istirahat
cukup, akan sembuh sendri dalam waktu 2-3 minggu.
Seandainya diinginkan flu tidak mengganggu aktifitas, maka
dapat minum obat anti flu yang mengandung anti biotika.
Apalagi dunia kedokteran sudah membuat vaksin yang
menjamin flu tidak terjangkit dengan berbatas waktu, misalnya
satu sampai dua tahun.
Dua tahun lalu, tidak ada seorang pun membayangkan
untuk menerapkan pola baru dalam perilaku seperti perilaku
selama pandemi Covid-19 ini. Saat itu, hampir tidak ada orang
berjalan atau mengendarai mobil menggunakan masker, begitu
mudah orang berinteraksi dan komunikasi dimanapun, bahkan
sambil jabat tangan, dan pelukan. Silaturahmi dengan bebas
dilakukan, baik dengan janji terlebih dahulu atau secara tiba-tiba
berjumpa. Keramaian marak. Guru masih melakukan pengajaran
tatap muka, begitu juga perkuliahan. Aktifitas perkantoran dan
pabrik berjalan normal. Alinea berikut ini bukan tidak mungkin
terjadi secara kebetulan, contoh wabah flu Covid-19 sudah
menjadi perbincangan.
Perbincangan Covid-19 muncul dari novel dengan judul
The Eyes of Darkness karya Dean Koontz terbit tahun 1981.
Drama tersebut mengungkap virus flu yang mematikan yang
berjangkit di seluruh dunia, tidak hanya di daerah-daerah 4
musim. Hal ini merupakan ramalan baru, mengingat virus flu
umumnya hanya menyerang sampai tenggorokan. Virus flu
dalam novel ini menyerang manusia pada organ paru dan
jantung, (Hadi, 2020:03). My Sedret Terrius serial tv dari Neflix
Korea Selatan, tayang 10 episode tahun 2018, merupakan kisah

172
dokter yang mengungkap virus menyerang langsung ke paru-
paru. Sesuai jalan cerita dengan berbekal info tersebut, para
pahlawan drama Neflix berusaha menggagalkan serangan
biologis yang menyerang gym sekolah, (Setiawan, 2020:09). Bisa
jadi ini ungkapan yang tidak disadari, percakapan dalam Bajai
Bajuri tayang tahun 2002. Dalam episode-205, 17 tahun lalu,
Bajai Bajuri dengan judul Katakan Saja Ogah Berpuasa, Said
berkata: ‘itu penyakit menular dari China dengan gejala panas
dingin dan batuk, bahaya bisa nular, yang sudah kena bisa
meninggal, (Rahardian Bagas, 2020:05). Korban pandemi Covid-
19 berikut, merupakan informasi penderita, sebagai orang
pertama.
Orang pertama ditemukan terjangkit Covid-19, tanggal 17
November 2019. Tetapi saat itu penderita diperlakukan sebagai
penderita flu biasa yang belum jelas. Penderita adalah pedagang
pasar ikan Huanan, Wuhan. Yang terjadi penderita berujung
kematian. Sejak saat itu setiap hari ada satu sampai lima kasus
ditemukan. Kasus baru ini hampir selalu dapat dihubungkan
dengan penderita sebelumnya. Sampai 15 Desember 2019,
penderita flu ditemukan 27 orang. Kemudian tanggal 20
Desember terdapat 60 penderita, (Saputra, 2020:03). Pada
tanggal 11 Maret 2020, WHO menyatakan bahwa Covid-19 telah
menjadi pandemi global. Tanggal 31 Desember 2019, kasus flu
ini dinyatakan sebagai kasus pneumonia atau sakit paru dengan
sebab yang belum jelas di Wuhan Provinsi Hubei China, sebagai
wabah flu akibat virus Covid-19, (Arnani, 2020:03). Korban
berikut terjadi di negara kita, kasus akhir ini, sebagai berikut.
Tanggal 03 November 2019, Muharram calon bupati Berau,
dan Adi Darma calon Wali Kota Bontang meninggal, dan Kasmadi
calon bupati petahana Kutai Timur dan wakilnya Uce Prasetyo
diisolasi. Mereka tertular saat kampanye. Tanggal 31 Oktober,
113 polisi terpapar,7 meninggal, 31 isolasi mandiri, dan 71
sembuh. Dugaan tertular saat tugas. Rabu 30 September jam

173
12.35, dokter Klinik Aborsi di RS Kramat Jati Jakarta Timur
setelah ditetapkan tersangka, meninggal. Sampai Sabtu 03
November jam 11.00, 87 tenaga medis di Bengkulu terkapar dan
3 meninggal, semoga tidak bertambah. Guru besar Unair, aparat
pengadilan, perawat, guru, Camat Kelapa Gading, dan banyak lagi
meninggal terpapar Covid-19. Sampai tanggal 19 September
2020 di Jawa Tengah, 15 ribu lebih anak usia sampai 14 tahun,
terpapar dan 165 meninggal, dan masih banyak lagi. Dampak
global pandemi covid-19 setiap negara, tidak saja bidang
kesehatan tetapi juga ekonomi. Hal ini menyebabkan setiap
Negara mengeluarkan kebijakan spesifik.
Kebijakan spesifik negara yang dijalankan pimpinannya,
umumnya bertujuan agar penularan covid-19 dapat dikurangi
bahkan dicegah. Sementara itu, awal kebijakan umum yang
diharuskan WHO adalah: jaga jarak, upayakan kerja di rumah,
selalu pakai master, dan lakukan gaya hidup bersih. Kesadaran
untuk melakukan gaya hidup bersih tidak mudah. Sebagian
masyarakat cenderung meremehkan dan enggan menyesuaikan
diri. Gejala flu masih dianggap flu biasa dan tidak ada upaya
penyembuhan. Panas badan dan deman diremehkan. Terjadi
mual, muntah, nyeri otot, dan diare, masih beraktifitas normal.
Sampai suatu saat tak sadarkan diri dan meninggal. Hal ini
terjadi tidak memandang usia dan strata sosial ekonomi. Kunci
utama keberadaan pada kondisi pandemi ini adalah kesadaran
untuk melakukan pola berperilaku kearah pengembalian citra
positif, cepat merespon untuk menyembuhkan gejala yang
dialami dan tidak meremehkan.
Adaprasi kebiasaan baru pengembalian citra positif dalam
pola berperilaku selama pandemi Covid-19, perlu
memperhatikan respon dari sifat dasar tipe manusia, yaitu:
introvert atau ekstrovert. Sifat ekstrovert tercermin pada orang
yang senang: berada pada kerumunan, mempunyai keinginan
kuat, senang menjalin hubungan, dan selalu ada kesempatan

174
untuk memimpin. Introvert terdapat pada orang yang suka:
menyendiri, suka membaca dan menggambar, ada Ambivert
karakter. Ekstrovet: suka mencari info dari medsos, aktif cek
komen medsos, suka kerja kelompok, kerja di tempat terbuka,
dan suka membaca bagian komentar atau kesimpulan. Kedua
sifat dasar ini seharusnya hanya berbeda dalam penampakan
respon, dan bukan pada perbedaan pola berperilaku antara yang
meremehkan dan tidak.
Adaptasi kebiasaan baru dalam pola berperilaku selama
pandemi Covid-19, harus dilakukan mengingat antara lain virus
flu Covid-19: tidak dapat dibasmi tetapi hanya bisa disingkirkan
dan dilemahkan, virus ini dapat menetap dan mengganggu pada
semua organ tubuh. Virus dalam jumlah besar yang cukup
sampai paru-paru atau jantung, jika penanganan terlambat maka
berujung kematian. Seperti virus flu pada umumnya, virus dapat
bertahan di udara dan di permukaan benda untuk waktu
tertentu
Kebiasaan baru dalam pola berperilaku selama pandemi
Covid-19 selain dengan menjalankan protokoler seperti: mencuci
tangan dengan air mengalir, memakai masker yang disarankan,
jaga jarak (hindari sentuhan), hindari kerumunan, dan work
from home, perlu ditambahkan contoh perilaku positif dari
Youtube, jika klik pola hidup sehat saat pandemi covid-19, maka
didapati, pola berperilaku dengan pilihan judul seperti: menjaga
kesehatan anak saat pandemi Covid-19, makanan yang wajib
dikonsumsi dan yang dihindari, jenis buah kandungan
antioksidan tinggi, tetap tenang, cegah virus dengan hidup sehat,
olahraga, puasa, pola makan, dan banyak judul lagi.
Kebiasaan berperilaku selama pandemi Covid-19 yang
utama dan penting, adalah tetap berperilaku wajar. Tubuh
manusia dan begitu juga komputer, tidak dapat bebas dari
kandungan virus. Manusia tidak mungkin terhindar dari flu
Covid-19. Virus ini masuk melalui mulut, hidung, mata, dan

175
perantara sentuhan tangan, dalam jumlah sedikit demi sedikit
sampai menetap pada paru-paru, jantung atau otak. Itulah
sebabnya, umumnya kita tanpa gejala atau tampak sehat.
Seharusnya, ada keluhan sedikit, segera diatasi. Contoh keluhan
misalnya adalah, bangun tidur kepala pusing, dalam
melaksanakan kegiatan sehari hari tiba tiba perut mulas, muncul
batuk-batuk, badan lemas, muntah, tenggorokan gatal, jangan
menunggu lama walaupun gejala ringan-ringan saja. Segera
lakukan upaya penyembuhan alami yaitu: makan potongan buah
kemudian minum air putih banyak banyak dan pakai balsem
untuk cek apakan syaraf penciuman masih bekerja. Jika gejalan
tidak hilang segera periksakan. Jangan lupakan ini, pulang dari
manapun dan walau sebentar keluar rumah, langung bersihkan
badan alias mandi. Dimanapun tetap pakai masker agar
terhindar Covid-19 yang nyasar menempel di mulut dan terhirup
dari yang gentayangan di udara.

176
Daftar Pustaka
Arnani, Meia, 2020, Timeline Wabah Virus Corona, Terdeteksi
Pada Desember 2019 Hingga Jadi Pandemi Global,
Kompas.com, Kamis, 12 Maret 2020, jam 11.30 WIB.
Hadi, Abdul, (2020), Benarkah Coronavirus Telah Diprediksi
Dean Koontz dalam Novelnya?, Tirto.id, Senin, 23 Maret
2020.
Rahmawati editor, 2020, Dua calon Kepala Daerah di Kaltim
Meninggal Dunia karena Terpapar Corona, Ini Kata KPU,
Kompas.com, Sabtu, 03 Oktober 2020, jam 16.41 WIB.
Saputra, Anjar, 2020, Ini Dia Warga Wuhan Yang Diduga Jadi
Orang Pertama Terinfeksi Covid-19, GridHealth.id, Minggu,
29 Maret 2020, jam 19,59 WIB.
Setiawan, Aries, 2020,Fim Korea My Secret Terrius Sudah
Prediksi Covid-19, Cek Faktanya, Viva.co.id, Kamis, 03
September 2020, jam 06.43, WIB.

177
178
ADAPTASI MENJADI DOSEN KEBIDANAN
(KEMBALI) DI INDONESIA

Qorinah Estiningtyas Sakilah Adnani, SST, M.Keb, Ph.D24


STIKES Karya Husada Kediri

“Semua proses adalah penyesuaian diri dan


pembelajaran.”

“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China”, demikian nasehat


yang tidak asing tentang pentingnya merantau ke tanah
seberang demi mendapatkan ilmu pengetahuan. Tentu bukan hal
yang mudah bagi penuntut ilmu untuk bisa beradaptasi dengan
berbagai perubahan kehidupan di tanah seberang. Tulisan ini
merupakan refleksi penulis pasca menyelesaikan program
Doctor of Philosophy (Ph.D) di New Zealand. Kubler-Ross Grief
model (Barger, Kirby, Barger, et al., 2011), saya gunakan sebagai
framework untuk mengeksplorasi adaptasi menjadi dosen
kebidanan (kembali) di Indonesia. Model ini memberikan ruang
untuk melihat diri saya dan bagaimana saya melakukan
renegosiasi dengan diri sendiri.

24Penulis merupakan Dosen STIKES Karya Husada Kediri dalam bidang


ilmu Kebidanan, dan menyelesaikan program DIII Kebidanan dengan gelar Ahli
Madya Kebidanan di Poltekkes Kemenkes Surabaya Prodi Kebidanan Soetomo,
Surabaya (2002). Gelar Sarjana Sains Terapan dan Magister Kebidanan diselesaikan
di Universitas Padjadjaran, Bandung (2004 dan 2012). Penulis akhirnya
menyelesaikan program Doctor of Philosophy (PhD) dalam bidang ilmu Midwifery
(Kebidanan) di Auckland University of Technology, Auckland, New Zealand (2020).
Terlahir dari keluarga ‘middle-class’ di Tulungagung, Jawa
Timur, saya tidak pernah terlintas sedikit pun untuk bisa
melanjutkan studi keluar negeri. Meski pendidikan merupakan
hal yang diutamakan di keluarga karena latar belakang bapak
yang seorang guru sekolah dasar (SD), ide melanjutkan kuliah
keluar negeri sudah di luar jangkauan. Sebagai ‘anak kampung’
yang hidup di desa, sekedar pikiran untuk bisa keluar negeri saja
merupakan sebuah ‘mimpi’. Sesudah beberapa saat meneguhkan
asa menjadi ‘scholarship and PhD hunter’, Allah SWT
memberikan rezeki-Nya sehingga saya mampu menjejakkan kaki
untuk pertama kalinya di negeri Hobbiton (barangkali ada yang
pernah melihat trilogy film The Lord of The Rings) dengan
Beasiswa Pasca Sarjana Luar Negeri dari Kemenristekdikti di
akhir tahun 2014. Pada perjalanannya, menjadi generasi
pertama di keluarga yang bisa melanjutkan kuliah di luar negeri,
sesungguhnya semua adalah adaptasi. Mampu melakukan
penyesuaian diri dengan lingkungan baru merupakan hal yang
tidak bisa dielakkan, termasuk di dalamnya menjadi pejuang
IELTS (International English Language Testing System). Saya
berkesempatan menjalani persiapan Bahasa Inggris termasuk
juga tes IELTS di New Zealand. Hanya saja pilihannya saat itu,
jika tidak lolos bahasa, saya pulang kembali ke Indonesia – tentu
tanpa gelar PhD (masuk program PhD-nya belum bisa,
bagaimana bisa dapat PhD).
Banyak yang bilang di lingkaran keluarga besar,
pertemanan dan kerja tentang betapa ‘serakah dan ambius’ nya
saya dengan keputusan untuk melanjutkan PhD di luar negeri ini,
dan diberi penekanan karena saya perempuan, seorang istri, dan
seorang ibu. Kenapa harus keluar negeri? Mengapa harus
melanjutkan PhD? Kenapa tidak merasa cukup dengan S2
Kebidanan? Bukankah sudah cukup untuk menjadi dosen? Untuk
apa? Bagaimana dengan suami dan anak serta sederet
pertanyaan penyerta lainnya. Mau apa sekolah tinggi-tinggi jika

180
pada akhirnya hanya menjadi seorang ibu rumah tangga – yang
stereotipenya hanya bekerja mengurus urusan sumur, dapur,
dan kasur. Pandangan klise tentang perempuan seperti itulah
juga yang semakin meneguhkan tekad dan tidak pantang
menyerah menjadi PhD survivor. Bahwa penting bagi
perempuan, istri, dan ibu untuk tetap memiliki pendidikan tinggi
tanpa mengesampingkan peran sebagai perempuan dan menjadi
istri serta ibu.
Bagi saya pribadi, banyak sekali alasan kenapa harus ke luar
negeri, terutama New Zealand. Di tengah derasnya pemberitaan
tentang Islamophobia di negara Barat, saya berazzam bahwa
penting bagi saya untuk mengalami. Apapun tantangannya,
semua harus dijalani. Pengalaman pribadi menjadi pencari ilmu
di negeri Barat tentu tidak akan sama dengan hanya membaca
kisah orang lain. ‘First-hand experience’ bahwa saya pernah
belajar di kampus terbaik di New Zealand tentang bidang
keahlian saya dari profesor di bidang keilmuan yang memang
ingin saya dalami di negara yang terkenal dengan ‘world-class
maternity care’ dan ‘midwifery’ nya tentu pengalaman yang
sangat berharga. Kemudian, saya ingin melihat sendiri seperti
apa kehidupan Barat dengan segala macam hegemoni dan
legitimasinya.
Proses adaptasi menjadi dosen kebidanan (kembali)
(diadaptasi dari Kubler-Ross Grief)
1. Denial
Dan meskipun saya memiliki tekad yang sangat kuat pada
saat di Indonesia dan menjelang keberangkatan ke New Zealand
rasa itu demikian menggebu-gebu, namun realitas yang dihadapi
saat sampai di New Zealand sangat jauh berbeda. Euphoria itu
tiba tiba lenyap ditelan kesunyian apartment baru yang dipenuhi
bule yang memandang dengan mata sedemikian rupa. Saya
sudah dianggap ‘aneh dan berbeda’ dengan jilbab yang dimana
mana saya pakai, meski ke kamar mandi, disaat mereka hanya
mengenakan handuk yang melilit mulai dari dada sampai hanya

181
menutup daerah kemaluan. Ternyata saya kaget dipandang
sedemikian rupa. Ternyata saya shock dan takut serta
kebingungan dengan semuanya. Rasanya semua keberanian saya
menguap begitu saja, dan tiba tiba saya menangis sedemikian
rupa ingin pulang ke Indonesia. ‘Culture shock’ itu bener bener
nyata saya alami. Program bahasa saja belum selesai saya jalani
dan bahkan saya belum berhasil masuk program PhD nya, tapi
saya sudah ingin pulang ke Indonesia.
2. Anger
Dalam keadaan sendiri, saya benar benar marah ke diri saya
sendiri. Saya merasa khawatir dengan sangat berlebihan dan
sangat frustasi dengan semua yang terjadi. Saya marah ke diri
saya sendiri dan mencoba membenarkan semua yang
mempertanyakan keputusan saya keluar negeri. Bahwa tidak
perlu saya kuliah lagi, apalagi harus keluar negeri. Bahwa tidak
penting bagi perempuan itu memiliki pendidikan tinggi. Saya
marah dengan diri saya sendiri, kenapa harus seperti ini.
3. Depression
Perasaan kemarahan ini semakin kuat saya rasakan sampai
saya sama sekali tidak bisa melakukan apa apa. Dukungan suami
yang masih nun jauh disana tidak henti-hentinya memberikan
semangat agar saya tidak memperturutkan perasaan ini dan
mulai bergerak dan meneguhkan kembali tekad untuk belajar.
Namun saya benar benar ‘overwhelmed’ dengan semua dan
merasa tidak bisa lagi melanjutkan lagi proses disini. Saya rapuh
dan jatuh. Setiap hari saya tersedu-sedu menangis dan menangisi
kebodohan saya.
4. Bargaining
Saya berjuang menemukan makna keberadaan saya di
Auckland New Zealand. Keindahan Auckland ingin saya rasakan
dan saya berusaha membuka diri saya dengan bertemu dan
terbuka dengan orang lain, termasuk dengan bule yang memakai
baju minimalis yang saya ditemui di kamar mandi atau di ruang
makan apartement. ‘Why are you wearing, what you called that?’

182
while she was appointed my headscarf. ‘I am wearing a headscarf
as I am practising Muslim’. Dan kemudian justru obrolan kami
mengalir dan dia dengan jujur bilang bagaimana shock nya dia
melihat seorang Muslim alias saya, satu apartment dengannya.
Selama hidupnya, dia belum pernah bertemu seorang muslim
pun dan saya menjadi Muslim pertama yang dia ajak bicara,
tentunya dengan prasangka negatif dia terhadap Islam, yang
jujur dia dapat dari semua media Barat selama ini. Dengan
bercerita dan terbuka dengan orang asing pada akhirnya
memudahkan proses ‘bargaining’ ini.
Saya kemudian menyadari bahwa untuk bisa masuk ke
program PhD saya harus bisa lulus program kelas bahasa dan
belajar menyusuri PhD ini sendirian. Ini pilihan yang sudah saya
pilih. Dan studi PhD ini pun saya sadari bukanlah proses yang
biasa. Saya harus bisa bertanggung jawab sendiri atas segala
permasalahan yang saya hadapi dengan kehidupan Barat ini
termasuk proses menuju PhD. Dan apa yang saya dialami diawal
kedatangan saya disini dengan semua program bahasa hanyalah
awal dari perjalanan panjang yang sunyi dan sendiri. Meskipun
di berbagai negara memiliki program PhD, tapi setiap mahasiswa
PhD memiliki rute perjalanannya sendiri, yang memliki keunikan
dan tidak mungkin ada yang sama. Namun, ibarat sebuat
perjalanan, PhD ini bukan akhir dari proses pembelajaran
seseorang. Justru dengan PhD ini saya semakin menyadari
betapa bodohnya saya. Proses denial sampai bargaining ini
menjadi proses yang berkelanjutan dalam perjalanan saya
menjalani PhD. Namun proses inilah yang membuat saya
bersikap lebih positif dan saya bisa berkata lebih tangguh ketika
harus mengalami cobaan yang bertubi dalam hidup.
5. Acceptance
Pada akhirnya saya sudah kembali di Indonesia dan berhasil
menyelesaikan PhD dengan sangat baik. Berbekal pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang saya miliki, saya percaya
menawarkan pengalaman yang memberikan dampak positif

183
sebagai pribadi dan di dalam masyarakat dan harapan klisenya
ingin berkontribusi menjadi dosen yang bukan hanya sekedar
mendidik mahasiswa kebidanan namun juga mampu untuk
berkontribusi dalam melahirkan generasi berkualitas lulusan
kebidanan yang berwawasan global. Menjadi dosen memberikan
kepada saya tanggung jawab dan kesempatan yang lebih besar
untuk mencetak bidan kompeten dan professional yang
merupakan amanah besar dan menjadi ladang amal bagi saya
serta keluarga.
Persis pada saat saya menyampaikan ini di sidang akhir
PhD:
‘Now, here I stand, I reckon that this is a new start to another
challenging process being a midwife and midwifery lecturer
back to Indonesia. I have raised more questions around the
area of all themes founded in my study. I can now see the
various strands of research through the complex process of
conducting research. What exploration of this research has
shown is that Indonesia’s midwifery education both exciting
and challenging. All skills that I gained during this PhD can be
seen as a seed that I have to give the water and ensure that
this seed will thrive well that improve me as a life long learner
and develop myself as a researcher. At the end of the day, that
is just the beginning and not the ending of this long winding
academic journey’.
Salah seorang penguji saya, seorang Profesor kebidanan
dari salah satu universitas bergengsi dari negeri Barat lainnya
menyampaikan “huge congratulations and welcome, the real
work is after your PhD”.
Dan memang, selamat menyesuaikan diri di dunia nyata
‘lainnya’,‘culture-shock’, harus menyesuaikan diri dalam momen
pandemik Covid-19 di Indonesia dan menjadi dosen untuk
mahasiswa D3 Kebidanan. Seolah mempertanyakan kembali, ‘is
it worth it for what I have done for all my PhD process?’. Dan
kembali, semua proses adalah penyesuaian diri dan
pembelajaran. Welcome to the real work.

184
Daftar Pustaka
N, Barger, L, Kirby, N. J. Barger, et al., 2011. A Look Through the
Kubler-Ross Theoretical Lens In Theoretical Frameworks in
Qualitative Research. Edited by Vincent A. Anfara & Norma
T. Mertz. Thousand Oaks: SAGE Publications Inc.

185
186
LAYANAN PERPUSTAKAAN BERBASIS
INOVASI MASA PANDEMIK COVID-19
DI PAMEKASAN

Ir.Budi Ashari, MM. MSi25


Disperpusip Kab. Pamekasan

“Minat baca saat pandemi covid-19 menjadi sangat


penting untuk menggugah kesadaran hidup sehat,
hidup bersih dan hidup dengan standar ilmu
pengetahuan. Ibu hamil dan ibu menyusui yang
meningkat minat baca dan pengetahuannya, pasti
berdampak pada kualitas generasi yang akan datang.”

Selintas Kepustakawanan
Era milineal yang lekat dengan digital bahan pustaka, jarang
sekali terdengar kata Pena untuk menulis, tetapi bagi penulis
masa jadul dan pemula belajar menulis, pena bermanfaat dan
sangat penting untuk menulis.
Karenanya dijadikan Sumpah "Demi Pena dan sesuatu yang
mereka tulis " (Qur'an Surat Al Qalam ayat 2).
Ayat ini menginspirasi kita untuk Gemar Membaca dan
Gemar Menulis dan diingatkan pula bahwa apa yang kita tulis
dari suatu kebaikan, akan memperoleh hikmah kebaikan,
minimal melatih mengungkapkan inspirasi, melatih motorik
sensorik aliran oksigen ke otak lancar, manfaatnya
memperlambat kepikunan/alzimar. Serta kita dapat diterima
dalam group ini sebagai peserta menulis ontologi Adaptasi
Kebiasaan Baru sebagai kehormatan, dan merupakan wahana "
learning written " untuk menjadi habit dalam tulis-menulis.

25 Pustakawan Ahli Madya, Disperpusip Kab. Pamekasan


Ungkapan tiga kata pada judul, terbesit kata kunci YAN-IN-
PUST (Pelayanan, Inovasi dan Pemustaka/publik). Kata-kata ini
saling interfingeering/berjemari, membentuk segitiga sama sisi
yang saling berinteraksi, bersinergi dan mengambil peran satu
sama lainnya dalam rangka menyemangati dan mendongkrak
minat baca pada saat lock down masa wabah pandemi covid-19.
Prinsip-prinsip pelayanan publik, pelayanan prima sebagai
acuan dalam pelayanan perpustakaan dengan sikap "pelayanan
sepenuh hati" dengan 4 P (Passionate Gairah, Progresif, Proaktif
dan Positif) dari pustakawan.
Inovasi yaitu Pengembangan dan implementasi gagasan2
baru oleh orang, dalam jangka waktu tertentu, yang dilakukan
berbagai aktifitas yang efisien, terencana, dan memiliki tujuan.
Inovasi terus ditumbuhkembangkan dengan metode 5 D ( Dream
Up, Diagnose, Design, Delivery, Disply). Pustakawan, melayani
pemustaka/masyarakat cinta pengetahuan, tidak hanya
melayani koleksi buku saja, tetapi mendampingi dan
membimbing masyarakat/pemustaka ntuk menanamkan budaya
dan kemampuan literasi, masyarakat akrab dengan lingkungan
perpustakaan, pemberdayaan/ empowering, transformasi
menuju masyarakat mandiri dan berpenghasilan dengan simbul
"perpustakaan mensejahterakan". Pustakawan sebagai
pendorong utama pengembangan budaya baca, merupakan salah
satu pilar dalam membangun "coqnitive skill" seseorang ,
sehingga kreativitas, inovasi dan produktivitas masyarakat
berkemajuan.
Minat baca dan Minat menulis sebagai fungsi perpustakaan
memiliki peran yang sangat luas. Masyarakat berpengatahuan
(knowledge society) adalah menjadi tujuan panjang, yang harus
dimulai dari pelayanan yang prima untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Masyarakat yang memiliki kecakapan baca-tulis
menjadi tujuan utama keberadaan perpustakaan, agar tercipta
masyarakat literasi (literate society) secara merata. Inovasi
sebuah progam perpustakaan untuk melayani masyarakat agar
memiliki minat baca yang tinggi, sangat penting sebagai upaya

188
mencerdaskan dan menyejahterakan kehidupan mereka. Dalam
UU 43/2007 pasal (5) perpustakaan memiliki tanggung jawab
untuk mangatur hak, kewajiban masyarakat, bahwa:
1) masyarakat mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh layanan memanafaatkan dan mendayagunakan
fasilitas perpustakaan; (2) masyarakat di daerah terpencil,
terisolasi, atau terbelakang sebagai akibat faktor geografis
berhak memperoleh layanan perpustakaan secara khusus; (3)
masyarakat yang memiliki cacat dan atau kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan atau sosial, berhak
memperoleh layanan perpustakaan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan keterbatasan masing-masing.
Ini adalah amanah undang-undang yang secara legal
mendorong perpustakaan memberi pelayanan prima terhadap
setiap kebutuhan masyarakat. Pelayanan yang berkualitas yang
berdampak besar pada publik merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari tata kelola perpustakaan untuk meningkatkan
kecerdasan masyarakat. Kewajiban pemerintah adalah melayani
dan mengatur tentang hak dan kewajiban yang diwujudkan
dalam bentuk pelayanan publik. Cakupan pelayanan publik ini
harus menjangkau kepentingan-kepentingan publik yang tidak
saja untuk para kaum terpelajar, melainkan mencakup semua lini
kehidupan masyatakat.
Inovasi layanan Perpustakaan
Beberapa fungsi perpustakaan diantaranya sebagai fungsi
Pendidikan, fungsi Wisata, fungsi transformasi koleksi bahan
pustaka, fungsi Riset dan perpustakaan berbasis Inklusi
Sosial/empowering dengan beberapa inovasi layanan
perpustakaan yang berprinsip pada 4 D diantaranya adalah
Delivery, Pinjam dan antar buku gratis .... dimulai dari kaum Ibu,
berlanjut pada putra putri dan anak didik, untuk mengurangi
bermain gatget yang diarahkan untuk mencintai buku, akhirnya
membaca menjadi kebutuhan bagi anak2 tercinta.

189
Sebagai tindak lanjut Perpustakaan berbasis inklusi sosial,
di saat kondisi normal, sudah memulai kegiatan Program Inovasi
Un Buggetting Perpustakaan (IUBP), mendekatkan bahan
pustaka kepada pemustaka, dengan membuka 41 gerai baca di
area: perkantoran internal pemda dan vertikal, perpu sehat di
RSUD, taman, tempat ibadah, sosial, taman bermain anak-anak,
wisata, book goes to cafe, posyandu n etc.
Diantara beberapa gerai di atas, yang paling menarik dan
berlanjut sampai masa pandemi covid-19, yaitu Delivery antar-
pinjam buku bagi pemustaka, antara lain:
1. Delivery antar pinjam buku untuk Ibu Menyusui & Ibu
Hamil (Bu SUMIL) dan Defabel & Anak Terlantar
(DeFATAR),
"Cukup telephone petugas perpus, pilih bukunya, Siang
hari Buku diantar kepada pemesan dan GRATIS".
Inovasi ini berkembang pada Telling story n pinjam buku
di acara posyandu.
Untuk Defatar langsung kunjung ke sekolah SLB
berkoodinasi dengan pengajar dan wali kelas.
2. Halo Pemustaka saat Pandemi Covid-19, untuk siswa SD,
PAUD, khusus penghuni siswa area perkotaan, dengan
radius 20 Km dari perpustakaan. " Cukup Ibunda
telephone ke petugas, pilih bukunya, setiap hari
disediakan 50 menu buku, Siang Buku Diantar & saat
pengembalian dijemput petugas dg GRATIS".
Inovasi layanan perpustakaan berkembang pada
peminjaman buku bagi kelompok anak sekolah dan yang
mengkoordinir dan bertanggung jawab guru kelas;
3. Layanan peminjaman dan Pengembalian sejenis Drive
Thrue, Dengan Satu Atap dua loket (peminjaman &
pengembalian) disediakan otomasi opac untuk memilih
buku yang akan dipinjam dan dicarikan buku yang akan
dipinjam oleh perugas dalam waktu yang cepat.

190
Inovasi layanan berjenjang
History mengutamakan layanan Inovasi berjenjang dari
Seorang Ibu integral pada putra putrinya, dengan dasar, "Ibunda
memperkenalkan ilmu kepada anaknya sejak anak dalam
kandungan" Berpangkal pada nilai kodrati, rata-rata kaum ibu
memiliki kesiapan yang prima untuk melayani anak sebagai
calon generasi masa depan yang unggul, cerdas dan ber akhlakul
qarimah".
"Bekali ilmu bagi anak anakmu, karenanya Ia kelak hidup
bukan pada jamanmu" Banyak seminar-seminar dan legislasi
yang membahas tentang Kaum Ibu, terkait perbaikan gizi bagi
ibu dan balita, kesetaraan dan pemberdayaan perempuan.
Diakui ibu adalah cikal bakal kecerdasan anak dan
keselamatannya.
Legislasi dari Menteri Kesehatan Nomor
48/MEN.PP/XII/2008, PER. 27/MEN/XII/2008 dan
1177/MENKES/ PB/XII/2008 Tahun 2008 tentang Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja.
Betapa penting memperhatikan ibu menyusui dan ibu hamil
(BUSUMIL) untuk dapat dipenuhi kebutuhan gizinya secara
sempurna. Di samping itu, ibu menyusui dan ibu hamil juga perlu
di-edukasi dan diberi wawasan agar mereka memiliki bekal ilmu
pengetahuan yang cukup, tentang sisi pentingnya menyusui
dengan ASI eksklusif. Hal ini akan berdampak pada kesehatan
dirinya dan bayi yang sedang diasuh.
Karena itu, Dinas Perpustakaan Pamekasan telah
melakukan terobosan inovasi dengan menambah pelayanan
publik khusus bagi ibu menyusui dan ibu hamil, agar mereka
banyak mengakses pengetahuan baru tentang upaya
menyelamatkan dan menjaga kesehatan bayi sejak hamil sampai
tumbuh serta berkembang menjadi bayi yang sehat. Kualitas
pertumbuhan bayi diperhatikan secara serius, dengan
meningkatkan kesadaran gerakan menyusui melalui ASI

191
eksklusif. Program inovasi ini akan menyuplai buku-buku terkait
dengan menyusui dan bagaimana merawat anak sejak dalam
kandungan. Pelayanan publik Perpustakaan Daerah Pamekasan
dapat diwujudkan dalam bentuk kunjungan ke rumah-rumah,
dengan memberi pelayanan peminjaman buku secara gratis
dalam batas waktu yang ditentukan dan juga memberi konseling
kesehatan sesuai kondisi yang dibutuhkan.
Ada banyak fakta bahwa ibu menyusui dan ibu hamil sangat
rawan meninggal dunia. Angka kematian ibu dan bayi yang baru
lahir di Indonesia tercatat masih sangat tinggi. Ini menjadi
pekerjaan rumah dan tanggung jawab bersama, bukan hanya
pemerintah saja tetapi harus menjadi perhatian bersama bagi
seluruh elemen masyarakat. Bukan hanya ibu, keprihatinan juga
masih tinggi pada angka neonatal yaitu, keadaan yang ada dalam
kehidupan pertama pada bayi. Kehidupan pertama yang
Dengan angka ini, Indonesia termasuk 10 negara dengan
jumlah kematian ibu dan bayi baru lahir yang paling tinggi. Dasar
ini yang menjadi landasan bagi Dinas Perpustakaan Daerah
Pamekasan untuk melakukan sebuah inovasi pelayanan publik
yang terkait dengan ibu menyusui dan ibu hamil. Bentuk layanan
publik yang akan diberikan adalah konseling kesehatan dan
penyadaran baru untuk mengakses buku-buku bacaan terkait
dengan perlindungan bayi dan menjaga kehamilan untuk tetap
dalam kondisi sehat, tanpa menimbulkan anncaman kematian
bagi ibu-ibu hamil.
Di samping usulan inovasi di atas, Dinas Perpustakaan
Daerah Pamekasan telah melakukan inovasi layanan berupa
layanan pojok baca bagi masyarakat, Pemda, Caffe, Polres, RSUD,
masjid-masjid, Pondok Pesantren, Panti Asuhan, sekolah,
keluruhan, terminal dan tempat-tempat lain yang dipandang
strategis. Program ini sudah berjalan lama dan memberi manfaat
besar terhadap peningkatan minat baca publik, dan kesadaran
stakeholder mulai dari pustakawan, petugas layanan, pejabat
struktural, dan organisasi terkait.

192
Minat baca saat pandemi covid-19 menjadi sangat penting
untuk menggugah kesadaran hidup sehat, hidup bersih dan
hidup dengan standar ilmu pengetahuan. Ibu hamil dan ibu
menyusui yang meningkat minat baca dan pengetahuannya, pasti
berdampak pada kualitas generasi yang akan datang. Kualitas
bangsa ini adalah tergantung pada proses cerdas ibu hamil dan
menyusui yang memiliki kesadaran tinggi untuk memberi
layanan yang baik terhadap bayi dan proses hamil, melalui
membaca dari program inovasi layanan delivery Halo Pemuska.
SALAM LITERASI.

193
194
PENGEMBANGAN BUDAYA ORGANISASI
DI ERA NEW NORMAL

Muhamad Fatih Rusydi Syadzili, M.Pd.I26


STAI Ihyaul Ulum Gresik

“Organisasi yang berhasil tumbuh dengan baik, akan


mampu mengembangkan strategi kompetitif dengan
melihat peluang yang ada dan melakukan
pengembangan secara terus menerus.”

Pendahuluan
Organisasi ketika dilihat lebih dalam lagi, maka aktifiasnya
mempunyai kepribadian tersendiri, hal ini berdasarkan
perbedaan terhadap organisasi satu dengan organisasi lain.
Kepribadian yang terdapat dalam setiap organisasi mempunyai
ciri yang khas masing - masing berdasarkan terbentuknya suatu
organisasi ketika awal didirikan. Dibutuhkan waktu untuk
berproses dalam tubuh organisasi ketika bertumbuh,
berkembang, dan mapan.
Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari
organisasi yang lainnya adalah budayanya. Hal tersebut penting
untuk dipahami serta dikenali. Ada sifat universalitas yang harus

26Penulis lahir di Banyuwangi, 17 Februari 1985, penulis merupakan


Dosen STAI Ihyaul Ulum Gresik dalam bidang ilmu Pendidikan Agama Islam, penulis
menyelesaikan gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya (2010), sedangkan gelar Magister Pendidikan Islam
diselesaikan di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Program Studi
Pendidikan Agama Islam (2014), dan sekarang masih menjalani Program Beasiswa
MORA 5000 Doktor Kementerian Agama Program Studi Manajemen Pendidikan
Dasar Islam di Institut Agama Islam Negeri Tulungagung.
diterapkan oleh manajemen dengan pendekatan yang
memperhitungkan secara matang faktor-faktor situasi, kondisi,
waktu, dan ruang.
Pendidikan Islam yang berada ditengah kondisi globalisasi
dewasa ini, maka lembaga islam dituntut untuk lebih berperan
jika mampu melakukan penanaman nilai-nilai moral terhadap
tekanan dan himpitan ditengah kecepatan mobilisasi sosial
kemasyarakatan (Syadzili, 2019).
Penerapan budaya yang berlaku serta pemberlakuan dalam
organisasi sangat berperan besar dalam organisasi yang
bersangkutan. Karena orang yang datang ke suatu organisasi,
akan dituntut untuk segera mempelajari budaya organisasi
bersangkutan guna melakukan penyesuaian-penyesuaian atas
apa yang perlu dan harus dilakukannya.
Berkaitan dengan budaya organisasi, maka era baru yang
sudah berlangsung 8 bulan lamanya, yakni sejak diumumkan
kasus pertama positif Covid-19 yang pertama kali di Indonesia.
Sampai saat ini, kondisi covid-19 telah membawa masyarakat
kepada kondisi baru yang akhirnya telah membuat masyarakat
terbiasa dengan kegiatan baru tersebut. Kegiatan baru tersebut
sudah biasa dijalankan dari rumah. Oleh karena itu, masyarakat
dituntut untuk bisa menjalankan kebiasaan baru yang biasa
disebut “Era New Normal”.
Pengembangan Budaya Organisasi
Budaya yang dalam bahasa Latin yaitu colere merupakan
suatu cara dalam mengolah, mengerjakan, terutama mengolah
tanah atau bertani. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi
culture. Maka dari itu, budaya hadir sebagai hasil karya manusia
yang akhrinya mampu membentuk suatu aturan-aturan yang
tertulis dan lama kelamaan menjadi tidak tertulis lagi, hal ini
yang membuat budaya akhirnya menjadi suatu norma dan etika.

196
Keberadaan norma dan etika ini dalam masyarakat menjadi
suatu ukuran bagi anggota masyarakat dalam berperilaku dan
bersikap, akhirnya masyarakat akan berperilaku mendasar
dengan kaidah-kaidah norma tersebut. Sehingga etika akan hadir
dalam membungkus tingkah laku anggota masyarakat,
masyarakat bertindak akan berdasarkan dengan norma yang ada
di masyarakat, dengan melihat norma dan etika diatas ini maka
akan membuat budaya menjadi muara akhir dari proses
pendalaman norma masyarakat.
Sathe dan Edgar Schein menemukan suatu kata kunci
dengan pengertian budaya sebagai shared basic assumptions atau
suatu penganggapan yang pasti terhadap sesuatu (Schein, 2010).
Sehingga sesuai dengan kata kunci diatas, maka akan terdapat
suatu asumsi sebagaimana yang dipaparkan Ndraha meliputi
beliefs (keyakinan) dan value (nilai).
Beliefs sendiri hadir sebagai asumsi dasar manusia terhadap
dunia dan bagaimana dunia ini berjalan. Sehingga kata belief
(keyakinan) menurut Duverger yang dikutip oleh Anwar akan
menjadi suatu state of mind (lukisan fikiran) yang
keberadaannya tidak akan terlepas dari namanya ekspresi
material yang diperoleh oleh suatu komunitas.Ukuran normatif
dalam suatu organisasi akan menjadi suatu value (nilai), karena
didalamnya terdapat suatu ukuran normatif yang
keberadaannya mampu mempengaruhi manusia untuk
melaksanakan tindakan yang dihayatinya.
Dalam gambaran tentang nilai akan mempunyai peran
fungsi sebagai berikut:
1. Nilai hadir sebagai suatu standar;
2. Nilai hadir sebagai landasasn dasar dalam penyelesaian
konflik dan pembuatan keputusan;
3. Nilai hadir sebagai cara untuk memotivasi;
4. Nilai hadir sebagai dasar penyesuaian diri;
5. Nilai hadir sebagai adanya dasar perwujudan diri.

197
Organisasi harus berani mengambil suatu keputusan ketika
berada dalam kebiasaan baru berupa era new normal. Organisasi
akan mengalami suatu kebiasan yang mampu membuat seluruh
elemen mendadak mengalami perubahan secara drastis.
Sehingga aktivitas yang dilakukan oleh organisasi ketika berada
diluar ruangan karena kondisi covid-19 menjadi terbatas.
Dengan begitu, organsisasi harus mampu mengambil suatu
kebijakan yang tepat dengan beraktifitas hanya di rumah saja.
Era Perubahan Organisasi
Pada prinsipnya dalam organisasi terdapat dua elemen
mendasar. Pertama, organisasi hadir sebagai suatu elemen
idealistik yang didalamnya memiliki keyakinan berupa suatu
asumsi dasar dan nilai-nilai yang bisa dijadikan oleh setiap
pelaku organisasi sebagai suatu pedoman dalam berperilaku.
Kedua, organisasi mampu menjadi suatu elemen yang bersifat
behavioral, hal ini dimaksudkan bahwa organisasi mampu
menunjukkan dirinya sebagai suatu aktifitas yang tampak dan
mudah diamati.
Organisasi kehadirannya mampu menjadikan dirinya untuk
menerapkan suatu strategi sebagaimana David Hunger dan
Thomas Wheleen bahwa organisasi hadir sebagai strategi yang
mempunyai rumusan perencanaan komprehensif tentang
bagaimana organisasi mampu mencapai misi dan tujuannya
(David Hunger, 2003). Strategi yang terdapat dalam organisasi
akan mampu memaksimalkan keunggulan yang bersifat
kompetitif dan meminimalkan keterbatasan organisasi dalam
kebersaingan dengan organisasi lain.
Budaya yang terdapat dalam suatu organisasi akan mampu
menghadirkan suatu falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan,
keyakinan, harapan, sikap dan juga norma yang akhirnya
membuat budaya organisasi menjadi pengikat setiap anggota
dalam suatu organisasi.

198
Sebagaimana keterdapatan aspek budaya organisasi yang
digolongkan oleh Schein menjadi 3 bagian (Schein, 2010), maka
budaya organisasi meliputi diantaranya:
1. Pertama, budaya hadir sebagai artefak yakni organisasi
berisi dari berbagai hal yang mampu dilihat, didengar,
dan dirasakan oleh setiap anggota organisasi ketika
dijumpai. Sehingga ketika aspek ini hadir dengan
kebiasaan baru diera new normal, maka setiap anggota
organisasi merasa ada kemudahan untuk dijalankan
karena kebiasaan baru bisa dilihat dan dirasakan.
2. Kedua, terdapatnya suatu keyakinan dan nilai yang
dianut oleh setiap anggota organisasi. Hal ini yang
akhirnya memunculkan suatu ideals, goals, valuas,
aspirations, ideologis, and rationalization. Sehingga
ketika kegiatan atau aktivitas organisasi beralih menuju
kebiasaan baru diera new normal, membuat setiap
organisasi kehilangan suatu tatanan nilai sosial yang
sudah dijalankan oleh organisasi.
3. Ketiga, adanya suatu asumsi dasar yang akhirnya
membuat asumsi menjadi tersirat dan pembimbing atas
setiap haluan organisasi baik dalam bertindak maupun
berbagi terhadap anggotanya. Aspek ini yang
menjadikan organisasi mempunyai aspek terkecil dalam
menciptakan budaya organisasi. Sehingga era new
normal ini membuat anggota organisasi menjadi lebih
memahami dan merasakan hal apa yang harus
dilakukan ditengah kebiasaan baru ini.
Kondisi yang terjadi diatas, telah membuat kebiasaan baru
organisasi. Hal ini dikarenakan semua organisasi dilanda wabah
pandemi Covid-19 yang akhirnya membuat organisasi tidak
berjalan seperti biasanya dan terjadi penundaan terhadap
program-program yang sudah direncanakan.

199
Strategi Pengembangan Budaya di Era New Normal
Strategi dalam suatu organisasi hadir sebagai generalship
atau suatu aktifitas yang dijalankan oleh pimpinan angkatan
bersenjata ketika sedang dalam penentuan rencana penaklukan
dan pemenangan suatu perang (Mubarok, 2009). Strategi hadir
sebagai cara untuk mencapai atas apa yang menjadi tujuan.
Karena itu, seni yang telah menjadi bagian dari strategi, maka
didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas penting yang diperlukan
oleh organisasi untuk mencapai tujuan (Hamali, 2016).
Organisasi yang menerapkan setrategi, maka dibutuhkan
beberapa keterampilan guna mendukung keberlangsungannya.
Sehingga, kemampuan organisasi tersebut, dibutuhkan yang
namanya berpikir kreatif & kemampuan memecahkan masalah,
kemampuan berkomunikasi & berkolaborasi, serta kemampuan
untuk berkreativitas & berinovasi (Syadzili, 2020).
Organisasi yang berhasil tumbuh dengan baik, akan mampu
mengembangkan strategi kompetitif dengan melihat peluang
yang ada dan melakukan pengembangan secara terus menerus.
Persaingan organisasi seyogyanya mampu dilihat oleh organisasi
sebagai sebuah motivasi dalam pengembangan keberlangsungan
organisasi yang berkualitas. Sehingga inovasi mampu berjalan
dengan dengan baik sebagaimana landasan tersebut.
Organisasi dalam kebiasaan baru di era new normal ini
harus mampu melewati tantangan terbesar atas
keberlangsungan organisasinya. Organisasi dituntut untuk
mampu menjalankan organisasinya dengan perubahan baru ini,
yakni dengan melakukan suatu respon positif dan dapat pula
melakukan pengembangan untuk menciptakan budaya tanpa
merubah tradisi luhur yang sudah ada.

200
Daftar Pustaka
David Hunger, T. W. (2003). Manajemen Strategis. Penerbit Andi.
Hamali, A. Y. (2016). Pemahaman Strategi Bisnis dan
Kewirausahaan. Kencana.
Mubarok, H. (2009). Manajemen Strategi. STAIN Kudus.
Schein, E. H. (2010). Organizational Culture & Leadership. Jossey-
Bass A Willey Imprint.
Syadzili, M. F. R. (2019). Integrasi Keilmuan Lembaga Pendidikan
Islam. In A. Z. Fitri (Ed.), Transformasi Kebijakan Pendidikan
Tinggi Islam: Arah Baru Perubahan Kebijakan Pendidikan
Tinggi Islam (3rd ed.). Kalimedia.
Syadzili, M. F. R. (2020). Konsep Desain Pendekatan Ilmiah
Pendidikan Agama Islam. Pustaka Learning Center.

201
202
BAB VII UPAYA MEMUTUS PENULARAN
VIRUS
VAKSIN SEBAGAI HARAPAN UNTUK
MENGAKHIRI PANDEMI COVID-19

Ridwan Balatif, S. Ked27


Universitas Sumatera Utara

“Dalam setiap proses pengembangan sebuah vaksin


baru, membutuhkan waktu 5 sampai 10 tahun. Namun
di era pandemi COVID-19, proses pengembangan
kandidat vaksin mengalami percepatan dengan
menggunakan platform teknologi modern pada uji pre-
klinis dan mempercepat pemberian kuasa badan
regulasi pada uji klinis.”

Pada tanggal 26 September 2020, jumlah kasus kumulatif


COVID-19 di Indonesia mencapai 271.339 kasus dengan angka
kematian sebesar 10.308 jiwa dan sembuh sebanyak 199.403
jiwa. Sampai saat ini, jumlah tren kasus haran COVID-19 masih
terus menunjukkan peningkatan (Kementerian Kesehatan RI:
COVID-19 dalam Angka). Kondisi pandemi COVID-19 yang
berkepanjangan ini membuat sebagian orang bertanya-tanya
kapan pandemi ini akan berakhir. Bahkan mungkin sebagian
orang menantikan munculnya vaksin COVID-19 untuk
mengakhiri pandemi ini.
Vaksin ialah suatu substansi atau zat yang dimasukkan
kedalam tubuh dengan tujuan untuk meningkatkan kekebalan

27Penulis lahir pada tanggal 25 Maret 1998 di Kota Medan, Provinsi


Sumatera Utara, penulis merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara. Penulis menyelesaikan gelar Sarjana Kedokteran pada tahun 2020.
(imunitas) terhadap suatu kuman penyebab penyakit (patogen).
Vaksin yang diberikan dapat meningkatkan respon dari sel
limfosit B dan limfosit T. Dengan demikian apabila tubuh
menghadapi suatu kuman yang sama di kemudian hari, sistem
imun tubuh telah mengenali kuman tersebut (gambar 1).
Sehingga, respon imun akan lebih cepat mengeliminasi kuman
tersebut dan tubuh menjadi tidak sakit atau gejala yang timbul
akibat kuman tersebut akan lebih ringan daripada seseorang
yang tidak divaksin.
Sampai tanggal 25 September 2020, dilansir dari laman
biorender.com sebanyak 174 vaksin dan 405 obat sedang dalam
tahap penelitian dengan 51 vaksin sedang dalam tahap uji klinis
(uji coba pada manusia). Salah satu kandidat vaksin yang akan
digunakan di Indonesia ialah CoronaVac yang dikembangkan
oleh perusahaan Sinovac Biotech. CoronaVac ialah vaksin yang
berisi virus yang telah inaktif, dalam artian virus tersebut telah
dimatikan dengan zat kimia (Funk et al, 2020).
Sampai tanggal 25 September 2020, vaksin CoronaVac
tengah menjalani uji klinis fase 3. Dalam setiap proses
pengembangan sebuah vaksin baru, membutuhkan waktu 5
sampai 10 tahun. Namun di era pandemi COVID-19, proses
pengembangan kandidat vaksin mengalami percepatan dengan
menggunakan platform teknologi modern pada uji pre-klinis dan
mempercepat pemberian kuasa badan regulasi pada uji klinis.
Sebagai contoh vaksin mRNA-1273 yang dikembangkan oleh
perusahaan Moderna TX, hanya membutuhkan waktu 42 hari
untuk menganalisis sekuens virus untuk menciptakan vaksin
generasi baru. Umumnya proses ini membutuhkan proses lebih
dari 2 tahun tanpa platform teknologi untuk mengembangkan
sebuah vaksin (Khuroo et al, 2020). Ringkasan tahapan
penelitian vaksin ditulis pada tabel 1.

206
Gambar 1. Mekanisme vaksin meningkatkan respon imun.
Saat komponen kuman dimasukkan ke tubuh (melalui vaksin),
sel imun berupa Antigen Presenting Cell (misalnya sel dendritik)
akan memperkenalkan komponen kuman tersebut ke berbagai
sel imun sehingga diharapkan akan terbentuknya sel memori B
dan T (sumber gambar:
https://www.historyofvaccines.org/content/how-vaccines-
work#close)
Dari penjelasan tabel 1, setiap tahapan pengembangan
vaksin selalu ada kemungkinan terjadinya kegagalan atau
dihentikan pada proses penelitiannya. Penghentian proses uji
klinis vaksin pernah terjadi pada uji klinis vaksin AZD1222 yang
dikembangkan perusahaan farmasi Astra Zeneca – Universitas
Oxford. Dilansir pada laman NPR.org, bahwa salah satu relawan
vaksin tersebut mengalami gejala seperti transverse myelitis,
bentuk peradangan pada sumsum tulang belakang. Semenjak
saat itu, uji klinis vaksin tersebut dihentikan sementara untuk
diselidiki terlebih dahulu, apakah keluhan yang timbul tersebut
diakibatkan pemberian vaksin atau tidak. Pada tanggal 12
September, perusahaan AstraZeneca/Oxford menyatakan bahwa
vaksin tersebut aman setelah menyusul konfirmasi dari Medicine
Health Regulatory Authority (MHRA).

207
Tabel 1. Proses tahapan pengembangan vaksin
Tahapan Tujuan Karakteristik
Eksplorasi Mengembangkan Fase intensif penelitian
kandidat vaksin Identifikasi antigen alami
Pengembangan vaksin (alami atau
sintetik)
Waktu: 25 tahun (dengan platform
teknologi bisa dipersingkat
Tingkat keberhasilan 40%
Pre-klinis Mengamati vaksin Subjek: pada hewan coba
aman dan efektif Desain: mengamati respon antibodi
Mengevaluasi dosis dan toksisitas
awal sebelum Waktu: < 1 tahun
diberikan ke Tingkat keberhasilan: 33%
manusia Penyebab kegagalan: vaksin
berbahaya atau tidak efektif atau
pendanaan kurang
Uji klinis Percobaan pada Subjek: relawan sehat (20-100 orang)
Fase I manusia Monitoring: produksi antibodi dan
Mengamati health outcome (berupa klinis serta
keamanan dan laboratoris yang didapat)
efektivitas vaksin Waktu: beberapa bulan
Tingkat keberhasilan: 66%
Uji klinis Mengamati Subjek: ratusan relawan sehat
Fase II keamanan dan Desain: diuji dengan membandingkan
efektivitas vaksin, plasebo atau adjuvan
respon dosis, Dosis: uji vaksin dalam jadwal yang
metode pemberian, berbeda dan kelompok manusia yang
jadwal pemberian beragam
vaksin Monitoring: produksi antibodi dan
health outcome (berupa klinis serta
laboratoris yang didapat)
Waktu: ± 2tahun
Tingkat keberhasilan: 30%
Uji klinis Mengamati Subjek: populasi target (ribuan)
Fase III keamanan dan Desain: vaksin diuji dengan
efektivitas vaksin membandingkan plasebo atau
adjuvant
Monitoring: efektivitas vaksin dan efek
samping berat yang mungkin timbul
Waktu: beberapa tahun
Tingkat keberhasilan: 70%
Uji klinis Postmarketing Pelaporan kejadian efek samping yang
Fase IV surveillance terjadi

208
Penghentian pada proses uji klinis baik obat ataupun vaksin
akibat timbulnya efek samping adalah hal yang lumrah. Hal ini
kembali lagi kepada tujuan dari uji klinis yakni untuk
mengetahui kemungkinan efek samping yang akan terjadi dan
juga efektivitas kandidat obat atau vaksin. Apabila timbul efek
samping berat misalnya pada kasus tersebut, maka akan
diselidiki terlebih dahulu timbulnya efek samping tersebut.
Setelah diketahui penyebabnya, akan diputuskan apakah uji
klinis tersebut akan dilanjutkan atau dihentikan.
Sebagai penutup, proses pengembangan dari vaksin COVID-
19 ini masih membutuhkan proses uji klinis sebelum dapat
digunakan di masyarakat. Namun, mengingat juga adanya risiko
kegagalan pada setiap proses pengembangan vaksin ini, sudah
seharusnya yang dapat kita lakukan ialah menggunakan vaksin
yang sebenarnya. Vaksin yang sebenarnya itu ialah
melaksanakan protokol kesehatan. Protokol kesehatan berupa:
1. Menggunakan masker yang menutupi hidung, mulut
hingga dagu, digunakan utamanya saat keluar rumah
2. Membersihkan tangan dengan menggunakan sabun
ditambah air mengalir atau menggunakan handsanitizer
3. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut bila tangan
belum dibersihkan
4. Jaga jarak minimal 1 meter
5. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan konsumsi gizi
seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari
(5x/minggu), hindari/menghentikan konsumsi rokok
dan alcohol
Dengan dilaksanakannya berbagai tindakan protokol
kesehatan ini dapat membantu untuk melindungi diri sendiri dan
juga orang lain terutama orang-orang dengan imunitas yang
lemah serta memiliki komorbid (Balatif, 2020)

209
Daftar Pustaka
Balatif, Ridwan. 2020. Imunitas dan Pencegahan di Era Pandemi.
Dalam: Zulfiqar, Saidna., Asrifan, Andi., Yulianti., Festiawan,
Rifqi (eds). Bunga Rampai Kolaborasi Multidisiplin Ilmu
dalam menghadapi Tantangan di Era New Normal.
Akademia Pustaka; 2020
D. Funk, Colin., Laferrier, Craig., Ardakani, A. 2020. A Snapshot of
the Global Race for Vaccines Targeting SARS-CoV-2 and the
COVID-19 Pandemic. Frontiers in Pharmacology. 2020 Jun
11: 937. Doi: 10.3389/fphar2020.00937
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. COVID-19 dalam
Angka; Kondisi 26 September 2020.
Khuroo, Mohammad S., Khuroo, Mohammad., Khuroo, Mehnaaz
S., Sofi, Ahmad A., Khuroo, Naira S. 2020. COVID-19
Vaccines: A Race Against Time in the Middle of Death and
Devastation. Journal of Clinical and Experimental
Hepatology. 2020. Doi: 10.1016/j.jceh.2020.06.003
Palca, Joe. 2020. AstraZenece Resumes Its COVID-19 Vaccine
Trials In The UK. 2020 Sept 12. Diakses pada:
https://www.npr.org/ sections/coronavirus-live-updates/
2020/09/12/ 912281381/astrazeneca-resumes-its-covid-
19-vaccine-trials-in-the-u-k

210
REMAJA SEHAT DAN BUGAR SELAMA MASA
NEW NORMAL PANDEMI COVID-19

Yuliyanik, Amd.Keb., S.KM., M.Biomed28


STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG

“Remaja harus tetap aktif agar tetap sehat, karena jika


hanya berdiam diri akan membuat remaja semakin
jenuh. Rasa bosan dan jenuh dapat berpengaruh pada
kondisi psikologi dan fisik remaja.”

Pandemi COVID-19 saat ini merambah di seluruh dunia, dan


menjadi tantangan bagi seluruh sistem kesehatan yang ada.
Seluruh lapisan masyarakat dan seluruh usia terdampak dalam
kondisi Pandemi Covid-19 ini. Dampak dari pandemi ini juga
dirasakan oleh para remaja yang kita tahu secara umum aktivitas
para remaja saat ini sangat aktif sekali. Kegiatan-kegiatan
tertentu yang biasa remaja lakukan bersama kelompok atau
komunitasnya menjadi terhambat bahkan tertunda. Beberapa
kegiatan mereka menjadi terhambat atau tertunda karena
adanya peraturan tentang protokol kesehatan yang harus
mereka patuhi terkait dengan kejadian pandemi Covid-19 ini,
diantaranya dilarang berkumpul dan bergerombol.

28Penulis lahir di Nganjuk, 24 Juli 1967, penulis merupakan Dosen Prodi


DIII Kebidanan dan S1 Ilmu Keperawatan STIKES Widyagama Husada Malang,
penulis menyelesaikan Program Pendidikan Bidan/P2B (1993), gelar Ahli Madya
Kebidanan diselesaikan di RSI Surabaya (2000), gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
diselesaikan di Universitas Airlangga Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat
(2004), dan gelar Magister Ilmu Biomedik diselesaikan di Universitas Brawijaya
Fakultas Kedokteran Ilmu Biomedik (2014).
Tempat-tempat kegiatan yang biasanya sebagai aktivitas
mereka, sekolah, kampus, tempat nongkrong dan tempat-tempat
lain yang biasa mereka datangi dan tempat berkumpul bersama
teman-temannya untuk sementara semuanya ditutup. Praktis
dengan penutupan tempat-tempat ini, para remaja lebih banyak
menghabiskan waktunya di rumah saja. Penutupan sementara
tempat-tempat ini bertujuan untuk mencegah dan memutus
mata rantai penularan COVID-19, serta disesuaikan dengan
kondisi jika aman, agar penularan COVID-19 tidak meluas.
Seluruh kegiatan yang secara langsung harus dibatasi melalui
penggunaan layanan alternatif seperti aplikasi ponsel, dan
platform-platform digital lainnya. Adaptasi-adaptasi yang
dilakukan disesuaikan tergantung pada kebutuhan serta
kapasitas setempat secara aman dan efektif. Adaptasi ini yang
harus remaja alami dan harus menyesuaikan dengan kondisi saat
ini. Remaja merupakan kelompok usia yang aktif dan respon
cepat terhadap semua situasi.
Remaja sebagai salah satu kelompok yang merasakan
dampak dari pandemi Covid-19 ini. Remaja yang biasanya sangat
aktif dan produktif, dengan tiba-tiba harus berdiam diri di
rumah. Wabah pandemi ini memang sangat berdampak pada
kehidupan sosial remaja. Belajar yang dilakukan dari rumah dan
dibatalkannya berbagai kegiatan, menjadikan remaja kehilangan
momen keseharian seperti mengobrol, bermain dengan teman
dan berinteraksi di kampus. Kebanyakan remaja menjadi cemas,
merasa terisolasi, dan kecewa karena wabah pandemi. Kegiatan
yang biasanya mereka lakukan bersama teman-temannya
menjadi terhenti sama sekali, karena peraturan dilarang
berkumpul dan bergerombol. Bagaimana remaja menyikapi hal
ini? Bagaimana seorang remaja bisa tetap sehat dan bugar
selama masa pandemi Covid-19? Bagaimana remaja menjaga
kesehatannya selama pandemi Covid-19?

212
Remaja adalah seseorang yang tumbuh ke arah kematangan,
baik secara fisik maupun psikologis (Sarwono, 2011). Mengalami
masa perkembangan transisi antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-
emosional (Santrock, 2012). Banyak remaja yang mengalami
kecemasan dengan adanya wabah pandemi ini. Kecemasan ini
merupakan respon normal dan sehat yang dapat membuat kita
lebih waspada terhadap ancaman, serta membantu kita dalam
mengambil tindakan untuk melindungi diri. Remaja harus tetap
sehat dan bugar dalam menghadapi kondisi pandemi. Ada
banyak hal efektif yang dapat kita lakukan untuk menjaga agar
diri kita dan orang lain tetap aman dan merasa lebih bisa
mengendalikan keadaan kita, yaitu patuh pada protokol
kesehatan dengan sering mencuci tangan, jangan menyentuh
wajah, dan melakukan social distancing atau pembatasan sosial.
Dimanapun dan kapanpun kita berada, jangan lupa tetap patuh
protokol kesehatan. Menurut UU Kesehatan No.23 tahun 1992,
sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan
ekonomis. World Health Organization (WHO) merumuskan
dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna
baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari
penyakit atau kelemahan/cacat”. Bugar merupakan kemampuan
individu untuk melakukan fungsinya secara efisien dan efektif,
serta mampu melakukan kegiatan darurat tanpa merasa lelah.
Semakin bugar kondisi jasmani seseorang, maka derajad
kesehatannyapun akan semakin meningkat.
Rasa jenuh yang dialami para remaja membuat mereka
“mager” alias malas gerak, istilah anak remaja sekarang. Mereka
malas karena terbatasnya kegiatan sosial mereka. Kondisi ini
tidak seharusnya menjadikan remaja putus asa sehingga tidak
mau lagi melakukan aktivitas apapun. Banyak hal yang dapat
dilakukan para remaja dalam kondisi pandemi Covid-19 ini.

213
Mereka masih bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat dan
positif selama di rumah, misalnya memperdalam hobby yang
selama ini belum tersalurkan. Remaja dapat berkarya sesuai
hobbynya, misalnya membuat kue, membuat kerajinan, melukis,
berolahraga atau kegiatan yang lainnya. Mau tidak mau, suka
tidak suka remaja harus bersahabat dengan kondisi yang terjadi
saat ini. Semakin kita mager maka akan semakin membuat jenuh
karena otak dan pikiran kita tidak kita buat menjadi aktif.
Remaja harus pandai-pandai mencari peluang di saat kondisi
seperti saat ini. Remaja yang masih kuliah, tetap belajarlah
dengan semangat walaupun kuliahnya online. Remaja yang
memiliki bisnis atau usaha, tetaplah berkarya, tetaplah
berinovasi untuk mengembangkan usahanya. Tidak ada alasan
untuk mager hanya karena kondisi pandemi Covid-19 ini. Kita
masih bisa beraktivitas di rumah, masih bisa berkarya dari
rumah dan tetap bisa produktif.
Situasi pandemi Covid-19 membuat semua aktivitas dan
kegiatan terhambat dan tertunda, sehingga kreativitas remaja
ikut tertunda dan terhenti. Kita tidak tahu sampai kapan
pandemi ini berakhir. Saat ini sedang diberlakukan New Normal,
yang artinya kita diharapkan dapat menyesuaikan dengan
lingkungan atau kebiasaan baru selama masa Pandemi Covid-19.
Selama masa New Normal ini diharapkan kita lebih menjaga
kebiasaan kita untuk hidup sehat dan mematuhi protokol
kesehatan dimanapun kita berada. Kita tidak boleh menyerah
dalam situasi pandemi ini. Remaja harus tetap aktif agar tetap
sehat, karena jika hanya berdiam diri akan membuat remaja
semakin jenuh. Rasa bosan dan jenuh dapat berpengaruh pada
kondisi psikologi dan fisik remaja. Kondisi fisik dan psikologi
yang terganggu dapat mengganggu imunitas. Imunitas yang
tinggi sangat diperlukan oleh remaja dan semua orang agar kita
dapat mencegah dari penularan virus Covid-19. Imunitas dapat
kita tingkatkan dengan berbagai cara, dengan berolah raga,

214
dengan melakukan hobby atau melakukan hal-hal yang kita
senangi. Imunitas yang tinggi sangat kita perlukan agar remaja
tetap dapat beraktivitas dan tetap sehat dalam kondisi pandemi
Covid-19 ini. Jika imunitas kita menurun, maka daya tahan tubuh
kita turun dan tubuh kita akan mudah terserang penyakit. Oleh
karena itu remaja harus pandai-pandai menjaga sehat dan
bugarnya selama masa pandemi Covid-19 ini. Jangan menyerah
dan teruslah berkarya, tetap patuh pada protokol kesehatan.
Protokol yang harus kita patuhi selama masa pandemi Covid-19
adalah meningkatkan nutrisi, istirahat yang cukup, berolah raga,
sering cuci tangan sabun, memakai masker dan hindari
berkerumun atau bergerombol. Dimanapun dan kapanpun ingat
selalu McD, masker cuci tangan dan distancing.

215
Daftar Pustaka
Sarwono,S. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Santrock, JW. 2012. Life-Span Development (Perkembangan Masa
Hidup Edisi 13 Jilid 1, Penerjemah Widyashinta, B). Jakarta.
Erlangga
UU Kesehatan RI No.23 Tahun 1992. Jakarta

216
ISOLASI YANG SOLUTIF (PERANAN
PENGAWAS DALAM MENGEMBANGKAN
KOMPETENSI GURU BINAAN PADA MASA
ADAPTASI KEBIASAAN BARU)

Nasikhin, M.Pd.I29
Pengawas PAI SMA Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Batang

“Kombinasi berbagai model pembelajaran dan model


supervisi harus dikembangkan sebaik mungkin demi
terwujudnya kegiatan belajar mengajar yang solutif
pada masa adaptasi kebiasaan baru ini.”

Pendidikan merupakan proses yang bertujuan/memilikI


arah yang ingin dicapai. Sebagaiman sudah dimaklumi bahwa
tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

29Penulis lahir di Batang, 09 September 1976, penulis merupakan


Pengawas PAI SMP/SMA Kantor Kementerian Agama Kabupaten Batang Jawa
Tengah. Penulis menyelesaikan gelar Sarjana Agama Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta (2000), sedangkan gelar Magister Pendidikan Islam
diselesaikan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya (2010),
Tahun 2001-2020 menjadi Guru PAI SMA Negeri 1 Bawang Kabupaten Batang. Selain
itu penulis termasuk penggiat olahraga khususnya sepak takraw di kabupaten Batang
termasuk sebagai panitia pelaksana POPDA tingkat kabupaten Batang dan pengurus
PSTI (Persatuan Sepak Takraw Indonesia) Kabupaten Batang. Pernah mendampingi
di berbagai event seperti POPDA tingkat Provinsi Jawa Tengah, Kejurprov, porprov
hingga kejurnas.
| Kerentanan Perokok Tembakau di Masa Covid-19

demokratis serta bertanggung jawab. (Wiyani dan Barnawi,


2012:25-26). Pendidikan agama adalah pendidikan yang
memberikan pengetahuan, ketrampilan dan sikap peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agama pada semua jalur, jenjang dan
jenis pendidikan. Pendidikan agama diberikan sebagai jawaban
langsung dari pernyataan yang tertuang dalam UU Sisdiknas,
bahwa pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. (Rosyada, 2005:12).
Upaya mencapai tujuan pendidikan agama dengan sasaran
peserta didik menjadi manusia berkualitas, bermutu, dan
berakhlakul karimah, dibutuhkan peran pendidik yang memiliki
dan mampu mengembangkan kompetensi pendidik. Namun,
fakta yang ada di lapangan menunjukkan bahwa sebagian guru
belum memiliki dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki
secara maksimal. Pada saat supervisi ke sekolah masih dijumpai
guru yang belum mempersiapkan kegiatan belajar mengajar
dengan baik. Guru belum membuat perencanaan proses
pembelajaran (perangkat pembelajaran yang meliputi silabus,
RPP, prota, promes, KKM dan lain-lain) dengan berbagai alasan
seperti laptop rusak dan file belum dipindah. Guru belum
melaksanakan kegiatan pembelajaran secara utuh dengan alasan
tidak ada jaringan internet atau siswa yang tidak memiliki HP
dan lain-lain. Guru kurang memperhatikan nasibnya sendiri dan
terlambat dalam merespon informasi terbaru seperti himbauan
untuk mengisi aplikasi SIAGA (Sistem Informasi dan
Administrasi Guru Agama), pembuatan KTA AGPAII digital
dengan berbagai fasilitasnya. Guru belum melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan prisip sekolah ramah anak (SRA).
Guru kurang peduli terhadap protokol kesehatan seperti pakai
masker, cuci tangan, cek suhu tubuh dan lain-lain. Guru mulai

218
Rizki Nisfi Ramdhini, M. Si. |

bosan dengan kondisi yang ada (ada keinginan belajar dengan


tatp muka tetapi belum diperbolehkan). Guru diisolasi oleh
masyarakat karena ada keluarga yang terpapar covid 19 dan
lain-lain.
Kondisi ini bertolak belakang dengan peran guru yang
semestinya menjadi motor penggerak dalam masyarakat,
sehingga guru harus menjalankan tugasnya sesuai dengan
kaidah yang ada, mengembangkan kompetensi yang dimiliki
peserta didik, meningkatkan kompetensi pendidik,
memaksimalkan tri pusat pendidikan, dan khusus di Jawa
Tengah mestinya ikut berpartisipasi dalam mewujudkan Jateng
Gayeng dan Kemenag Majeng (Moderat, akuntabel, Jernih dan
Ngayomi). Tugas guru tidak hanya mengajar untuk
menyampaikan atau mentransformasikan pengetahuan kepada
anak sekolah, tetapi juga mengemban tugas untuk
mengembangkan kepribadian anak didiknya secara terpadu baik
sikap mental, pengetahuan serta ketrampilan untuk menghadapi
kehidupan yang sesungguhnya. Kompetensi yang dimiliki oleh
guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan komptensi profesional.
Kompetensi pedagogik guru adalah kemampuan yang harus
dimiliki oleh guru profesional dalam mengelola pembelajaran
baik dalam hal mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, mengevaluasi, mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Kompetensi
pedagogik meliputi kompetensi dalam menyusun rencana
pembelajaran, kompetensi dalam melaksanakan proses belajar
mengajar dan kompetensi dalam melaksanakan penilaian
pembelajaran. (E. Mulyasa, 2007:43) Kompetensi kepribadian
guru adalah kemampuan guru untuk menjadi pribadi yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak
mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat,
mengevaluasi kinerja sendiri serta mengembangkan diri secara

219
| Kerentanan Perokok Tembakau di Masa Covid-19

berkelanjutan. (E. Mulyasa, 2007:117). Kompetensi sosial adalah


kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, orang tua peserta didik dan
masyarakat sekitar. Sedangkan kompetensi profesional adalah
kompetensi penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaunginya.
(E. Mulyasa, 2007:177).
Upaya pengembangan kompetensi guru merupakan
aktivitas memelihara dan meningkatkan kompetensi guru guna
mencapai efektivitas lembaga pendidikan. Upaya ini
berkesinambungan dalam upaya meningkatkan mutu sumber
daya manusia dalam arti seluas-luasnya melalui pendidikan,
pelatihan dan pembinaan. Bentuk pengembangan terdiri dari
pengembangan informal dan formal. Pengembangan secara
informal yaitu guru atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan
mengembangkan diri dengan mempelajari buku. Pengembangan
secara informal menunjukkan bahwa guru berkeinginan keras
untuk maju dengan cara meningkatkan kemampuan kerja.
Sedangkan pengembangan formal guru ditugaskan mengikuti
pendidikan dan pelatihan atau workshop. (Hasibuan, 2008:72)
Pengawas sekolah mempunyai peranan yang signifikan
dalam upaya meningkatkan kompetensi guru binaannya dengan
berbagai variasi kegiatan supervisi dan pembinaan baik secara
individu maupun kelompok. Sebagai supervisor dan motivator,
seorang pengawas hendaknya berusaha mengurangi model
supervisi konvensional (tradisional) dan lebih dominan
menerapkan model supervisi artistik. Pada model supervisi
konvensional seorang pengawas akan mendapatkan
kecenderungan sikap acuh tak acuh dan menentang dari guru.
Hal ini bisa dipahami karena dalam model ini seorang
pengAWAS cenderung bersikap otokrat dan korektif, mencari-
cari kesalahan orang lain dan suka memata-matai

220
Rizki Nisfi Ramdhini, M. Si. |

(snoopervision). Hal ini berbeda dengan pengawas yang


menerapkan model supervisi artistik. Model supervisi artistik
adalah suatu model pengawasan yang menyadarkan pada
kepekaan, persepsi dan pengetahuan supervisor sebagai sarana
untuk mengapresiasi kejadian-kejadian pengajaran yang bersifat
subtetlies (halus, lembut) dan sangat bermakna di dalam kelas.
Pengajaran di dalam kelas dilihat secara ekspresif, puitis, bahkan
menggunakan bahasa simbol dan kiasan. Seorang supervisor
seakan-akan berperan sebagai guru musik atau pelatih olahraga
yang secara detail mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
masing-masing guru binaannya. Observasi dan supervisi betul-
betul dilakukan secara obyektif dan menyeluruh. (Umar Sidiq,
2020: Menjadi Supervisor Professional: 45-52).
Seorang supervisor memerlukan perhatian agar lebih
banyak mendengarkan daripada berbicara. Seorang supervisor
haruslah dapat memahami pengajaran sesuai dengan
konteksnya, mencoba menangkap makna yang dikandung dalam
pengajaran, tidak hanya sekedar menangkap makna lahiriyahnya
saja tetapi juga menangkap jiwa pengajarannya. Pengajaran yang
tampak dijadikan sebagai dasar dan pijakan untuk melacak jiwa
pengajaran untuk selanjutnya memberikan interpretasi dan
penafsiran hasil pengamatan secara formal. Interpretasi
diberikan dalam bentuk narasi yang mampu memberikan
gambaran secara utuh proses pengajaran dengan segala
kelebihan dan kekurangannya. Saran dan kritik bukan untuk
ditolak atau diterima akan tetapi sesuatu yang nyata untuk
didiskusikan bersama antara guru binaan dan pengawas demi
perbaikan proses pendidikan pada masa yang akan datang. Hal
ini menjadi bukti bahwa guru dan supervisor mampu merefleksi
setiap kegiatan yang dilakukan untuk mencapai target, visi dan
misi pendidikan dan peningkatan proses pengajaran.

221
| Kerentanan Perokok Tembakau di Masa Covid-19

Pada masa AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru) ini komunikasi


yang intensif dan bermakna antara guru dan pengawas secara
sangat dibutuhkan, baik komunikasi secara langsung maupun
lewat sosial media dengan berbagi kelebihan dan kekurangnnya.
Kompetensi sosial guru dan pengawas sangat berperan pada
kegiatan ini di samping kemampuan leadership sebagai
pendukungnya. Kemampuan mengambil hikmah dari setiap
peristiwa sangat dibutuhkan dalam upaya memaknai hidup
sehingga kompetensi sosial yang di dalamnya peranan guru
sebagai tauladan dalam masayarakat betul-betul terwujud.
Guru dan pengawas hendaknya mampu menciptakan SRA
(Sekolah Ramah Anak). Kegiatan belajar mengajar pada masa
adaptasi kebiasaan baru membutuhkan kecerdasan intelektual,
sosial dan spiritual dari guru, pengawas, peserta didik, orang tua
siswa dalam memilih serta menerapkan model pembelajaran
yang sesuai. Hendaknya proses pembelajaran yang dipilih sudah
berdasarkan analisa kebutuhan dan kesepakatan bersama. Guru
tidak serta merta memberikan tugas kepada siswa yang
terkadang justru memberatkan beban siswa dan orang tua siswa.
Model pembelajaran JARUNJUNG (jalur guru berkunjung/ home
visit) menjadi salah satu alternatif proses pembelajaran masa
adaptasi kebiasaan baru di daerah pinggiran yang biasanya
mengalami kesulitan dalam pembelajaran model DARING karena
keterbatasan sarana prasarana yang dimiliki siswa termasuk
kesulitan dalam akses jaringan internet.
Model pembelajaran JARUNJUNG menjadi salah satu solusi
dengan kelebihan antara lain: interakasi antara guru, siswa dan
orang tua siswa lebih intensif. Hal ini bisa dijadikan media
penyampaian protokol kesehatan pada masa adaptasi kebiasaan
baru dengan praktek secara langsung. Bagaimana cara mencuci
tangan yang benar, memakai masker yang sesuai standar,
penggunaan media informatika yang benar, mengurangi
kebiasaan berkerumun dan sebagainya. Di samping tentunya

222
Rizki Nisfi Ramdhini, M. Si. |

guru akan mendapatkan informasi yang sesungguhnya dan


seobyektif mungkin tentang kondisi ekonomi orang tua siswa
sehingga di masa yang akan datang dapat mengurangi bantuan
yang salah sasaran. Tentunya kombinasi berbagai model
pembelajaran dan model supervisi harus dikembangkan sebaik
mungkin demi terwujudnya kegiatan belajar mengajar yang
solutif pada masa adaptasi kebiasaan baru ini dengan selalu
berdoa semoga kondisi kembali normal seperti dahulu lagi.
Isolasi yang solutif. Amin

223
| Kerentanan Perokok Tembakau di Masa Covid-19

Daftar Pustaka
E. Mulyasa, 2007, Standar kompetensi dan Sertifikasi Guru,
Bandung: Remaja Rosdakarta.
Hasibuan, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:
Bumi Aksara.
Rosyada Dede, 2005, Pendidikan Keagamaan dalam Sistem
Pendidikan Nasional, Badan Litbang Departemen Agama:
Jakarta
Sidiq, Umar, 2020, Menjadi Supervisor Profesional, Ponorogo: CV
senyum Indonesia.
Wiyani Novan Ardy dan Barnawi, 2012, Ilmu Pendidikan Islam,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

224

Anda mungkin juga menyukai