Disusun Oleh:
Aliya Destiana
NPM 1911090007
1
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dewasa ini Dunia telah memasuki abad ke-21. Di zaman yang serba modern ini
tidak ada yang membantah jika teknologi telah menguasai berbagai aspek kehidupan,
tidak terkecuali pendidikan. Pendidikan memasuki mode yang dapat disampaikan
secara digital dengan kecanggihan tertinggi1 dan efektivitas interaksi aktif peserta
didik2. Banyak buku-buku fisik yang kini tergantikan dengan buku digital atau e-book,
pembelajaran di kelas pun tidak jarang tergantikan oleh PJJ atau pembelajaran jarak
jauh dengan mengandalkan platform-platform digital untuk melaksanakan tatap maya
atau virtual meeting. Dewasa ini, banyak platform edukasi digital yang tersedia di
Internet dan bahkan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter, Telegram, Line
dan Youtube pun bisa dijadikan platform edukasi yang menarik. Sangat disayangkan
jika para pelajar dan bahkan mahasiswa tidak bisa memanfaatkan previlege yang
terbuka dengan sangat leluasa di Internet maupun sosial media untuk penunjang
pembelajaran di sekolah maupun universitasnya.
Teknologi lain yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran selain e-book, virtual
meeting,internet dan social media adalah tontonan televisi, tontonan film-film bioskop
serta tontonan film pada platform digital yang bisa diakses melalui gadget, laptop
maupun komputer. Film yang baik adalah film yang mengandung pesan moral dan
banyak pelajaran. Sedangkan penonton yang baik adalah penonton yang bisa
mengambil pelajaran dari tontonan itu sendiri. Oleh karena itu, menjadi hal yang
menarik jika tontonan film turut dijadikan media pembelajaran.
Sejauh ini sudah ada beberapa peneliti yang menggunakan tontonan film sebagai
media pembelajaran dan meneliti pengaruhnya. Contohnya (Nanda Putri, 2020) pada
jurnalnya meneliti tentang pengaruh film Rudy Habibie terhadap nasionalisme siswa3,
(Teguh Priyo, 2019) meneliti tentang sejauh mana pengaruh menonton film 5CM
1
Murphy, M.P.A. “COVID-19 and emergency eLearning: consequences of the securitization of higher
education for post-pandemic pedagogy”, Contemporary Security Policy, Vol. 41 No. 3 (2020), hal. 492-505.
2
Deepika Swain et al., “Motivation to learn, mobile learning and online learning climate: moderating role
of learner interaction”, Vol. 11 No. 08 (2021), hal. 1–19.
3
Nanda Putri et al., “Pengaruh Film Rudy Habibie Terhadap Nasionalisme Siswa”, Vol. 3 No. 2 (2020),
hal. 61–71.
4
terhadap tingkat keakraban dan nasionalisme mahasiswa4, (Ulfah Sari, 2017) meneliti
tentang pengaruh negatif menonton film kartun Spongebob Squarepants terhadap
prestasi belajar Bahasa Indonesia5, (Sukadir Kete, 2021) meneliti tentang pengaruh
kebiasaan menonton film dan kemampuan berpikir kreatif terhadap penguasaan gaya
bahasa cerpen siswa6, (Ni Made, 2016) meneliti tentang pengaruh film dua garis biru
terhadap perkawinan usia dini7, (Devi Rusli, 2021) meneliti tentang pengaruh menonton
Youtube terhadap pemikiran balita8, (Jimmy Willy, 2016) meneliti tentang pengaruh
menonton film battle of surabaya terhadap peningkatan pengetahuan grafis siswa9, Dan
masih banyak lagi.
Dari banyak penelitian yang peneliti temukan, belum ada satu peneliti pun yang
meneliti tentang pengaruh menonton film terhadap pemahaman dan motivasi siswa
terhadap pelajaran fisika. Padahal pelajaran fisika tergolong salah satu mata pelajaran
yang susah dan jarang diminati, alangkah baiknya jika tontonan film bisa dijadikan
sebagai media pembelajaran yang menarik untuk para pelajar. Dari sini peneliti
mencari-cari film apa yang di dalamnya mengandung nilai-nilai fisika dan tanpa
mengabaikan pesan moralnya. Tetapi peneliti sulit menemukan film produksi Indonesia
yang mengandung nilai-nilai fisika, maka dari itu peneliti menetapkan untuk memakai
film hollywood dalam penelitian ini, yaitu film fiksi ilmiah yang disutradai oleh
Christopher Nolan dengan judul filmnya yaitu Interstellar.
Film yang berhasil meraih penghargaan Academy award untuk efek visual terbaik
ini merupakan film yang digarap dari rujukan buku The Science of Interstellar yang
ditulis oleh Kip Thorne dengan menggandeng beberapa fisikawan seperti Stephen
Hawking, Richard H. Price, Douglas A. MacDonald, Alan Lightman, Timothy Ferris,
Carles W. Misner, John Archibald Wheeler, B. Kent Harrison, Masami Wakano dan
4
Teguh Priyo, “Pengaruh menonton film 5CM dan tingkat keakraban terhadap sikap nasionalisme
mahasiswa Universitas Bunda Mulia”, Vol. 1 No. 1 (2019), hal. 1-28,.
5
Ulfah Sari Rezeki, “Pengaruh Menonton Film Kartun Spongebob Squarepant di Televisi terhadap
Prestasi Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri 067952 Medan Johor”, Vol. 01 No. 01 (2017), hal.
56–70.
6
Sukadir Kete et al., “The effect of movie-watching habits and creative thinking abilities on students’
mastery of the short story language style”, Vol. 11 No. 1 (2021), hal. 82–91.
7
Ni Made et al., “Pengaruh Terpaan Film Dua Garis Biru Terhadap Remaja Tentang Perkawinan Usia
Dini”, Vol. 1 No. 2 (2016), hal. 1–11.
8
Devi Rusli et al., “Pengaruh Intensitas Menonton Film Di Youtube Terhadap Theory-Of-Mind Anak
Usia 4-5 Tahun”, Vol. 4 No. 2 (2021), hal. 143–150.
9
Jimmy Willy Vigianto, 2016 “Pengaruh Menonton Film Battle of Surabaya Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Grafis Siswa SMKN 12 Surabaya”, (Skripsi, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Surabaya, 2016).
5
John Archibald Wheeler. Buku The Sciene of Interstellar yang rilis di New York,
London inilah yang melatarbelakangi tercetusnya film Interstellar.
Dari latar belakang film, kualitas film, pesan moral serta nilai-nilai fisika yang
tersaji di dalam film, faktor-faktor itulah yang mendasari peneliti untuk menetapkan
film Interstellar sebagai bahan penelitian untuk meneliti ada atau tidaknya pengaruh
menonton film Interstellar terhadap pemahaman dan motivasi belajar siswa terhadap
materi dilatasi waktu. Adanya penelitian ini diharapkan para siswa dapat termotivasi
untuk belajar materi dilatasi waktu, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami
materi yang disampaikan oleh guru dengan baik.
6
1.5 TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh menonton film Interstellar terhadap
motivasi belajar siswa pada materi dilatasi waktu.
2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh menonton film Interstellar terhadap
pemahaman siswa pada materi dilatasi waktu.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
“Interstellar”. British Board of Film Classification. October 20, 2014. Archived from the original on
October 20, 2014. Retrieved October 20, 2014.
11
"The Nobel Prize in Physics 2017". NobelPrize.org. Retrieved September 6, 2020.
12
“Interstellar European Premiere-in pictures”. The Guardian. Archived from the original on March
10, 2017. Retrieved February 5, 2018.
8
Terbaik, Pencampuran Suara Terbaik, Penyuntingan Suara Terbaik, dan Desain
Produksi Terbaik13.
The Science of Interstellar adalah buku non-fiksi yang ditulis oleh fisikawan
teoretis Amerika dan peraih Nobel yaitu Kip Thorne dan dilengkapi dengan kata
pengantar oleh Christopher Nolan. Buku ini diterbitkan pada 7 November 2014 oleh W.
W. Norton & Company14. Ini adalah buku keduanya untuk non-ilmuwan Black Holes
dan Time Warps, dirilis pada 1994. The Science of Interstellar adalah buku yang
melatarbelakangi film Interstellar yang dibintangi oleh Matthew McConaughey, Anne
Hathaway, dan Jessica Chastain15.
Interstellar, adalah film yang digarap oleh pembuat film terkenal yaitu
Christopher Nolan, film Interstellar membawa kita ke dalam perjalanan fantastis jauh
melampaui tata surya kita. Dalam buku The Science of Interstellar, Kip Thorne,
fisikawan pemenang hadiah Nobel yang membantu Nolan dalam aspek ilmiah
Interstellar, menunjukkan kepada kita bahwa peristiwa menakjubkan dalam film dan
visual menakjubkan yang belum pernah dicoba sebelumnya didasarkan pada sains
nyata. Thorne berbagi pengalamannya bekerja sebagai penasihat sains di film tersebut
dan kemudian beralih ke sains itu sendiri. Buku The Science of Interstellar membahas
tentang lubang cacing (wormhole), lubang hitam (black holes), perjalanan antar planet
(dilatasi waktu ) dan masih banyak lagi16.
13
“Interstellar (film). Wikipedia.org. Retrieved Desember 5, 2021.
14
“The Science of Interstellar by Kip S. Thorne, Christopher J. Nolan (Foreword)". goodreads.com.
Retrieved 2015-02-21.
15
“The Science of Interstellar”. Wikipedia.org. Retrieved Desember 5, 2021.
16
“Our universe would be destroyed": Inside the science of "Interstellar”. salon.com. November 29,
2014. Retrieved 2015-02-22.
9
keruntuhan gravitasi bersama dengan B. Kent Harrison, Masami Wakano, dan John
Archibald Wheeler17.
17
Thorne, Kip S. (2014). The Science of Interstellar. New York, London: W. W. Norton & Company.
10
Cooper (pengamat bergerak di dalam roket)
Sumber gambar: Pixabay
Ilustrasi: Peneliti
Peristiwa umur Murphy dan Cooper pada Film Intestellar dijelaskan dengan teori
Relativitas Khusus Einstein: Dilatasi Waktu. Yang mana, saat Murphy sebagai pengamat yang
diam di Bumi melihat Cooper yang bergerak di dalam roket, pergi dengan waktu yang sangat
lama (∆𝑡′), sedangkan Cooper sebagai pengamat yang bergerak di dalam roket, merasakan
waktu yang begitu cepat (∆𝑡). Inilah yang disebut dengan teori Relativitas Waktu atau Dilatasi
Waktu. Pada Film Interstellar, sebelum Cooper meninggalkan Bumi, Cooper memberikan arloji
kepada Murphy, supaya Murphy dapat mempelajari dan mengamati perbedaan waktu di Bumi
dan di luar angkasa. Diasumsikan bahwa jam tersebut bisa memantul ke atas dan ke bawah,
sehingga mempunyai pantulan dua kali (2d). Jam milik Murphy hanya dapat bergerak vertikal,
karena Murphy diam di Bumi. Sedangkan jam milik Cooper dapat bergerak zig-zag mengikuti
arah Cooper bergerak terhadap roket. Dengan begitu waktu yang dimiliki Cooper dan Murphy
tidak lagi sama. Peristiwa berikut dapat diilustrasikan sebagai berikut:
s’
∆𝑡 ′ = 0 d Gambar disederhanakan: d
s
Sehingga:
11
𝑠′ 1
𝑐=1 𝑠 ′ = ∆𝑡’c
∆𝑡 ′ 2
2
𝑠 1
𝑣=1 𝑠 = 𝑣∆𝑡’
2
∆𝑡 ′ 2
Dengan begitu, waktu yang dimiliki Murphy (∆𝑡′) atau selang waktu yang diamati oleh Cooper
yang bergerak terhadap Murphy yang diam di Bumi bisa dicari menggunakan rumus
phytagoras, berdasarkan ilustrasi diatas yaitu:
𝑠′2 = 𝑠 2 + 𝑑 2
1 2 1 2
(2 𝑐∆𝑡′) = (2 𝑣∆𝑡′) + 𝑑 2
1 2 1 2
(2 𝑐∆𝑡′) − (2 𝑣∆𝑡 ′ ) = 𝑑2
(𝑐∆𝑡′)2 − (𝑣∆𝑡 ′ )2 = 22 𝑑 2
(∆𝑡 ′ )2 (𝑐 2 − 𝑣 2 ) = 22 𝑑 2
2 22 𝑑 2
∆𝑡 ′ =
𝑐 2 −𝑣 2
2𝑑
∆𝑡 ′ =
√𝑐 2 −𝑣 2
2𝑑
∆𝑡 ′ =
𝑣2
√𝑐 2 (1− 2 )
𝑐
2𝑑 1
∆𝑡 ′ = 2
𝑐
√1−𝑣2
𝑐
1
∆𝑡 ′ = ∆𝑡 2
(dilatasi waktu)
√1−𝑣2
𝑐
∆𝑡 ′ = 𝛾∆𝑡
1
Yang mana 𝛾 = 2
√1−𝑣2
𝑐
∆𝑡 ′ = 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑛𝑔 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟 𝑜𝑙𝑒ℎ 𝐶𝑜𝑜𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑀𝑢𝑟𝑝ℎ𝑦 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚 𝑑𝑖 𝐵𝑢𝑚𝑖.
Dengan persamaan yang telah didapatkan di atas, maka bisa menentukan berapa selisih antara
waktu Murphy yang diam di Bumi dan Cooper yang bergerak dengan kecepatan mendekati
12
kecepatan cahaya. Misalnya Cooper bergerak dengan kecepatan 2,99999 x 108 m/s dengan
selang waktu 1 jam, maka berapakah waktu Murphy yang berlangsung di Bumi?
Maka diketahui:
∆𝑡 = 1 𝑗𝑎𝑚 = 3600 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑐 = 3𝑥108 𝑚/𝑠
𝑣 = 2,99999 𝑥 108 𝑚/𝑠
Sehingga:
1
∆𝑡 ′ = ∆𝑡 2
√1−𝑣2
𝑐
1
∆𝑡 ′ = 3600 𝑠
8 𝑚/𝑠) 2
√1−(2,99999 𝑥 10
8 (3𝑥10 𝑚/𝑠)2
3600 𝑠
∆𝑡 ′ =
8 𝑚/𝑠) 2
√1−(2,99999 𝑥 10
(3𝑥10 𝑚/𝑠)2
8
3600 𝑠
∆𝑡 ′ = 16
√1−8,99994 𝑥16
10
9 𝑥 10
3600 𝑠
∆𝑡 ′ =
√1−0,99999333333
3600 𝑠
∆𝑡 ′ =
√0,0000066667
3600 𝑠
∆𝑡 ′ = 0,00258199535
Dengan perhitungan ini menunjukkan bahwa, jika Cooper pergi dengan kecepatan 2,99999 x
108 m/s (mendekati kecepatan cahaya) dengan selang waktu 1 jam (∆𝑡) di luar angkasa, maka
waktu yang berlangsung di Bumi (∆𝑡 ′ ) sudah mencapai 16 hari. Artinya 1 jam di luar angkasa
sama dengan 16 hari di Bumi.
Lalu bagaimana dengan pernyataan Cooper yang mengatakan kalau 1 jam di Planet Miller akan
sama dengan 7 tahun di Bumi. Mengapa bisa begitu? Tentu hal ini dikarenakan dilatasi waktu.
1 jam yang dirasakan Cooper di Planet Miller terjadi dikarenakan roket Cooper bergerak
dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya. Maka pertanyaannya adalah berapakah
kecepatan roket Cooper?
13
Diketahui:
∆𝑡 = 1 𝑗𝑎𝑚 = 3600 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
∆𝑡 ′ = 7 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 2.555 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 61.320 𝑗𝑎𝑚 = 220.752.000 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛 ≈ 221.000.000 𝑠𝑒𝑘𝑜𝑛
𝑐 = 3𝑥108 𝑚/𝑠
Maka:
1
∆𝑡 ′ = ∆𝑡 2
√1−𝑣2
𝑐
1
221 𝑥 106 𝑠 = 3600 𝑠 𝑣2
√1−
(3𝑥108 𝑚/𝑠)2
3600 𝑠
221 𝑥 106 𝑠 = 𝑣2
√1−
(3𝑥108 𝑚/𝑠)2
𝑣2
(221 𝑥 106 𝑠)√1 − (3𝑥108 𝑚/𝑠)2 = 3600 𝑠
3,6 𝑥 103 𝑠 𝑣2
= √1 − (3𝑥108𝑚/𝑠)2
221 𝑥 106 𝑠
𝑣2
0,0163 x 10-3 = √1 − (3𝑥108 𝑚/𝑠)2
2
-3 2 𝑣2
(0,0163 x 10 ) = (√1 − (3𝑥108 𝑚/𝑠)2
)
𝑣2
0,00026569 = 1 − 9 𝑥 1016 𝑚2 /𝑠2
𝑣2
0,00026569 + 9 𝑥 1016 𝑚2 /𝑠2 = 1
𝑣2
= 1 − 0,00026569
9 𝑥 1016 𝑚2 /𝑠2
𝑣2
= 0,99973431
9 𝑥 1016 𝑚2 /𝑠2
𝑣 2 = (9 𝑥 1016 𝑚2 /𝑠 2 )(0,99973431)
𝑣 2 = (8,99760879𝑥 1016 𝑚2 /𝑠 2 )
𝑣 = √8,99760879 𝑥 1016 𝑚2 /𝑠 2
𝑣 = 2,99960143852 𝑥 108 𝑚/𝑠
Inilah besarnya kecepatan roket Cooper, yaitu 2,99960143852 𝑥 108 𝑚/𝑠 yang menunjukkan
mendekati kecepatan cahaya yaitu 3 𝑥 108 𝑚/𝑠.
14
Keterangan:
c = kecepatan cahaya (3x108 m/s)
∆𝑡 = waktu yang dimiliki oleh cooper atau waktu yang diamati oleh Murphy
∆𝑡′ = waktu yang dimiliki murphy atau waktu yang diamati oleh Cooper
v = kecepatan roket Cooper
d = jarak pantulan
s dan s’ hanya pemisalan
Dengan mendapatkan besaran ini, maka Film Interstellar akan peneliti jadikan bahan ajar untuk
materi Relativitas Khusus: Dilatasi Waktu. Dengan begini, para peserta didik tidak lagi belajar
dengan cara yang monoton dan terkesan membosankan.
18
Linda S. Lumsden , 1994 (dalam Betty,2020). Betty Panjaitan, “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
dan Pemahaman Matematika Siswa pada Materi Statistika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Assisted Individualization (TAI) Kelas XII IPS 1 Semester Ganjil SMA Negeri 5 Kota Jambi Tahun Pelajaran
2019/2020”, Vol. 10 No. 1 (2020), hal. 52.
19
Sardiman. (2001). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
15
motivasi belajar adalah kesanggupan untuk melakukan kegiatan belajar karena didorong oleh
keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun dari luar20.
Guru perlu mengenal siswa mereka dan mendasarkan tugas pada kesukaan dan
pengetahuan mereka sebelumnya. Oleh karena itu, sangat penting untuk memberikan survei
minat di awal kursus untuk mempelajari pengalaman, hobi, dan pengalaman siswa
sebelumnya21. Pembelajaran yang menyenangkan atau joyful learning ialah suatu pengalaman
belajar yang dapat membuat siswa merasa senang selama proses pembelajaran22. Untuk
menangkap dan mempertahankan minat, guru juga dapat menggunakan berbagai aktivitas23
contohnya menonton film, sehingga para siswa dapat memiliki rasa antusias. Di mana rasa
antusias menjadi salah satu indikator yang dapat memotivasi siswa dalam belajar24. Motivasi
memberikan dorongan untuk tindakan yang bertujuan dengan arah yang diinginkan baik fisik
maupun mental, sehingga aktivitas menjadi bagian yang sangat penting dalam motivasi25.
Membangkitkan emosi positif seperti kenikmatan (enjoyment), kebanggaan (pride), dan
harapan (hope)26 juga dapat meningkatkan motivasi belajar. Termasuk juga fakta atau cerita
yang dapat mengejutkan siswa27.
Faktor yang menyebabkan kurang optimalnya motivasi dan pemahaman siswa yaitu selain
karena kemampuan siswa itu sendiri tetapi juga kemampuan guru dalam memilih model
pembelajaran. Pembelajaran konvensional yang sering diterapkan menyebabkan timbulnya
berbagai masalah dalam pendidikan, salah satunya adalah rendahnya pemahaman siswa dalam
menguasai materi28. Ada hubungan linear antara motivasi belajar terhadap pemahaman konsep,
di mana jika motivasi belajar siswa semakin baik maka pemahaman konsep siswa akan menjadi
20
Betty Panjaitan, “Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman Matematika Siswa pada
Materi Statistika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI) Kelas XII
IPS 1 Semester Ganjil SMA Negeri 5 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2019/2020”, Vol. 10 No. 1 (2020), hal. 52.
21
Peter Reilly, “The development of student motivation to learn english at a university in Mexico”, Vol.
13 No. 3 (2020), hal. 401–416.
22
Lusi Maria Handayani dan Elok Sudibyo, “Keefektifan Media Permainan Science Dart Dalam
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Motivasi Belajar Siswa Pada Materi Tekanan Zat Untuk Siswa SMP”,
Vol. 5 No. 2 (2017), hal. 120–125.
23
Bolkan, S. & Griffin, D. J. “Catch and hold: instructional interventions and their differential impact on
student interest, attention, and autonomous motivation”. Communication Education, Vol. 67 No. 3 (2018), hal.
269-286.
24
Yani Fitriyani et al., “Motivasi Belajar Mahasiswa Pada Pembelajaran Daring Selama Pandemik Covid-
19”, Vol. 6 No. 2 (2021), hal. 165–175.
25
Lee, J., & Martin, L. “Investigating Students’ Perceptions of Motivating Factors of Online Class
Discussions”. International Review of Research in Open and Distance Learning, Vol. 18 No. (5) (2017), hal 148–
172.
26
Sánchez-Rosas, J. & Esquivel, S. (2016). Instructional Teaching Quality, Task Value, Self-Efficacy,
and Boredom: A Model of Attention in Class. Revista de Psicología, 25 (2), 1-20.
27
Peter Reilly, Loc.Cit.
28
Betty Panjaitan, Loc.Cit.
16
semakin baik juga29 dan motivasi juga berkaitan dengan kesuksesan siswa di sekolah30. Pola
pikir dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa31, banyak siswa yang kurang termotivasi
belajar sains dikarenakan tidak tertarik dengan sains32, karenanya peneliti menggunakan media
film untuk dijadikan bahan ajar menarik yang dapat memberikan rasa santai (enjoyment)
sehingga para siswa tidak terlalu pusing tentang rumus-rumus relativitas waktu dan juga dapat
menghadirkan rasa bangga (pride) terhadap tokoh-tokoh yang terlibat dalam pembuatan film
Interstellar dan serta latar belakang dari rilisnya Film tersebut. Para siswa juga dapat menyadari
bahwa konsep Relativitas Waktu tidak begitu rumit seperti pada teori, sehingga dengan begitu
para siswa dapat lebih memahami konsep Relativitas Waktu dengan baik.
29
Mutoharo, Siti Z. R., Sudibyo, E., dan Mitarlis. 2015. "Hubungan Motivasi Belajar Terhadap
Pemahaman Konsep IPA Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya." E-Journal Pensa Vol. 3 (02): hal 1-
8.
30
Jean Louis Berger, “Motivation to learn, motivational self-regulation, and procrastination during
adolescence”, Vol. 210 No. 1 (2021), hal. 19–36.
31
Antje von Suchodoletz et al., “Can mindsets influence college students’ motivation to learn? Findings
from the United States and the United Arab Emirates”, Vol. 79 No. 4 (2020), hal. 731–748.
32
Fazilah Razali et al., “Motivation to learn science as a mediator between attitude towards STEM and
the development of stem career aspiration among secondary school students”, Vol. 8 No. 1 A (2020), hal. 138–
146
33
Katarzyna Lisiecka, “Rebours chord. On music and ‘spiritual intelligence’ in Christopher Nolan’s
movie Interstellar”, Vol. 28 No. 37 (2020), hal. 177–205.
17
cahaya) melalui ruang-waktu melengkung dari sebuah pemintalan (Kerr) lubang
hitam, dan untuk membuat kualitas IMAX, gambar yang berubah dengan cepat34.
1. Nanda Putri, 2020 meneliti tentang pengaruh film Rudy Habibie terhadap
nasionalisme siswa35.
2. Teguh Priyo, 2019 meneliti tentang sejauh mana pengaruh menonton film 5CM
terhadap tingkat keakraban dan nasionalisme mahasiswa36.
3. Ulfah Sari, 2017 meneliti tentang pengaruh negatif menonton film kartun
Spongebob Squarepants terhadap prestasi belajar Bahasa Indonesia37.
4. Sukadir Kete, 2021 meneliti tentang pengaruh kebiasaan menonton film dan
kemampuan berpikir kreatif terhadap penguasaan gaya bahasa cerpen siswa38.
5. Ni Made, 2016 meneliti tentang pengaruh film dua garis biru terhadap perkawinan
usia dini39.
6. Devi Rusli, 2021 meneliti tentang pengaruh menonton Youtube terhadap pemikiran
balita40.
7. Jimmy Willy, 2016 meneliti tentang pengaruh menonton film battle of surabaya
terhadap peningkatan pengetahuan grafis siswa41.
8. Dan masih banyak lagi.
34
Oliver James et al., “Gravitational lensing by spinning black holes in astrophysics, and in the movie
Interstellar”, Vol. 32 No. 6 (2015), hal.1-41.
35
Nanda Putri et al, Loc.Cit.
36
Teguh Priyo, Loc.Cit.
37
Ulfah Sari Rezeki, Loc.Cit.
38
Sukadir Kete et al, Loc.Cit.
39
Ni Made et al, Loc.Cit.
40
Devi Rusli et al, Loc.Cit.
41
Jimmy Willy Vigianto, Loc.Cit.
18
2.3 KERANGKA BERPIKIR
KERANGKA PEMIKIRAN
PEMBELAJARAN DARI GURU TERKAIT MATERI DILATASI WAKTU
PENERAPAN
MENONTON FILM INTERSTELLAR (X)
EFEK
MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN SISWA (Y)
SIMPULAN
FILM INTERSTELLAR (X) MAMPU MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR
DAN PEMAHAMAN SISWA (Y) TERKAIT MATERI DILATASI WAKTU
Sumber: Peneliti
2.4 HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian. Hipotesis dirumuskan
dalam kalimat deklaratif yaitu kalimat yang berisi pernyataan dan berfungsi untuk
memberi informasi tentang suatu hal yang menyatakan ada atau tidak adanya hubungan,
ada atau tidak adanya perbedaan dan ada atau tidak adanya pengaruh dua atau lebih
variabel42.
Di dalam hipotesis terdapat kemungkinan salah dan benar. Maka dalam penelitian ini,
peneliti merumuskan sebagai berikut:
1. Tidak ada pengaruh menonton film Interstellar terhadap motivasi belajar dan
pemahaman siswa (Ho).
2. Terdapat pengaruh menonton film Interstellar terhadap motivasi belajar dan
pemahaman siswa (Ha).
42
Yuberti. dan Antomi Saregar, Pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains,
(Bandar Lampung: AURA, 2017).
19
BAB III
METODE PENELITIAN
43
Ibid.
20
a) Wawancara
Wawancara adalah teknik penelitian dengan cara dialog (tatap muka) maupun
melalui saluran media tertentu antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai
sumber data. Wawancara dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Secara
formal wawancara dilakukan dengan persiapan yang matang dengan perjanjian antara
pewawancara dengan yang di wawancarai. Sedangkan wawancara tidak formal adalah
wawancara yang dilakukan tanpa persiapan terlebih dahulu. Ada dua jenis wawancara
yakni wawancara langsung dan tak langsung.44 Pada penelitian ini wawancara dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai bahan ajar, model pembelajaran serta motivasi
belajar dan pemahaman siswa terhadap materi Relativitas Waktu sebelumnya.
Wawancara ini dilakukan dengan guru fisika di SMA tempat penelitian berlangsung.
b) Angket
Angket adalah teknik penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan secara
tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk
pengisian45. Pada penelitian ini angket digunakan untuk menganalisis motivasi dan
pemahaman siswa terhadap materi Relativitas Waktu dengan menggunakan skala
guttman.
c) Tes
Tes adalah alat pengumpulan data untuk mengukur kemampuan subjek penelitian46.
Tes adalah alat ukur yang objektif, sehingga di akhir penelitian, peneliti dapat
membandingkan hasil sebelum diberi perlakuan variabel dan sesudah diberi perlakuan
variabel. Pada penelitian ini tes diberikan sebelum menonton Film Interstellar,
tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa paham akan materi Relativitas Waktu.
44
Ibid.
45
Ibid.
46
Ibid.
47
Ibid.
21
a) Variabel Bebas
Variabel bebas adalah kondisi yang dimanipulasi oleh peneliti, dalam rangka untuk
menerangkan hubungan variabel yang mempengaruhi dengan fenomena yang
diobservasi. Variabel ini dilambangkan dengan variabel “X”48. Pada penelitian ini
variabel bebasnya adalah model pembelajaran menonton Film Hollywood: Interstellar.
Variabel bebas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen tes.
b) Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, berubah ataupun tidak berubah,
yang muncul atau yang tidak muncul ketika peneliti mengintroduksi, mengubah, dan
mengganti variabel bebas. Variabel ini dilambangkan dengan variabel “Y”49. Variabel
terikat pada penelitian ini adalah motivasi belajar dan pemahaman siswa akan materi
Relativitas Khusus: Dilatasi Waktu. Pada penelitian ini, variabel terikat diukur dengan
angket menggunakan skala guttmen dengan tanggapan “Ya” atau “Tidak”.
a) Angket
Angket digunakan untuk mengetahui apakah terdapat motivasi atau rasa tertarik
belajar tentang Relativitas Waktu setelah siswa menonton Film Interstellar dan akan
dibandingkan hasilnya dengan data angket sebelum siswa menonton Film
Interstellar. Skala yang digunakan pada angket ini adalah skala guttmen dengan
tanggapan “Ya” atau “Tidak”.
b) Tes
Tes digunakan untuk mengetahui tentang sejauh mana pemahaman siswa terkait
materi Relativitas Waktu setelah menonton Film Interstellar dan akan dibandingkan
hasilnya dengan data tes sebelum siswa menonton Film Interstellar.
48
Ibid.
49
Ibid.
22
DAFTAR PUSTAKA
23