Anda di halaman 1dari 15

Mini Riset

Keefektifan Pembelajaran Offline Pasca Pembelajaran Daring (Online)

Di SMP 06 Rejang Lebong

Dosen Pengampu : Karlina Indrawari,M.pd

Disusun Oleh:

Deazi Putri Kencana (19531031)

Dio Arya Frans Prayoga (19531037)

Fitriyani (19531044)

Hauri Lilian Piliani (19531051)

Ihksan Ramadhani (19531053)

Ilham Oka Saputra ( 19531054)

Indah Yuniyanti (19531055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP

TAHUN AJARAN 2021/2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................................................2
B. Fokus Masalah.................................................................................................................................4
C. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
D. Tujuan Penelitian.............................................................................................................................4
E. Manfaat penelitian...........................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI..................................................................................................................................5
A. Teori................................................................................................................................................5
B. kajian yang relevan..........................................................................................................................9
BAB III......................................................................................................................................................10
METODE PENELITIAN..........................................................................................................................10
A. Jenis Penelitian..............................................................................................................................10
B. Subjek Penelitian...........................................................................................................................10
C. Tempat Penelitian..........................................................................................................................10
D. Teknik Pengumpulan Data.............................................................................................................10
E. Teknik Analisis Data.....................................................................................................................11

KATA PENGANTAR
   
1
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas karunia nya kami bisa menyelasikan
tugas mini riset yang berjudul “ KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN OFFLINE PASCA
PEMBELAJARAN DARING” Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kami dan kawan-kawan mengangkat
yang mana kami merasakan efek dari pendemi covid 19 terutama dalam dunia pendidikan yang
mempengaruhi proses belajar mengajar yang menjadikan setiap peserta didik terpaku pada media
online. Persoalan ini adalah hal yang baru dalam dunia pendidikan dan kami rasa menarik untuk
untuk dibahas.

Kondsisi pandemi virus covid-19 mengakibatkan institusi atau disekolah diberikan


tantangan untuk beradaptasi, sehingga menjadikan kita sebagai seorangn pendidik dituntut
berinovasi dalam menjalankan pembelajaran efektif pasca pandemic covid-19. Selain daripada
melaksanakan tugas mini riset ini , pada hakiikatnya kami masih belajar dan berusaha
memberikan yang terbaik dalam mini riset ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan mini riset ini masi jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun susunan bahasanya. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran nya yang
membangun, agar penulisan mini riset ini dapat lebih baik lagi. Akhirnya semoga mini riset ini
dapat bermanfaat dan berkah bagi penulis khususnya dan umum bagi pembaca. Amiin ya robbal
‘alamiin.

Curup, Desember 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran daring “Long Life Education” ialah ungkapan berbahasa Inggris jika
diartikan berarti belajar sepanjang hayat. Dengan makna lain, setiap manusia dapat Belajar
kapan saja dan dimana saja. Proses belajar berlangsung terus menerus dari waktu ke waktu
sampai pada era digital saat ini 1 artinya pendekatan storyboard yang dirancang dengan baik dan
terencana dan menciptakan pengalaman pembelajaran virtual yang mendalam tanpa interaksi
fisik dalam lingkungan fisik kelas, yang mencakup fase desain yang berpotensi berlangsung
beberapa bulan sebelum menawarkan pembelajaran. Pembelajaran hibrid adalah kombinasi
dalam berbagai persentase instruksi di lapangan secara online, yang menawarkan fleksibilitas
kepada siswa di antara dua jenis interaksi pembelajaran. Para penulis mengandaikan bahwa
"pembelajaran campuran" menjadi istilah yang lebih disukai yang menggambarkan kombinasi
pembelajaran sinkron dan asinkron di lingkungan virtual, memadukan interaksi seperti sesi
sinkron langsung dengan diskusi, tugas, dan video asinkron yang diposting.2

Salah satu bentuk pembelajaran alternatif yang dapat dilaksasnakan selama masa darurat
Covid-19 adalah pembelajaran secara online. Menurut Moore, Dickson-Deane, & Galyen
Pembelajaran online merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan
aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis
interaksi pembelajaran. Penelitian yang dikakukan oleh Zhang et al., menunjukkan bahwa
penggunaan internet dan teknologi multimedia mampu merombak cara penyampaian
pengetahuan dan dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas
tradisional. 3

Pembelajaran online pada pelaksanaannya membutuhkan dukungan perangkat-perangkat


mobileseperti telepon pintar, tabletdan laptop yang dapat digunakan untuk mengakses informasi
dimana saja dan kapan saja Penggunaan teknologi mobilememiliki kontribusi besar di dunia
pendidikan, termasuk di dalamnya adalah pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh Berbagai
media juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran secara online.
Misalnya kelas-kelas virtual menggunakan layanan Google Classroom, Edmodo, dan
Schoology), dan applikasi pesan instan seperti WhatsApp Pembelajaran secara online bahkan
dapat dilakukan melalui media social seperti Facebook dan Instagram.

2
M. M. Gikas, J., & Grant, ‘Mobile Computing Devices in Higher Education: Student’, Tudent Perspectives on
Learning with Cellphones, Smartphones & Social Media. Internet and Higher Education, 2013.
3
K. Moore, J. L., Dickson-Deane, C., & Galyen, ‘E-Learning, Online Learning, and Distance Learning Environments’,
Re They the Same? Internet and Higher Education, 2011 <https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2010.10.001>.

3
pembelajaran daring merupakan penerapan dari Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 109
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada Pendidikan Tinggi. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan pencapaian pemerataan terhadap pembelajaran yang bermutu. Sistem
pembelajaran ini dapat ikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia secara
bersamaan.

Pembelajaran dengan metode Luring atau offline merupakan pembelajaran yang


dilakukan di luar tatap muka oleh guru danpeserta didik, namun dilakukan secara offline yang
berarti guru memberikan materi berupatugas hardcopy kepada peserta didik kemudian
dilaksanakan di luar sekolah Menurut Bonk dan Graham pembelajaran tatap muka merupakan
model pembelajaran yang konvesional, yang berupaya untuk menyampaikan pengetahuan
kepada peserta didik yang mempertemukan guru dengan siswa dalam suatu ruangan untuk
belajar yang memiliki karakteristik yang terencana, yang berorientasi pada tempat (place-based)
dan interaksi sosial. Selain itu pengertian pembelajaran tatap muka ialah seperangkat tindakan
yang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik secara tatap muka dengan
memperhatikan kejadian-kejadian eksternal yang berperan tehadap kejadian dari luar diri siswa
yang terjadi pada siswa yang dapat diprediksi atau diketahui selama proses proses tatap muka.
Untuk tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran perlu didesain dan
dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan
kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri
tidak terstruktur. Pembelajaran tatap muka merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa proses
interaksi antara siswa dengan guru, maupun siswa antar siswa.4

Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran yang sangat umum berlangsung saat
ini. Pembelajaran tatap muka harus direncanakan secara khusus berdasarkan kaidah-kaidah
pengembangan bahan ajar dan standar proses dalam penerapannya. Pada pembelajaran tatap
muka, kemampuan mengajar pengajar sangat menentukan, misalnya penguasaan konsep materi
pelajaran dan lingkungan tempat belajar. Konsep materi pelajaran dan lingkungan belajar dapat
dikembangkan dengan tepat sesuai dengan kondisi peserta didik melalui model-model
pembelajaran yang telah banyak dikembangkan saat ini. Menurut Mursell & Nasution mengajar
dengan sukses tak dapat dilakukan menurut suatu pola tertentu yang diikuti secara rutin. Agar
berhasil dengan baik, mengajar memerlukan kecakapan, pemahaman, inisiatif, dan kreativitas
dari pihak pengajar.

Berdasarkan observasi dan pandangan kami, kami melihat ada hal yang berbeda dalam
pelaksanaan pembelajaran tatap muka hal ini dikarenakan pembelajaran tatap muka dilakukan
secara bergantian atau menggunakan shif, tentu saja hal ini sangat berbeda seperti dahulu
sebelum covid-19 menyerang. Dengan adanya permasalahan tersebut, kami tertarik untuk
4
J. et al. Bonk, C. J., Graham, C. R., Cross, ‘The Handbook of Blended Learning’, Global Perspectives, Local Designs.
Turkish Online Journal of Distance Education, 10, 181.

4
melakukan penelitian tentang “keefektikan pembelajaran offline pasca pembelajaran daring bagi
mahasiswa di SMP N 06 Rejang Lebong”

B. Fokus Masalah
1. Pembelajaran offline dalam penelitian ini adalah pembelajaran dimana anak-anak
mulai kembali full pembelajaran tatap muka tapi setelah pandemic
2. Kelas yang mau kami teliti adalah kelas 8 SMP N 06 Rejang Lebong

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembelajaran offline pasca pandemi di SMP N 06 Rejang Lebong ?

2. Bagaimana keefektifan pembelajaran offline pasca pandemi di SMP N 06 Rejang


Lebong ?

3. Bagaimana kendala pembelajaran offline di SMP N 06 Rejang Lebong ?

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pembelajaran pasca pandemi di SMP N 06 rejang lebong
2. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran offline pasca pendemi di smpn 06
rejang lebong
3. Untuk mengetahui kendala pembelajaran offline di smpn 06 rejang lebong

E. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil mini riset diharapkan dapat menjadikan rujukan untuk mengembangkan
wawasan ilmu pemngetahuan tentang keefektifan pembelajaran offline pasca
pendemi covid 19 di smpn 06 Rejang Lebong

2. Manfaat Praktis
a) Bagi guru
Berkembangnya pembelajaran yang lebih bervariasi dengan pilihan
pembelajaran offline yang memanfaatkan media pembelajaran yang menarik
dan menambah pengetahuan berserta inspirasi tentang keefektifan
pembelajaran pasca pandemi

b) Bagi Peserta didik


Menumbuhkembangkan peserta didik agar lebih tertarik pada pembelajaran
dan lebih termotivasi untuk mencapai keefektifan pembelajaran serta dapat
menambahkan pengetahuan yang lebih dalam lagi
c) Bagi lembaga
Dapat memberikan sumbangan yang postif terhadap kemajuan sekolah serta
efektifnya pembelajaran dipendidikan sekolah.

5
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Teori
1. Pembelajaran Offline
a. Pengertian pembelajaran offline
Menurut Bonk dan Graham pembelajaran tatap muka merupakan model
pembelajaran yang konvesional, yang berupaya untuk menyampaikan pengetahuan
kepada peserta didik yang mempertemukan guru dengan siswa dalam suatu ruangan

6
untuk belajar yang memiliki karakteristik yang terencana, yang berorientasi pada
tempat (place-based) dan interaksi sosial. Selain itu pengertian pembelajaran tatap
muka ialah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
peserta didik secara tatap muka dengan memperhatikan kejadian-kejadian eksternal
yang berperan tehadap kejadian dari luar diri siswa yang terjadi pada siswa yang dapat
diprediksi atau diketahui selama proses proses tatap muka. Untuk tahapan strategis
pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara
efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur.15Pembelajaran tatap muka merupakan kegiatan
pembelajaran yang berupa proses interaksi antara siswa dengan guru, maupun siswa
antar siswa.
Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran yang sangat umum
berlangsung saat ini. Pembelajaran tatap muka harus direncanakan secara khusus
berdasarkan kaidah-kaidah pengembangan bahan ajar dan standar proses dalam
penerapannya. Pada pembelajaran tatap muka, kemampuan mengajar pengajar sangat
menentukan, misalnya penguasaan konsep materi pelajaran dan lingkungan tempat
belajar. Konsep materi pelajaran dan lingkungan belajar dapat dikembangkan dengan
tepat sesuai dengan kondisi peserta didik melalui model-model pembelajaran yang
telah banyak dikembangkan saat ini. Menurut Mursell Nasution mengajar dengan
sukses tak dapat dilakukan menurut suatu pola tertentu yang diikuti secara rutin. Agar
berhasil dengan baik, mengajar memerlukan kecakapan, pemahaman, inisiatif, dan
kreativitas dari pihak pengajar.5
b. Macam-macam pembelajaran Offline
1) Station Rotation Blended Learning
Station-Rotation blended learning adalah menggabungkan ketiga stasiun atau
spot dalam satu jam tatap muka dibagi menjadi tiga. Misalkan satu tatap muka
terdiri atas 90 menit, maka waktu tatap muka 90 menit itu dibagi tiga waktu
untuk masing-masing tahapan dalam spot yang berbeda yaitu 30 menit. Ketiga
spot tersebut terdiri atas online instruction, Teacher-led instruction, dan
Collaborative activities and stations.
2) Lab Rotation Blended Learning
Model Lab Rotation Blended Learning mirip dengan Station Rotation,
yaitu memungkinkan mahasiswa mempunyai kesempatan untuk memutar
stasiun melalui jadwal yang telah ditetapkan namun dilakukan menggunakan
laboratorium komputer khusus yang memungkinkan dilakukan pengaturan
jadwal yang fleksibel dengan dosen. Dengan demikian diperlukan laboratorium
komputer.
3) Remote Blended Learning atau Enriched Virtual

5
Bonk, C. J., Graham, C. R., Cross.

7
Dalam pembelajaran Remote Blended Learning, fokus mahasiswa adalah
menyelesaikan pembelajaran online, mereka melakukan pembelajaran tatap
muka dengan dosen hanya sesekali sesuai kebutuhan.
Pendekatan ini berbeda dari model Flipped Classroom dalam
keseimbangan waktu pengajaran tatap muka online. Dalam model
pembelajaran Remote Blended Learning, mahasiswa tidak akan belajar secara
tatap muka dengan dosen setiap hari, tetapi dalam pengaturan flipped. Siswa
menyelesaikan tujuan pembelajaran secara individu.
4) Flex Blended Learning
Flex termasuk dalam jenis model Blended Learning di mana pembelajaran
online adalah inti atau tulang punggung pembelajaran mahasiswa, namun
masih didukung oleh aktivitas pembelajaran offline. Mahasiswa melanjutkan
pembelajaran yang dimulai di dalam kelas nyata dengan jadwal yang fleksibel
yang disesuaikan secara individual dalam berbagai modalitas pembelajaran.
Sebagian besar mahasiswa masih belajar di kampus, kecuali untuk
pekerjaan rumah. Dosen memberikan dukungan pembelajaran tatap muka
secara fleksibel dan adaptif sesuai kebutuhan melalui kegiatan seperti
pengajaran kelompok kecil, proyek kelompok, dan bimbingan pribadi.

5) The ‘Flipped Classroom’ Blended Learning


Blended learning versi Flipped Classroom ini merupakan versi yang
paling banyak dikenal, Flipped Classroom dimulai dari pembelajaran
mahasiswa yang dilakukan secara online di luar kelas atau di rumah dengan
konten-konten yang sudah disediakan sebelumnya. Setelah melakukan proses
pembelajaran online di luar kampus mahasiswa kemudian memperdalam dan
berlatih memecahkan soal-soal di kampus bersama dosen dan / atau teman
kelas. Dengan demikian bisa dianggap peran pembelajaran tradisional di kelas
menjadi “terbalik”.
Pada dasarnya pembelajaran ini masih mempertahankan format
pembelajaran tardisional namun dijalankan dengan konteks yang baru. 6

c. Kendala Pemebelajaran offline di SMP 06 Rejang Lebong

6
dunia akademik, ‘12 Jenis Blended Learning Dan Contoh Penerapannya’, Dunia Dosen, 2021
<https://sevima.com/jenis-blended-learning/>.

8
Sejumlah kendala ditemui pihak sekolah selama masa uji coba terbatas ini.
Pasalnya, selama sekitar 6 bulan sebelumnya, sekolah terbiasa menggelar kegiatan
belajar mengajar secara daring/online.
Kendala utama, adalah proses adaptasi dengan kebiasaan baru, dimana penerapan
protokol kesehatan pandemi Covid-19 tidak ada dalam materi sekolah.
Kendala kedua, adalah tidak tercapainya materi pelajaran dengan baik kepada
anak didik, mengingat jumlah tatap muka hanya sekali dalam sepekan selama 4 jam
dengan 4 materi pelajaran.

2. Pembelajaran pasca pendemi


a. Blended Learning
Secara etimologi istilah blended learning terdiri dari dua kata yaitu blended
danlearning. Blend berarti “campuranatau gabungan, bersama untuk meningkatkan
kualitas agar bertambah baik”, atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau
penyelarasan perpaduan. Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar,
dengan demikian sepintas mengandung makna pembelajaran yang mengandung arti
pencampuran, atau penggabungan yakni antara satu pola dengan pola yang
lainnya. Jadi, blended learning adalah kombinasi pembelajaran tradisional
dan lingkunganpembelajaran elektronik. Penerapan blended learning diharapkan
siswa dapat memahami materi dengan lebih baik dan lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Blended
learning adalah sebuah model pembelajaran yang menggabungkan antara
Pembelajaran tatap muka (face-to-face) dengan e-learning. Blended
learningmerupakan model pembelajaran yang dilakukan di kelas dan online.
Kegiatan Pembelajaran yang dilakukan dengan menggabungkan secara baik
dan sistematis antara pembelajaran tatap muka atau bertemu langsung dan
melalui media onlineyang bisa diakses kapanpun(Wardani et al., 2018).Selain
tuntutan perkembangan teknologi yang semakin luas Penggabungan pembelajaran
face-to-facedengan e-learningtersebut merupakan sebuah inovasi proses
pembelajaran pada era New Normalatau tatanan baru beradaptasi dengan Covid-19.

Pembelajaran campuran (blended learning) merupakanprogram


pendidikan formal yang memungkinkan peserta didik melalui konten dan petunjuk
yang disampaikan secara daring (online) dengan kendali mandiri terhadap waktu,
tempat, urutan, maupun kecepatan belajar,(Staker, 2012). John Merrow menyatakan
“blended learning is some mix of traditional classroom instruction(which in itself
varies considerably) and instructionmediated by technology”. Dengan kata lain,
Blended Learningmerupakan perpaduan pembelajaran kelas tradisional dengan
pembelajaran berbasis teknologi (modern). diungkapkan pula oleh Annisa yang

9
menyatakan bahwa blended learningmerupakan suatu sistem belajar yang
memadukan antara belajar secara face to face(bertatap muka/klasikal) dengan
belajar secara online(melalui penggunaan fasilitas/media internet). Berdasarkan
paparan para ahli diatas, dapat didefinisikan blendedlearningmerupakan sebuah
strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai tujuanpembelajaran
dengan cara memadukan pembelajaran berbasis tatap muka dengan pembelajaran
berbasis IT (Informasi dan Teknologi) yang dilakukan secaradaring,(Widiara,
2018).Konsep dalam pengembangan pembelajaran digunakan model blended.
Model ini dianggap memberikan solusi dalam pengembangan model pembelajaran
pada masa tatananbaru (New Normal)beradaptasi dengan Covid-19.
b. Model Pembelajaran Tatap Muka
Proses pembelajaran tatap muka berlangsung dengan proses pembelajaran
tatap muka offline dimana peserta didik dan pendidik bertemu langsung di
dalamsuatu ruangan. Kegiatan di kelas menyampaikan suatu penjelasan secara
teknis. Sedangkan pembelajaran tatap muka online, penggunaan sistem
pembelajaranberbasis web dan pembelajarmendengarkan, menyimak dan
mempraktekkan petunjuk. Namun dalam blended learning masa tatap muka
secara nyata hanya dilaksanakan di awal-awal pertemuan.Pada definisi yang
telah dipaparkan oleh Srisakdi,disebutkan dalam hitungan prosentase adalah
30% dari keseluruhan masa satu semester. Pada pengembangan pembelajaran
blended learning dipakai hitungan dalam 1 semester ada 5 bulan efektif, maka
masa tatap muka dilaksanakan dalam 2 hingga 3 minggu. Sisa 4 bulan 1
minggu mahasiswa akan belajar mandiri dengan pembelajaran berbasis web dan
ujian semester.Dalam masa belajar mandiri (4 bulan 1 minggu), mahasiswa akan
berkumpul dan bertemu beberapa kali dengan dosen di web atau bertemu
langsung sesuai jadwal yang telah ditentukan. Proses tatap muka ditujukan untuk
memfasilitasi setiap permasalahan yang dihadapi mahasiswa selama proses
belajarnya,(Husni, 2011).

B. kajian yang relevan


1. Resy Muryati memaparkan dalam penelitian-nya yang berjudul “Proses pembelajaran
daring/luring pada masa pandemic covid-19” penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran daring/luring dinilai kurang efektif dalam pembelajaran karena belum
semaksimal mungkin. Dalam pembelajaran daring/luring siswa lebih mandiri dalam
memecahkan sebuah permasalahan walaupun terkadang harus melihat google dan dibantu
oleh orang tuanya.
2. Penelitian yang dilakukan Dewi W.A.F(2020) yang berjudul”Dampak Covid-19
Terhadap Implementasi Pembelajaran Daring Di Sekolah Dasar”. menyimpulkan bahwa
dampak COVID-19 terhadap implementasi pembelajaran daring di sekolah dasar dapat

10
terlaksanakan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil data 3 artikel dan 6
berita yang menunjukan bahwa dampak COVID-19 terhadap implementasi pembelajaran
daring di SD dapat terlaksana dengan cukup baik apabila adanya kerjasama antara guru,
siswa dan orang tua dalam belajar di rumah.
3. Penelitian yang dilakukan Purwanto A, dkk (2020) yang berjudul Studi Eksploratif
Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar.
Menyimpulkan terdapat beberapa kendala yang dialami oleh murid, guru dan orang tua
dalam kegiatan belajar mengajar online yaitu penguasaan teknologi masih kurang,
penambahan biaya kuota internet, adanya pekerjan tambahan bagi orang tua dalam
mendampingi anak belajar, komunikasi dan sosialisasi antar siswa, guru dan orang tua
menjadi berkurang dan Jam kerja yang menjadi tidak terbatas bagi guru karena harus
berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orang tua, guru lain, dan kepala sekolah.

Dari ketiga penelitian diatas semuanya membahas tentang pembelajaran daring/luring. Ke


tiga penelitian diatas memiliki persamaan dengan penelitian yang kami lakukan yang dimana
menghharuskan siswa lebih mandiri dalam memecahkan masalah, dan pasti terdapat kendala
yang dialami murid ataupun pendidik dalam kegiatan belajar mengajar.

11
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini masuk kedalam kualitatif. Karna itu pendekatan yang kami lakukan adalah
pendekatan deskriptif yang dilakukan karena penulisan ini terjadi secara alamiah dan dan juga
data yang dikumpulkan hasil melihat buku, jurnal observasi dan wawancara.

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel
dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian juga membahas karakteristik subjek yang digunakan
dalam penelitian, termasuk penjelasan mengenai populasi, sampel dan teknik sampling
(acak/nonacak) digunakan. Subjek penelitian dapat terdiri dari tiga level, yaitu:

1. Mikro merupakan level terkecil dari subjek penelitian, dan hanya berupa individu.
2. Messo merupakanm level subjek penelitian dengan jumlah anggota lebih banyak, missal
keluarga dan kelompok.
3. Makro merupakan level subjek penelitian denngan anggota yang sangat banyak, seperti
masyarakat atau komunitas luas.

Peran subjek penelitian adalah membrikan tanggapan dan informasi terkait data yang
dibutuhkan oleh peneliti, serta memberikan masukan kepada penliti, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. 7

C. Tempat Penelitian
Penelitiam ini kami buat di SMPN 06 Rejang Lebong, penelitian ini kami buat
sepenuhnya dengan ikhlas dan benar-benar kami buat sesuai arahan dan contoh yang telah
diberikan oleh dosen kami yaitu, Karlina Indrawari, M.pd

D. Teknik Pengumpulan Data


1. Obsevasi
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik dalam
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi
adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung
dari lapangan (Semiawan, 2010). Sedangkan menurut Zainal Arifin dalam buku observasi
adalah suatu proses yang didahului dengan pengamatan kemudian pencatatan yang
bersifat sistematis, logis, objektif, dan rasional terhadap berbagai macam fenomena
dalam situasi yang sebenarnya, maupun situasi buatan.
7
Rokhmah, Dewi. 2014, Metode penelitian kualitatif, Jember: UNEJ

12
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara
(interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara
(interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di wawancarai (interviewee) melalui
komunikasi langsung. Metode wawancara/interview juga merupakan proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden/ orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam wawancara tersebut biasa dilakukan
secara individu maupun dalam bentuk kelompok, sehingga di dapat data informatik yang
orientik.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat
fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa
dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki
kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar
barang yang tidak bermakna. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti
barang tertulis, metode dokumentasi berarti tata cara pengumpulan data dengan mencatat
data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen tentang orang atau sekelompok
orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sangat berguna dalam penelitian
kualitatif .8

E. Teknik Analisis Data


Menurut Iskandar menganalisis data adalah suatu proses mengelola dan
menginterpretasikan data dengan tujuan untuk mendukung berbagai macam informasi sesuai
dengan fungsinya sehungga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penilitian.
Dalam hal ini analisisis data penelitian menggunakan teknik.
1. Reduksi data
Reduksi data, diartikan sebagai proses penilitian, pemusatan perhatian dan
penyerahan dan transpormasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan/reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan
dengan maksud menyisihkan data informasi yang tidak relevan. Adapun data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas agar dapat mempermudah penulis
untuk memberikan kesimpulan. Dalam penilitian ini, data diperoleh mulai catatan
lapangan dan wawancara, kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga
akan memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.
2. Penyajian data
8
Yusuf, ‘Kristanto, V. H. (2018). Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI). Yogyakarta: CV
Budi Utama’, 日本ワーグナー協会編『年刊ワーグナー 1990』, 4.1 (1990), 東京:音楽之友社:pp. 56-79.

13
Langkah selanjutnya setelah data reduksi adalah display atau penyajian data.
Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif penyajian juga dapat
berbentuk matrik, diagram, table, dan bagan. Penyajian yang paling sering digunakan
dalam penelitian kualitatif,penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antara kategori dan sejenisnya, tetapi yang paling sering digunakan
adalah teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan edngan mengelompokkan data
sesuai dengan sub-babnya masing-masing. Data yang telah didapatkan dari hasil
wawancara dari sumber tertulis maupun sumber pustaka.
3. Kesimpulan/verifikasi data
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara,
dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat, yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya9. Kesimpulan dalam penulisan kualitatif merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat juga berupa deskripsi
atau gambaran suatu objek yang sebelumnya kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah
diteliti.

9
(Sugiyono, 2009: 246-253)

14

Anda mungkin juga menyukai