Mini Riset Pai Di SMP Format Bagus
Mini Riset Pai Di SMP Format Bagus
Disusun Oleh:
Fitriyani (19531044)
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas karunia nya kami bisa menyelasikan
tugas mini riset yang berjudul “ KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN OFFLINE PASCA
PEMBELAJARAN DARING” Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Kami dan kawan-kawan mengangkat
yang mana kami merasakan efek dari pendemi covid 19 terutama dalam dunia pendidikan yang
mempengaruhi proses belajar mengajar yang menjadikan setiap peserta didik terpaku pada media
online. Persoalan ini adalah hal yang baru dalam dunia pendidikan dan kami rasa menarik untuk
untuk dibahas.
Penulis menyadari bahwa penyusunan mini riset ini masi jauh dari kesempurnaan, baik
isi maupun susunan bahasanya. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran nya yang
membangun, agar penulisan mini riset ini dapat lebih baik lagi. Akhirnya semoga mini riset ini
dapat bermanfaat dan berkah bagi penulis khususnya dan umum bagi pembaca. Amiin ya robbal
‘alamiin.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran daring “Long Life Education” ialah ungkapan berbahasa Inggris jika
diartikan berarti belajar sepanjang hayat. Dengan makna lain, setiap manusia dapat Belajar
kapan saja dan dimana saja. Proses belajar berlangsung terus menerus dari waktu ke waktu
sampai pada era digital saat ini 1 artinya pendekatan storyboard yang dirancang dengan baik dan
terencana dan menciptakan pengalaman pembelajaran virtual yang mendalam tanpa interaksi
fisik dalam lingkungan fisik kelas, yang mencakup fase desain yang berpotensi berlangsung
beberapa bulan sebelum menawarkan pembelajaran. Pembelajaran hibrid adalah kombinasi
dalam berbagai persentase instruksi di lapangan secara online, yang menawarkan fleksibilitas
kepada siswa di antara dua jenis interaksi pembelajaran. Para penulis mengandaikan bahwa
"pembelajaran campuran" menjadi istilah yang lebih disukai yang menggambarkan kombinasi
pembelajaran sinkron dan asinkron di lingkungan virtual, memadukan interaksi seperti sesi
sinkron langsung dengan diskusi, tugas, dan video asinkron yang diposting.2
Salah satu bentuk pembelajaran alternatif yang dapat dilaksasnakan selama masa darurat
Covid-19 adalah pembelajaran secara online. Menurut Moore, Dickson-Deane, & Galyen
Pembelajaran online merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan
aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis
interaksi pembelajaran. Penelitian yang dikakukan oleh Zhang et al., menunjukkan bahwa
penggunaan internet dan teknologi multimedia mampu merombak cara penyampaian
pengetahuan dan dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas
tradisional. 3
2
M. M. Gikas, J., & Grant, ‘Mobile Computing Devices in Higher Education: Student’, Tudent Perspectives on
Learning with Cellphones, Smartphones & Social Media. Internet and Higher Education, 2013.
3
K. Moore, J. L., Dickson-Deane, C., & Galyen, ‘E-Learning, Online Learning, and Distance Learning Environments’,
Re They the Same? Internet and Higher Education, 2011 <https://doi.org/10.1016/j.iheduc.2010.10.001>.
3
pembelajaran daring merupakan penerapan dari Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi, dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 109
Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh pada Pendidikan Tinggi. Tujuannya
adalah untuk meningkatkan pencapaian pemerataan terhadap pembelajaran yang bermutu. Sistem
pembelajaran ini dapat ikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia secara
bersamaan.
Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran yang sangat umum berlangsung saat
ini. Pembelajaran tatap muka harus direncanakan secara khusus berdasarkan kaidah-kaidah
pengembangan bahan ajar dan standar proses dalam penerapannya. Pada pembelajaran tatap
muka, kemampuan mengajar pengajar sangat menentukan, misalnya penguasaan konsep materi
pelajaran dan lingkungan tempat belajar. Konsep materi pelajaran dan lingkungan belajar dapat
dikembangkan dengan tepat sesuai dengan kondisi peserta didik melalui model-model
pembelajaran yang telah banyak dikembangkan saat ini. Menurut Mursell & Nasution mengajar
dengan sukses tak dapat dilakukan menurut suatu pola tertentu yang diikuti secara rutin. Agar
berhasil dengan baik, mengajar memerlukan kecakapan, pemahaman, inisiatif, dan kreativitas
dari pihak pengajar.
Berdasarkan observasi dan pandangan kami, kami melihat ada hal yang berbeda dalam
pelaksanaan pembelajaran tatap muka hal ini dikarenakan pembelajaran tatap muka dilakukan
secara bergantian atau menggunakan shif, tentu saja hal ini sangat berbeda seperti dahulu
sebelum covid-19 menyerang. Dengan adanya permasalahan tersebut, kami tertarik untuk
4
J. et al. Bonk, C. J., Graham, C. R., Cross, ‘The Handbook of Blended Learning’, Global Perspectives, Local Designs.
Turkish Online Journal of Distance Education, 10, 181.
4
melakukan penelitian tentang “keefektikan pembelajaran offline pasca pembelajaran daring bagi
mahasiswa di SMP N 06 Rejang Lebong”
B. Fokus Masalah
1. Pembelajaran offline dalam penelitian ini adalah pembelajaran dimana anak-anak
mulai kembali full pembelajaran tatap muka tapi setelah pandemic
2. Kelas yang mau kami teliti adalah kelas 8 SMP N 06 Rejang Lebong
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembelajaran offline pasca pandemi di SMP N 06 Rejang Lebong ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pembelajaran pasca pandemi di SMP N 06 rejang lebong
2. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran offline pasca pendemi di smpn 06
rejang lebong
3. Untuk mengetahui kendala pembelajaran offline di smpn 06 rejang lebong
E. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil mini riset diharapkan dapat menjadikan rujukan untuk mengembangkan
wawasan ilmu pemngetahuan tentang keefektifan pembelajaran offline pasca
pendemi covid 19 di smpn 06 Rejang Lebong
2. Manfaat Praktis
a) Bagi guru
Berkembangnya pembelajaran yang lebih bervariasi dengan pilihan
pembelajaran offline yang memanfaatkan media pembelajaran yang menarik
dan menambah pengetahuan berserta inspirasi tentang keefektifan
pembelajaran pasca pandemi
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori
1. Pembelajaran Offline
a. Pengertian pembelajaran offline
Menurut Bonk dan Graham pembelajaran tatap muka merupakan model
pembelajaran yang konvesional, yang berupaya untuk menyampaikan pengetahuan
kepada peserta didik yang mempertemukan guru dengan siswa dalam suatu ruangan
6
untuk belajar yang memiliki karakteristik yang terencana, yang berorientasi pada
tempat (place-based) dan interaksi sosial. Selain itu pengertian pembelajaran tatap
muka ialah seperangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses belajar
peserta didik secara tatap muka dengan memperhatikan kejadian-kejadian eksternal
yang berperan tehadap kejadian dari luar diri siswa yang terjadi pada siswa yang dapat
diprediksi atau diketahui selama proses proses tatap muka. Untuk tahapan strategis
pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara
efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan kegiatan
pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur.15Pembelajaran tatap muka merupakan kegiatan
pembelajaran yang berupa proses interaksi antara siswa dengan guru, maupun siswa
antar siswa.
Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran yang sangat umum
berlangsung saat ini. Pembelajaran tatap muka harus direncanakan secara khusus
berdasarkan kaidah-kaidah pengembangan bahan ajar dan standar proses dalam
penerapannya. Pada pembelajaran tatap muka, kemampuan mengajar pengajar sangat
menentukan, misalnya penguasaan konsep materi pelajaran dan lingkungan tempat
belajar. Konsep materi pelajaran dan lingkungan belajar dapat dikembangkan dengan
tepat sesuai dengan kondisi peserta didik melalui model-model pembelajaran yang
telah banyak dikembangkan saat ini. Menurut Mursell Nasution mengajar dengan
sukses tak dapat dilakukan menurut suatu pola tertentu yang diikuti secara rutin. Agar
berhasil dengan baik, mengajar memerlukan kecakapan, pemahaman, inisiatif, dan
kreativitas dari pihak pengajar.5
b. Macam-macam pembelajaran Offline
1) Station Rotation Blended Learning
Station-Rotation blended learning adalah menggabungkan ketiga stasiun atau
spot dalam satu jam tatap muka dibagi menjadi tiga. Misalkan satu tatap muka
terdiri atas 90 menit, maka waktu tatap muka 90 menit itu dibagi tiga waktu
untuk masing-masing tahapan dalam spot yang berbeda yaitu 30 menit. Ketiga
spot tersebut terdiri atas online instruction, Teacher-led instruction, dan
Collaborative activities and stations.
2) Lab Rotation Blended Learning
Model Lab Rotation Blended Learning mirip dengan Station Rotation,
yaitu memungkinkan mahasiswa mempunyai kesempatan untuk memutar
stasiun melalui jadwal yang telah ditetapkan namun dilakukan menggunakan
laboratorium komputer khusus yang memungkinkan dilakukan pengaturan
jadwal yang fleksibel dengan dosen. Dengan demikian diperlukan laboratorium
komputer.
3) Remote Blended Learning atau Enriched Virtual
5
Bonk, C. J., Graham, C. R., Cross.
7
Dalam pembelajaran Remote Blended Learning, fokus mahasiswa adalah
menyelesaikan pembelajaran online, mereka melakukan pembelajaran tatap
muka dengan dosen hanya sesekali sesuai kebutuhan.
Pendekatan ini berbeda dari model Flipped Classroom dalam
keseimbangan waktu pengajaran tatap muka online. Dalam model
pembelajaran Remote Blended Learning, mahasiswa tidak akan belajar secara
tatap muka dengan dosen setiap hari, tetapi dalam pengaturan flipped. Siswa
menyelesaikan tujuan pembelajaran secara individu.
4) Flex Blended Learning
Flex termasuk dalam jenis model Blended Learning di mana pembelajaran
online adalah inti atau tulang punggung pembelajaran mahasiswa, namun
masih didukung oleh aktivitas pembelajaran offline. Mahasiswa melanjutkan
pembelajaran yang dimulai di dalam kelas nyata dengan jadwal yang fleksibel
yang disesuaikan secara individual dalam berbagai modalitas pembelajaran.
Sebagian besar mahasiswa masih belajar di kampus, kecuali untuk
pekerjaan rumah. Dosen memberikan dukungan pembelajaran tatap muka
secara fleksibel dan adaptif sesuai kebutuhan melalui kegiatan seperti
pengajaran kelompok kecil, proyek kelompok, dan bimbingan pribadi.
6
dunia akademik, ‘12 Jenis Blended Learning Dan Contoh Penerapannya’, Dunia Dosen, 2021
<https://sevima.com/jenis-blended-learning/>.
8
Sejumlah kendala ditemui pihak sekolah selama masa uji coba terbatas ini.
Pasalnya, selama sekitar 6 bulan sebelumnya, sekolah terbiasa menggelar kegiatan
belajar mengajar secara daring/online.
Kendala utama, adalah proses adaptasi dengan kebiasaan baru, dimana penerapan
protokol kesehatan pandemi Covid-19 tidak ada dalam materi sekolah.
Kendala kedua, adalah tidak tercapainya materi pelajaran dengan baik kepada
anak didik, mengingat jumlah tatap muka hanya sekali dalam sepekan selama 4 jam
dengan 4 materi pelajaran.
9
menyatakan bahwa blended learningmerupakan suatu sistem belajar yang
memadukan antara belajar secara face to face(bertatap muka/klasikal) dengan
belajar secara online(melalui penggunaan fasilitas/media internet). Berdasarkan
paparan para ahli diatas, dapat didefinisikan blendedlearningmerupakan sebuah
strategi belajar mengajar yang bertujuan untuk mencapai tujuanpembelajaran
dengan cara memadukan pembelajaran berbasis tatap muka dengan pembelajaran
berbasis IT (Informasi dan Teknologi) yang dilakukan secaradaring,(Widiara,
2018).Konsep dalam pengembangan pembelajaran digunakan model blended.
Model ini dianggap memberikan solusi dalam pengembangan model pembelajaran
pada masa tatananbaru (New Normal)beradaptasi dengan Covid-19.
b. Model Pembelajaran Tatap Muka
Proses pembelajaran tatap muka berlangsung dengan proses pembelajaran
tatap muka offline dimana peserta didik dan pendidik bertemu langsung di
dalamsuatu ruangan. Kegiatan di kelas menyampaikan suatu penjelasan secara
teknis. Sedangkan pembelajaran tatap muka online, penggunaan sistem
pembelajaranberbasis web dan pembelajarmendengarkan, menyimak dan
mempraktekkan petunjuk. Namun dalam blended learning masa tatap muka
secara nyata hanya dilaksanakan di awal-awal pertemuan.Pada definisi yang
telah dipaparkan oleh Srisakdi,disebutkan dalam hitungan prosentase adalah
30% dari keseluruhan masa satu semester. Pada pengembangan pembelajaran
blended learning dipakai hitungan dalam 1 semester ada 5 bulan efektif, maka
masa tatap muka dilaksanakan dalam 2 hingga 3 minggu. Sisa 4 bulan 1
minggu mahasiswa akan belajar mandiri dengan pembelajaran berbasis web dan
ujian semester.Dalam masa belajar mandiri (4 bulan 1 minggu), mahasiswa akan
berkumpul dan bertemu beberapa kali dengan dosen di web atau bertemu
langsung sesuai jadwal yang telah ditentukan. Proses tatap muka ditujukan untuk
memfasilitasi setiap permasalahan yang dihadapi mahasiswa selama proses
belajarnya,(Husni, 2011).
10
terlaksanakan dengan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil data 3 artikel dan 6
berita yang menunjukan bahwa dampak COVID-19 terhadap implementasi pembelajaran
daring di SD dapat terlaksana dengan cukup baik apabila adanya kerjasama antara guru,
siswa dan orang tua dalam belajar di rumah.
3. Penelitian yang dilakukan Purwanto A, dkk (2020) yang berjudul Studi Eksploratif
Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar.
Menyimpulkan terdapat beberapa kendala yang dialami oleh murid, guru dan orang tua
dalam kegiatan belajar mengajar online yaitu penguasaan teknologi masih kurang,
penambahan biaya kuota internet, adanya pekerjan tambahan bagi orang tua dalam
mendampingi anak belajar, komunikasi dan sosialisasi antar siswa, guru dan orang tua
menjadi berkurang dan Jam kerja yang menjadi tidak terbatas bagi guru karena harus
berkomunikasi dan berkoordinasi dengan orang tua, guru lain, dan kepala sekolah.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini masuk kedalam kualitatif. Karna itu pendekatan yang kami lakukan adalah
pendekatan deskriptif yang dilakukan karena penulisan ini terjadi secara alamiah dan dan juga
data yang dikumpulkan hasil melihat buku, jurnal observasi dan wawancara.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan sebagai sampel
dalam sebuah penelitian. Subjek penelitian juga membahas karakteristik subjek yang digunakan
dalam penelitian, termasuk penjelasan mengenai populasi, sampel dan teknik sampling
(acak/nonacak) digunakan. Subjek penelitian dapat terdiri dari tiga level, yaitu:
1. Mikro merupakan level terkecil dari subjek penelitian, dan hanya berupa individu.
2. Messo merupakanm level subjek penelitian dengan jumlah anggota lebih banyak, missal
keluarga dan kelompok.
3. Makro merupakan level subjek penelitian denngan anggota yang sangat banyak, seperti
masyarakat atau komunitas luas.
Peran subjek penelitian adalah membrikan tanggapan dan informasi terkait data yang
dibutuhkan oleh peneliti, serta memberikan masukan kepada penliti, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. 7
C. Tempat Penelitian
Penelitiam ini kami buat di SMPN 06 Rejang Lebong, penelitian ini kami buat
sepenuhnya dengan ikhlas dan benar-benar kami buat sesuai arahan dan contoh yang telah
diberikan oleh dosen kami yaitu, Karlina Indrawari, M.pd
12
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara
(interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara
(interviewer) dan sumber informasi atau orang yang di wawancarai (interviewee) melalui
komunikasi langsung. Metode wawancara/interview juga merupakan proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden/ orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam wawancara tersebut biasa dilakukan
secara individu maupun dalam bentuk kelompok, sehingga di dapat data informatik yang
orientik.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat
fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat,
cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa
dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki
kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar
barang yang tidak bermakna. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti
barang tertulis, metode dokumentasi berarti tata cara pengumpulan data dengan mencatat
data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menelusuri data historis. Dokumen tentang orang atau sekelompok
orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sangat berguna dalam penelitian
kualitatif .8
13
Langkah selanjutnya setelah data reduksi adalah display atau penyajian data.
Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif penyajian juga dapat
berbentuk matrik, diagram, table, dan bagan. Penyajian yang paling sering digunakan
dalam penelitian kualitatif,penyajian data bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antara kategori dan sejenisnya, tetapi yang paling sering digunakan
adalah teks yang bersifat naratif. Penyajian data dilakukan edngan mengelompokkan data
sesuai dengan sub-babnya masing-masing. Data yang telah didapatkan dari hasil
wawancara dari sumber tertulis maupun sumber pustaka.
3. Kesimpulan/verifikasi data
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara,
dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat, yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya9. Kesimpulan dalam penulisan kualitatif merupakan
temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat juga berupa deskripsi
atau gambaran suatu objek yang sebelumnya kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah
diteliti.
9
(Sugiyono, 2009: 246-253)
14