Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

KONSEP PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ), PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN


(DARING), SELAMA PANDEMI COVID19, & ATURAN-ATURAN PEMERINTAH
Dosen Pengampu: Miftah syarif, M.Ag

Pendidikan Agama Islam


Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Riau
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai waktu yang ditentukan. Shalawat
dan salam kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah menuntun manusia dari
jalan kesesatan menuju jalan kebenaran.

Adapun judul makalah ini adalah “KONSEP PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ), PEMBELAJARAN
DALAM JARINGAN (DARING), SELAMA PANDEMI COVID19, & ATURAN-ATURAN PEMERINTAH”
Penulis menyusun makalah ini guna menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah, semoga
dengan adanya makalah ini menjadi salah satu penambatan wawasan keilmuan bagi kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku pembimbing mata kuliah Fiqh Kontemporer
yang telah memberikan bimbingan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh nilai tugas
kelompok pada pembelajaran ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik
dari segi susunan kalimat, tata bahasa, maupun dalam pemateri yang kami buat. Oleh karena
itu kami sangat membutuhkan saran dan kritik agar dapat membantu memperbaiki makalah ini.
Dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat dan memberi tambahan ilmu bagi kawan-
kawan dan kami khususnya.

Pekanbaru, 10 juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1

1.3 Tujuan Pembahasan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2

2.1 Konsep Pembelajaran Jarak Jauh....................................................................................2

2.2 Konsep Pembelajaran Dalam Jaringan............................................................................3

2.3 Aturan-Aturan Pemerintah.............................................................................................5

BAB III PENUTUP....................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran jarak jauh merupakan metode belajar yang digunakan pada saat
sekarang ini. Pembelajaran jarak jauh merupakan pembelajaran dimana pendidik dan
peserta didik melakukan kegiatan belajar mengajar di berbeda tempat atau tidak berada
dalam satu tempat dengan media sebagai penghubungnya. Media yang dimaksud disini
diikuti sesuai dengan jamannya, pada jaman sekarang media yang digunakan adalah
internet. Berbagai ilmu pengetahuan dan kecanggihan yang ada pada saat ini
memudahkan guru dan siswa melaksanakan pembelajaran jarak jauh, mulai dari
melaksanakan pertemuan secara virtual, mengakses materi di internet yang memiliki
banyak sumber, mengirim dan menerima tugas dari guru melalui suatu aplikasi serta
masih banyak lagi fitur-fitur yang bisa kita manfaatkan dalam pembelajaran jarak jauh
berbasis internet ini. Dilihat dari sisi positif, pembelajaran jarak jauh sangat tepat
dilaksanakan ditengah kondisi pandemi covid-19ini tetapi ada sisi positif adapula sisi
negatifnya. Sisi negatifnya pada saat pembelajaran berlangsung tiba-tiba hilang koneksi
mengakibatkan pembelajaran terhambat, kemudian sebagian kecil peserta didik dan
pendidik minim fasilitas misalnya tidak ada barang elektronik yang menunjang seperti
komputer, laptop dan ponsel pintar bahkan untuk membeli paket data juga sulit untuk
beberapa orang dikarenakan tidak ada penghasilan akibat dari tidak bekerja pada saat
pandemi ini. Guru dan siswa bisa tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari
rumah dengan menggunakan aplikasi-aplikasi seperti zoom, google meet, skype, google
classroom,dsb. Kebanyakan sekolah menggunakan aplikasi google classroomsebagai
sarana proses belajar mengajar karena lengkapnya fitur yang diberikan dan pengguna
mudah untuk menggunakannya. Google classroomadalah suatu aplikasi pembelajaran
campuran secara onlineyang dapat digunakan secara gratis, guru bisa membuat kelas
mereka sendiri dan membagikan kode kelas tersebut atau mengundang para siswanya,
dengan adanya aplikasi google classroompara pendidik dan siswa mudah dalam
membagikan pembelajaran dan membuat tugas tanpa harus hadir di sekolah (Sunarsidkk,
2020).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep Pembelajaran Jarak jauh (PJJ), Pembelajaran Dalam Jaringan (DARING),
Selama Pandemi Covid19. Dan Aturan-aturan Pemerintah.
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa konsep Pembelajaran Jarak jauh (PJJ), Pembelajaran Dalam
Jaringan (DARING), Selama Pandemi Covid19. Dan Aturan-aturan Pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pembelajaran Jarak Jauh


1. Pengertian Pembelajaran Jarak Jauh
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan suatu media yang memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dan
guru. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi antara peserta didik dan guru tidak bertatap
muka secara langsung seperti pembelajaran biasanya yang dilakukan di dalam ruang kelas
atau ditempat yang sama. Namun interaksi dalam PJJ dilakukan tidak bertatap muka secara
langsung yang artinya peserta didik dan guru berada dalam tempat yang berbeda, bahkan
dalam jarak yang sangat jauh (Prawiyogi et al., 2020). Dengan pelaksanaan pembelajaran
jarak jauh kehadiran peserta didik dan guru tidak selalu bersifat hadir secara fisik
bersamaan di ruang kelas. Pelaksanaannya juga dapat berupa sepenuhnya menggunakan
sistem jarak jauh (hybrid) maupun campuran atau kolaborasi dari pembelajaran jarak jauh
dan dengan pembelajaran di ruang kelas (blended) (Setiawan, 2020) Pada pelaksanaanya
ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan agar sistem pendidikan
(pembelajaran) jarak jauh dapat berjalan dengan baik yaitu tingkat perhatian (konsentrasi)
dari peserta didik maupun guru, kepercayaan diri guru, pengalaman, kreatif dalam
melakukan proses pembelajaran, pemahaman dalam penggunaan internet atau e-learning,
dan kemampuan dalam menjalin interaksi dengan peserta didik (Prawiyogi et al., 2020).
Menurut Ibrahim (2005) pembelajaran jarak jauh (distance education) dan telah lama
dikenal manusia sejak tahun 1870-an. Sistem pendidikan jarak jauh muncul pada
mulanya korespondensi, dengan obyek sasaran utamanya orang dewasa. Dulunya proses
pembelajaran tersebut menggunakan bahan cetak atau tertulis dan distribusikan melalui
jasa pos dan selanjutnya pembelajaran jarak jauh meningkat menggunakan media
elektronik seperti radio dan televise.Kemudian di tahun1990 telah mengenal multimedia
dan hingga pada akhirnya pembelajaran jarak jauh untuk anak didik di jaman serba
onlinedan internet hinggga saat ini lebih dikenal dengan adanya perkembangan virtual
learningdi sekolah karena jauh lebih efektf dan efesien.Pendidikan jarak jauh (PJJ)
adalah mengajarkan perserta didik belajar terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan sumber belajar internet dan onlinesesuai teknologi
informasi dan omunikasi dan dengan bantuan media yang canggih. hal ini sesuaidengan isi
UU nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 15 yang isinya “Pendidikan jarak jauh adalah
pendidikan yang perserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya
menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan
media lain”(UURI, UU Sidiknas, 2003).
Dalam pendidikan jarak jauh lebih menekankan kepada cara belajar mandiri dengan
memakai antara lain bahan ajar yang cara penyajiannya dirancang secara khusus sehingga
diharapkan dapat dipelajari secara mandiri baik sendiri maupun bersama teman lain. Karena
yang paling penting dalam pendidikan jarak jauh adalah strategi belajar, karena dalam
pembelajaran jarak jauh tidak ada orang yang menyuruh atau mengingatkan untuk belajar,
selain diri sendiri. Pelajar yang mengikuti pendidikan jarak jauh mempunyai kebebasan
untuk belajar tanpa harus datang dan hadir dalam sebuah pertemuan. Karena dalam
pembelajaran jarak jauh semua pembelajaran dilakukan tanpa harus hadir atau datang pada
suatu tempat. Namun terdapat kendala-kendala yang terjadi oleh peserta atau pelajar yang
mengikuti pembelajaran jarak jauh, yaitu kesulitan dalam memecahkan masalah dalam
materi pembelajaran, kesulitan mencari informasi tentang pelajaran yang di bahas secara
pribadi serta kesulitan dengan tugas-tugas yang diberikan.
Menurut Bambang Warsita(2015), pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh dapat
didefinisikan sebagai pembelajaran yang berlangsung secara jarak jauh karena
terpisahnya guru/pendidik dan peserta didik, mempersyaratkan kemandirian peserta
didik, serta didukung oleh layanan belajar yang memada. Adapun ciri-ciri adalah sebagai
berikut: a. Adanya organisasi yang mengatur cara belajar mandiri, b. Materi pembelajaran
disampaikan melalui media, c. Tidak adanya kontak langsung antara pengajar dengan
pembelajar. Menurut Narayana(2016), terdapat 2 metode pembelajaran jarak jauh
yang digunakan dalam pembelajaran yaitu:
1. Synchronus, ketika peserta didik dan instruktur bertukar informasi dan
berinteraksi secara bersamaan dalam sebuah komunitas pembelajaran online dengan
menggunakan waktu yang telah ditetapkan dengan menggunakan teknologi pembelajaran
termasuk internet conference, satelit, telekonferensi video dan chating,
2. Asynchronus, pembelajaran secara bebas yang tidak terikat oleh waktu, dimana
peserta didik dapat beriteraksi dengan materi khusus dan satu sama lain dengan pada
waktu yang mereka pilih. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah saat peserta didik
memposting pemikirannya, di hari yang ditentukan sendiri dan pelajar lain memberikan
mengomentari posting seperti forum diskusi.

Kelebihan dalam pembelajaran menggunakan sistem jarak jauh adalah dapat


dimanfaatkan sebagai saran untuk mengembangkan askes pendidikan pada masyarakat
umum karena sistemnya yang fleksibel tidak terbatas pada waktu, jarak dan tempat. Serta
juga dapat dimanfaatkan oleh banyak orang dari berbagai latar belakang geografis, sosial,
budaya maupun ekonomi. Meskipun mempunyai berbagai kelebihan pembelajaran jarak
jauh juga memiliki beberapa kekurangan yaitu kualitas teknologi yang tidak sepenuhnya
secara maksimal dapat memenuhi kebutuhan semua lapisan masyarakat, interaksi antara
siswa dan guru yang belum memadai serta pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran
jarak jauh yang masih kurang. (Setiawan, 2020).

Pembelajaran jarak jauh juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan kekurangan,
antara lain (Rusman. 2011:352) :
1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antarsesama
peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values
dalam proses pembelajaran.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya
mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Masalah ketepatan dan kecepatan pengiriman modul dari puast pengelolaan
pembelajaran jarak jauh kepada para peserta di daerah sering tidak tepat waktu, dank
arenanya dapat menghambat kegiatan pembelajaran. (OemarHamalik, 1994:53)

2. Teori Pembelajaran jarak jauh


PPJ digunakan bukan hanya untuk penyampaian materi saja dari pengajar ke peserta
didik. Akan tetapi peserta didik juga dituntut agar dapat mengembangkan informasi yang
telah didapatnya tersebut menjadi sesuatu yang baru yang dapat dimanfaatkan oleh orang
banyak. Dalam sistem PJJ siswa dituntut mandiri untuk selalu berusaha mengembangkan
informasi yang telah diberikan oleh pengajar, tanpa harus tergantung pada pengajarnya.
Ibarat seorang anak balita yang harus mampu belajar makan sendiri tanpa harus selalu
disuapi oleh ibunya.
Konsep PJJ itu sendiri dilakukan dengan penyampaian materi yang disampaikan melalui
sebuah media. Dan peserta didik diharapkan mampu menerima, merekam, dan menyimpan
informasi tersebut.
PJJ memerlukan interaksi yang tinggi antara pengajar dan peserta didik, sekalipun di
wilayah terpencil. Manfaat interaksi ini adalah: PJJ memperbolehkan peserta didik untuk
mendengar dan mungkin melihat pengajarnya, sebagaimana keharusan dosen untuk
menjawab pertanyaan atau komentar dari peserta didiknya
Membahas pengertian PJJ tidak akan tuntas tanpa dasar teori yang jelas. Dari segi teori,
Sewart, Keagan, & Holmberg (1983) secara garis besar membedakan tiga teori utama
tentang pendidikan jarak jauh, teori otonomi dan belajar mandiri, industrialisasi pendidikan,
dan komunikasi interaktif.
1. teori otonomi dan belajar mandiri, pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh
pandangan sosial demokrat dan filsafat pendidikan liberal yang menyatakan bahwa setiap
individu berhak mendapat kesempatan yang sama dalam pendidikan dan setiap upaya
instruksional hendaknya diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan
kebebasan dan kemandirian pada peserta didik dalam proses belajarnya.
Peserta didik mempunyai kebebasan untuk mempertimbangkan dan memutuskan
sendiri apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Artinya, jika dalam
pendidikan konvensional siswa lebih banyak berkomunikasi interpersonal atau
berkonsultasi dengan manusia, maka dalam pendidikan jarak jauh ia lebih banyak
melakukan komunikasi intrapersonal dengan masukan berupa informasi atau bahan ajar
dalam bentuk cetak maupun non cetak.
2. teori industrialisasi pendidikan yang dikemukakan oleh Peters (1973). Ia mengatakan
bahwa sistem pendidikan jarak jauh (PJJ) adalah semacam bentuk industrialisasi aktivitas
belajar mengajar yang dalam penyelenggaraannya bercirikan pembagian kerja dan produksi
(bahan ajar) secara massal.
PJJ merupakan metode untuk mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
dengan cara menerapkan berbagai prinsip industrialisasi dan pemanfaatan teknologi yang
tujuannya adalah untuk memproduksi bahan ajar yang berkualitas secara massal sehingga
dapat digunakan secara bersamaan oleh sejumlah besar peserta didik yang tempat
tinggalnya tersebar di seluruh pelosok negara.
3. teori interaksi dan komunikasi. Teori ini muncul karena banyak ahli pendidikan yang
sepakat bahwa pengertian belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Kontak antara
peserta didik dengan komponen institusi penyelenggara pendidikan jarak jauh masih
diperlukan, baik untuk kepentingan hal-hal yang bersifat administratif maupun akademis;
bahkan kadang-kadang psikologis. Mengenai hal-hal yang bersifat akademis, karena
menyangkut esensi pendidikan itu sendiri, lembaga pendidikan jarak jauh selalu
menyediakan tutor.
Dengan demikian, interaksi antara peserta didik dengan pengajar tetap terjadi
walaupun frekuensi dan intensitas komunikasi yang terbatas. Cara berinteraksi itu sendiri
bisa melalui tatap muka langsung atau menggunakan media komunikasi seperti surat,
telepon, komputer, dan sebagainya.

B. Konsep Pembelajaran Dalam Jaringan


Istilah daring merupakan akronim dari “dalam jaringan“ yaitu suatu kegiatan yang
dilaksanakan dengan sistem daring yang memanfaatkan internet. Menurut Bilfaqih &
Qomarudin (2015, hlm. 1) “pembelajaran daring merupakan program penyelenggaraan
kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang masif dan
luas”. Thorme dalam Kuntarto (2017, hlm. 102) “pembelajaran daring adalah pembelajaran
yang menggunakan teknologi multimedia, kelas virtual, CD ROM, streaming video, pesan
suara, email dan telepon konferensi, teks online animasi, dan video streaming online”.
Sementara itu Rosenberg dalam Alimuddin, Tawany & Nadjib (2015, hlm. 338) menekankan
bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan
serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Ghirardini dalam Kartika (2018, hlm. 27) “daring memberikan metode
pembelajaran yang efektif, seperti berlatih dengan adanya umpan balik terkait,
menggabungkan kolaborasi kegiatan dengan belajar mandiri, personalisasi pembelajaran
berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan menggunakan simulasi dan permainan”. Sementara
itu.
menurut Permendikbud No. 109/2013 pendidikan jarak jauh adalah proses belajar
mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi.
Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan
dan kemajuan diberbagai sektor terutama pada bidang pendidikan. Peranan dari teknologi
informasi dan komunikasi pada bidang pendidikan sangat penting dan mampu memberikan
kemudahan kepada guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran daring ini
dapat diselenggarakan dengan cara masif dan dengan peserta didik yang tidak terbatas.
Selain itu penggunaan pembelajaran daring dapat diakses kapanpun dan dimana pun
sehingga tidak adanya batasan waktu dalam penggunaan materi pembelajaran.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran daring atau e-learning
merupakan suatu pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dengan menggunakan
internet dimana dalam proses pembelajarannya tidak dilakukan dengan face to face tetapi
menggunakan media elektronik yang mampu memudahkan siswa untuk belajar kapanpun
dan dimanapu.

Konsep Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran


tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online
yang menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar
tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain
media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).Seluruh
sekolah mengehentikan pembelajaran tatap muka di sekolah dan diganti dengan konsep
model pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau Home Learning (HL). Sekolah-sekolah tersebut
tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, dimana membutuhkan media pembelajaran
seperti handphone, laptop, atau komputer. Sebagai seorang guru mengajar tatap muka
secara langsung di ruang kelas, mau tidak mau harus siap dengan model pembelajaran baru
ini. Semua benar-benar untuk mempersiapkan konsep model pembelajaran jarak jauh ini
dengan baik. Walalupun pada awalnya canggung dalam menggunakan aplikasi-aplikasi yang
banyak sekali seperti Google Classroom, Google Meet dan Zoom Meeting, dan masih
banyak aplikasi yang bisa di jadikan sebagai bahan pengajar untuk peserata didik

Selain itu Rusma dalam Herayanti, Fuadunnazmi, & Habibi (2017, hlm. 211) mengatakan
bahwa karaktersitik dalam pembelajaran elearning antara lain:
1) Interactivity (interaktivitas),
2) Independency (kemandirian),
3) Accessibility (aksesibilitas),
4) Enrichment (pengayaan).
Pembelajaran daring harus dilakukan sesuai dengan tata cara pembelajaran jarak jauh.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (PERMENDIKBUD) nomor 109
tahun 2013 ciri-ciri dari pembelajaran daring adalah:
1) Pendidikan jarak jauh adalah proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak
jauh melalui penggunaan berbagai mendia komunikasi.
2) Proses pembelajaran dilakukan secara elektronik (e-learning), dimana memanfaatkan
paket informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran yang dapat diakses oleh peserta didik kapan saja dan dimana saja.
3) Sumber belajar adalah bahan ajar dan berbagai informasi dikembangkan dan dikemas
dalam bentuk yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi serta digunakan dalam
proses pembelajaran.
4) Pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik bersifat terbuka, belajar, mandiri, belajar
tuntas, menggunakan teknlogi informasi dan komunikasi, menggunakan teknologi
pendidikan lainnya, dan berbentuk pembelajaran terpadu perguruan tinggi.
5) Pendidikan jarak jauh bersifat terbuka yang artinya pembelajaran yang
diselenggarakan secara fleksibel dalam hal penyampaian, pemilihan dan program studi dan
waktu penyelesaian program, jalur dan jenis pendidikan tanpa batas usia, tahun ijazah, latar
belakang bidang studi, masa registrasi, tempat dan cara belajar, serta masa evaluasi hasil
belajar.
Dari penejelasan tentang karakteristik/ciri dari pembelajaran daring maka dapat
disimpulkan bahwa karakteristik/ciri pembelajaran daring yaitu dengan menggunakan
media elektronik, pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan internet, pembelajaran
dapat dilaksanakan kapanpun dan dimanapun serta pembelajaran daring bersifat terbuka.

Pembelajaran dalam jaringan (daring) terbagi menjadi 2 yaitu:


1. E-learning,
Pakpahan & Fitriani (2020) mengatakan bahwa e-learning adalah teknologi informasi
dan komunikasi yang akan membantu siswa untuk belajar kapanpun dan dimanapun. E-
learning memiliki konsep yang luas artinya media yang digunakan dalam pembelajaran e-
learning tidak hanya media yang harus terhubung dengan internet/jaringan saja (online)
melainkan juga dapat menggunakan media yang tidak terhubung dengan internet (offline).
Contohnya radio, TV interaktif dan LCD proyektor.
E-learning terbagi menjadi dua tipe yaitu:
1. Synchronous.
Synchronous memiliki arti bahwa pada saat proses pembelajaran pendidik dan peserta
didik melakukan pembelajaran pada waktu yang sama dengan mengakses internet secara
bersamaan. Sehingga interaksi langsung dapatmterjadi meskipun secara online. Dalam
pelaksanaan synchronous training pendidik melakukan kegiatan belajar dengan
memberikan bahan ajar dalam bentuk makalah atau slide presentasi. Sedangkan peserta
didik mendengarkan presentasi, mengajukan pertanyaan maupun komentar terkait materi
pembelajaran secara langsung melalui internet. Synchronous training memungkinkan
peserta didik terhubung melalui internet seperti pembelajaran langsung tatap muka namun
tetap bersifat maya (virtual). Synchronous training sering juga disebut sebagai virtual
classroom.
2. Asynchronous
Asynchronous berarti tidak pada waktu bersamaan. Peserta didik dapat mengambil
waktu pembelajaran berbeda dengan pendidik memberikan materi. Asynchronous training
sering digunakan karena memiliki akses materi pembelajaran yang tidak terbatas ruang dan
waktu. Peserta didik dapat melaksanakan pembelajaran dan menyelesaikannya setiap saat
sesuai rentang jadwal yang sudah ditentukan. Pembelajaran dapat berbentuk bacaan,
animasi, simulasi, permainan edukatif, tes, quiz dan pengumpulan tugas.
2. Online learning
Online learning merupakan suatu pembelajaran yang keseluruhan dalam
penyampaiannya pembelajarannya dilakukan menggunakan bantuan internet dan didukung
oleh teknologi lain (Nguyen, 2015). Online learning juga merupakan bagian dari e-learning
yang memiliki pengertian merupakan suatu pembelajaran dengan menggunakan jaringan
komputer yang terhubung dengan internet. Media yang digunakan dalam online learning
harus bersifat terhubung dengan internet (online).
Pembelajaran secara daring memiliki kelebihan sebagai berikut:
1. Fasilitas pembelajaran daring dapat memungkinan akses komunikasi antara pendidik
dan peserta didik dilakukan dengan mudah tanpa terkendala jarak, tempat dan waktu.
2. Dalam hal bahan ajar pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar dari
internet yang terjadwal dan terstruktur.
3. Siswa dapat belajar (me-review) bahan ajar setiap saat dan dimana saja apabila
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4. Peserta didik dengan menggunakan askes internet dapat mencari informasi lebih
terkait materi pembelajaran.
5. Pendidik dan peserta didik dapat melakukan diskusi menggunakan bantuan internet
dengan jumlah peserta yang banyak.
Pembelajaran daring memiliki beberapa kekurangan yaitu sebagai berikut:
1. Dalam proses belajar mengajar values cenderung lambat terbentuk hal ini
dikarenakan kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar peserta
didik itu sendiri.
2. Aspek akademik atau aspek sosial cenderung terabaikan dan hanya berfokus pada
aspek lain seperti aspek bisnis atau komersial.
3. Daripada berfokus pada aspek pendidikan proses kegiatan belajar mengajarnya
cenderung ke arah aspek pelatihan.
4. Pendidik dituntut untuk dapat beradaptasi agar dapat menguasai pembelajaran ICT
(Information Communication Technology) yang berbeda dengan pembelajaran konvensional
biasanya.
5. Tingkat kegagalan lebih sering terjadi pada siswa yang tidak memiliki motivasi tinggi.
6. Fasilitas yang ada pada suatu tempat tidak sepenuhnya memadai dalam penggunaan
internet (terkait masalah listrik, telepon dan komputer).
Adapun strategi-strategi agar pembelajaran daring dan jarak jauh dapat dilakukan
dengan efektif, yaitu :
1. Menetapkan manajemen waktu.
2. Mempersiapkan teknologi yang dibutuhkan.
3. Mulailah belajar dengan serius.
4. Menjaga komunikasi dengan pengajar dan teman sekelas

C. Aturan-aturan Pemerintah
Pada tanggal 24 Maret 2020 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan
pendidikan dalam masa darurat penyebaran Covid-19 dalam surat edaran tersebut
dijelaskan bahwa proses belajar dilaksanakan dirumah melalui daring atau jarak jauh
dilaksanakan untuk memberikan pengalam belajar yang bermakna bagi peserta didik
Dengan pembelajaran daring memungkinkan siswa untuk belajar di mana saja, kapan saja
dengan memperpanjang waktu belajar mereka. Siswa dapat berinteraksi dengan guru
dengan menggunakan beberapa media sosial seperti Classroom, Vidio Converence, Telepon
atau Live Chat, Zoom maupun melalui Pembelajaran daring adalah bentuk pembelajaran
jarak jauh yang memanfaatkan teknologi, komunikasi dan internet. Pelaksanaan
pembelajaran daring dibutuhkan untuk menjawab tantangan di era revolusi 4.0 yang
memanfaatkan segala bentuk informasi digital dalam proses pembelajaran
Pemerintah telah mengeluarkan Permendikbud No.24 Tahun 2012 tentang
penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ). Sehingga secara legal formal, PJJ diakui sah
dilaksanakan di Indonesia dengan segala keterbatasannya.
Secara konsep PJJ sama dengan tatap muka yaitu adanya pola interaksi dua arah atau
lebih antara guru dengan siswa secara terencana, sistematis, dan terukur. Di mana tetap
mengacu pada norma serta karakter siswa yang bermanfaat secara praktis dan akademis.
Istilah Pembelajara Jarak Jauh (PJJ) yang tercantum dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 yang menyatakan bahwa Pendidikan Jarak
Jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik, dan pembelajarannya
menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi dan media
lainnya
Letak perbedaan dengan tatap muka bahwa pendidikan jarak jauh lebih menekankan
penggunaan teknologi dan informasi atau berbasis IT. Oleh karena itu strategi, metode,
serta teknik pembelajaran tetap direncanakan dengan pemilihan media komunikasi yang
tepat.
Sedikitnya ada 6 aspek yang mencirikan dalam pendidikan jarak jauh. Yaitu: 1) adanya
dua atau lebih pihak yang mengadakan kontak melalui sistem kendali jarak jauh; 2) adanya
hubungan tatap muka satu-satu dengan siswa dalam bentuk bantuan, bimbingan, dan
pelatihan individual; 3) adanya suatu komunikasi dua arah yang teorganisasi untuk
menghubungkan dua tempat atau lebih yang berjauhan; 4) tidak didominasi oleh pengajar
tatap muka; 5) menggunakan aspek-aspek komunikasi, sosial dan pendagogik; 6) menuntun
disiplin diri yang tinggi dan kegiatan siswa yang maksismum untuk berhasil.
Beberapa pemerintah daerah memutuskan menerapkan kebijakan untuk meliburkan
siswa dan mulai menerapkan metode belajar dengan sistem daring (dalam jaringan) atau
online. Kebijakan pemerintah ini mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di
Indonesia pada hari Senin, 16 Maret 2020 yang juga diikuti oleh wilayah-wilayah provinsi
lainnya. Tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi beberapa sekolah di tiap-tiap daerah.
Sekolah-sekolah tersebut tidak siap dengan sistem pembelajaran daring, dimana
membutuhkan media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer.
Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa
tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang
menggunakan jaringan internet. Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap
berjalan, meskipun siswa berada di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media
pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).
Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa
Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19).

Berdasarkan Undang-Undang Perguruan Tinggi nomer 12 tahun 2012, pasal 31


tentang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menjelaskan bahwa PJJ merupakan proses belajar
mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media komunikasi.
PJJ akan memberikan layanan Pendidikan Tinggi kepada kelompok Masyarakat yang tidak
dapat mengikuti Pendidikan secara tatap muka atau reguler; dan memperluas akses serta
mempermudah layanan Pendidikan Tinggi dalam Pendidikan dan pembelajaran. PJJ
diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana
dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan
Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan suatu media yang memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik
dan guru. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi antara peserta didik dan guru tidak
bertatap muka secara langsung seperti pembelajaran biasanya yang dilakukan di dalam
ruang kelas atau ditempat yang sama.
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan
internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk
memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran (Sadikin & Hamidah, 2020).
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang berbasis elektronik dengan
memanfaatkan jaringan smartphone dan komputer yang dikembangkan dalam bentuk
web yang kemudian dikembangkan lebih luas ke jaringan komputer yaitu internet
Berdasarkan Undang-Undang Perguruan Tinggi nomer 12 tahun 2012, pasal 31
tentang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) menjelaskan bahwa PJJ merupakan proses belajar
mengajar yang dilakukan secara jarak jauh melalui penggunaan berbagai media
komunikasi. PJJ akan memberikan layanan Pendidikan Tinggi kepada kelompok
Masyarakat yang tidak dapat mengikuti Pendidikan secara tatap muka atau reguler; dan
memperluas akses serta mempermudah layanan Pendidikan Tinggi dalam Pendidikan
dan pembelajaran. PJJ diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan
yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin
mutu lulusan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Hikmah, M. (2020). PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN


PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR PEMROGRAMAN DASAR SISWA. Jurnal Teknodik, (2),
27-38.

Nurul Fitri, Khoirun Nisa.(2022).JagoMentorSolusi Pembelajaran Jarak JauhPada Masa Pandemi


Covid-19.Jurnal Pendidikandan Pembelajaran,1(2),176-184.

Ambarsari, R. Y. (2021). Evaluasi Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19 Di Kecamatan


Bulukerto Wonogiri. Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha, 8(1), 28–35.

Fuadi, T. M., Musriandi, R., & Suryani, L. (2020). Covid-19 : Penerapan Pembelajaran Daring Di
Perguruan Tinggi. Jurnal Dedikasi Pendidikan, 4(2), 193–200.

Kurnia, W., & Lena, M. S. (2021). Pengaruh Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Luring Terhadap Hasil
Belajar Siswa SD. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1743–1749.

Prawiyogi, A. G., Purwanugraha, A., Fakhry, G., & Firmansyah, M. (2020). Efektifitas
Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Pembelajaran Sisiwa di SDIT Cendekia Purwakarta.
Jurnal Pendidikan Dasar, 94-101.

Yunita, Elihami. (2021). Pembelajaran Jarak Jauh Dengan Media E-Learning Diskursus Melalui
Problem Soving di Era Pandemik Covid19. Jurnal Edukasi Nonformal, 2 (1) 133-140

Anda mungkin juga menyukai