Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PEMBELAJARAN BERBASIS HYBRID

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu: Dody Feliks P Ambarita, S.Pd., M.Hum.

Disusun Oleh:

Kelompok 10
Edo Clinton Damanik (2223131034)
Jefri Josua Sinaga (2223132020)
Epa Rahmayani (2223132032)
Emirah Rezqa (2221132009)
Mirna Siregar (2222132006)

PENDIDIKAN BAHASA JERMAN


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tanpa bantuan dari Tuhan, saya bukanlah siapa-
siapa. Shalawat beserta salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
yang kita nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Dalam penyusunan Makalah ini, saya banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi,
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada bapak Dody Feliks P Ambarita, S.Pd., M.Hum. selaku
dosen mata kuliah Falsafat Pendidikan atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang
telah diberikan kepada saya dalam pengerjaan critical book report ini.
Saya menyadari bahwa penulisan Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu saya mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Saya mohon maaf
yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang salah.

Demikian, semoga Makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan........................................................................................................1
1.4. Manfaat.......................................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Hybrid.................................................................2
2.2. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran berbasis Hybrid........................................2
3.3. Perbedaan Antara Hybrid Learning Dengan Blended Learning.................................4
3.4. Penerapan Model Hybrid Learning............................................................................4
3.5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Hybrid Learning.........................................5
3.6. Apa Yang Harus Dipersiapkan Agar Pembelajaran
Berbasis Hybrid jadi Lebih Efektif?...........................................................................6
3.7. Implementasi Metode Hybrid Learning.....................................................................7
3.8. Tahap Implementasi Hybrid Learning.......................................................................8
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................9
3.2. Saran...........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tahun 2020 Indonesia mengalami kondisi yang kurang baik, hal ini dikarenakan
masuknya virus Covid-19. Dari bulan Maret tahun 2020 sampai dengan saat ini kurang lebih
selama 2 tahun virus tersebut terus menyebar ke berbagai negara di dunia termasuk di Negara
Indonesia. Virus ini semakin berkembang dan bahkan memunculkan berbagai varian yang
baru. Akibat dari adanya virus tersebut tentunya membuat banyak kerugian atau dampak
negatif. Dampak yang dialami oleh Negara Indonesia adalah di berbagai sektor termasuk
sosial budaya, ekonomi dan juga sektor pendidikan. Dalam sektor pendidikan yang ada di
Indonesia mentri pendidikan mengambil kebijakan untuk melaksanakan pembelajaran di
rumah masing-masing, sesuai dengan Surat Edaran (Kemendikbud Dikti No. 1 Tahun 2020).
Hadirnya pandemi Covid-19 memaksa setiap sektor termasuk pendidikan untuk
melakukan inovasi dan penyesuaian agar tetap produktif. Instansi yang bisa
menyelenggarakan pendidikan tanpa harus ada tatap muka bisa menjalankan metode online
learning. Namun, bagi tingkatan pendidikan tinggi khususnya pada beberapa jurusan cukup
kesulitan jika tidak ada opsi pembelajaran tatap muka. Oleh karena itu, dipilih metode
pembelajaran hybrid learning.

1.2 Rumuan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Pembelajaran Berbasis Hybrid?
2. Apa kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Berbasis Hybrid?
3. Apa Perbedaan Antara Hybrid Learning Dengan Blended Learning?
4. Bagaimana Model Pembelajaran Berbasis Hybrid?
5. Apakah Pembelajaran Berbasis Hybrid efektif untuk siswa dan guru?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian Pembelajaran Berbasis Hybrid.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Pembelajaran Berbasis Hybrid.
3. Untuk mengetahui Perbedaan Antara Hybrid Learning Dengan Blended Learning.
4. Untuk mengetahui Model Pembelajaran Berbasis Hybrid.
5. Untuk mengetahui apakah Hybrid efektif untuk siswa dan guru.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan.
2. Sebagai bahan diskusi tentang Pembelajaran Berbasis Hybrid.
3. Kita dapat mempelajari apa itu Pembelajaran Berbasis Hybrid.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembelajaran Berbasis Hybrid


Hybrid learning adalah pengkombinasian metode pembelajaran berbasis e-learning
(electronic learning) dengan metode pembelajaran tatap muka atau metode konvensional.
(Lynn, et al., 2014).

hybrid learning adalah metode yang mengombinasikan pembelajaran daring dan tatap muka
menjadi satu kesatuan pengalaman. Jadi, pengajaran dilakukan dengan membagi siswa untuk
belajar di sekolah dan online di rumah.
(Snart, J.A., 2010).

Hybrid learning sebagai pembelajaran yang diintegrasikan secara normal melalui


pembelajaran di luar kelas di mana dapat menggunakan fasilitas elektronik sebagai tutorial,
kelompok belajar, atau informasi dari perpustakaan.
(Barenfenger, 2005).

Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa pola belajar yang
dikembangkan dalam hybrid learning bukanlah sebatas mengkombinasikan pertemuan tatap
muka di kelas dengan pembelajaran daring saja, tetapi juga berusaha menghilangkan
kekurangan dari masing-masing metode tersebut.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Hybrid


A. Kelebihan Hybrid Learning.
 Siswa dapat menentukan pilihan apakah akan mengikuti pembelajaran secara daring
ataupun luring. Apalagi saat ini pembelajaran luring harus atas izin dari orang tua
siswa.
 Siswa dapat merasakan adanya variasi dalam pembelajaran.
 Siswa yang memilih belajar secara daring atau siswa yang terkendala tidak dapat
hadir di kelas tetap dapat mengikuti pemaparan materi atau kegiatan pembelajaran
yang dipandu langsung oleh guru di sekolah.
 Terjadi pembatasan kegiatan fisik dan interaksi sosial yang sangat dianjurkan untuk
mencegah meluas penyebaran virus covid 19.
 Ada kesempatan bersosialisasi yang dapat dimanfaatkan untuk berdiskusi secara
langsung.
 Lebih efisien dan efektif, karena mahasiswa dapat memilih gaya, tempat, dan waktu
belajarnya masing-masing.
 Tetap memaksimalkan praktikum, khususnya untuk beberapa jurusan yang berada
dalam rumpun saintek.
 Mengutamakan kenyamanan belajar.
 Meningkatkan kesehatan mental dan fisik karena tetap ada waktu bergerak dan
beraktivitas penuh.

B. Kekurangan Hybrid Learning


 Guru harus memastikan perangkat pembelajaran yang digunakan dapat menjamin
keberlangsungan proses pembelajaran secara seimbang.
 Diperlukan aneka peralatan yang bisa mendukung proses live streaming agar materi
yang didapatkan oleh siswa yang memilih online learning tetap berkualitas dan
bermakna.
 Guru mengalami kelelahan karena pada dasarnya harus dapat mengkondisikan
pembelajaran daring dan luring secara bersamaan yang tentu saja membutuhkan
energi lebih.
 Biaya dan dana yang harus dikeluarkan oleh pihak sekolah maupun siswa untuk dapat
menunjang keberlangsungan aktivitas pembelajaran tidak sedikit.
 Bergantung pada jaringan internet dan perangkat yang digunakan.
 Berpotensi kesulitan mengatur jadwal belajar.
 Tenaga pengajar berpotensi kesulitan menyusun konten belajar yang sesuai dan
efektif.

2.3 Perbedaan Antara Hybrid Learning Dengan Blended Learning


Selain hybrid learning ada juga istilah lain yang cukup identik yaitu blended learning. Metode
blended learning sering dianggap sama saja dengan hybrid learning tetapi sebenarnya ada
perbedaan yang cukup mendasar. Apa saja?

1. Berdasarkan proses belajar


Pembelajaran hybrid learning memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengarahkan proses pembelajaran secara mandiri. Sedangkan pada blended learning, proses
belajarnya telah ditentukan oleh kampus.

2. Berdasarkan capaian tujuan pembelajaran


Metode hybrid learning lebih berfokus untuk mencapai tujuan kurikulum dengan
penggabungan dan penerapkan beberapa metode pembelajaran. Sedangkan metode yang
diterapkan pada blended learning, hanya mencakup 2 metode saja yaitu pembelajaran tatap
muka secara langsung serta pembelajaran yang berbasis online.

2.4 Penerapan Model Hybrid Learning


Penerapan model hybrid learning tentunya akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
sekolah serta kesiapan teknologi yang tersedia di tempat kalian.
Namun secara prinsip, pastinya pembelajaran dengan sistem daring akan tetap dilaksanakan
oleh guru kalian, dengan jalan mengkombinasikan pertemuan tatap muka.
Durasi lamanya tatap muka di sekolah juga akan tergantung pula dari kebijakan yang diambil
oleh kepala sekolah yang disesuaikan dengan instruksi pemerintah setempat. Termasuk
jumlah murid dalam satu sekolah juga menjadi hal akan dijadikan pertimbangan. Penerapan
model hybrid learning yang paling memungkinkan adalah dengan sistem rotasi. Misal 50%
siswa belajar tatap muka dan 50% lainnya belajar secara online, dan pada hari berikutnya
mereka saling bergantian. Ini pas diterapkan untuk kelas dengan jumlah murid yang relatif
banyak. Jika jumlah murid dalam satu kelas sedikit, bisa saja 100% murid dalam satu kelas
masuk secara bersamaan. Namun tidak setiap hari. Karena hari yang lain adalah jatah bagi
kakak atau adik kelasnya yang berangkat sekolah. Hal ini dilakukan agar tetap dapat menjaga
social distancing dalam lingkungan sekolah. Secara umum, persentasenya adalah 70% untuk
pembelajaran online, dan 30% pembelajaran tatap muka. Lalu bagaimana jika di lingkungan
rumah kalian masih terkendala jaringan internet? Untuk hal tersebut, kalian bisa hadir di
sekolah sebanyak 2 atau 3 kali seminggu ke sekolah untuk belajar bersama guru.
Tentunya sebelumnya telah ada kesepakatan antara orang tua, sekolah dan komite sekolah,
serta pengawas dari dinas pendidikan setempat.

2.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Hybrid Learning


Agar kegiatan belajar di kelas hybrid berjalan efektif dan optimal, Bapak/Ibu bisa
menerapkan langkah-langkah berikut.

1. Membuat visi dan misi yang sama antara guru dan murid
Sebelum menyelenggarakan kelas hybrid, Bapak/Ibu harus memastikan peserta didik
mengerti dengan aturan pembelajaran yang akan berlangsung, terkait tujuan pencapaian,
penilaian, partisipasi, sampai materi yang akan diajarkan.

2. Membentuk kelas yang menyenangkan dan interaktif


Kelas yang menyenangkan dan interaktif adalah kunci ketertarikan peserta didik pada
pembelajaran yang sedang diikuti. Caranya adalah dengan menampilkan materi pembelajaran
dengan sentuhan animasi, mind mapping, atau lainnya agar terlihat lebih menarik.
Selain itu, Bapak/Ibu juga intensif membuka sesi diskusi dengan peserta didik. Hal itu
bertujuan untuk menambah wawasan dan mengasah keberanian peserta didik di kelas.
Agar pembelajaran bisa lebih optimal, Bapak/Ibu dan peserta didik bisa menggunakan video
teleconference.

3. Memanfaatkan teknologi LMS (learning management system)


Teknologi LMS memudahkan Bapak/Ibu dalam menyusun strategi pembelajaran, baik mulai
proses perencanaan, implementasi, sampai penilaian.
Melalui teknologi ini, Bapak/Ibu bisa memantau keaktifan peserta didik. Contoh LMS yang
bisa Bapak/Ibu manfaatkan adalah Google Classroom.

4. Membuat dokumentasi di setiap sesi pembelajaran


Dokumentasi yang dimaksud bisa berupa rekaman kegiatan atau arsip tugas serta kehadiran
peserta didik. Dokumentasi ini nantinya akan memudahkan Bapak/Ibu dalam merencanakan
pembelajaran selanjutnya.

2.6 Apa Yang Harus Dipersiapkan Agar Pembelajaran Berbasis Hybrid jadi Lebih
Efektif?
Setelah mengetahui keunggulan dan kekurangan hybrid learning, Grameds juga harus
mengetahui apa saja yang harus dipersiapkan agar metode hybrid learning bisa jadi lebih
efektif. Berikut ini beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pihak sekolah, siswa, dan
orang tua:

1. Persiapan hybrid learning oleh pihak sekolah:


 Memastikan berbagai sarana kebersihan tersedia secara lengkap di sekolah. Mulai dari
tempat mencuci tangan, hand sanitizer, toilet bersih, dan desinfektan.
 Menyiapkan thermogun atau alat pengukur suhu di sekolah.
 Tidak membuka kantin di sekolah.
 Menghentikan aktivitas ekskul dan olahraga.
 Menetapkan sistem belajar shift.
 Memastikan sarana dan infrastruktur telah mendukung.
 Menjamin manajemen sekolah mampu menyiapkan semua komponen.
 Menyiapkan anggaran sekolah.
 Persiapan hybrid learning oleh siswa.
 Membawa surat pernyataan persetujuan yang telah ditandatangani oleh orang tua saat
datang ke sekolah.
 Mematuhi protokol kesehatan dan menggunakan masker di sekolah.

2. Persiapan hybrid learning oleh orang tua:


 Mendampingi anak-anak selama belajar di rumah.
 Memberikan dukungan kepada anak untuk tetap mengikuti proses pembelajaran
dengan sungguh-sungguh.
 Membekali anak dengan pengetahuan tentang protokol kesehatan, masker, dan hand
sanitizer saat anak harus ke sekolah.
2.7 Implementasi Metode Hybrid Learning
Kondisi lingkungan belajar serta teknologi pendukung di rumah atau sekolah sangat
mempengaruhi pengimplementasian metode hybrid learning ini. Namun pada prinsipnya,
pembelajaran jarak jauh tetap dilaksanakan oleh guru dengan cara menggabungkannya
dengan pembelajaran tatap muka. Untuk durasi pembelajaran tatap muka di sekolah juga
sangat tergantung dari kebijakan masing-masing kepala sekolah dan pemerintah setempat.
Dalam hal ini, jumlah keseluruhan siswa juga menjadi pertimbangan yang tidak bisa
dihilangkan begitu saja.
Saat ini, implementasi metode hybrid learning yang paling ideal dan memungkinkan yaitu
sistem rotasi. Di mana 50% siswa belajar secara langsung di sekolah, dan sisanya belajar di
rumah secara daring. Dua kelompok ini saling bertukar bagian sehingga murid di dalam kelas
jumlahnya tidak terlalu banyak.
Khusus untuk sekolah dengan jumlah siswa sedikit, mungkin saja seluruh siswa melakukan
pembelajaran tatap muka namun tidak setiap hari. Dengan begitu, ruangan kelas bisa
digunakan secara bergiliran dengan kelas yang lain.
Pada umumnya, persentase untuk pembelajaran jarak jauh (daring) adalah 70% dan untuk
30% untuk tatap muka. Jika di lingkungan rumah Grameds ada kendala jaringan internet,
maka Grameds dapat hadir ke sekolah sebanyak 2 sampai 3 kali dalam satu minggu.
Dengan catatan harus ada kesepakatan terlebih dulu di antara orang tua, sekolah, komite
sekolah, dinas pendidikan setempat, dan pengawas sekolah.

2.8 Tahap Implementasi Hybrid Learning


Beberapa tahap implementasi hybrid learning yang perlu kalian pahami sedikitnya meliputi
empat tahap berikut:
1. Pemilihan Learning Management System (LMS)
Karena akan melaksanakan pembelajaran online maka diperlukan perangkat learning
manajemen sistem atau LMS. Perangkat ini akan disediakan oleh pihak sekolah maupun oleh
masing-masing guru kalian. Pastinya LMS yang dipilih haruslah memenuhi syarat praktis,
yaitu mudah digunakan oleh siswa maupun guru.

2. Penyusunan Skema Belajar


Penyusunan skema belajar ini juga lebih banyak didominasi oleh guru kalian. Andaipun perlu
diskusi, maka yang akan diajak berdiskusi adalah komite sekolah atau perwakilan dari orang
tua kalian.

3. Membuat Kesepakatan Belajar


Nah, dalam pembuatan kesepakatan belajar ini pastinya kalian akan terlibat penuh bersama
masing-masing guru dan wali kelas kalian. Kesepakatan belajar perlu dibuat agar terjalin
kesepahaman yang baik mengenai tata tertib pelaksanaan KBM dan sekaligus agar tujuan
pembelajaran benar-benar tercapai secara lebih optimal.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa pola belajar yang
dikembangkan dalam hybrid learning bukanlah sebatas mengkombinasikan pertemuan tatap
muka di kelas dengan pembelajaran daring saja, tetapi juga berusaha menghilangkan
kekurangan dari masing-masing metode tersebut.
Dengan melaksanakan hybrid learning, pelajaran pun akan menjadi lebih fleksibel karena
guru dan siswa dapat menentukan materi mana yang harus diajarkan secara langsung dan
tidak. Hal ini juga dapat memaksimalkan pemahaman siswa. Apalagi tidak semua pelajaran
bisa disampaikan dengan baik secara daring.

3.2 Saran
Setelah menyusun Makalah terkait Pembelajaran Berbasis Hybrid penulis menyarankan agar
kita semua dapat menggunakan Pembelajaran Berbasis Hybrid ini dengan baik dan efektif.
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang dikemukakan, saran yang disampaikan oleh
penulis sebagai pertimbangan bagi pihak terkait diantaranya :
1. Sebelum proses implementasi model pembelajaran Hybrid Learning sebaiknya membuat
perencanaan yang matang seperti memperhatikan tujuan penggunaan e-learning, pemerataan
kemampuan penggunaan media e-learning, efisiensi dan efektivitas e-learning.
2. Dalam implementasi model pembelajaran Hybrid Learning, sebaiknya terdapat hubungan
antara e-learning yang digunakan dengan metode pembelajaran di kelas seperti memasukan
tahapan-tahapan dalam pembelajaran di kelas ke dalam e-learning agar pembelajaran lebih
optimal. Sehingga diperlukan pemilihan metode yang cocok agar bisa dikombinasikan
dengan e-learning. Beberapa metode yang mungkin dapat digunakan diantaranya: metode
diskusi dan simulasi.
3. Model Blended Learning cocok digunakan pada setiap kelompok tetapi harus
memperhatikan beberapa aspek sebelum proses implementasi dilakukan. Seperti kesiapan
siswa dan ketersediaan sumber pendukung seperti jaringan internet.
DAFTAR PUSTAKA

Kemendikbud Dikti No. 1 Tahun 2020)

Lynn, J.M., et.al. (2014). Blended learning: how teachers balance the blend of online and
classroom components. Journal of Information Technology Education: Research.

Menurut Snart, J. A. (2010). dalam Hybrid Learning: The Perils and Promise of Blending
Online and Face-to-face Instruction in Higher Education.

Barenfanger, O. 2005. Learning Management: A New Approach to Structuring Hybrid


Learning Arrangements. Electronic Journal of Foreign Language Teaching. Vol. 2.

https://www.quipper.com/id/blog/quipper-campus/campus-info/p-apa-itu-hybrid-learning/

Anda mungkin juga menyukai