Dosen Pengampu:
Hasni S.Pd. Mpd
Disusun oleh:
Rosmayani (1864041012)
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kompetensi Guru Berkaitan
Dengan Pembelajaran Luring Setelah Pademi ” ini dengan seksama dan tepat pada waktu
yang telah ditentukan. Makalah ini disusun dengan maksud untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Profesi Keguruan dan menambah pengetahuan bagi para pembacanya.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada dosen mata kuliah Profesi Keguruan
yang telah membimbing saya, saya berharap agar makalah ini dapat diterima dan bermanfaat
bagi mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya, sebagai salah satu sumber
pengetahuan dan bahan pembelajaran.
Dalam menyusun makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan dan
kekeliruan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu saya meminta maaf atas segala
keterbatasan waktu dan kemampuan saya dalam menyelesaikan makalah ini. Segala kritik
dan saran yang membangun dari rekan-rekan, dan dosen senantiasa saya harapkan demi
peningkatan kualitas makalah kedepan.
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................................................1
A. Kesimpulan ..................................................................................................................18
B. Saran .............................................................................................................................19
4
BAB I
PENDAHULUAN
Berbicara tentang proses pendidikan dalam pembelajaran pada saat sekarang ini
dilakukan secara daring. Sesuai dengan surat edaran nomor 4 Tahun 2020 tentang Penerapan
Kebijakan Pembelajaran dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease( COVID-19)
yaitu“Prinsip dikeluarkannya kebijakan pendidikan di masa pandemik dengan pembelajaran
5
secara daring adalah dengan memprioritaskan kesehatan dan keselamatan peserta didik,
pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat”.Pendapat ini sejalan dengan
pendapat Dewi (2020: 56) mengungkapkan bahwa “Pembelajaran daring yaitu pembelajaran
yang dilakukan dimana saja menggunakan aplikasi agar pembelajarannya lebih bervariatif”.
Istilah pembelajaran daring dan luring di perkenalkan di era teknologi informasi pada saat
ini, pembelajaran daring merupakan singkatan dari pembelajaran dalam jaringan, atau
pengganti istilah pembelajaran online yang sering kita gunakan dalam teknologi internet
(Ivanova dkk, 2020; Kristiawan dan Muhaimin, 2019; Kristiawan, 2014). Menurut Ivanova
dkk (2020) pembelajaran daring artinya adalah pembelajaran yang dilakukan secara online,
menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Pembelajaran daring merupakan
pembelajaran yang dilakukan tanpa melakukan tatap muka, tetapi melalui platform yang telah
tersedia. Segala bentuk materi pelajaran didistribusikan secara online, komunikasi juga
dilakukan secara online, dan tes juga dilaksanakan secara online. Sistem pembelajaran
melalui daring ini dibantu dengan beberapa aplikasi, seperti Google Classroom, Google
Meet,Edmudo dan Zoom. Sedangkan menurut Hamid Muhammad sebagai plt.
6
Termasuk upaya yang di lakukan sekolah untuk mencerdaskan peserta didiknya (Zulaiha dkk,
2020; Soleh dkk, 2019; Septiani dan Cahyono, 2019; Nugraha, 2019; Listiningrum dkk,
2020).
Penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan akhir tersebut untuk melihat
kompetensi guru pada pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh hingga kembali
pembelajaran luring. Dari sisi hasil pembelajarannya, siswa tentu tidak semudah menangkap
pembelajaran seperti manakala pembelajaran yang berada di sekolah. Diperlukan penguasaan
alat pembelajaran, materi pembelajaran dan komunikasi yang baik dalam menyampaikan
pembelajaran melalui luring. Guru perlu memiliki kompetensi-kompetensi tertentu yang
mendukung keberhasilan pembelajaran siswa pada masa setelah pandemi ini. Tulisan ini
akan membahas lebih lanjut kompetensi guru dalam pembelajaran luring setelah terjadinya
pademi, dalam hal ini guru sebagai pendidik, dalam tugas dan tanggung jawabnya
menjalankan profesinya di dalam masa pademi bahkan pasca pademi ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa pengertian kompetensi guru?
2) Bagaimana kompetensi pedagonik seorang guru dalam menjalankan pembelajaran
luring?
3) Bagaimana kompetensi profesional seorang guru dalam menjalankan pembelajaran
luring?
4) Bagaimana kompetensi Kepribadian seorang guru dalam menjalankan pembelajaran
luring?
5) Bagaimana kompetensi Sosial seorang guru dalam menjalankan pembelajaran luring?
C. TUJUAN MASALAH
1) Untuk mengetahui pengertian kompetensi guru.
2) Untuk mengetahui kompetensi pedagonik seorang guru dalam menjalankan
pembelajaran luring.
3) Untuk mengetahui kompetensi profesionalisme seorang guru dalam menjalankan
pembelajaran luring.
4) Untuk mengetahui kompetensi kepribadian seorang guru dalam menjalankan
pembelajaran luring.
5) Untuk mengetahui kompetensi sosial seorang guru dalam menjalankan pembelajaran
luring.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Kompetensi guru berasal dari dua kata, yaitu kompetensi dan guru. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata kompetensi berarti “kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu hal”. Pendapat lain menyebutkan “kompetensi sebagai gambaran suatu
kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang setelah mengalami proses pembelajaran
tertentu” (Zaini dalam Siswanto, 2015). Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Mendiknas
nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi dalam Mujib (2010)
dikemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu” . Dari ketiga pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud kompetensi adalah gambaran suatu kemampuan tertentu
yang diwujudkan dalam pikiran maupun tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu setelah mengalami proses
pembelajaran tertentu.
Kompetensi dalam Bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence
yang berarti kecakapan dan kemampuan (Musfah, 2015:27). Kompetensi adalah kumpulan
pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimilki guru untuk mencapai tujuan
8
pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi berarti kemampuan mewujudkan sesuatu sesuai
dengan tugas yang diberikan kepada seseorang. Kompetensi juga terkait dengan standar
dimana seseorang dikatakan kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan, keterampilan, dan
sikap serta hasil kerjanya sesuai standar (ukuran) yang ditetapkan dan/atau diakui oleh
lembaganya/pemerintah. Musfah (2015:27) hakikat kompetensi adalah kekuatan mental dan
fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan yang dipelajari melalui latihan dan praktek.
Dari hal ini maka suatu kompetensi dapat diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan.
Dalam buku yang ditulis oleh Mulyasa (2013:38) dari seorang tokoh bernama Gordon
terdapat enam aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi yaitu pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat. Pengetahuan yaitu suatu kemampuan dalam
aspek kognitif, contohnya guru mengetahui kebutuhan belajar dari peserta didiknya.
Pemahaman yaitu kedalaman aspek kognitif dan afektif dimana seorang guru mengetahui
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Kemampuan yaitu dapat
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada guru dengan disiplin. Nilai yaitu
standar perilaku yang diyakini dan tertanam dalam individu setiap guru. Sikap yaitu refleksi
dari adanya rangsangan yang datangnya dari luar. Minat yaitu kecenderungan untuk
melakukan suatu kegiatan. Maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan
kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat
diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya.
Guru adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik.
Dapat juga diartikan sebagai orang kedua yang paling bertanggung jawab terhadap peserta
didik setelah orang tua. Sedangkan menurut Mulyasa (dalam Siswanto, 2010),” guru adalah
pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi para peserta didik dan
lingkungannya”. Jadi guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi para
peserta didik dan lingkungannya yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta
didik. Dari kedua pengertian tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi guru adalah
kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan secara cerdas dan penuh
tanggung jawab terhadap peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran keguruan.
9
sebagai agen pembelajaran. Menurut Mulyasa (2013:27) Kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personalia, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang
membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalitas. Kompetensi guru lebih merujuk pada kemampuan guru untuk mengajar dan
mendidik sehingga menghasilkan perubahan perilaku belajar dari peserta didik. Kemampuan
guru yang dimaksud adalah tidak hanya dari segi pengetahuan saja tetapi juga dari segi
kepribadian, sosial dan profesional sebagai guru.
Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi dasar guna memenuhi tunutan
profesinya. Kompetensi yang harus dimiliki guru ada lima, yaitu sebagai berikut:
1. Kompetensi pedagonil
2. Kompetensi profesional
3. Kompetensi kepribadian
4. Kompetensi sosial
Pedagogik merupakan kajian pendidikan, secara etimologis berasal dari kata Yunani
"paedos" yang berarti anak laki-laki dan "agogos" yang berarti mengantar, membimbing. Jadi
pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang
pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan pedagogik
ialah seorang ahli yang membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu. Menurut Hoogveld
10
(dalam Dono 2013), “Pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak
ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak mampu secara mandiri menyelesaikan tugas
hidupnya”. Pedagogik adalah ilmu pendidikan anak. Pengertian ini sesuai dengan pendapat
Arlina (2014) yaitu “pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing
anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan peserta didik, apa tugas pendidik
dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak.”
Kompetensi pedagogik merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Kompetensi pedagogik diperlukan guru untuk berinteraksi dengan siswa pada saat
pembelajaran, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evalasi hingga tindak lanjut dari
suatu pembelajaran. Apabila guru tidak bisa menguasi kompetensi pedagogik maka akan
mengalami permasalahan dalam pembelajaran.
Manfaat yang diperoleh baik guru maupun siswa dengan adanya kompetensi pedagogik
adalah sebagai berikut:
Bagi Guru
11
1. Guru dapat memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif siswa.
2. Guru dapat memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian siswa dan
merefleksikannya dalam proses pembelajaran.
3. Guru mampu menyusun rancangan dan melaksanakan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kompetensi, karakteristik dan kebutuhan siswa dalam belajarnya.
Bagi Siswa
1. Jika guru dapat memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip prinsip
perkembangan kognitif siswa.
2. Siswa dapat terpenuhi rasa ingin tahunya.
3. Siswa memiliki keberanian berpendapat dan kemampuan menyelesaikan masalah.
4. Siswa dapat lebih nyaman dalam kegiatan belajarnya.
Dala kompetensi pedagonik ini, Guru juga harus mampu melaksanakan proses belajar
mengajar yang meliputi (Yutmini, 2012) :
a) Menggunakan media belajar, metode pembelajaran, dan bahan latihan yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
b) Mendemonstrasikan penguasaan matapelajaran dan perlengkapan pengajaran.
c) Berkomunikasi dengan siswa.
d) Mendemontrasikan berbagai metode mengajar
e) Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.
Dalam kaitannya dengan masa setelah pandemi saat ini dan akan dilakukannya
pembelajaran luring pasca pademi ini, komunikasi dengan siswa menjadi kunci utama
pembelajaran dengan media daring maupun luring nantinya, Kesulitan dalam proses
pembelajaran harus segera dikomunikasikan agar siswa tidak tertinggal pelajaran.
Komunikasi juga perlu dijalin dengan pihak orang tua karena merekalah yang menjadi guru
di rumah selama masa pandemic. Peran pengawasan dan pembimbingan diperlukan untuk
memperlancar proses pembelajaran siswa pada pembelajaran luring pasca pademi ini
Media belajar pada masa ini juga menjadi kunci pemegang berhasil tidaknya proses
belajar daring dan luring di rumah peserta didik. Media belajar terutama penggunaan media
berbasis teknologi yaitu laptop maupun gadget atau smartphone sangat penting. Aplikasi
belajar semacam zoom, google meet, talkfusion, dan aplikasi sejenis lainnya menolong guru
12
dalam melaksanakan belajar mengajar dengan siswa. Oleh sebab itu, guru perlu mendalami
media pembelajaran berbasis teknologi. Demonstrasi berbagai metode mengajar dan
evaluasipun pada akhirnya akan disampaikan melalui media pembelajaran luring nantinya.
13
pengertian tersebut terkandung suatu konsep bahwa guru professional yan bekerja
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang
dituntut agar guru mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru dinilai professional
apabila :
Dalam pembelajaran setelah pademi ini, akan dilakukannya pembelajaran secara luring.
Maka dari itu guru sebagai pendidik harus memiliki kompetensi professional yang baik.
Seorang guru dapat mengajar, mentrasfer kebudayaan dan membentuk kepribadian peserta
didik dalam pembelajaran luring dengan baik apabila ia memiliki kompetensi professional
yang baik pula.
Kompetensi profesional sangat penting dimiliki oleh setiap guru agar materi yang
disampaikan dapat diterima oleh peserta didik, salah satu yang dapat diwujudkan guru dalam
pembelajaran luring nantinya ialah pertama, mengemas materi sedemikian rupa yang dapat
diterima peserta didik yang memiliki gaya belajar visual, auditorial, maupun kinestetik.
Kedua, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif; Ketiga, menguasai standar kompentensi dan kompetensi dasar mata pelajaran; dan
Keempat, mengembangkan materi pembelajaran yang dimampu secara kreatif. Melalui
pembelajaran daring dan luring yang sudah didapatkan pada saat mengikuti program profesi
guru diharapkan guru dapat mengembangkan kompetensi yang lain seperti kompetensi
pedagogik, sosial dan kepribadian.
Jika ditinjau dalam arti sederhana, kepribadian berarti sikap hakiki individu yang
tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Menurut
Ami (2013) kompetensi kepribadian adalah salah satu kemampuan yang sangat dibutuhkan
guru dalam melaksanakan tugas keguruannya. Seorang guru yang memiliki kecenderungan
14
dan kemauan untuk menjadi guru, sehingga ia pun akan selalu memiliki sikap optimisme
dalam pekerjaannya sebagai guru, ia akan cepat dan tepat dalam mengambil keputusan.
Kompetensi kepribadian ini meniscayakan guru akan berlaku arif, jujur, konsisten, memiliki
komitmen, kesabaran, kestabilan mental. Kedisiplinan dalam perkataan dan perbuatan.
Berwibawa dan lain sebagainya, yang dapat memberikan contoh yang baik bagi masyarakat
pada umumnya.
Selain itu, kompetensi kepribadian ini juga terlihat dari kemampuan guru dalam menahan
emosi, mampu mengendalikan diri, tenang dan tidak ceroboh dalam bertindak (Ami, 2013).
Guru yang memiliki kompetensi kepribadian tidak akan cepat mengambil kesimpulan tanpa
memiliki data dan informasi yang cukup dalam membaca fenomena. Guru dalam konteks ini
akan mampu mengaktualisasikan norma-norma yang terkandung dalam kode etik guru.
Guru adalah sosok pribadi yang dianggap sebagai panutan oleh peserta didiknya.
Kepribadian akan tampak manakala guru bergaul sehari-hari dengan siswa maupun pribadi
lain. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa,
arif, berwibawa, menjadi teladan peserta didik dan berahlak mulia (Susanto, 2016).
Kepribadian guru tidak hanya mencakup indikator formal kepribadian guru dalam
merencanakan proses pembelajaran dan mengelola kegiatan pembelajaran, tetapi meliputi
semua unsur kepribadian yang dapat dilihat (Daradjat, 2005). Guru tidak hanya mengajarkan
pengetahuan kepada siswa agar intelektualnya berkembang, namun juga mentransfer nilai-
nilai kehidupan untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya. Kepribadian guru
merupakan ranah implementatif dari semua teori yang mungkin telah ia ajarkan pada siswa.
Kompetensi kepribadian/sifat yang harus dipenuhi oleh seorang guru dalam pembalajaran
luring pasca masa pandemic ini ada 9 yaitu :
15
3. Memiliki tanggung jawab professional yang baik untuk kemajuan siswa, dengan
penilaian yang fair, dan selalu terbuka untuk melakukan perbaikan dengan
mengeskplorasi saran serta masukkan dari siswa.
4. Enthusiasm, guru yang antusias dalam membelajarkan para siswanya akan sangat
membantu dalam membangun dan menghidupkan serta meningkatkan motivasi siswa
dalam partisipasi belajarnya.
5. Argreeableness, guru harus mudah atau bisa menerima perbedaan dan mudaguru
harus mudah atau bisa menerima perbedaan dan mudah memahami pendapat orang
lain, dan bisa menikmati relasi kolegial, dalam keadaan sependapat atau tidak
sependapat tentang sesuatu.
6. Caring, yakni memiliki kepedulian yang baik kepada siswa, sejawat, orang tua siswa,
dan seluruh kelompok sosial yang dilayaninya. Guru yang memiliki kepedulian akan
selalu mengembangkan pedagogi yang dapat mendorong siswanya belajar, guru akan
memahami perasaan para siswanya dan dia mampu mengetahui apa kebutuhan
siswanya. Dan guruyang peduli akan tetap menjaga hubungan dengan siswanya dalam
situasi apapun.
7. Acceptance, sikap menerima, yakni guru bisa menerima siswa dengan apa adanya,
memahami siswa dengan berbagai problema dan keistimewaan yang dimilikinya.
Sikap menerima memiliki beberapa segi, antara lain menghadapi siswa dengan
bersahabat, peduli, senantiasa memberikan bantuan, dan terkahir seorang guru
sebaiknya tidak serta merta menghakimi atau menginterprestasi perbuatan siswa, tapi
pahami perbuatan mereka, jika keliru, diperbaiki dengan cara-cara yang bisa diterima
mereka.
8. Empathy, guru memahami dan menerima pengalaman siswa, berkomunikasi yang
mampu dan biasa mendengar dengan sangat hati-hati, akurat dan dengan sensitifitas
yang sangat dalam.
9. Stimulatif, guru mendorong siswa untuk maju kearah yang baikDari pemahaman di
atas, kita bisa bertanya pada diri kita sebagai pendidik, apakah dari 9 sifat itu kita
sudah memilikinya? Inilah mengapa penulis mengatakan “Kompetensi Kepribadian
guru diuji” di masa BDR ini.
Semoga kompetensi kepribadian ini bisa kita miliki dan melekat pada seorang guru.
Jadilah guru yang berkepribadian ideal yang bisa diharapkan akan mampu membawa
perubahan pada tradisi belajar para siswa di masa pandemic ini. Dan kita bisa bersama-sama
16
melewati masa ini dengan baik dan semangat, sehingga anak-anak atau siswa kita tetap
belajar dengan kondisi faktual yang mereka jalani di rumah mereka.
Kompetensi guru salah satunya adalah kompetensi sosial. Menurut Anonim (2013)
kompetensi sosial guru adalah kemampuan seorang guru untuk memahami bahwa dirinya
adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat serta punya kemampuan untuk
mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Kompetensi sosial
guru meliputi kemampuan dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan kerja dan lingkungan
pada waktu bertugas sebagai guru.
Membaca kata “sosial” membuat pikiran terarah kepada suatu hubungan. Hubungan yang
dimaksud ialah kemampuan seseorang untuk melakukan interaksi dengan orang lain dimana
hal tersebut menandakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri. Sehingga manusia dijuluki dengan zoon politicon dimana setiap manusia pasti
membutuhkan bantuan orang lain dalam setiap kegiatan. Berkaitan dengan pendidikan, aspek
sosial ini sangat diperlukan dalam kompetensi seorang guru, karena di era abad ke- 21 nanti
guru dituntut lebih cakap dalam berkomunikasi baik dengan peserta didik ataupun orang tua/
wali. Kemampuan berkomunikasi ini masuk dalam kompetensi guru yaitu kompetensi sosial.
Menurut Siswoyo (2013) kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
pendidik di sekolah untuk berkomunikasi dan berinteraki secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orangtua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi
ini diukur dengan portofolio kegiatan, prestasi dan keterlibatan dalam berbagai aktivitas.
Sedangkan dalam Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan
pengertian kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
pendidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Guru harus bisa berkomunikasi dengan baik. Baik komunikasi secara lisan atau tulisan,
dan isyarat dengan memakai teknologi komunikasi dan informasi. Guru harus bisa bergaul
secara efektif baik dengan peserta didik maupun dengan sesama pendidik, wali atau orang tua
murid dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitarnya. Bisa diartikan bahwa
kompetensi sosial guru mempunyai arti sebagai kompetensi yang berhubungan dengan
17
kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain di dalam kehidupan bermasyarakat
(Anonim, 2013).
Kompetensi sosial yang dimiliki oleh seorang guru tercermin dalam pola interaksi baik
yang dilakukan dengan peserta didik ataupun orang tua. Pembelajaran daring dan luring tidak
akan optimal tanpa campur tangan orang tua. bahkan komunikasi terkait tugas atau kegiatan
pembelajaran individu saat di rumah lebih dominan dengan orang tua. Berkaitan dengan hal
tersebut dibutuhkan kompetensi sosial yang tinggi dalam menciptakan komunikasi yang baik
antara guru dan orang tua dalam proses pembelajaran luring nantinya
Adanya pembelajaran melalui luring tentu akan menuntut guru lebih komunikatif
terhadap siswanya. Hal ini dikarenakan guru tidak dapat memantau semua siswa secara
bersamaan dalam proses belajar dan dalam mengerjakan tugas-tugas yang ada. Guru perlu
menggunakan kompetensi sosial dalam memberikan arahan dan pendampingan belajar. Guru
perlu menggandeng orang tua untuk ikut memberikan bimbingan dalam proses belajar dalam
hal akademik. Peran orang tua dalam pembelajaran luring yang dilakukan dirumah siswa
sangat sentral. Dalam hal inilah orang tua sebagai mitra guru dalam mendidik akademik anak
dibutuhkan. Secara umum, peran orang tua yang muncul ketika anak belajar di rumah adalah
sebagai pembimbing, pendidik, penjaga, pengembang dan pengawas.
Secara khusus peran yang muncul yaitu: menjaga dan memastikan anak untuk
menerapkan hidup bersih dan sehat, mendampingi anak dalam mengerjakan tugas sekolah,
melakukan kegiatan bersama selama di rumah, menciptakan lingkungan yang nyaman untuk
anak, menjalin komunikasi yang intens dengan anak, bermain bersama anak, menjadi role
model bagi anak, memberikan pengawasan pada anggota keluarga, menafkahi dan memenuhi
kebutuhan keluarga, dan membimbing dan memotivasi anak, memberikan edukasi,
memelihara nilai keagamaan, melakukan variasi dan inovasi kegiatan di rumah (Kurniati, Nur
Alfaeni, & Andriani, 2020). Berkaitan dengan hal ini, komunikasi yang baik perlu dibangun
18
oleh keduanya agar anak dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah di desain. Selain itu,
diperlukan panduan bagi orang tua dalam membantu mendampingi kegiatan anak yang
berbasis pada kebutuhan anak selama pandemi. Dalam hal ini guru harus benar-benar dapat
mengkomunikasikan kegiatan belajar anak dengan orang tuanya secara baik.
Dengan memiliki ke empat kompetensi ini, Seorang guru harusnya sudah sangat siap
dalam Sistem pembelajaran daring dan luring mau tidak mau harus dilakukan di tengah
wabah covid-19. Sebab, tidak mungkin peserta didik dibiarkan saja libur panjang hingga
menggunggu covid 19 akan hilang. Dalam pembelajaran daring dan luring di sekolah ini pada
masa pandemi covid-19 terdapat beberapa kendala seperti terbatasnya waktu pembelajar
karena waktu pembelajaran di kurangi sehingga materi yang di sampaikan tidak tuntas, selain
itu Kesiapan sekolah juga dilihat dari kemampuan menyediakan sarana pendukung
pencegahan Covid-19. Maka dari itu tak hanya guru yang harus siap untuk menjalankan
kembali proses pembelajaran, tetapi seluruh pihak sekolah, dan tenaga kependidikan, serta
para murid dan orang tua murid.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
20
dan pelaksanaan, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah untuk
berkomunikasi dan berinteraki secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
B. Saran
Adanya kebijakan pembelajaran melalui luring yang perlu dilakukan oleh sekolah setelah
berakhirnya masa pademi ini, perlu diimbangi dengan peran guru yang lebih mendalam.
Kinerja guru dituntut sebagai bentuk profesionalitas. Guru dipandang professional manakala
dapat hasil kinerjanya bagus yaitu siswa yang diajar mampu menyelesaikan proses
pembelajarannya dengan baik (lulus/mencapai KKM). Namun menjadi masalah manakala
guru kurang memiliki kompetensi. Oleh sebab itu diperlukan pemberdayaan guru dengan
mengembangkan empat kompetensi utama yang telah ada untuk menghadapai pembelajaran
melalui daring saat ini. Kompetensi hasil dari pengembangan tersebut adalah kompetensi
penguasaan literasi dan IPTEK, kompetensi keterampilan pengelolaan kelas dan kompetensi
komunikasi dan sosial. Dengan pengembangan kompetensi-kompetensi tersebut diharapkan
dapat meminimalisir masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran melalui daring maupun
luring setelah masa pandemic ini, sehingga proses belajar lebih baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Tarasngari,Muh.
(2016).KompetensiGuru.http://muhtarasngari.blogspot.com/2016/10/kompetensi-
guru.html?m=1. Diakses pada 9 April 2020 pukul 15.00.
Jamawi. (2012). Kompetensi Guru Citra Guru Professional. Bandung: Alfabeta. Joni, T. R.
(2014). Pedoman Umum Alat Penilaian Guru. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi.
Malik, Oemar. (2009). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Sutisna, Widodo. (2020). “Peran Kompetensi Guru Sekolah Dasar Dalam Meningkatkan
Efektivitas Pembelajaran Daring”. Jurnal Bahana Menejemen Pendidikan, Vol 6, No.
2. Halm. 58-64.
Malyana. (2020). “Pelaksanan Pembelajaran Daring dan Luring Dengan Metode Bimbingan
Berkelanjutan Pada Guru Sekolah Dasar Di Teluk Betung Utara Bandar Lampung”.
Pedagogia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar Indonesia, Vol. 2, No. 1. Halm. 67-76.
Sudrajat. (2020). “Kompetensi Guru Di Masa Pademi Covid-19”. Jurna Riset Ekonomi Dan
Bisnis, Vol. 13, No. 1. Halm. 100-110
22