Anda di halaman 1dari 22

Latar belakang terjadinya perang India dengan Pakistan berawal dari konflik politik, yaitu

tentang perebutan wilayah Kashmir.


Hal ini bermula pada tahun 1941, yaitu ketika Gulab Singh dan penggantinya menguasai
Kashmir. Dan pada sensus tahun 1941, wilayah Kashmir memiliki jumlah penduduk sebesar
4.021.698 orang, serta 3.101.247 diantaranya adalah beragama Muslim. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa pada wilayah yang bergejolak di Kashmir, 94% penduduknya beragama
Muslim.
Pada saat itu rakyat Kashmir bangkit melawan kekuasaan Penguasa Kashmir. Hal ini dipicu oleh
sikap penguasa yang terkenal dengan kekejamannya, terutama pada saat proses penumpasan
pemberontakan yang terjadi pada tahun 1931. Kemudian pada tahun 1932, Sheikh Abdullah
membentuk sebuah paratai politik di Kashmir yang dikenal dengan the Jammu & Kashmir
Muslim Conference (yang kemudian dirubah namanya menjadi National Conference pada tahun
1939).
Kemudian berdasarkan instrument pembagian India, penguasa wilayah diberikan pilihan kepada
untuk menentukan kemana mereka akan bergabung, ke India atau Pakistan. Namun, mereka
disarankanuntuk menjadi wilayah tersendiri, hal ini sesuai dengan mempertimbangankan wilayah
geografi dan masalah etnik
Tentara Pakistan dan beberapa pemberontak Kashmir merebut pos tentara India. India membalas dan
merebut kembali pos itu. Tekanan internasional terhadap Pakistan membuatnya mundur. Perang
berakhir dengan India merebu Kargil dan isolasi diplomatik Pakista

Perang Kargil pada tahun 1999, kembali membuat kedua negara ini berada pada posisi yang
panas. Baru padatahun 2005, dibawah kepemimpinan Jenderal Pervez Musharaff diplomasi
kriket kembali bergulir. Pada tahun 2005, kedua negara telah berada pada tingkatan baru, kedua
negara tersebut telah mengembangkan fasilitas nuklir, sehingga akan sangat berbahaya jika
muncul konflik baru dan menimbulkan perang. Diplomasi kriket pada 2005 diawali dengan
kunjungan Pervez Musharaff ke India untuk menyaksikan pertandingan kriket, berbeda dengan
diplomasi sebelumnya, pada kesempatan ini Musharaff bersama Manmohan Singh berunding
satu meja, di tengah-tengah pertandingan kriket.

Pada tahun 2008, hubungan India dan Pakistan kembali memanas, hal ini terkait dengan
serangan bom di Mumbai yang ditengarai dilakukan oleh kelompok ekstrimis Islam Pakistan,
memang sejak  dekade 1980-an, kelompok radikal Islam tumbuh subur di Pakistan. Pertemuan
antara pemimpin kedua negara kembali berlangsung pada tahun 2011, momennya masih sama
yaitu pertandingan kriket. Pada waktu itu, kedua negara bertanding di semifinal Piala Dunia
Kriket yang berlangsung di Mohali, India. Yousaf Riza Gilani adalah pemimpin Pakistan yang
lahir setelah berpisahnya Pakistan dari India, pertandingan kriket tersebut adalah pertama kalinya
Yousaf menginjakan kaki di India. Untuk masalah satu ini, memang India dan Pakistan terkesan
unik, kedua negara ini bisa bertemu duduk bareng membahas isu konflik khasmir melalui media
yakni permainan olah raga kriket. Jadi terkadang olahraga bisa menjadi media pemersatu bangsa
ditunjukkan oleh india-pakistan melalu diplomasi kriket yang dilator belakangi olahraga kriket
itu sendiri, walaupun hasil-hasil perundingan tersebut tidak begitu secara serius mendamaikan
konflik antara Pakistan-India namun setidaknya mereka bisa bertemu dan duduk bareng melaui
media kriket tersebut.
Pendekatan Realism dalam konflik India-Pakistan

Paradigma/ pendekatan realism bisa kita gunakan dalam membedah suatu konflik,khususnya
dalam konflik perbatasan (khasmir) antara India dan Pakistan.Realism menekankan pada suatu
pola kecurigaan dan ketidak percayaanantar negar untuk bisa berdamai kecuali kedua negara
tersebut punya kekuatan militer yang masing-masing bisa dianggap kuat untuk tidak terjadi
sebuah peperangan, dalam artian bahwa kedua negara tersebut saling memahami posisi dan
kekuatan masing-masing negara sehingga negara tersebut akan berfikir ulang untuk berperang.
Dalam kondisi ini kedua negara masuk dalam kategori anarki karena mereka tidak percaya pada
lembaga internsional untuk meyelesaikan konflik yang sedang mereka hadapi atau menganggap
bahwa dikedua belah pihak masing-masing adalah negara yang punya kebencian dan tak mau di
ajak damai. Dengan demikian apabila kita kaitkan dengan konflik yang terjadi antara india dan
Pakistan dalam perebutan wilayah khasmir, jelas terlihat bahwa baik pihak india dan Pakistan
sama-samapenaruh curiga yang kuat. Mereka sama-sama beranggapan bahwa kedua negara tidak
akan bisa diajak untuk berdamai soal khasmir. Dalam pedekatan realism militer adalah salah satu
alat yang sering dan paling mujarab dalam menyelesaikan konflik. MemangIndia dan Pakistan
sering melibatkan militer mereka dalam menyelesaika konflik di khasmir, kemudian mereka
percaya bahwa dengan militer (sebut keuatan militer) maka perdaimaian akan tercipta dengan
kondisi bahwa salah satu pihak akan menyerah atas kekalahan dalam perang. Dalam study konfik
pada pendekatan realism, perang adalah suatu kondisi dan piliah logis untuk bisa menyelesaikan
konflik.

Mengapa perbatasan menjadi suatu hal yang krusial bahkan sensitive untuk bisa menimbulkan
konflik. Ingat bahwa perbatasan adalah suatu bentuk dari keuasaan dan kemerdakaan suatu
bangsa dan negara. Karenanya perbatasan punya nilai yang cukup tinggi untuk dipertahankan
mengingat perbatsan tersebut juga mengandung banyak motif salah satunya yakni Kedaulatan
Negara. Pakistan sebagai Negara Islam ingin menyatuka khasmir sebagai wilayah Negaranya,
dengan asumsi bahwa mayoritas penduduk khasmir adalah muslim. Sedangkan Indiaselain motif
yang hampir sama dengan Pakistan namun dengan persektif hindunya, mereka juga merasa layak
untuk memperbutkan khasmir karena khasmir juga masuk wilayah india. Dengn demikian akan
sangat sulit tercipta perdaimain antara kedua belah pihak. National Interest adalah suatu konsep
dasar dalam pardigma realism, dimana masing-masing negara akan melakukan segala cara
(termasuk perang) demi terwujudnya kepentingan mereka. India dan Pakistan tentu punya
perspekif sendiri dalam menentukan kepentingan nasionalnya, namun yang jelas kedua negara
ini sama-sama punya kepentingan untuk menguasai wilayah khasmir dengan berbagai motif.
Entah apakah unsur ekonomi, budaya ataukah untuk agama dan ideology yang sudah dijelaskan
diatas. Mereka juga tidak ragu untuk melakukan perang terbuka untuk menggapai kepentingan
nasional mereka.

Balance of power (perimbangan kekuatan) adalah suatu konsep yang menyatakan adanya
perimbangan kekautan antar Negara baik itu berupa militer, politik dan ekonomi yang ditujukan
meningkatkan bargaining positions di masing-masing pihak, namun perimbangan kekuatan ini
malah akan menciptakan suatu dinamika yang dinamakan balance of terror. dalam kondisi ini
baik India maupun Pakistan akan secara terbuka melakukan penguatan militernya untuk
menunjukkan negara mana yang paling kuat dan siap untuk berperang. Dana yang besar akan
digelontorkan masing-masig negara untuk memperkuat basis militernya. Hal ini akan
menyebabkan suatu perimbangan kekuatan, yang mana pihak India maupun Pakistan akan
berpikir ulang untuk melakukan perang, walupun dalam sengketa tersebut mereka pernah
mengalami hampir tiga kali perang terbuka.

Dalam pendekatan keamanan secara tradisional National Security adalah suatu bentuk sistem
pertahanan nasional yang mana kekuatan militer menjadi basis utama dalam menciptakan
keamanan Nasional. Dalam perspektif klasik pendekatan militeristik masih sangat berpengaruh
dalam menciptakan suatu keamanan nasional.maka india dan Pakistan merasa apabila wilayah
khasmir tidak mereka kuasai atau jatuh dikuasai oleh salah satu pihak maka National Security
mereka akan terganggau dan mereka akan merasa kedaulatan negara mereka akan terusik.
Dengan demikian mereka (india-pakistan) akan sekuat tenaga untuk bisa menguasai wilayah
khasmir. Motivasiyang seperti inilah yang terkadang sulit untuk bisa di fahami, pertahan nasional
sebagai suatu jaminan kemerdekaan negara menjadi patokan yang khas dalam sengeketa antara
india dan Pakistan.

Korban Sengketa India dan Pakistan (Khasmir)

Sengketa antara india dan Pakistan tentunya menimbulkan banyak korban, karena dalam setiap
perang yang terjadi tentunya akan banyak menyisakan duka dengan munculnya banyak korban
jiwa atas peperangan tersebut. Namun bukan warga india atau Pakistan yang menjadi korban
dalam sengketa tersebut namun warga Khasmir sendrilah yang menjadi korban atas sengketa
tersebut. selama lebih dari 5 dekade konflik rakyat Kashmir menanggung resiko penderitaan.
Pada perang India-Pakistan yang pertama terdapat kurang lebih 1.500.000 jiwa pengungsi yang
memasuki wilayah Pakistan. Jumlah ini ditambah lagi dengan pengungsi baru sebagai akibat dari
perang India-pakistan kedua dan ketiga pada tahun 1965 dan 1971. Data dari Amnesty
Internasional (London) dan Asia Watch (New York-Washington) menyebutkan, sejak 1990
sampai 1999 saja, sekitar 71.204 rakyat Kashmir telah tewas dibunuh aparat India. Dan belum
termasuk yang terluka mencapai 29.561, serta berbagai kerusakan harta benda. Hal yang tak
kalah tragisnya terdapat 7.613 wanita telah menjadi korban pemerkosaan.

Banyaknya korban yang timbul atas sengekta tersebut tentunya membuat konflik ini semakin
meresahkan, denga asumsi kedua negara tersebut melakukan pelanggaran HAM berat. Dalam
sengeta atau konflik tentunya keamanan (manusia ) individu atau yang disebut sebagai Human
Security akan sangat sulit untuk diciptakan.Human Security adalah perspektif baru salam study
keamanan yang mana bentuk kemanan bukan melulu soal batas wilayah, kekuatan militer dan
sebagainya. Namun persoalan hak untuk hidup, keamana untuk bisa berinteraksi, keamana untuk
melakukan aktfitas ekonomi, keamanan mendapata layanan public dan sebagainya menjadi suatu
isu mutakhir yang hari-hari ini membutuhkanperhatina khusus, terlebih pada kasus-kasus
konfliktual. Maka dalam kasus India-pakistan ini Human Security menjadi barang yang mahal
dan sulit untuk di penuhi. Dalam kondisi peperangan (Chaos)yang dipikirkan hanya kemenangan
dan kemenagan semata, sehingga wilayah keamanan manusia itu sendiri menjadi hilang.

Maka human security apabila dikaitkan dengan kondisi perang ataupun konflik akan sulit untuk
diwujudkan. Barang kali apabila india-pakistan siap untuk berdamai maka rakyat dikawasan
Khasmir akan secara pelan-pelan merasa aman. Yang menjadi permasalahan yakni rakyat
khasmir lah yang harus menanggung semua konsekuensi atas konflik tersebut. Padahal khasmir
adalah wilayah yang diperebutkan, harsunya memang rakyat khasmir, india maupun Pakistan
harus mendukung adanya referendum untuk kemerdekaan khasmir. Atau paling tidak mereka
diberika pilihan ingin merdeka sendiri, bergabung dengan india atau Pakistan. Selain itu harus
ada niatan yang baik oleh kedua negara (India-Pakistan) untuk segera mengakhiri konflik yang
berkepanjangan ini, karena konflik yang terus berjalan dan tanpa solusi ini menyebabkan
ketidaktenangan warga khasmir tentunya hal ini sangat menggangu dan bisa dinggap
pelanggaran HAM. Selama solusi ini belum final maka khasmir akan selamanya menjadi bulan-
bulanan invasi India dan Pakistan.
Perang dan Konflik India-Pakistan merupakan perang-perang dan konflik-konflik yang terjadi
antara India dan Pakistan, sejak pemisahan India pada Agustus 1947. Terdapat tiga perang utama
dan satu perang kecil antara kedua negara, serta beberapa perkelahian dan pertikaian di
perbatasan. Casus belli tiap perang ini disebabkan oleh wilayah Kashmir yang diperdebatkan,
dengan pengecualian pada Perang India-Pakistan 1971 yang disebabkan oleh masalah wilayah
Pakistan Timur.
Latar belakang
Informasi lebih lanjut: Gerakan Kemerdekaan India, Gerakan Pakistan dan Pemisahan India
Pemisahan India muncul pada masa pasca Perang Dunia II, saat Britania Raya dan Kemaharajaan
Britania berhadapan dengan tekanan ekonomi akibat perang dan demobilisasinya.[1] Adalah
maksud mereka, yang berharap untuk berdirinya sebuah negara muslim, untuk datang dari
Kemaharajaan Britania untuk mendapat pemisahan yang bebas dan setara antara "Pakistan" dan
"Hindustan" saat kemerdekaan muncul.[2]
Pemisahan tersebut, menurut politisi terkemuka seperti Muhammad Ali Jinnah (pemimpin Liga
Muslim India) dan Jawaharlal Nehru (pemimpin Kongres Nasional India), seharusnya
menghasilkan hubungan yang damai. Namun, Pemisahan Kemaharajaan India menjadi India dan
Pakistan pada tahun 1947 tidak memisahkan dua bangsa melalui agama secara bersih. Hampir
sepertiga populasi muslim Kemaharajaan India tetap tinggal di India.[3] Kekerasan antar-
masyarakat, antara pengikut Hindu, Sikh dan Islam, menghasilkan korban sekitar 500 ribu
sampai 1 juta jiwa.[1]:6
Teritori-teritori yang diperintah Pangeran, seperti Kashmir dan Hyderabad, juga ikut serta dalam
Pemisahan. Para pangeran harus memilih antara bergabung dalam India atau Pakistan. India dan
Pakistan menaruh klaim atas Kashmir, dan kemudian Kashmir menjadi titik utama dari konflik.
[1]:8[4]
Penguasa Kashmir, yang memiliki penduduk mayoritas muslim, bergabung dengan India
dengan mentandatangani Instrumen Aksesi.[4]
Jumlah pengungsi Rohingya yang menyeberang dari Myanmar ke Bangladesh melonjak,
menurut PBB, dengan lebih dari 35.000 kedatangan baru diidentifikasi dalam 24 jam terakhir.
Disebutkan, hingga saat ini sudah lebih dari 123.000 warga Rohingya telah meninggalkan lokasi
kekerasan di Rakhine, Myanmar, sejak 25 Agustus.
Kekrasan terbaru itu meletus sejak terjadinya serangan militan Rohingya terhadap pos polisi
Burma.
Militer kemudian melancarkan serangan pembalasan yang memaksa penduduk Rohingya keluar
menyelamatkan diri dari desa mereka.
 Siapa sebenarnya etnis Rohingya dan enam hal lain yang harus Anda ketahui
 Menlu RI serahkan formula, pelapor khusus PBB dan Malala kritik Suu Kyi
 Foto-foto palsu kekerasan di Myanmar yang memperparah ketegangan
Rohingya adalah etnis minoritas tanpa negara yang kebanyakan beragama Islamyang dipersekusi
di Myanmar. Banyak yang telah meninggalkan wilayah Rakhine menjelaskan bahwa tentara
Burma dan kelompok massa Budha menghancurkan desa-desa mereka dan menyerang dan
membunuh warga sipil untuk memaksa mereka keluar.
Pihak militer mengatakan mereka sekadar menumpas militan Rohingya yang menyerang warga
sipil.
Memverifikasi situasi di lapangan secara independen sangatlah sulit karena akses dibatasi,
namun sejak serangan di pos polisi itu banyak keluarga yang akhirnya mengungsi ke arah ke
utara menuju Bangladesh.
PBB mengatakan bahwa gelombang pengungsi baru akan membutuhkan makanan dan tempat
bernaung yang melonjak secara dramatis.
Dua kamp penampungan pengungsi yang dibangun PBB untuk mereka saat ini penuh, sehingga
banyak orang tidur di luar atau membangun tempat bernaung di lapangan terbuka dan sepanjang
jalan, kata seorang juru bicara.
Kebanyakan orang berjalan 50-60km selama enam hari untuk mencapai lokasi aman dan sangat
membutuhkan makanan dan air, kata laporan situasi PBB.
Sementara itu berbagai suara keprihatinan muncul dari para pemimpin dunia.
"Pihak keamanan perlu segera menghentikan segala bentuk kekerasan di sana dan memberikan
bantuan kemanusiaan dan bantuan pembangunan untuk jangka pendek dan panjang," kata
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi.
Menteri Retno bertemu pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, pada Senin (4/9) dan
akan tiba di ibu kota Bangladesh hari ini.
Pakistan dan Malaysia juga telah angkat bicara, sementara Maladewa telah menghentikan
sementara perdagangan dengan Myanmar.
Hak atas foto AFP/GETTY IMAGES Image caption Menlu Indonesia Retno Marsudi sudah
bertemu dengan Aung San Suu Kyi untuk meminta pemerintah Myanmar menghentikan
kekerasan di Rakhine.
Warga India, Chechnya dan bagian Kashmir yang dikuasai India juga melangsungkan unjuk rasa
sementara Kyrgyzstan telah menunda pertandingan kualifikasi sepakbola Asian Cup dengan
Myanmar, akibat adanya kemungkinan protes.
Hari Senin, seorang pejabat HAM senior PBB mengatakan bahwa sudah saatnya Suu Kyi
mengambil tindakan melindungi Rohingya.
Suu Kyi, penerima Nobel Peace yang dikenakan tahanan rumah selama bertahun-tahun untuk
aktivitas pro demokrasinya, belum berkomentar akan kekerasan yang terbaru ini.
Dia saat ini berada di bawah tekanan untuk mengutuk kampanye militer itu, namun ia juga harus
menghadapi militer yang berkuasa dan warga Myanmar yang sama-sama tidak menyukai
Rohingya.
 Krisis terbaru Rohingya: bagaimana seluruh kekerasan bermula?
 Attaullah, pemimpin gerakan Arakan yang 'membela Muslim Rohingya'
Pada Selasa ini, Perdana Menteri India Narendra Modi tiba di Myanmar untuk kunjungan resmi,
namun sejauh mana dia akan membicarakan isu itu masih tidak jelas.
Bulan lalu, pemerintahnya - yang ingin mendorong hubungan ekonomi dan militer dengan
Myanmar - mengumumkan rencana untuk mendeportasi 40.000 pengungsi Rohingya dari India,
karena merupakan imigran ilegal.
Meski begitu, menemukan sebuah negara yang dapat menerima mereka akan sangat sulit, karena
Myanmar tidak menganggap mereka sebagai warga negara, begitu juga Bangladesh, yang telah
menampung ratusan tibu Rohingya
 ta

 Dunia

 Indonesia

 Olahraga

 Majalah

 #TrenSosial

 Video

 Audio

 Galeri

 GNB

 Karangan khas

 Mengapa India mengancam akan pulangkan warga Rohingya dari


sana?
Subir Bhaumik Untuk BBC News

 5 September 2017
 Bagikan artikel ini dengan Facebook
 Bagikan artikel ini dengan Twitter
 Bagikan artikel ini dengan Messenger
 Bagikan artikel ini dengan Email
 Kirim
Hak atas foto Reuters Image caption Satu keluarga Rohingya di New Delhi, yang menurut rencana
pemerintah India, akan dideportasi.
Rencana India untuk mendeportasi pengungsi Muslim Rohingya tampaknya merupakan upaya
dalam menarik simpati dari Myanmar, yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.
Pengumuman rencana itu ditempuh menjelang kunjungan Perdana Menteri India, Narendra
Modi, yang tiba di Myanmar, Selasa (05/09), setelah menghadiri KTT BRICS di Xiamen, Cina.
Tiga hari sebelum pengumuman, gerilyawan Rohingya menyerang sekitar 20 pos polisi di negara
bagian Rakhine, Myanmar, menewaskan 12 orang dan memicu operasi militer besar-besaran
yang mendorong krisis pengungsi Rohingya saat ini.
Menurut Menteri Muda Dalam Negeri Inggris, Kiren Rijiju, India akan memulangkan semua
Muslim Rohingya yang diperkirakan berjumlah sekitar 40.000 jiwa.
 Konflik Myanmar: Pengungsi Rohingya membanjiri Bangladesh
 Kabur dari Myanmar, 20 pengungsi Rohingya tenggelam di Bangladesh
 Para pengungsi Rohingya tinggal berjejalan di kamp Bangladesh
Hak atas foto EPA Image caption PM India Narendra Modi (kanan) disambut oleh Presiden Myanmar,
Htin Kyaw (kiri) saat tiba di ibu kota Naypyitaw.
Mereka yang akan dipulangkan itu, tambah Rijiju, mencakup 16.000 Rohingya yang terdaftar
sebagai pengungsi oleh PBB. "Pendaftaran UNHCR tidak ada artinya. Bagi kami mereka semua
adalah pendatang gelap."
Setelah serangan gerilyawan Rohingya pada 25 Agustus, Kementerian Luar Negeri India juga
mengeluarkan pernyataan keras dengan janji berdiri bersama Myanmar dalam 'perang melawan
terorisme'.
Kedua pernyataan yang tampaknya dimaksudkan untuk 'mengatur' kunjungan PM Nodi ke
Myanmar.
Mengisi Cina 'yang diam'
Operasi militer di negara bagian Rakhine sejauh ini menyebabkan lebih dari 120.000 orang
Rohingya mengungsi ke Bangladesh namun 'diamnya' Cina membantu India untuk mengambil
posisi senada dengan opini mayoritas rakyat Burma.
Tidak jelas apakah rencana India tersebut menyangkut pemulangan orang Rohingya ke Myanmar
atau Bangladesh, mengingat mereka tidak memiliki kewarganegaraan karena pemerintah
Myanmar menganggap mereka bukan warganya.
 Polisi Bangladesh abaikan perintah, pengungsi Rohingya membanjir masuk
 Perjalanan para pengungsi Rohingya menghindari kekerasan
 Laporan dari Bangladesh: Bulan puasa, pengungsi Rohingya andalkan bantuan
Sementara Bangladesh -yang menampung gelombang baru warga Rohingya- juga sudah
mengusir sebagian orang Rohingya ke luar dari perbatasannya.
Rencana pemulangan itu juga sudah ditentang oleh Mahkamah Agung India, yang pada hari
Senin (05/09) meminta pemerintah untuk memberi tanggapan.
Namun maksud terselubung dari pengumuman tersebut tampaknya adalah ingin 'tersambung'
dengan opini kubu nasionalis di Myanmar.
Hak atas foto AFP Image caption Terdapat sekitar 40.000 orang Rohingya di India dan 16.000 terdaftar
sebagai pengungsi oleh PBB.

"Kelompok nasionalis Burma dan kaum garis keras Buddha melihat Modi dan BJP (partai
beraliran Hindu yang berkuasa di India) berada dalam spektrum politik yang lebih dekat dengan
mereka ketika berkaitan dengan Muslim," jelas Jiten Nongthaubam, pimpinan Pusat Studi
Myanmar di Universitas Manipur, India, kepada BBC.
Hal itu sejalan dengan rencana India untuk melatih tentara Myanmar dalam operasi khusus, yang
ditafsirkan oleh beberapa orang sebagai dukungan India atas operasi militer Myanmar terhadap
militan Rohingya.
Berbagai proyek di Myanmar
India memang aktif untuk menjalin hubungan dengan Myanmar dan para perwira militernya
berharap dapat pula meminta bantuan mereka dalam menghadapi militan di sebelah timur laut
India yang banyak bermarkas di hutan Sagaing, Myanmar.
Sebagai pertanda hubungan yang membaik, India saat ini sedang membangun satu pelabuhan
dan proyek saluran air di Rakhine.
Pembangunan jalan juga akan segera dimulai untuk menghubungkan Sittwe di Rakhine dengan
Zirinpui di negara bagian Mizoram, India.
"Proyek ini akan membantu daratan utama kami terhubung dengan timur laut India namun kami
memberinya ke Myanmar. Kami ingin menciptakan akses umum ke Myanmar, bukan sebagai
aset komersial untuk memfasilitasi bisnis seperti yang dilakukan oleh sejumlah negara," jelas
Duta Besar India untuk Myanmar, Vikram Misri, kepada sebuah penerbitan di Myanmar.
Misri agaknya merujuk ke Cina saat menyebut 'bukan sebagai aset komersial'.
Hak atas foto AFP Image caption India tidak menjelaskan negara tujuan bagi pemulangan umat Muslim
Rohingya.

Dalam konteks yang lebih luas, India sedang mengupayakan proyek-proyek prasarana untuk
mendukung keberhasilan kebijakan 'bertindak timur', yang diumumkan Menteri Luar Negeri,
Sushma Swaraj, tahun 2014.
Berdasarkan kebijakan itu, India bertujuan meningkatkan pengaruhnya di negara-negara Asia
Tenggara dan mengimbangi keberadaan Cina di kawasan sekaligus menjamin perbatasannya di
sebelah timur laut.
Dalam kunjungan dua hari ke Myanmar, PM Modi akan berkunjung ke Bagan -tempat India
berperan besar dalam restorasi pagoda kuno yang hancur karena gempa- dan pagoda Shwedagon
yang penting, serta menggelar pertemuan umum di sebuah stadion.
Agenda PM Modi tampaknya ingin 'menyambungkan' para pendatang India di Myanmar dengan
kubu nasionalis melalui kombinasi pendekatan agama dan pengaturan politik.
"Jelas bukan kebetulan jika Modi meminta Rijiju melepas tembakan pertama ketika dia berjanji
bahwa Rohingya akan dikeluarkan. Rijiju adalah pemeluk Buddha dan juga menemani Dalai
Lama ketika pemimpin spiritual Tibet itu mengunjungi Arunachal Pradesh (yang menjadi
sengketa antara India dan Cina)," jelas pengamat Myanmar, Binoda Mishra, kepada BBC.
"Pemulangan mungkin tidak akan dilaksanakan karena memutuskan negara untuk pengiriman
Rohingya itu tidak akan mudah, namun membantu dalam menciptakan getaran politik menjelang
kunjungan Modi," tambah Anita Sengupta, seorang peneliti tentang Rohingya di India.

I.I.               Latar Belakang

Di Wilayah kawasan Asia selatan terdapat organisasi regional yang dinamakan


SAARC (South Asian Association for Regional Cooperation) yang di dalam nya terdapat
delapan Negara anggota yaitu Afganistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maldives, Nepal, Pakistan
dan Sri Lanka. tidak dapat di pungkiri perhatian kita akan tertuju kepada hubungan antara
Negara india dan Negara Pakistan yang tidak pernah mengenal kata damai, konflik – konflik
laten yang selalu mewarnai hubungan kedua Negara seringkali menimbulkan kecemasan di
antara hubungan kerjasama regional dengan Negara Negara lain nya.

Pada tahun 1947 Inggris menarik diri dari Asia Selatan dan anak benua itu pecah menjadi
2 negara, India yang mayoritas penduduknya Hindu dan Pakistan yang mayoritas Islam.
Perbedaan komunal dalam perkembangannya tidak dapat diatasi oleh para pemimpin Hindu dan
Muslim dari proses menuju intregasi Negara bangsa.Sejak pemisahan tersebut, konflik antara
kedua komunitas ini menjelma menjadi konflik antar negara. Sehingga bentrokan senjata tidak
dapat dihindari di perbatasan kedua negara. Sedangkan persoalan wilayah muncul dari proses
pembagian wilayah yang tidak tuntas oleh kolonial Inggris dan mengandung persoalan yang
rumit sejak terjadi pemisahan Pakistan dari India pada tahun 1947.

Adapun proses perang India dan Pakistan yaitu perang yang terjadi sejak bulan
Agustus 1947.Peristiwa ini memiliki empat kejadian perang,tiga diantaranya merupakan perang
utama dan yang satunya hanya merupakan perang kecil yang terjadi diantara keduanya.Tiap
kasus perang yang terjadi penyebab utamanya yaitu wilayah Kashmir kecuali perang yang terjadi
tahun 1971 yang disebabkan oleh masalah Pakistan timur.

Sejak tahun 1947 keduan negara ini memang sudah sering terjadi konflik perpecahan bahkan
dikatakan sampai sekarang belum tuntas.

I.2 Rumusan Masalah

1.      Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Penyebab Perpecahan yang terjadi antara India dan
Pakistan ?
2.      Konflik atau perang apa saja yang terjadi antara India dan Pakistan ?
3.      Bagaimana pandangan dan peran luar negeri terhadap konflik India Pakistan ?

1.3 Tujuan Maslah


1.      Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menjadi Penyebab perpecahan antara India
dan Pakistan.
2.      Mengetahui konflik atau perang apa saja yang terjadi antara Pakistan dan India.
3.      Mengetahui bagaimana pandangan negara-negara luar terhadap konflik India – Pakistan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Faktor yang menjadi penyebab awal dari konflik antara India dan Pakistan.
India dan Pakistan adalah dua Negara di asia selatan yang selalu di rundung konflik laten
di antara kedu nya. konflik yang sampai sekarang belum menemukan titik temu di antara kedua
nya di sebabkan oleh beberapa faktor pemicu. Diantara nya adalah oleh faktor sejarah, Anak
benua India lahir dari tangan Inggris dalam satu kesatuan pada tahun 1947.
Sejak mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1947, India–Pakistan telah 4 kali
berperang, dimana tahun 1949 terjadi perang terbuka dikarenakan Konflik Kashmir, dan perang
lainnya karena India membantu Pakistan Timur (kini bernama Bangladesh) melepaskan diri dari
Islamabad. Kashmir sendiri wilayahnya tidak hanya dijadikan rebutan antara India dan Pakistan,
tapi juga Cina.
Penyebab awalnya yaitu ketika India tetap mengklaim seluruh Kashmir adalah
teritorinya dan Pakistan menolaknya.Kashmir sendiri merupakan simbol bagi identitas nasional
India sekaligus Pakistan, menjadi kendala dalam urusan politik dalam negeri, serta kompromi
bagi kedua negara sulit terwujud. Sengketa soal kashmir menjadi konflik panjang dan berlarut-
berlarut antara India dan Pakistan hingga sekarang. Ia tidak saja mengganggu rekonsiliasi bagi
kedua pemerinta, tetapi juga merupakan kendala tang sangat mengganggu hubungan dua
komunitas, umat Islam dan Hindu, di kedua negara. Bahkan menimbulkan luka yang dalam dari
pecahnya pertempuran antara India dengan Pakistan sebanyak tiga kali, yakni pada 1947-1948,
1956 dan 1971. Kendala tersebut terutama dirasakan di India, hal mana umat Islam merupakan
minoritas terbesar (sekitar 140 juta orang) ditengah mayoritas komunitas Hindunyang berjumlah
lebih dari 1 miliar jiwa. Kendatipun sudah terdapat organisasi SAARC (South Asian Assosiation
for Regional Coorporation / Perhimpunan Bangsa Asia Selatan bagi kerjasama Regional),
semacam ASEAN di kawasan Asia Tenggara, yang lahir pada Desember 1985, tetap saja
ketegangan hubungan antara India dengan Pakistan masih terasa.
Sengketa soal Kashmir yang telah berubah menjadi konflik berdarah, sesungguhnya
bermula dari keputusan pemerintah kolonial Inggris untuk membagi anak Benua India menjadi
dua negara merdeka, India dan Pakistan, yang terlaksana pada Agustus 1947. Keputusan itu
beralasan karena tidak ada alternatif lain, sebagai akibat perbedaan garis perjuangan ideologis
yang tajam antara Partai Indian National Congress/Partai Kongres (Mewakili Komunitas Hindu)
dan Partai Muslim League/Liga Muslim (sebagai wakil komunitas Muslim).
Bagi negara kepangeranan (the prince of Indian States), mereka diberi tawaran untuk
memilih bergabung dengan India atau Pakistan. Di sinilah mulai timbulnya akar permasalahan
konflik Kashmir. Penguasa Kashmir adalah Maharaja Hindu, sementara mayoritas rakyatnya
beragama Islam. Karena dia khawatir rakyatnya akan memilih bergabung dengan Pakistan,
padahal dia ingintetap berkuasa di Kashmir, maka dia memilih bergabung dengan India.
Penyebab Wilayah Kashmir diperebutkan oleh India dan Pakistan :
         faktor goegrafis. Kashmir terletak di dalam rangkaian Pegunungan Himalaya, sehingga
wilayahnya bergunung-gunung dengan ketinggian antara 600 sampai 7.600 m di atas permukaan
air laut. Puncak gunung Himalaya tertinggi kedua, setelah Puncak Everest, yakni Puncak
Godwin Austin (tinggi 8.611 m), berada di Kashmir. Luas seluruh wilayah Kashmir sekitar
223.000 km dan berada di sebelah utara dataran Punjab. Secara geografis, wilayah Kashmir
memiliki arti yang sangat strategis karena rangkaian pegunungan Kashmir membentuk pintu
gerbang alami antara China, India dan Pakistan. Bagi Pakistan, wilayah Kashmir sangat vital
karena beberapa sungai utama sebagai pemasuk air untuk pengairan lahan pertanian mengalir
lewat Kashmir. Tiga anak Sungai Indus, yakni Jhelum, Chenab dan Ravi bermata air di Kashmir.
Dengan kata lain, wilayah Kashmir bagi Pakistan adalah soal hidup dan mati. Sebab bila seluruh
Kashmir di kuasai India, Pakistan khawatir suplai air di empat sungai tersebut akan dibendung
dan dialirkan ke India.
         Faktor geopolitik. Bagi India adalah dengan dikuasainya Kashmir akan memungkinkan India
memiliki akses terhadap wilayah strategis di bagian barat daya, di samping Kashmir
menyediakan suatu rangkaian hubungan tradisional antara Asia Tengah dan Subkontinen.
Hubungan India dan ketiga Negara tetangganya yang terpenting - Rusia, China, Afghanistan
sangat tergantung pada luasnya wilayah Kashmir yang dapat dikuasai.

2.1.1. Latar Belakang Historis Kashmir

Selama berabad-abad, Kashmir berada di bawah kekuasaan/pemerintahan orang-orang


Hindu. Ananda K. Coomaraswamy (1926:141), menceritakan bahwa Kashmir pernah menjadi
Dominion Raja Asoka (berkuasa 250 SM) dari Dinasti Maurya, Raja Kanishka dan Huviskha
(berkuasa pada abad II M) dari Dinasti Kushana. Kemudian pada masa Dinasti Gupta (sekitar
abad IV), Kashmir menjadi daerah vasal yang harus membayar upeti tahunan. Sejak masa
Harsya (abad VII), wilayah Kashmir menjadi negara merdeka yang memiliki kekuasaan hingga
Lembah Sind, Punjab dan Taxila. Selanjutnya, abad VIII dan XIX dikenal sebagai periode klasik
budaya Kashmiri.
Ketika India Utara mulai ditaklukkan oleh pasukan tentara Muslim, Kashmir relatif
terlindung dikarenakan letaknya yang bergunung-gunung. Sultan Mahmud dari Gahzna dua kali
mencoba menyerbu Kashmir dari arah Selatan, pada 1015 dan 1021, namun dapat di gagalkan
oleh Raja Hindu Kashmir di Benteng Lohkot. Tetapai sejak itu, penguasa Hindu Kashmir mulai
menggunakan tentara sewaan Turki Muslim, yang disebut Turushka. Pengaruh mereka makin
lama makin kuat dan nanti ganti mengambil alih kekuasaan Hindu. Barangkali sejak itu pula
dimulai proses Islamisasi rakyat Kashmir, sehingga nantinya wilayah ini berpenduduk mayoritas
Muslim.
Dalam tahun 1335 mulailah Kashmir dikuasai oleh Dinasti Muslim. Kala itu seorang
petualangMuslim bernama Syah Mirza Swati, yang telah menjadi menteri pada Raja Sinha Deva,
berhasil mengambil alih kekuasaan. Dinasti yang didirikan oleh Syah Mirza Swati berlangsung
lebih dari dua abad (1335-1561). Raja Syah Mirza Swati yang bergelar Syamssuddin memerintah
dengan cakap dan sangat toleran terhadap orang-orang Hindu, tetapi cucunya yang bernama
Sikandar, mengambil kebijakan berbeda. Sebagai Muslim taat yang melindungi para ulama dan
cendekiawan, dai mengejar-ngejar kaum Hindu dan menghancurkan kuil-kuil mereka. Karena
reputasinya ini, Sikandar diberi gelar Butshikon (penghancur berhala).
Zaman keemasan Kashmir Muslim dicapai pada masa pemerintahan Zainal Abidin
(memerintah pada 1420-1470), putra Sikandar yang mengambil kebijakan bersikap arif dan
toleran terhadap orang-orang Hindu. Dibawah perlindungannya, dilakukan penerjemahan kitab
Mahabrata karya Wyasa dan Babad Kashmir, Rajatarangini karya Kalhana, semuanya ke dalam
bahasa Persia. Sayangnya sepeninggal Zainal Abidin, keturunannya saling bertikai satu sama
lain. Kemudian tahta Kashmir dipegang oleh suku Chak sejak 1561. Ketika itu Ghazi Khan ibn
Chak (1561-1563) menjadi raja dengan gelar Padisyah, meniru kekaisaran Mughal. Pada
akhirnya kekuasaan suku Chak atas Khasmir beralih ke tangan Sultan Akbar dari Mughal, yang
pada 1581 menyerbu Kashmir dan menjadikannya sebagai bagian dari Kekaisaran Mughal.
Secara politik, Kashmir dapat dipersatukan kembali baru pada abad XIX oleh keluarga
Dogra dari suku bangsa Rajput Hindu. Adalah Gulab Singh, seorang pengelana dari keluarga
Dogra, berhasil mendirikan kerajaan yang berpusat di Srinagar setelah menaklukkan Kashmir.
Pada 1846, pemerintah Inggris mengukuhkan Gulab Singh sebagai penguasa wilayah Jammu dan
Kashmir, menyusul ditaklukkannnya kerajaan Sikh oleh Inggris. Semenjak itu Kashmir berada di
tangan Maharaja Hindu, menguasai rakyatnya yang mayoritas beragama Islam. Keturunan Gulab
Singh inilah, seabad kemudian (1947), memilih bergabung dengan negara India.

2.1.2. Akar Konflik Kashmir

Akar konflik di Kashmir berawal sejak pergerakan kebangsaan India merebak, bersamaan
lahirnya Partai Kongres pada 1885 dan Muslim League (Liga Muslim) pada 1906. Kedua
organisasi seolah mewakili aspirasi dan kepentingan dua komunitas yang berbeda. Kongres
mewakili komunitas Hindu, sedangkan Liga Muslim mewakili komunitas Muslim. Secara lebih
sempit lagi, perbedaan itu diwakili oleh dua figur top kedua organisasi. Pada Kongres adalah
Mahatma Gandhi (1869-1948) dan Liga Muslim, Muhammad Ali Jinnah (1876-1948).
Pada awalnya Kongres dan Liga Muslim mampu bekerjasama,bahu-membahu dalam
perjuangan pergerakan kebangsaan India. Ini nampak dari munculnya kesepakatan Lucknow
Pact 1916, berisi persetujuan Kongres atas pemilihan terpisah bagi Komunitas Muslim dan
kesepakatan bersama dalam pembuatan UUD atas dasar status dominion, sebagai penghargaan
Inggris atas partisipasi India dalam Perang Dunia I. Berikutnya, Kongres mendukung gerakan
khilafat pada 1919 dari kalangan Muslim untuk menyelamatkan kekhalifahan Pan-Islam Turki
Usmani dan untuk mengusir Inggris dari India.
Perpecahan antara Kongres dan Liga Muslim mulai menggejala secara nyata sejak
pemerintahan Inggris memberikan self-goverment (pemerintahan sendiri) pada tahun 1935.
Dalam pemilihan umum 1937, Kongres menang mutlak dan ini diikuti dengan wewenang
Kongres untuk memerintah India. Kekecewaan Liga Muslim bukan hanya soal kalah dari
Kongres, malahan di provinsi yang mayoritas Muslim, melainkan lebih karena Kongres menolak
tawaran Liga Muslim untuk mendirikan negara terpisah bagi Komunitas Muslim, yang disebut
Pakistan (tanah orang suci), seperti tersirat dan tersurat dalam “Resolusi Lahore” tahun 1940.
Pemerintahan Inggris tidak melihat alternatif lain kecuali pembagian anak Benua India,
ketika menyaksikan konflik kerusuhan komunal yang berdarah antara umat Hindu dan Muslim
setelah usainya PD II. Keputusan pembagian anak Benua India dikeluarkan oleh parlemen
Inggris pada 1 Juli 1947, di mana anak Benua India dibagi menjadi dua dominion merdeka, India
dan Pakistan. Dominion India di bawah Gubernul Jenderal Lord Mountbatten dan PM Jawaharlal
Nehru, sementara Pakistan di bawah Gubernur Jenderal Muhammad Ali Jinnah dan PM Liquat
Ali Khan.
Konsekuensi dari pembagian anak Benua India menjadi dominion India dan Pakistan
sungguh mengenaskan. Sebab Provinsi Punjab dan Benggala harus dibelah dua dan hal ini
disusul dengan perpindahan pengungsi secara besar-besaran. Menurut taksiran 1948, jumlah
pengungsi Muslim India yang pindah ke Pakistan sekitar 6.500.000 orang kira-kira 5.000.000
pengungsi Muslim lainnya mati atau hilang dalam perpindahan itu. Sebaliknya pengungsi Hindu
dan Sikh yang pindah ke India berjumlah sekitar 5.500.000 orang, termasuk yang mati dalam
perpindahan tersebut.
Bagi para penguasa pribumi, yakni para Raja lokal yang jumlahnya sekitar 500 kerajaan,
diberi pilihan dan tawaran untuk memilih bergabung dengan India atau Pakistan. Pilihan dan
tawaran ini berarti soal pertahanan, urusan luar negeri dan komunikasi dari raja-raja lokal itu
berada di tangan dominion India atau Pakistan di mana dia bergabung, atau bisa pulang
bermakna integrasin secara penuh. Pada umumnya hal ini berlangsung dengan damai kecuali
beberapa kerajaan kecil (swapraja) seperti Junagadh, Hyderabad dan Kashmir.
Persoalan Junagadh, Swapraja ini berpenduduk sekitar 800.000 jiwa dengan perincian
80% penduduk beragama Hindu dan selebihnya 20% beragama Islam, tetapi penguasaannya,
Nawab, seorang Muslim. Ketika pada Juli 1947 Nawab memilih bergabung dengan Pakistan,
India memprotes keras dan langsung campur tangan. Setelah diadakan plebesit dengan hasil
mayoritas penduduknya memilih masuk India, maka Swapraja Junagadh masuk menjadi bagian
India kendatipun Pakistan memprotesnya. Sedangkan Hyderabad merupakan swapraja terbesar di
India, berpenduduk kira-kira 16 juta jiwa dan proporsi Muslim sekitar 2 jutaa jiwa. Penguasanya
Nizam Muslim yang berupaya mempertahankan kemerdekaannya, hal mana juga diperbolehkan
menurut deklarasi Viceroy Lord Mountabatten tertanggal 3 Juni 1947. Tetapi India mengirimkan
pasukan ke Hyderabad dan memaksa penguasanya bergabung dengan India. Sekalipun Pakistan
melakukan protes kepada PBB, pengabungan berjalan terus .
Jika melihat kedua kasus itu dan mempertimbangkan proporsi penduduknya yang
mayoritas, Muslim maka Kashmir secara geografis, ekonomis dan terlebih lagi ikatan
agama/kultural lebih dekat kepada Pakistan sereta sudah selayaknya bergabung dengan Pakistan.
Namun yang menjadi persoalan, penguasa Kashmir, Maharaja Hari Singh yang beragama Hindu,
menginginkan kelangsungan takhtanya. Hal ini mungkin bila dia bergabung dengan India
ketimbang Pakistan.
Yang kedua di sebabkan oleh faktor agama di antara mereka.Di bawah Ali Jinnah,
mengambil jalan sendiri memisahkan diri dari India karena merasa bahwa aspirasi politik umat
Islam saat itu tak bisa disalurkan. Oleh karena itu karena dukungan masyarakat penganut Islam
maka lahir Pakistan bebas dari India.
Yang ketiga adalah faktor politik, Setelah Pakistan memisahkan diri dari India menjadi
Pakistan timur dan barat, pada perjalanan sejarahnya Pakistan timur tidak tertampung aspirasi
politiknya. Dengan dukungan India, Pakistan timur berpisah dari Pakistan barat yang kemudian
melahirkan negara baru, Banglades. Kepentingan Pakistan timur akan penampungan aspirasi
politiknya menjadi pendorong terjadinya kelahiran baru Bangladesh meskipun tidak ada
persoalan agama karena keduanya mayoritas penduduknya Muslim.
Yang keempat adalah faktor keamanan, Karena merasa adanya ancaman terutama dari
negara besar seperti India di Asia Selatan, Pakistan ataupun Sri Lanka merasakan betapa
perlunya mempersenjatai diri. Pakistan terutama sering merasa ancaman ideologi yang
dilatarbelakangi agama Hindu terus membayang-bayangi. Oleh karena itu interaksi yang terjadi
di kawasan pun lebih dilandasi oleh kecurigaan dan kehati-hatian terutama melihat tindak-tanduk
India yang tak bisa dipercaya begitu saja.Pacuan senjata di Asia Selatan dipicu oleh kecurigaan
terutama dari Pakistan ke India dan sebaliknya. Tidak mengherankan apabila Pakistan berusaha
mencari senjata pamungkas yakni nuklir sebagai kekuatan penggetar yang kemudian justru
mempercepat kelahiran program senjata nuklir India. Meskipun kedua negara belum secara terus
terang menggelar senjata nuklirnya namun sudah menjadi pendapat umum bahwa baik Pakistan
maupun India memiliki kemampuan membuat bom atom.
Yang kelima adanya faktor persaingan, pengaruh dua negara besar di kawasan ini
berusaha saling memantapkan pengaruhnya di Asia Selatan maupun ikut mempengaruhi negara
besar di luar kawasan untuk masuk ke wilayah itu.

2.2. Konflik atau Perpecahan yang terjadi antara India dan Pakistan
Empat Perang Sengit Antara India - Pakistan yang Pernah Terjadi. Ketiganya disebabkan
masalah utama yaitu perebutan wilayah kashmir dan yang satunya disebabkan oleh masalah
wilayah pakistan timur.

Wilayah Khasmir terbagi oleh tiga negara: Pakistan mengontrol barat laut, India
mengontrol tengah dan bagian selatan Jammu dan Kashmir, dan Republik Rakyat Cina
menguasai timur laut (Aksai Chin).Pakistan memandang seluruh wilayah Kashmir sebagai
wilayah yang di pertentangkan, dan tidak menganggap klaim India atas wilayah ini. Sebuah
pilihan yang disukai banyak orang Kashmir adalah kemerdekaan, namun baik Pakistan dan India
menentang hal ini.

1.Perang India-Pakistan 1947(21 Oktober1947 - 31 Desember1948)


Perang India-Pakistan 1947, kadang-kadang disebut sebagai Perang Kashmir Pertama,
adalah perang yang terjadi antara India dan Pakistan terhadap wilayah Kashmir dari tahun 1947
sampai 1948. Perang ini merupakan perang pertama dari empat perang yang terjadi antara India
dan Pakistan. Akibat perang ini masih memengaruhi geopolitik kedua negara.
2.Perang India-Pakistan 1965
Perang India-Pakistan 1965, juga disebut Perang Kashmir Kedua, adalah perang yang
terjadi antara India dan Pakistan pada Agustus 1965 sampai September 1965. Perang ini adalah
pertempuran kedua antara India dan Pakistan terhadap wilayah Kashmir.

Perang pertama telah terjadi pada tahun 1947. Perang ini terjadi selama lima minggu,
yang berakhir dengan ribuah korban jiwa pada dua belah pihak dan gencatan senjata oleh PBB.
Perang ini dimulai dengan kegagalan Pakistan dalam operasi Gibraltar yang bertujuan untuk
menyusupi dan menyerang Jammu dan Kashmir.

3.Perang India-Pakistan 1971


Perang India-Pakistan 1971 adalah konflik utama antara India dan Pakistan. Perang ini
berhubungan dengan Perang Kemerdekaan Bangladesh (kadang-kadang disebut Perang Saudara
Pakistan). Terdapat argumen tentang tanggal perang. Namun, serangan dilancarkan antara India
dan Pakistan pada sore tanggal 3 Desember 1971. Konflik bersenjata front barat India selama
periode 3 Desember 1971 dan 16 Desember 1971 disebut Perang India-Pakistan oleh Bangladesh
dan India. Perang ini berakhir dengan kekalahan Pakistan.

4.Perang India-Pakistan 1999 (Perang Kargil)


Perang Kargil, juga disebut Konflik Kargil, adalah konflik bersenjata antara India dan
Pakistan yang terjadi antara Mei dan Juli 1999 di distrik Kargil, Kashmir. Penyebab perang ini
adalah masuknya pasukan Pakistan dan militan Kashmir ke wilayah India pada Line of Control,
yang merupakan perbatasan de facto antara kedua negara.

Keinginan Pakistan untuk mengambil alih Kashmir dari India tidak pernah lenyap. Bagi
Pakistan, dengan berpegang pada Two-Nation theory (Teori Dua Bangsa) yakni satu Muslim dan
satu Hindu, masuknya Kashmir kedalam wilayahnya adalah merupakan keharusan karena
mayoritas penduduk Kashmir adalah beragama Islam. Teori Dua Bangsa adalah merupakan suatu
reaksi negative terhadap peristiwa-peristiwa yang sedang membentuk nasib Asia Selatan dalam
pertengahan abad ke-20.

2.2.1. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan konflik India-Pakistan

Beberapa perundingan kerap di lakukan menteri luar negeri atau para petinggi Negara
india dan Pakistan. Namun seperti yang sudah di tuliskan di atas. Konflik ini belum menemutak
sebenar benar nya titik temu. Karena masalah yang sudah menjalar ke berbagai bidang aspek
masyarakat.

Yang pertama kali tahun 2000 an, perundingan yang di lakukan dengan mempertemukan
petinggi Negara india dan Pakistan yang pada saat itu adalah Presiden Pakistan Pervez
Musharraf dengan perdana menteri india Manmohan Singh. Yang pada saat itu di tengahi oleh
mentri luar negeri amerika serikat Collin Powell dalam kunjungan nya ke asia selatan.

Januari 2004 kedua Negara melalui perwakilannya bertemu melakukan


perundingan.Tanggal 3 Januari, Perdana Menteri India Atal Behari Vajpayee menapakkan lagi
kakinya di Pakistan. RESMINYA, ia datang untuk menghadiri pertemuan puncak (Konferensi
Tingkat Tinggi) tahunan Asosiasi Kerja Sama Regional Asia Selatan (SAARC) di Islamabad.
Namun, tujuan pokok sesungguhnya adalah memulai kembali usaha perdamaian India-Pakistan
yang buntu.

Pada tanggal 5 Januari 2004, Vajpayee dan Presiden Pakistan Pervez Musharraf
melakukan pertemuan bilateral.Dimulainya kembali usaha perdamaian di antara kedua negara
utama di Asia Selatan itu. Pertemuan ini membuahkan kejutan yang menyegarkan, yaitu berupa
kesepakatan di antara kedua pemimpin untuk memulai dialog menyeluruh, yang akan dimulai
pada Februari2004. Vajpayee dan Musharraf juga sama-sama berkeyakinan bahwa proses
perundingan itu pada akhirnya juga akan menyelesaikan konflik Kashmir.

2.3. Pandangan dan Keikutsertaan Negara Luar Terhadap Konflik India – Pakistan.

A.    Amerika Serikat


Amerika Serikat (AS) mengatakan, pihaknya memiliki "perhatian besar" tentang situasi
di Kashmir, tetapi mengisyaratkan bahwa pihaknya tidak akan berusaha menengahi konflik
wilayah Himalaya antara Pakistan dan India itu.
Para pejabat yang jarang berbicara secara terbuka tentang Kashmir yang India anggap
satu masalah domestik. Namun, Pakistan mengajukan masalah itu secara tegas dalam
perundingan-perundingan tingkat pejabat tinggi dengan Amerika Serikat yang bertujuan untuk
meningkatkan kemitraan kedua negara yang sering terganggu itu.
Juru Bicara Departemen Luar Negeri Philip Crowley mnegatakan: "Kami memiliki
perhatian besar tentang situasi di Kashmir. Kami berbicara dengan sahabat-sahabat Pakistan
kami dan sahabat-sahabat India mengenai masalah ini secara reguler. Kami akan melihat
situasi menyelesaikan masalah Kashmir. Terlalu banyak ketegangan dan aksi kekerasan di
Kashmir, dan karena itu mengapa kami terus mendorong kedua negara menyelesaikannya
melalui dialog. Namun, Kebijakan Amerika Serikat jelas, kami yakin bahwa ini adalah satu
masalah yang pada akhirnya harus diselesaikan antara India dan Pakistan".
Dalam konflik Kashmir ini, AS malah mendampingi Rusia membantu India. Di sinilah
kepentingan politik AS bermain. Ketika kelompok Islam yang dijadikan sasaran, maka AS akan
dengan gencar memberikan dukungan.Amerika Serikat sebagai negara adidaya, memiliki tingkat
pressure yang sangat kuat, sehingga mampu menundukkan mantan Perdana Menteri Pakistan,
Nawaz Sharif. Dalam pernyataanya, Nawaz Sharif menjanjikan akan menarik pasukan Pakistan
dari wilayah Kashmir. Tentu saja pernyataan Sharif tersebut mendapat tanggapan keras, baik dari
para pejuang Kashmir maupun dari masyakat Pakistan.Dus, akhirnya Nawaz Sharif terguling
dalam sebuah kudeta tak berdarah yang dipimpin Jenderal Pervez Musharraf.

B.     Rusia
India dalam perjalanan sejarahnya selalu melakukan aliansi politik dengan Soviet (kini
Rusia). Keberpihakan kapada Soviet ini menjadikan India berada di Blok Timur (Komunisme)
dan berseberangan dengan Blok Barat (AS). Namun pasca leburnya perang dingin dengan
ditandai runtuhnya Uni Soviet (sebagai kekuatan Komunisme/Blok Timur) yang menjadikan AS 
satu-satunya negara adikuasa, telah merubah haluan keberpihakan AS.  Dalam konflik Kashmir
ini, AS malah mendampingi Rusia membantu India. Di sinilah kepentingan politk AS bermain.
Ketika kelompok Islam yang dijadikan sasaran, maka AS akan dengan gencar memberikan
dukungan.

C.     Indonesia
Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif, sehingga Indonesia selalu mendukung
penyelesaian konflik dengan jalan damai dan tidak memihak salah satu pihak yang bersengketa.
Dalam konflik Kashmir, Indonesia diminta oleh Pakistan untuk membujuk India untuk
mengakhiri konflik tersebut. Pemerintah Indonesia tetap mendukung segala bentuk penyelesaian
konflik dengan damai.

D.    RRC
RRC dan India memiliki sejarah suram antar keduanya dan mencapai klimaksnya pada
Perang Cina – India. Perang perbatasan Cina-India berakhir dengan kekalahan tragis militer
India. Hal ini mendorong India untuk mengembangkan militernya baik konvensional maupun
non-konvensional dengan kemampuan untuk menghadapi Cina. Langkah ke arah ini dapat dilihat
misalnya dengan rencana pengadaan 300 TUT T-90, yang jelas dimaksudkan untuk pertahanan
menghadapi Cina. Sekali pun keadaan pseudo-hostile antara India dan Cina mulai mencair, serta
hubungan kedua negara bertambah baik terutama sejak kunjungan Jiang Zemin November 1996,
namun sangat jelas bahwa India masih menganggap Cina sebagai ancaman. Entah itu dari
analisis militer atau pun hanya sebagai alasan untuk mengembangkan kekuatan militer-nya, yang
jelas proyeksi militer India ditujukan untuk menyaingi kekuatan militer Cina.
Satu hal yang paling jelas adalah pernyataan para petinggi India pasca percobaan
nuklir Pokhran II tahun 1998, bahwa alasan dari pengembangan militer India adalah untuk
menghadapi ancaman Cina. Tak kurang PM Atal Behari Vajpayee dan Menteri Pertahanannya,
George Fernandes memberikan pernyataan tersebut, yang kemudian disikapi dengan kemarahan
besar dari para pejabat Cina. Sekali pun kemudian pernyataan tersebut dibantah oleh India.
Membaiknya hubungan Cina-India kemungkinan tidak lepas dari upaya Cina untuk menjamin
keamanannya di Barat Laut, menjelang Invasi ke Taiwan. Bukan rahasia lagi bahwa Cina tengah
mempersiapkan Invasi ke Taiwan dan mungkin juga ke Kepulauan Cina Selatan yang merupakan
bagian dari 'urusan dalam negeri' Cina. Dan keberadaan India yang bermusuhan sangat
menghalangi hal ini. Cina harus menjamin persahabatan dengan India sebelum dapat
membereskan 'urusan dalam negerinya'.
BAB III
PENUTUP

3.1            Kesimpulan

Sejak mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1947, India–Pakistan telah 4 kali
berperang, dimana tahun 1949 terjadi perang terbuka dikarenakan Konflik Kashmir, dan perang
lainnya karena India membantu Pakistan Timur (kini bernama Bangladesh) melepaskan diri dari
Islamabad
India mengklaim seluruh Kashmir adalah teritorinya dan Pakistan menolak karena
mayoritas penduduk Kashmir adalah muslim yang bertempat di teritori yang dikuasai India.
Konflikpun menjadi lebih kompleks yang semula hanya persoalan wilayah berkembang menjadi
konflik antar agama dan konflik aliran. Konflik terjadi karena kepentingan politik kedua negara
dan kekuasaan klaim secara sepihak dari India maupun Pakistan.
Penyelesaian masalah Kashmir menemui jalan buntu setelah berakhirnya perang India-
Pakistan tahun 1947-1948. Sementara itu, setelah mengalami perang perbatasan dengan Cina
pada tahun 1962, India meningkatkan kemampuan militernya. Gejala-gejala yang tidak
menguntungkan bagi Pakistan ini mendorong Pakistan untuk segera menyelesaikan masalah
Kashmir sebelum kehilangan kesempatan untuk melakukannya. Akibat pemikiran ini pecahlah
perang antara India dan Pakistan yang berlangsung selama 22 hari. Dalam perang inipun ternyata
tidak berhasil merampas Kashmir dari India.
Keinginan Pakistan untuk mengambil alih Kashmir dari India tidak pernah
lenyap.Pakistan berpegang pada Two-Nation theory (Teori Dua Bangsa) yakni satu Muslim dan
satu Hindu, masuknya Kashmir kedalam wilayahnya merupakan keharusan karena mayoritas
penduduk Kashmir beragama Islam.
Perang signifikan Kashmir bukan hanya pada masalah keamanan nasional semata,
melainkan lebih dari itu, karena bagi India Kashmir mempunyai makna untuk mempertahankan
kesatuan nasional, eksistensi paham sekularisme, warisan sejarah budaya di masa lalu, dan
dominasi India di Asia Selatan

Anda mungkin juga menyukai