Anda di halaman 1dari 12

Teori Belajar Perenialisme

RAJA LOTTUNG SIREGAR

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tuanku Tambusai Pasir Pengaraian


Jl. Riau, Pasir Pengaraian, Rokan Hulu. Hp: 081371576057
e-mail: rasyi.sire83@yahoo.com

Abstrak: Perenialisme, sesuai dengan namanya yang berarti segala sesuatu


yang ada sepanjang sejarah, melihat bahwa teradisi perkembangan intelektual
yang ada pada zaman yunani kuno dan abad pertengahan yang telah terbukti
dapat memberikan solusi bagi berbagai problem kehidupan masyarakat perlu
digunakan dan diterapkan dalam menghadapi alam modern yang sarat dengan
problem kehidupan. Dalam hal pendidikan, perenialisme memandang bahwa
tujuan utama pendidikan adalah untuk membantu siswa dalam memperoleh
dan merealisasikan kebenaran abadi. Aliran ini menilai bahwa kebenaran itu
bersifat universal dan konstan. Maka jalan untuk mencapainya adalah melatih
intelek dandisiplin mental. Tujuan pendidikan tersebut terurai dalam format
kurikulum yang berpusat pada materi (contend based, subject-centered) dan
mengutamakan disiplin ilmu sastra, matematika, bahasa, humaniora, sejarah
dan lain-lain.

Kata Kunci: Teori, Belajar, Perenialisme

PENDAHULUAN ini perlu kembali kepada masa lampau,


Di zaman kehidupan modern ini karena dengan mengembalikan
banyak menimbulkan krisis diberbagai keadaan masa lampau ini, kebudayaan
bidang kehidupan manusia, terutama yang dianggap krisis ini dapat teratasi
dalam bidang pendidikan. Untuk melalui perenialisme karena ia dapat
mengembalikan keadaan krisis ini, mengarahkan pusat perhatiannya pada
maka perenialisme memberikan jalan pendidikan zaman dahulu dengan
keluar yaitu berupa kembali kepada sekarang.
kebudayaan masa lampau yang Perenialisme memandang
dianggap cukup ideal dan teruji pendidikan itu sebagai jalan kembali
ketangguhannya. Untuk itulah yaitu sebagai suatu proses
pendidikan harus lebih banyak mengembalikan kebudayaan sekarang
mengarahkan pusat perhatiannya (zaman modern) in terutama
kepada kebudayaan ideal yang telah pendidikan zaman sekarang ini perlu
teruji dan tangguh. Perenialisme dikembalikan kemasa lampau.
memandang pendidikan harus lebih Perenialisme merupakan aliran filsafat
banyak mengarahkan pusat yang susunannya mempunyai kesatuan,
perhatiannya kepada kebudayaan ideal dimana susunannya itu merupakan
yang telah teruji dan tangguh. Dengan hasil pikiran yang memberikan
kata lain pendidikan yang ada sekarang kemungkinan bagi seseorang untuk

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382


172
bersikap yang tegas dan lurus. Karena manusia dan memang merupakan
itulah perenialisme berpendapat bahwa hakikat insaniah manusia
mencari dan menemukan arah tujuan (Muhmidayeli, 2005: 173).
yang jelas merupakan tugas yang utama Karena esensi aliran ini berupaya
dari filsafat khususnya filsafat menerapkan nilai-nilai atau norma-
pendidikan. norma yang bersifat kekal dan abadi
Setelah perenialisme menjadi yang selalu seperti itu sepanjang
terdesak karena perkembangan politik sejarah manusia, maka prenialisme
industri yang cukup berat timbulah dianggap sebagai suatu aliran yang
usaha untuk bangkit kembali, dan ingin kembali atau mundur kepada
perenialisme berharap agar manusia nilai-nilai keudayaan masa lampau.
kini dapat memahami ide dan cita Kembali kepada masa lampau dalam
filsafatnya yang menganggap filsafat konteks aliran ini, bukanlah dalam
sebagai suatu asas yang komprehensif pengertian bernostalgia dan sekedar
Perenialisme dalam makna filsafat mengingat-ingat kembali pola
sebagai satu pandangan hidup yang kehidupan masa lalu,tetapi untuk
berdasarkan pada sumber kebudayaan membina kembali keyakinan akan nilai-
dan hasil-hasilnya. nilai asasi masa silam untuk
menghadapi problema kehidupan
manusia saat sekarang dan bahkan
Perenialisme Dalam Pengertian dan sampai kapan pun dan di mana pun
Sejarah (Syam, 1998: 295-297). Dengan
Perenialisme berasal dari kata demikian maka prenialisme ini
perennial diartikan sebagai continuing menginginkan bahwa budaya, adat
throughout the whole year atau lasting istiadat-istiadat yang terbiasa mereka
for e very long time, yakni abadi atau lakukan merupakan suatu yang abadi,
kekal dan dapat berarti pula tiada kekal tanpa akhir.
akhir. Dengan demikian, esensi Aliran perenialisme beranggapan
kepercayaan filsafat perenial ialah bahwa pendidikan harus didasari oleh
berpegang pada nilai-nilai atau norma- nilai-nilai cultural masa lampau,
norma yang bersifat abadi. Aliran ini regressive road to culture, oleh karena
mengambil analogi realiata social kehidupan modern saat ini banyak
budaya manusia, seperti realita menimbulkan krisis dalam banyak
sepohon bunga yang terus menerus bidang (Assegaf, 2011: 193).
mekar dari musim ke musim,datang Perenialisme mengambil jalan
dan pergi, berubah warna secara tetap regresif karena mempunyai pandangan
sepanjang masa, dengan gejala yang bahwa tidak ada jalan lain kecuali
terus ada dan sama. Jika gejala dari kembali kepada prinsip umum yang
musim ke musim itu dihubungkan satu telah menjadi dasar tingkah laku dan
dengan yang lainnya seolah-olah perbuatan zaman Yunani Kuno dan
merupakan benang dengan corak abad pertengahan. Yang dimaksud
warna yang khas, dan terus menerus dengan ini adalah kepercayaan-
sama (Djumransjah, 2006: 185-186). kepercayaan aksiomatis mengenai
Dalam pengertiannya yang lebih pengetahuan, realitas, dan nilai dari
umum dapat dikatakan bahwa tradisi zaman tersebut (Assegaf, 2011: 193).
dipandang juga sebagai prinsip-prinsip Perenialisme dapat dikenali
yang abadi yang terus mengalir dengan mudah karena memiliki
sepanjang sejarah manusia, karena ini kekhasan, diantaranya adalah: pertama,
adalah anugrah Tuhan pada semua bahwa perenialisme mengambil jalan
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
173
regresif, yaitu kembali kepada nilai dan realitas dan fakta-fakta yang
prinsip dasar yang menjiwai terverfikasi dan terukur secara ketat,
pendidikan pada masa Yunani Kuno telah pula menjadikan ilmu
dan Abad Pertengahan. Kedua, pengetahuan dan ternologi sebagai
perenialisme beranggapan bahwa orentasi kehidupan (Muhmidayeli,
realita itu mengandung tujuan. Ketiga, 2005: 173-174).
perenialisme beranggapan bahwa Dengan memperhatikan
belajar adalah latihan dan disiplin pengertian di atas dan latar belakang
mental. Keempat, perenialisme timbulnya prenialisme tersebut dapat
beranggapan bahwa kenyataan kita pahami bahwa pada dasarnya
tertinggi itu berada di balik alam, aliran ini berasal dari pemikiran orang-
penuh kedamaian, dan transcendental orang eropa yang berusaha untuk
(Assegaf, 2011: 193-194). mencari jawaban akibat banyaknya
Perenialisme, sesuai dengan ketimpangan, kekacauan, kebingungan,
namanya yang berarti segala sesuatu serta berbagai problematika lainnya.
yang ada sepanjang sejarah, melihat Mereka menganggap bahwa ide umum
bahwa teradisi perkembangan yang terkandung dalam pemikiran
intelektual yang ada pada zaman filosof zaman Yunani Kuno dan abad
yunani kuno dan abad pertengahan pertengahan itu adalah memiliki nilai
yang telah terbukti dapat memberikan yang ideal dan masih relevan untuk
solusi bagi berbagai problem menjawab persoalan masa kini
kehidupan masyarakat perlu digunakan (Assegaf, 2011: 194).
dan diterapkan dalam menghadapi Menurut Raghib al-Isfahani terdiri
alam modern yang sarat dengan dari dua unsur, yakni tubuh dan jiwa.
problem kehidupan (Muhmidayeli, Bila tubuh dapat dikenal dengan indra
2005: 173). mata, maka jiwa hanya dapat dikenal
Kondisi dunia modern yang dengan akal. Jiwa itu sendiri sangat
sangat mengandalkan rasionalitas menentukan bagi tubuh. Selain dapat
empiris-positivistis yang memandang menciptakan kehidupan, ia juga dapat
kebenaran dalam konteksnya yang menggerakkan tubuh untuk bekarja,
serba terukur, teramati dan teruji merasa, berilmu dan berfikir (Amril M.,
secara inferesial yang melihat realitas 2002: 142).
sebagai sesuatu yang serba materi, Dengan demikian bahwa aliran
telah pula memunculkan berbagai prenialisme ini menginginkan bahwa
problem kemanusiaan, seperti zaman terdahulu (lampau) tetap
munculnya sikap ambivalinsi yang dipertahankan dan diabadikan. Sebab
mencengkam dan mendatangkan zaman modern banyak membawa
kebingungan, kebimbangan, kerusakan kepada manusia. Mereka
kecemasan, ketakutan dalam juga beranggapan bahwa zaman
bertingkah laku, sehingga manusia modern ini suatu zaman yang sakit.
hidup dalam ketidak menentuan dan Karna zaman modern ini menjadikan
cendrung kehilangan arah dan jati krisis diberbagai bidang. Baik itu
dirinya. Pengabdian berpikir logis tingkah laku manusia, kebiasaan-
dalam hal ini telah pula memunculakan kebiasan yang tidak sesuai dengan
ketidakmampuan manusia melihat budaya mereka yang terdahulu. Oleh
pengetahuan yang sebenarnya. Hal ini karena itu aliran berinisiatif agar
mengingat corak kehidupan yang serba kembali kepada budaya yang lama dan
rasional bertujuan dengan landasan ideal. Karna budaya yang lama dan
empiris-positivistis yang melihat
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
174
ideal itu sesuai dengan prinsip hidup tumbuh dan berkembang melalui
mereka. pendidikan, sehingga ketiganya
Dasar Filosofis Perenialisme berjalan secara berimbang dan
Sebagaimana pada perkembagan harmonis. Manusia yang memiliki
pemikiran filsafat umumnya, dasar potensi rasio yang besar akan manusia
pemikiran filsafat perenialisme ini pun kelas pemimpin, kelas social yang
terlihat dari keyakinan ontologis tinggi. Manusia yang besar potensi
mereka tentang manusia dan alam. kemauannya, akan menjadi manusia-
Aliran ini memandang bahwa hakikat manusia prajurit, kelas menengah.
manusia sebagai makhluk rasional yang Sedangkan manusia yang besar potensi
akan selalu sama bagi setiap manusia nafsunya akan menjadi manusia-
dimana pun dan sampai kapan pun manusia pekerja, kelas rakyat jelata.
dalam pengembangan historisitasnya. Pendidkan dalam hal ini hendaklah
Keyakinan ontologis sedemikian, berorientasi pada potensi psikologis
bahwa mereka pada suatu pemikiran, dan masyarakat, sehingga dapat
bahwa kemajuan dan keharmonisan mewujudkan pemenuhan kelas-kelas
yang dialami oleh manusia disuatu sosial dalam masyarakat tersebut
masa akan dapat pula diterapkan pada (Muhmidayeli, 2005: 176).
manusia-manusia lain pada masa dan Adapun jalan yang ditempuh
tempat yang berbeda, sehingga adalah dengan cara regresif, yakni
kesuksesan masa lalu dapat pula kembali kepada prinsip umum yang
diterapkan untuk memecahkan ideal yang dijadikan dasar tingkah pada
problem masa sekrang dan akan datang zaman kuno dan abad pertengahan.
bahkan sampai kapan pun dan dimana Prinsip umum yang ideal itu
pun (Muhmidayeli, 2005: 176). berhubungan dengan nilai ilmu
Watak insan ialah luwes, lentur pengetahuan, realita, dan moral yang
(flexible). Boleh dilentur, dibentuk dan mempunyai peranan penting dan
diubah. Ia mampu untuk menguasai pemegang kunci bagi keberhasilan
ilmu pengetahuan, menghayati dan pembangunan kebudayaan pada abad
sehat dengan adat-adat, nilai, tradisi ruang angkasa ini. Prinsip yang bersifat
atau aliran baru. Atau meninggalkan aksiomatis ini tidak terikat waktu dan
adat, nilai dan aliran lama, dengan cara tetap berlaku dalam perjalanan sejarah
intraksi sosial baik dengan lingkungan (Djumransjah, 2006: 187).
yang bersifat alam atau kebudayaan. Hal yang sama juga diungkap
Proses membentuk identitas, sifat dan Aristoteles yang mengatakan, bahwa
watak atau mengubah dan memupuk kebahagiaan hidup sebagai tujuan
serta mengajukan ciri-cirinya yang unik pendidikan itu sendiri dapat terealisasi
dinamakan sosialisasi, atau proses” jika ketiga komponen potensi dasarnya
pemasyarakatan.” Mudah atau terdidik dan berkembang secara
susahnya proses ini bergantung pada seimbang. Harmonisasi fungsionalitas
usia dan cara yang digunakan untuk tiga potensi dasar manusia dalam
sampai kepada tujuan (al-Syaibani, aktifitasnya merupakan kunci bagi
1979: 156). pengembangan kualitas humanitas
Menurut psikologi Plato, manusia manusia dalam kehidupannya. Oleh
pada hakikatnya memiiki tiga potensi karena itu, pengisian pendidikan dalam
dasar, yaitu nafsu, kemauan dan ketiga asfek ini merupakan suatu
pikiran. Ketiga potensi ini merupakan keniscayaan. Pendidik bertugas
asas bagi bangunan kepribadian dan memberikan bantuan kepada subjek-
watak manusia. Ketiga potensi ini akan subjek didiknya untuk mewujudkan
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
175
potensi-potensi yang ada padanya agar Filsafat perenialisme dalam
menjadi aktif, nyata dan aktual, melalui pendidikan lahir pada abad ke-20.
latihan berfikir secara baik dan benar. Perenialisme lahir dari suatu reaksi
Pendeknya pembinaan dan latihan terhadap pendidikan progresif.
berfikir merupakan teori dasar dalam Perenialisme menentang pandangan
pembelajarannya, sehingga dengan progresivisme yang menekankan
demikian mental disiplin merupakan perubahan dan sesuatu yang baru.
karakteristik pokok dalam teori belajar Perenialisme memandang situasi dunia
aliran perenialisme ini (Muhmidayeli, dewasa ini penuh kekacauan,
2005: 177). ketidakpastian, terutama dalam
Aliran ini berkeyakinan, bahwa kehidupan moral, intelektual, dan
kendatipun dalam lingkungan dan sosio-kultural. Solusi yang ditawarkan
tempat yang berbeda-beda, hakikat kaum perenialis adalah dengan jalan
manusia tetap menunjukkan mundur ke belakang dengan
kesamaannya. Oleh karena itu, pola dan menggunakan kembali nilai-nilai atau
corak pendidikan yang sama dapat prinsip-prinsip umum yang telah
diterapkan kepada siapapun dan menjadi pandangan hidup yang kukuh,
dimanapun ia berada. Menurutya, kuat pada zaman kuno dan abad
setiap manusia memiliki fungsi pertengahan. Peradaban-kuno (Yunani
kemanusiaan yang sama, karena Purba) dan abad pertengahan dianggap
memang terlahir dari hakikat yang sebagai dasar budaya bangsa-bangsa di
sama sebagai makhluk rasional. Aliran dunia dari masa ke masa dan dari abad
ini brpendapat, bahwa rasionalitas ke abad. Oleh karena itu, perenialisme
adalah hukum pertama yang tetap memandang pendidikan sebagai jalan
benar di segala waktu dan tempat. kembali atau proses mengembalikan
Dengan prinsip rasionalitas ini pula keadaan manusia sekarang seperti
akan memunculkan adanya prinsip dalam kebudayaan ideal yang
kesadara dan kebebasan. Aliran ini dimaksud, education as cultural
berkeyakinan bahwa dimanapun regression. Perenialisme tidak melihat
manusia tetap menunjukkan jalan yang meyakinkan selain kembali
kesamaannya. Oleh karena itu pola kepada prinsip-prinsip yang telah
pendidikan apapun yang diterapkan, sedemikian membentuk sikap
kita sebagai manusia tetap akan kebiasaan, bahkan kepribadian
menerima pendidikan itu. Karna kita manusia selain kebudayaan dahulu dan
terlahir sebagai makhluk rasional yang kebudayaan abad pertengahan.
membedakan dengan makhluk lainnya. Perenialisme tidak memiliki
Tentunya dengan rasional yang dimiliki kepercayaan diri bahwa zaman ini tidak
manusia akan menggiring manusia itu akan berubah menjadi baik jika tidak
untuk dapat menggunakan rasio nya itu kembali pada nilai-nilai budaya lama
dengan baik dan terarah. Begitu juga yang dianggapnya ideal dan sudah
rasional merupakan hukum yang mapan (Ahmadi, 2014: 100-101).
pertama yang dimiliki manusia dan Perenialisme percaya bahwa
dapat dimanfaatkan dengan baik dan seseorang harus megajarkan hal-hal
terarah. yang dianggap menjadi kemanfaatan
abadi bagi semua orang di mana-mana.
Mereka percaya bahwa topic yang
Pemikiran Perenialisme Tentang paling penting adalah mengembangkan
Pendidikan seseorang. Karena detail fakta berubah
terus-menerus, ini tidak dapat menjadi
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
176
yang paling penting. Oleh karena itu, pada materi (contend based, subject-
seseorang harus mengajarkan prinsip- centered) dan mengutamakan disiplin
prinsip bukan fakta. Karena orang ilmu sastra, matematika, bahasa,
adalah manusia, kita harus humaniora, sejarah dan lain-lain
mengajarkan pertama tentang manusia, (Assegaf, 2011: 194-195).
bukan mesin atau teknik. Jika semuaya Kelompok perenialisme misalnya,
demikian, seorang harus mengajarkan menyebebutkan pendidikan itu pada
topik liberal, bukan topic-topik dasarnya meningkatkan kualitas
vokasiona (Ahmadi, 2014: 100-101). manusia sebagai manusia dalam
Tentang pendidikan kaum kerangka nilai-nilai kebenaran yang
Perenialisme memandang education as universal, tidak terikat oleh ruang dan
cultural regression : pendidikan waktu. Dengan demikian system
sebagai jalan kembali, atau proses pendidikan apapun dan di dalam
mengembalikan keadaan manusia masyarakat manapun mesti mengacu
sekarang seperti dalam kebudayaan masa pada nilai-nilai kebenaran universal.
lampau yang dianggap sebagai kebudayaan Sedemikian rupa anak didik dalam
ideal. Tugas pendidikan adalah pendidikan dibantu untuk menemukan
memberikan pengetahuan tentang dan menjalin nilai-nilai universal ini
nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dalam kehidupan mereka (Knellr, 1972:
dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan 43).
masa lampau yang dipandang sebagai Perenialisme memandang
kebudayaan ideal tersebut.Sejalan pendidikan sebagai jalan kembali atau
dengan hal di atas, penganut proses pengembalian keadaan
Perenialisme percaya bahwa prinsip- sekarang. Perenialisme memberikan
prinsip pendidikan juga bersifat sumbangan yang berpengaruh, baik
universal dan abadi. berupa teori maupun praktik bagi
Robert M. Hutchins kebudayaan dan pendidikan zaman
mengemukakan “Pendidikan sekarang. Maka, dapat dikatakan bahwa
mengimplikasikan pengajaran. perenialisme memandang pendidikan
Pengajaran mengimplikasikan sebagai jalan kembali, yaitu sebagai
pengetahuan. Pengetahuan adalah suatu proses mengembalikan
kebenaran. Kebenaran di mana pun dan kebudayaan sekarang (zaman modern
kapan pun adalah sama. Karena itu kapan atau modernistik) ini terutama
pun dan di mana pun pendidikan pendidikan zaman sekarang ini perlu
adalah sama”. Selain itu pendidikan dikembalikan kebudayaan pada masa
dipandang sebagai suatu persiapan untuk lampau (Gandhi HW, 2013: 165).
hidup, bukan hidup itu sendiri Perenialisme merupakan aliran
(Zuhairini, 2008: 27). filsafat yang medasarkan pada
Dalam hal pendidikan, kesatuan, bukan mencerai-beraikan;
perenialisme memandang bahwa menemukan persamaan-persamaan,
tujuan utama pendidikan adalah untuk bukan membanding-bandingkan; serta
membantu siswa dalam memperoleh memahami isi, bukan melihat luar atas
dan merealisasikan kebenaran abadi. berbagai aliran dan pemikiran. Maka
Aliran ini menilai bahwa kebenaran itu dari itu, dapat dikatakan bahwa
bersifat universal dan konstan. Maka perenialisme merupakan filsafat yang
jalan untuk mencapainya adalah susunannya mempunyai kesatuan.
melatih intelek dandisiplin mental. Susunan tersebut merupakan hasil
Tujuan pendidikan tersebut terurai pikiran yang memberikan
dalam format kurikulum yang berpusat kemungkinan bagi seseorang untuk
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
177
bersikap tegas dan lurus. Oleh karena kebenaran seperti ini hanya dapat
itulah, perenialisme berpendapat diperoleh subjek-subjek didik melalui
bahwa mencari dan menemukan arah latihan intelektual yang dapat
tujuan yang jelas merupakan tugas menjadikan pikirannya teratur dan
yang utama dari filsafat, khususnya tersistematisasi sedemikian rupa. Hal
filsafat pendidikan (Gandhi HW, 2013: ini semakin penting terutama jika
165). dikaitkan dengan persoalan
Perenialisme sebagai sebuah pengembangan spiritual manusia
aliran dalam filsafat pendidikan yang (Muhmidayeli, 2005: 180).
mendasari dirinya pada keyakinan Aliran ini meyakini bahwa
bahwa pengetahuan sejatinya yang pendidikan adalah transfer ilmu
didapat melalui ruang dan waktu pengetahuan tentang kebenaran abadi.
mestilalah membentuk dasar-dasar Pengetahuan adalah suatu kebenaran
pendidikan seseorang. Oleh karena itu sedangkan kebenaran selamanya
tugas pendidikan itu adalah mengajar, memiliki kesamaan. Oleh karena itu
termasuk mengajar pengetahuan yang pula maka penyelengaraan pendidikan
mana pengetahuan itu termasuk pun di mana-mana mestilah sama.
kebenaran. Kebenaran itu sendiri Pendidikan mestilah mencari pola agar
dimana-mana sama, sedemikian rupa subjek-subjek didik dapat
menjadikan pendidikan itu dimana pun menyesuaikan diri bukan pada dunia
mestilah sama, sedangkan anak didik saja, tapi hendaklah pada hakikat-
sebagai individu dipandang oleh hakikat kebenaran. Penyesuaian diri
kelompok ini adalah sebagai makhluk pada kebenaran merupakan tujuan
rasional dan spiritual. Secara implisit belajar itu sendiri. Oleh karena itu, para
tentunya juga anak didik adalah Perenialisme memandang, bahwa
makhluk moral dan etik (Amril M., tuntutan tertinggi dalam belajar adalah
2005: 26-27). latihan dan disiplin mental. Para
Pendidikan menurut aliran ini Perenialis percaya, bahwa pemikiran
bukanlah semacam imitasi kehidupan, subek-subjek didik akan menjadi nyata
tetapi tidak lain adalah suatu upaya melalui pelatihan-pelatihan intelektual.
mempersiapkan kehidupan. Sekolah Cara mudah untuk mengajar subjek-
menurut kelompok ini tidak akan subjek didik adalah dengan cara
pernah dapat menjadi situasi menumbuhkan keinginan untuk
kehidupan yang ril. Anak dalam hal ini belajar. Realisasi diri sangat tergantung
menyusun rancangan dimana ia belajar pada disiplin diri, sedangkan disiplin
dengan prestasi-prestasi warisan diri itu sendiri dapat diraih melalui
budaya masa lalu. Tugasnya kemudian disiplin eksternal. Berdasarkan
adalah bagaimana merealisasikan nilai- pemikiran ini, maka Perenialis sampai
nilai yang diwariskan kepadanya dan suatu kesimpulan, bahwa belajar
jiika memunginkan meningkatkan dan adalah upaya keras untuk memperoleh
menambah prestasi-prestasi itu melalui sesuatu ilmu pengetahuan melalui
usaha sendiri (Muhmidayeli, 2005: disiplin tinggi dalam latihan
180). pengembangan prinsip-prinsip rasional
Prinsip mendasar pendidikan bagi (Muhmidayeli, 2005: 180-181).
aliran perennial ini adalah membantu Keinginan untuk menjadi diri
subjek-subjek didik menemukan dan sendiri itu ada pada setiap manusia.
menginternalisasikan kebenaran abadi, Maka setiap anak yang berada dalam
karena memang kebenarannya sifat ikatan pendidikan dengan
universal dan tetap. Kebenarann- pendidikannya, adalah mereka yang
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
178
pada dasarnya ingin menjadi “diri pula. Para subjek didik dalam hal ini
sendiri”. Anak ingin menjadi individu mesti meraih subjek-subjek dasar
yang bebas, dan untuk itu ia tertentu yang akan mengajarkan
mempertahankan dirinya dengan kepadanya hal-hal yang permanen
sekelilingnya. Semangat kehidupan itu tentang dunia. Subjek-subjek dasar
ada, namun merasa tak mampu bahkan seperti bahasa, sejarah, matematika,
pada saat dilahirkan sama sekali tidak pengetahuan alam, filsafat dan seni
berdaya (Sadulloh: 2010: 142-143). merupakan hal penting yang sangat
Jadi epistemologi dari berguna bagi mereka dalam
perenialisme, harus memiliki mengembangkan pemikirannya,
pengetahuan tentang pengertian dari sehingga dengan demikian mereka pun
kebenaran yang sesuai dengan realita memiliki kemampuan rasional yang
hakiki, yang dibuktikan dengan kokoh dalam menghadapi tentangan
kebenaran yang ada pada diri sendiri realitas kehidupannya (Muhmidayeli,
dengan menggunakan tenaga pada 2005: 181-182).
logika melalui hukum berpikir metode
deduksi, yang merupakan metode
filsafat yang menghasilkan kebenaran TOKOH-TOKOH PERENIALISME
hakiki (Syam, 1998: 297). Menurut Plato
perenialisme penguasaan pengetahuan Plato dilahirkan di Athena pada
mengenai prinsip-prinsip pertama tahun 427 SM. dan meninggal pada
adalah modal bagi seseorang untuk tahun 347 SM. dalam usia 80 tahun. Ia
mengembangkan pikiran dan dibesarkan dalam keluarga bangsawan
kecerdasan. Dengan pengetahuan, Athena yang kaya raya, sebuah
bahan penerangan yang cukup, orang keluarga Aristokrasi yang turun
akan mampu mengenal faktor-faktor temurun memegang peranan penting
dengan pertautannya masing-masing dalam politik Athena (Hata, 1986: 80).
memahami problema yang perlu Ayahnya Ariston mengaku keturunan
diselesaikan dan berusaha untuk raja Athena, ibu Plato, Periction, adalah
menggadakan penyelesaian keturunan keluarga Solon. seorang
masalahnya. pembuat undang-undang, penyair,
Makna hakiki dari belajar, pemimpin militer dari kaum ningrat
menurut aliran ini, adalah belajar untuk dan pendiri demokrasi Athena yang
berfikir. Aliran ini meyakini bahwa terkemuka (Smith, 1986: 29). Plato
dengan cara latihan berfikir, subjek adalah filsuf idealis, ia memandang
didik akan memiliki senjata ampuh dunia ide sebagai dunia kenyataan.
dalam menghadapi berbagai rintangan Pokok pikiran plato tentang ilmu
yang akan menurunkan martabat pengetahuan dan nilai-nilai adalah
kemanusiaannya, seperti kebodohan, manifestasi daripada hukum universal
kebingungan, dan keragu-raguan. yang abadi dan sempurna. Yakni idea,
Tugas seorang subjek didik menurut sehingga ketertiban sosial hanya akan
aliran ini adalah mempelajari berbagai mungkin bila ide itu menjadi ukuran,
karya dalam berbagai literatur filsafat, asas normatif dalam tata pemerintahan.
sejarah, dan sains, sehingga dengan Maka tujuan pendidikan adalah
demikian ia berkenalan dengan ”membina pemimpin yang sadar” dan
berbagai prestasi di masa lalu menuju mempraktekkan asas-asas normatif itu
pembentukan pemikiran yang akan dalam semua aspek kehidupan.
mengisi kehidupannya dalam Prinsip-prinsip Plato dalam
membangun prestaasi-prestasinya Pendidikan nampak pada pemikirannya
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
179
tentang tujuan hidup adalah untuk Plato dikembangkan oleh Aristoteles
mencari kebenaran universal. Sehingga dengan lebih mendekatkan pada dunia
tujuan pendidikan adalah kenyataan. Aristoteles terutama
mengembangkan daya pikiran individu menitikberatkan pembinaan berfikir
yang bermuara pada penemuan melaluyi media sciences. Pandangan
kebenaran bukan ketrampilan praktis. Aristoteles lebih realis dari pandangan
Pemikiran ini muncul karena Plato Plato, hal ini dikarenakan cara belajar
tidak sejalan dengan mayoritas kaum kepada ayahnya yang lebih
sophis pada waktu yang –menganggap - menekankan pada metode pengamatan.
pengajaran pada mahasiswa kurang Aristoteles menganggap
tepat (Smith, 1986: 29). pembinaan kebiasaan sebagai dasar.
Menurut Plato, manusia secara Terutama dalam pembinaan kesadaran
kodrati memilki tiga potensi, yaitu disiplin atau moral, harus melalui
nafsu, kemauan dan pikiran. proses permulaan dengan kebiasaan di
Pendidikan hendaknya berorientasi waktu muda. Secara ontologis, ia
pada tiga potensi itu dan juga kepada menyatakan bahwa sifat atau watak
masyarakat. Agar supaya kebutuhan anak lebih banyak potensialitas sedang
yang ada pada masyarakat dapat guru lebih banyak mempunyai
terpenuhi. Ketiga potensi ini aktualitas. Bagi aristoteles tujuan
merupakan dasar kepribadian manusia. pendidikan adalah kebahagiaan. Untuk
Karena itu struktur sosial didasarkan mencapai tujuan pendidikan itu, maka
atas dasar pandangan kepribadian ini. aspek jasmani, emosi dan intelek harus
Dengan pertimbangan ketiga potensi dikembangkan secara seimbang
itu tidak sama pada setiap individu, (Hadiwijono, 1986: 104).
berikut penjelasannya: (a) Manusia
yang besar potensi rasionya, inilah
manusia kelas pemimpin kelas sosial Augustino Steuco
tertinggi; (b) Manusia yang dominan Augustino Steuco lahir di kota
potensi kemauannya, ialah manusia pegunungan Umbrian di daerah Gubbio
prajurit, kelas menengah; dan (c) antara tahun 1497 atau awal
Manusia yang dominan potensi kelahirannya tahun 1512 atau 1513
nafsunya, ialah rakyat jelata, kaum dan menetap hingga tahun 1517.
Pekerja (Syam, 1998: 321). Selanjutnya pada tahun 1518-1552
sebagian waktunya digunakan untuk
mengikuti perkuliahan di Universitas
Aristoteles Bologna. Di situlah ia mulai tertarik
Aristoteles lahir di Stageira ,suatu pada bidang bahasa dengan banyak
kota kecil di semenanjung Kalkidike di belajar bahasa Aram, Syiria, Arab dan
Trasia (Balka) pada tahun 384 SM dan Etiopia disamping bahasa Yunani.
meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM. Steuco adalah sarjana al Kitab dan
Bapaknya bernama Nichomachus, seorang teolog. Dalam banyak hal ia
seorang dokter istana yang merawat mewakili sayap liberal teolog Katolik
Amyintas II raja Macedonia (Smith, dan studi skriptual abad XVI.
1986: 35). Sejak kecil ia mendapat Karyakarya seperti Cosmopedia (1545)
asuhan dan keilmuan langsung dari dan De Perenni Philosophia jelas
ayahnya sendiri sampai berumur 18 menunjukkan pandangan yang liberal,
tahun. Setelah ayahnya meninggal ia yang mencoba untuk mensejajarkan
pergi ke Athena dan belajar pada Plato antara berbagai tradisi filsafat pagan
di Akademia selama 20 tahun. Ide-ide dengan tradisi ortodoks, akan tetapi
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
180
disisi lain pandangan konservatifnya dari sebuah keluarga bangsawan. Ia
juga tetap tampak dengan mempelajari karya-karya besar
ketegarannya menolak ajaran Calvin, Aritoteles dan ikut serta dalam
terutama Martin Luther. Steuco berbagai perbedaan. Thomas
menganggap ajaran tradisi agama- merupakan seorang tokoh yang
agama pagan dan non Kristen lebih sebagian ajarannya menjadi penuntun
dapat diterima daripada ajaran pada perenialisme (Barnadib, 1997: 63).
pembaharu, Lutherianisme. aryanya yang utama adalah Suma
Karya paling termasyhur dari Contra Gentiles dan Summa Theologiae
Steuco adalah De Perenni Philosophia, (Tafsir, 2005: 98).
karya yang mendapat sambutan hangat Seperti halnya Plato dan
dikalangan pemikir hingga dua abad Aristoteles tujuan pendidikan yang
kemudian. Pada abad XVI buku tersebut diinginkan oleh Thomas Aquinas adalah
mendapat penghargaan yang sebagai “usaha mewujudkan kapasitas
sedemikian tinggi sehingga Kaspevon yang ada dalam individu agar menjadi
Barth (1587-1658) menyebutnya aktualitas” aktif dan nyata. Tingkat aktif
sebagai “A Golden Book” dan Daniel dan nyata yang timbul ini bergantung
George Marhof (1639-1691) dari kesadaran-kesadaran yang dimiliki
merujuknya sebagai “Opus Admirable” oleh tiap-tiap individu. Dalam hal ini
namun kemasyhuran itu peranan guru mengajar dan member
berangsurangsur mulai dilupakan bantuan pada anak didik untuk
hingga kemudian Willman mengembangkan potensi-potensi yang
menemukannya kembali pada akhir ada padanya.
abad XIX. Aquinas juga mengakui potensi
Kunci pemikiran filsafat Steuco martabat manusia sebagai makhluk
terlihat pada pandangannya bahwa intelek sekaligus sebagai makhlik
terdapat “prinsip tunggal dari segala susila. Manusia dapar melakukan
sesuatu” yang satu dan selalu sama reflektif thinking tetapi juga manusia
dalam pengetahuan manusia. Menurut tak mungkin menolak dogma sebagai
Steuco agama merupakan kemampuan divine truth yang tidak rasional,
alamiah manusia untuk mencapai melainkan supernasional.
kesejatian. Agama merupakan syarat
mutlak bagi manusia untuk menjadi
manusia, dan merupakan vera Sayyed Hossein Nasr
philosophia (fisafat sejati), yaitu Sayyed Hossein Nasr adalah
filasafat yang mengarah kepada seorang filsuf dan mistikus yang
kesalehan dan kontemplasi pada dilahirkan pada tahun 1933 di Teheran,
Tuhan. Filsafat dan agama yang sejati ia dikenal sebagai salah satu
selalu mendorong untuk menjadi cendekiawan muslim yang mempunyai
subyek Tuhan melakukan apa yang wawasan sangat kaya tantang khasanah
Tuhan inginkan dan meninggalkan apa islam. Karyanya yang sangat terkenal
yang dilarang-Nya, hingga menjadi adalah “Science and Civilization in
“seperti” Tuhan. islam”, sebuah buku yang diangkat dari
disertasinya tentang sejarah sains. Nasr
mengatakan bahwa filsafat perenial
Thomas Aquinas adalah pengetahuan yang selalu ada
Thomas Aquinas atau Tomas dan akan ada yang bersifat universal.
dari Aquino (1224-1274 M) lahir di “Ada” yang dimaksud adalah berada
Rocca Sicca dekat Napels, Italia. Lahir pada setiap jaman dan setiap jaman dan
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
181
setiap tempat karena prinsipnya yang corak pemikiran sejalan dengan filsafat
universal. Pengetahuan yang diperoleh perenial atau perenialisme.
melalui intelektualitas ini terdapat Sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam inti semua agama dan tradisi. sebelumnya bahwa Perenialisme bukan
Realisasi dan pencapaiannya hanya merupakan suatu aliran baru dalam
mungkin dilakukan melalui metode- filsafat, dalam arti perenialisme
metode, ritus-ritus, simbol-simbol, bukanlah merupakan suatu bangunan
gambar-gambar dan sarana-sarana lain pengetahuan yang menyususn filsafat
yang disucikan oleh asal ilahiah atau baru, yang berbeda dengan filsafat yang
(divine original) yang menciptakan telah ada.
setiap tradisi. Secara maknawi teori
Ketertarikannya kepada tradisi perenialisme sudah ada sejak zaman
mulai muncul, ketika ia bertemu filosof abad kuno dan pertengahan.
sejarawan sains Giogio de Santillana, Seperti halnya dalam bidang
yang kemudian memperkenalkannya pendidikan, konsep perenialisme dalam
kepada literatur tentang Hinduisme pendidikan dilatar belakangi oleh
karya Rene Guenon. Dari Guenon, jalan filsafat-filsafat Plato sebagai bapak
ke para tradisionalis lain terbuka: idealisme klasik, filsafat Aristoteles
Coomaraswamy, Schuon, dan sebagai bapak realism klasik, dan
sebagainya. filsafat Thomas Aquinas yang mencoba
Di Taheran ia menjumpai fukaha memadukan antara filsafatAristoteles
yang menganggap filsafat sebagai ilmu dengan ajaran (filsafat) Gereja Katolik
kafir. Di saat inilah ia memutuskan yang tumbuh pada zamannya (abad
untuk belajar ilmu-ilmu tradisional pertengahan).
Islam di madrasah. Ia menjalani
pendidikan ini selama 10 tahun, di SIMPULAN
bawah bimbingan beberapa ulama Esensi aliran ini berupaya
terkenal, di antaranya Allamah menerapkan nilai-nilai atau norma-
Thabathaba’i. Hingga tahun 1978, norma yang bersifat kekal dan abadi
belasan buku ditulisnya. Di antaranya yang selalu seperti itu sepanjang
yang telah diterjemahkan ke bahasa sejarah manusia, maka prenialisme
Indonesia adalah Sains dan Peradaban dianggap sebagai suatu aliran yang
dalam Islam, Tiga Pemikir Islam, dan ingin kembali atau mundur kepada
Tasawuf Dulu dan Sekarang. nilai-nilai kebudayaan masa lampau.
Dalam masa 20 tahun, karirnya Kembali kepada masa lampau dalam
pun menanjak cepat. Buku-buku konteks aliran ini, bukanlah dalam
monumental seperti 2 jilid Islamic pengertian bernostalgia dan sekedar
Spirituality dan History of Islamic mengingat-ingat kembali pola
Philosophy, serta ratusan artikel lain kehidupan masa lalu,tetapi untuk
telah ditulisnya. Tak ketinggalan adalah membina kembali keyakinan akan nilai-
kaset dan CD pembacaan puisi-puisi nilai asasi masa silam untuk
Rumi. Hingga akhirnya, puncak menghadapi problema kehidupan
pengakuan akan capaian filsafat manusia saat sekarang dan bahkan
Profesor Kajian Islam di Universitas sampai kapan pun dan di mana pun.
GeorgeWashington ini diperolehnya Dengan demikian maka prenialisme ini
sebagai tokoh dalam The Library of menginginkan bahwa budaya, adat
Living Philosophers. istiadat-istiadat yang terbiasa mereka
Tokoh-tokoh yang disebut diatas lakukan merupakan suatu yang abadi,
adalah tokoh-tokoh yang memiliki kekal tanpa akhir.
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382
182
DAFTAR RUJUKAN ________. 2005. Etika dan Pendidikan.
Pekanbaru: LSFK2P.
Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Muhmidayeli. 2005. Filsafat Pendidikan
Pendidikan Asas & Filsafat Islam. Pekanbaru: LSFK2P.
Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruz Sadulloh, Uyoh. 2010. Pedagogik (Ilmu
Media. Mendidik). Bandung: Alfabeta.
al-Syaibani, Omar Mohammad al- Smith, Samuel. 1986. Gagasan-Gagasan
Toumy. 1979. Falsafah Pendidikan Besar Tokoh-Tokoh Dalam Bidang
Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Assegaf, Abd. Rahman. 2011. Filsafat Syam, Muhammad Nur. 1986. Filsafat
pendidikan Islam, Cet. II. Jakarta: Pendidikan dan Dasar Filsafat
RajaGrafindo Persada. Pancasila. Surabaya: Usaha
Barnadib, Imam. 1997. Filsafat Nasional.
Pendidikan Sistem dan Metode. Syam, Mohammad Noor. 1998. Filsafat
Yogyakarta: Andi Offset. Kependidikan dan Filsafat
Djumransjah. 2006. Filsafat Pendidikan. Kependidikan Pancasila. Surabaya:
Malang: Bayu Media. Usaha Nasional.
H.W.,Teguh Wangsa Gandhi. 2013. Tafsir, Ahmad. 2005. Filsafat Umum,
Filsafat Pendidikan: Mazhab- Akal dan Hati Sejak Thales Sampai
Mazhab Filsafat Pendidikan. Capra. Bandung: Remaja
Yogjakarta: Ar-Ruz Media. Rosdakarya.
Hadiwijono, Harun. 1989. Sari Sejarah Zainal Abidin Bagir, Philosophia
Filsafat Barat . Yogyakarta: Kanisius. Perennis Menurut Hosein Nasr di akses
Hata, Mohammad. 1986. Alam Pikiran 9 Juli 2009
Yunani. Jakarta: UI Press. http://ecfunpar.multiply.com/jou
Knellr, George F., 1972. Introduction to rnal/item/3
The Philosophy of Education. New Zuhairini. 2008. Filsafat pendidikan
York: Jhon Wiley & Sons, Inc. Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
M., Amril. 2002. Etika Islam Telaah
Pemikiran Moral Raghib al-
Isfahani. Pekanbaru: LSFK2P.

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 2, Oktober 2016 ISSN 1412-5382


183

Anda mungkin juga menyukai