Sekitar satu tahun yang lalu saya pernah hampir melamar untuk menjadi
penerjemah di suatu penerbitan tetapi karena saat itu saya sedang melakukan suatu
penelitian yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan merasa tidak sempat untuk
menerjemah, saya tidak jadi mengajukan diri sebagai penerjemah.
Saya mempunyai seorang murid privat yang bersekolah di sebuah sekolah swasta
di Jakarta. Dia kini berada di kelas 8. Kemarin malam, saat saya menemaninya
belajar fisika, saya membaca-baca buku teks yang digunakannya untuk belajar.
Bukunya tertulis dalam bahasa Inggris dan Indonesia. (Setiap paragraf ditulis
dalam bahasa Inggris, lalu di bawahnya ada terjemahannya dalam bahasa
Indonesia). Alangkah kagetnya saat saya sedang membaca sebuah paragraf yang
menerangkan mengenai perlambatan. Begini tulisannya:
“Frictional force between air and the body of motorcycle, causes the motion
seems the motorcycle retarded.”
Tentunya yang ingin disampaikan oleh penulis adalah bahwa ‘karena adan gaya
gesek antara sepeda motor dan udara, maka sepeda motor mengalami perlambatan
(negative acceleration)’.
Saya jadi ingat kisah di mana guru IPA yang diminta mengajar dalam bahasa
Inggris menerjemahkan “gaya” (fisika) menjadi “style”, padahal seharusnya
adalah “force”. Ini kisah nyata yang terjadi di Indonesia. Bayangkan apa yang
dipelajari oleh siswa-siswi kita di sekolah? Apa mencerdaskan? Atau sebaliknya?
Ada beberapa penyebab hal-hal seperti yang tertera di atas bisa terjadi, pertama
adalah adanya sekolah-sekolah bilingual “instan”. Proses menjadikan sebuah
sekolah menjadi sekolah bilingual dilakukan tanpa pemikiran, persiapan, dan
desain yang matang. Sebagai contoh, ada sekolah-sekolah yang tiba-tiba
mensyaratkan guru-gurunya mengajar dalam bahasa Inggris. Untuk
mempersiapkan guru-gurunya, mereka hanya diikutkan kursus bahasa Inggris
selama 3 bulan (itu pun hanya 2 sampai 3 kali dalam seminggu).
Tentunya agar secara umum guru-guru Indonesia bisa menjadi guru yang terampil
dalam merancang proses pembelajarannya (termasuk dalam menggunakan
berbagai sumber untuk belajar agar tidak tergantung pada buku teks), tentu
diperlukan proses dan adanya program-program peningkatan kualitas guru secara
berkelanjutan.
BAB I PENDAHULUAN
Era globalisasi telah mendorong persaingan yang semakin ketat dalam setiap
bidang kehidupan manusia. Setiap individu saat ini tidak hanya bersaing dalam tingkat
nasional tetapi juga harus siap bersaing dalam persaingan global yang tidak lagi bisa
dihindari. Agar bisa bertahan dalam persaingan yang semakin berat, setiap individu
ditantang untuk selalu memperbaharui kualitas sumberdaya mereka sehingga tetap
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru.
1.2 Tujuan
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
(3) Apa upaya yang bisa dilakukan guru untuk bisa memberikan pembelajaran secara
total berbahasa inggris ?
BAB II PEMBAHASAN
Pembelajaran secara dwibahasa (Bilingual) dalam hal ini adalah penggunaan bahasa
Indonesia dan bahasa inggris secara bersamaan dalam proses pembelajaran. Tujuan dari
pembelajaran bilingual ini adalah memberikan pengetahuan kepada siswa sehingga
secara bertahap mereka memiliki kemampuan untuk (1) memahami istilah-istilah
berbahasa inggris terkait materi yang sedang diajarkan, (2) mampu memahami
penjelasan tertulis tentang materi atau soal-soal yang disajikan dalam bahasa inggris, (3)
mampu memahami penjelasan langsung, atau instruksi secara lisan tentang materi atau
soal yang disajikan dalam bahasa inggris, dan (4) mampu menuangkan gagasan,
memberikan jawaban, berdiskusi baik secara tertulis maupun secara lisan dengan
menggunakan bahasa inggris.
Pembelajaran bilingual bisa dimulai oleh guru saat ini juga tanpa harus menunggu
sampai guru mencapai kemahiran menggunakan bahasa inggris. Pembelajaran bilingual
sebenarnya tidak mensyaratkan guru yang mahir berbahasa inggris. Walaupunpun guru
sudah mahir berbahasa inggris, belum tentu pembelajaran secara total berbahasa
inggris bisa diberikan secara efektif. Hal ini tergantung pada kesiapan siswa. Jika siswa
belum siap dengan pembelajaran total berbahasa inggris, maka mau tidak mau guru
harus memberikan pembelajaran secara bilingual.
Jika kondisi guru dan siswa sama-sama pada tahap belum menguasai bahasa inggris,
maka pembelajaran bilingual adalah pilihan terbaik untuk sama-sama belajar
meningkatkan kemampuan bahasa inggris masing-masing.
Akan tetapi, kondisi yang pada umumnya terjadi saat ini adalah kemampuan bahasa
inggris para siswa jauh lebih baik daripada penguasaan bahasa inggris yang dimiliki guru.
Kondisi ini seringkali menjadi sebuah beban tersendiri bagi guru. Seringkali guru
tertahan untuk memulai pembelajaran bilingual karena khawatir melakukan kesalahan
bahasa. Untuk itu hendaknya guru menyadari kekurangannya dan bersikap terbuka.
Kesediaan untuk menerima masukkan atau koreksi atas kesalahan bahasa dari para
siswa merupakan pilihan yang bijaksana. Melalui pembelajaran bilingual, guru dan siswa
bisa sama-sama saling membantu memberikan energi positif sehingga masing-masing
bisa meningkatkan kemampuan bahasa inggris dengan cara yang menyenangkan.
Tidak ada ketentuan teknis yang menjelaskan tentang bagaimana pembelajaran bilingual
diterapkan di kelas. Namun, jika melihat esensi dari tujuan diberikannya pembelajaran
bilingual, maka pembelajaran bilingual bisa dilakukan secara bertahap melalui beberapa
pendekatan sebagai berikut :
A.
C. Pembelajaran Ideal
2.3 Upaya Guru Agar Bisa Memberikan Pembelajaran Secara Total Berbahasa Inggris
(1) Mengikuti kursus atau pelatihan bahasa inggris secara serius. Biasanya sekolah
rintisan SBI memiliki program khusus dalam upaya peningkatan penguasaan bahasa
inggris bagi para guru.
(2) Mempelajari bahasa inggris secara mandiri dari buku-buku Grammar, internet dan
sebagainya.
(3) Melakukan diskusi dengan guru bahasa inggris mengenai hal-hal yang masih belum
dipahami.
(4) Melatih kemampuan menulis berbahasa inggris dengan banyak mempelajari contoh-
contoh tulisan berbahasa inggris. Hal ini bisa dilakukan misalnya degan membaca
buku pelajaran berbahasa inggris, jurnal ilmiah, majalah, dan sebagainya.
(5) Melatih kemampuan menyimak bahasa inggris. Hal ini bisa dilakukan misalnya
dengan mendengarkan berita berbahasa inggris, mendengarkan kaset pembelajaran
bahasa inggris, mendengarkan Podcast bahasa inggris, dan lain sebagainya.
(6) Melatih kemampuan berbicara bahasa inggris dengan melakukan percakapan dengan
sesama guru atau dengan para siswa.
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran secara dwi bahasa (bilingual) telah menjadi tuntutan wajib bagi sekolah
rintisan SBI. Berdasarkan tuntutan tersebut, maka para guru sekolah rintisan SBI harus
mulai menerapkan pembelajaran bilingual di kelas. Pembelajaran secara bilingual bisa
dilakukan tanpa harus menunggu sampai guru memiliki penguasaan bahasa inggris yang
baik. Pembelajaran secara bilingual justru dimaksudkan agar guru dan siswa dapat
bersama-sama meningkatkan kemampuan bahasa inggris masing-masing sehingga
secara bertahap guru dan siswa akan mencapai suatu kondisi dimana pembelajaran total
berbahasa inggris memungkinkan untuk dilakukan.
Pembelajaran secara bilingual hendaknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan
kesiapan guru dan siswa. Pendekatan translasi bahasa bisa dijadikan sebagai langkah
awal. Selanjutnya seiring waktu, pendekatan pembelajaran bilingual bisa ditingkatkan ke
pembelajaran semi bahasa inggris. Dengan keinginan yang kuat yang dibuktikan dengan
upaya serius yang dilakukan secara bersama-sama antara guru dan siswa, maka
pembelajaran total berbahasa inggris bukan lagi suatu hal yang mustahil untuk
diwujudkan.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Perlunya pembenahan dalam pola pendidikan tersebut mengemuka dalam Seminar dan
Pelatihan Pembelajaran Bilingual di ajang Pesta Buku Jakarta 2009 (29/6). Acara yang
digelar Penerbit Yudhistira ini menampilkan Dr. Fuad Fachrudin, Dr. Syamsir Alam, dan
Munasprianto Ramli sebagai pembicara.
Salah satu wujud upaya peningkatan mutu itu adalah dengan membuka kelas-kelas
bilingual di sejumlah sekolah. Kelas semacam ini kerap disebut sebagai kelas
internasional. Dalam kelas bilingual diperlukan standar proses, penilaian, dan pendidik
yang mumpuni.
Sebuah kelas dikatakan bilingual jika para guru mampu memahami konten dalam bahasa
Inggris dan mampu menyampaikannya dalam bahasa Inggris. Munasprianto Ramli dari
Qindy Academy mengatakan, untuk mewujudkan kelas bilingual, sejak dini guru harus
meningkatkan kemampuan bahasa Inggrisnya. “Sekolah harus mendesain program
peningkatan bahasa Inggris siswa,” katanya.
Untuk mendukung hal ini, menurut Ramli, sekolah yang bersangkutan harus
mengeluarkan peraturan yang mendukung penyelenggaraan program bilingual. “Sekolah
juga harus menerapkan persyaratan khusus untuk guru dan siswa di kelas bilingual,”
kata Ramli.
Namun, diakui bahwa pembukaan kelas bilingual di tanah air masih dihadapkan pada
sejumlah kendala. Di antaranya adalah masih terbatasnya kemampuan bahasa Inggris
para guru, dan masih terbatasnya kemampuan bahasa Inggris para siswa. Tampaknya,
diperlukan kerja ekstra keras semua stakeholder pendidkan jika program ini hendak
mencapai sukses. Selain pendidik dan peseta didik yang berkemapuan bahasa Inggris
dengan baik, kelas ini juga memerlukan dukungan yang memadai dari masyarakat dan
pemerintah.[]