Skripsi
Skripsi
Skripsi
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan
Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan (S.kep)
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS KLABAT
FAKULTAS KEPERAWATAN
FEBRUARI, 2021
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah saya buat dengan judul:
Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Dismenore pada Mahasiswi Asrama
Jasmine Universitas Klabat, adalah asli hasil penulisan saya sendiri, ataupun
terdapat kutipan yang diambil dari penulisan orang lain sebagai referensi yang
sudah dicantumkan ke dalam daftar pusaka dan skripsi ini belum pernah
dipublikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
tanpa ada paksaan dari pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari saya
memberikan keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim skripsi
yang telah saya buat sebagai hasil karya milik seseorang atau badan tertentu, saya
bersedia menerima konsekuensi apapun yang akan diberikan secara akademik dan
secara hukum.
Dibuat di : Sorowako
Pada tanggal : Februari 2021
Yang menyatakan,
i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Dibuat di : Airmadidi
ii
LEMBAR DEDIKASI
“ So do not fear, for am with you; do not be dismayed, for I am strengthen you
and help you; I will uphold you with My righteous right hand”
Isaiah 41:10
“it is the Lord who goes before you. He will be with you; He will not fail you or
forsake you. Do not fear or be dismayed”
Deuteronomy 31:8
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas penyertaannya
dan kasih karunianya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan judul
sebagai ketua penguji yang selalu memberi motivasi, arahan, kritik dan
3. Ns. Lea Andy Shintya, MSN sebagai dosen pembimbing yang telah
4. Priscillia Merylin Saluy, BSN., MSN selaku ketua penguji yang telah
skripsi ini.
iv
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini.
Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan masukan untuk skripsi ini, dan
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat menambah
wawasan pembaca.
Peneliti
v
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 17
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
karena adanya perubahan biologis akibat pematangan dari organ reproduksi. Pada
haid adalah kram yang hebat di bagian bawah perut pada saat menstruasi.
Dismenore ditandai dengan kekakuan atau kram yang terjadi pada perut bagian
bawah, yang membuat rasa tidak nyaman yang dapat menimbulkan perasaan
mudah marah, mudah tersinggung dan juga beberapa gejala yang menyertainya
seperti mual, muntah, perut kembung, punggung terasa sakit, kenaikan berat
sering terjadi pada remaja putri yang sedang mengalami kecemasan, kegelisahan,
dan ketegangan yang dapat memicu terjadinya nyeri. Nyeri yang timbul dapat
sehari-hari seperti absen saat sekolah, tertinggal mata kuliah, tidak bisa berangkat
kerja.
1
2
masalah pada bagian reproduksi (Andrini, Silakarma, & Griadhi, 2014). Lebih
terjadi yang dapat menyebabkan dismenore sekunder antara lain polip uteri,
(2018) didapatkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2013
(Susanti, Utami, & Lasri, 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Juliana, Rompas,
dan Onibala (2019) di Manado didapati bahwa angka kejadian 80.5% responden
mengalami dismenore.
Menurut Ismail, Kundre dan Lolong (2015) stres memiliki peran terhadap
kejadian dismenore. Faktor psikologi yang merupakan salah satu pencetus dari
kejadian dismenore adalah stres. Lebih lanjut Sari, Nurdin, dan Defrin (2015)
saat menstruasi.
3
Sutjiato, Kandou, dan Tucunan (2015) stressor yang dialami mahasiswa berbeda
setiap individu, faktor penyebabnya terbagi menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal antara lain kondisi fisik, motivasi belajar, dan
keluarga, fasilitas dan dosen. Lebih lanjut Legiran, Azis, dan Bellinawati (2015)
Nazriati, 2015). Lebih lanjut Yuniyanti, Masini, dan Salim (2014) menyatakan
stres dapat memicu pengeluaran hormon dan peptida yang akan memperbanyak
terbentuknya prostaglandin, hal ini dapat merangsang kontraksi otot uterus yang
nyeri yang dialami. Oleh sebab itu, pentingnya untuk mengontrol stres yang
dialami.
pada saat menstruasi. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti ”Hubungan
Rumusan Masalah
3. Apakah ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore pada
Tujuan Penelitian
Setelah meninjau latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres
Manfaat Penelitian
yang dapat digunakan, baik untuk memberikan perhatian pada mahasiswi yang
mengalami dismenore.
Manfaat Teoritis
gangguan menstruasi pada remaja putri. Dapat menjadi referensi dalam penelitian-
Peneliti. Penelitian ini dapat berguna dan dapat menjadi pengalaman yang
sangat berharga, serta dapat menambah pengetahuan baru bagi peneliti pada saat
nanti secara langsung bekerja di rumah sakit atau di komunitas. dapat menambah
wawasan peneliti tentang hubungan tingkat stres dengan kejadian dismenore pada
Manfaat Praktikal
yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah mahasiswi Universitas klabat
yang tinggal di asrama Jasmine yang mengalami dismenore dan yang bersedia
Dismenore
penyakit yang mendasarinya maupun patologis yang terjadi pada remaja putri.
Kategori dismenore dibagi menjadi dismenore dengan skala tidak nyeri, nyeri
Klabat yang terdiri dari Jasmine satu dan Jasmine dua khusus untuk mahasiswi.
Tingkat Stres
kondisi yang muncul pada saat seseorang merasa tertekan atau tidak siap
stres normal, stres ringan, stres sedang, stres parah, stres sangat parah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dismenore
sensasi kram menyakitkan diperut bagian bawah yang sering disertai dengan
gejala biologis. Gejala yang dialami antara lain berkeringat, takikardia, sakit
kepala, mual, muntah, diare, dan gemetaran. Semua gejala biasanya terjadi sesaat
sebelum atau selama menstruasi. Lebih lanjut Smith dan Turek (2011)
ekstrauterin.
Klasifikasi Dimenore
7
8
Dismenore Primer.
sampai 24 tahun dan kemudian berkurang. Pada dismenore primer, sensasi rasa
bertahan lebih dari 12 jam dan jarang melebihi 48 jam (Deepti, Sangeeta, &
Swaraj, 2014).
Dismenore Sekunder.
oleh proses patologis invalving uterus yang dapat memicu endometriosis, PID,
fibroid di rahim atau polip, tumor panggul, kehamilan ektopik, dan aborsi
spontan. Dalam kasus-kasus ini kontraksi rahim yang menyakitkan adalah hasil
Penyebab Dismenore
diketahui dengan jelas, tapi dapat juga disebabkan oleh obstruksi serviks,
sakit yang dialami paling parah pada hari pertama menstruasi dan jarang
berlangsung lebih dari dua hari. Manifestasi karakteristik biasanya adalah nyeri
kram perut bagian bawah yang bersifat kolik, sering menjalar ke punggung bagian
bawah dan paha atas. Dismenore dapat disertai mual, diare, buang air besar,
Dismenore dengan nyeri berat biasanya di tandai dengan nyeri yang kuat
pada bagian perut hingga pinggang yang menyebabkan aktivitas terganggu bahkan
memerlukan beberapa hari untuk beristirahat (Dewi & Runiari, 2019). Lebih
lanjut Adrian (2021) mengungkapkan bahwa nyeri yang berat maupun tidak
nyeri kronis pada perut bagian bawah yang dimulai pada satu atau dua hari
sebelum menstruasi, pola menstruasi sangat tidak teratur dan dispareunia. Gejala
Lebih lanjut menurut Astuti dan Lela (2018) dismenore dapat membuat mereka
Faktor-faktor Dismenore
ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dismenore yaitu usia
kram dan nyeri pada perut bagian bawah. Menarche pada usia dini mengalami
uterus pada saat menstruasi (Buttaro, Trybulski, Bailey, & Cook, 2016).
pembelajaran yang terkait masalah reproduksi dalam hal ini menstruasi, sebagai
dismenore dapat dipengaruhi oleh stres, dalam penelitian yang dilakukan didapati
11
bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore. Lebih
lanjut Hikmah, Antari dan Ulum (2018) menyatakan bahwa terdapat hubungan
scare (NRS) dengan skala penilaian yaitu tidak nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang,
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Ringan Nyeri sedang Nyeri Berat Nyeri tidak
nyeri tertahankan
Stres
ancaman yang dirasakan baik nyata atau khayalan terhadap kesejahteraan mental,
fisiologis dan adaptasi. Hal-hal yang memicu terjadinya stres berbeda-beda seperti
trauma bedah, luka bakar, gairah emosional, upaya mental atau fisik, kelelahan,
terjadinya respon stres dapat disebut stressor. Stressor dapat dibagi menjadi tiga
sosial, baik hubungan yang intens maupun hubungan dengan anggota keluarga.
Menurut Yikealo, Tareke dan Karvinen (2018) stres sebagai bagian dari
populasi tanpa memandang usia, jenis kelamin, status pendidikan, atau status
sosial ekonomi. Stres juga merupakan masalah yang sering kita jumpai dalam
yang baru, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikososial dan hasil belajar.
dialami oleh siapa saja termaksud mahasiswa. Pada umumnya penyebab stres
yang dialami oleh mahasiswa berasal dari dunia akademik yang dijalani.
Mahasiswa banyak mendapat tuntutan baik dari luar atau tuntutan yang ditujukan
untuk diri sendiri. Stres yang dialami dapat dipengaruhi oleh jauhnya jarak dengan
perubahan gaya belajar, tugas dari berbagai mata kuliah dan juga target nilai yang
ingin dicapai.
Tingkat Stres
normal, stres ringan, stres sedang, stres berat, stres sangat parah.
Stres Normal. Dalam tingkatan ini stres yang dialami masih tergolong
normal dan terjadi hanya sementara, stres ini masih bisa diatasi dengan baik.
13
Stres ringan. Tingkat stres ini menimbulkan gejala secara psikologis dan
fisik. Secara psikologis gejala yang biasanya timbul adalah marah, sedih, putus
asa, atau emosi. Sedangkan gejala pada perubahan fisik misalnya jantung
berdebar, badan lesu, tidak bertenaga, otot menegang yang dapat menimbulkan
nyeri.
Stres sedang. stres yang tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan
emosi negatif yang berlebihan. Pada tingkat stres ini biasanya insomnia, gangguan
pencernaan seperti konstipasi, buang air kecil terganggu dan asam lambung dapat
terjadi.
Stres berat. Tingkatan stres ini mengalami kondisi yang mulai sulit
diatasi yang mempengaruhi fokus terhadap sesuatu. Depresi, panik, ansietas dan
gangguan bipolar dapat tejadi pada tahap ini. Lebih lanjut Noya (2019)
menyatakan bahwa tanda yang biasa muncul saat seseorang mengalami stres berat
yaitu mudah frustasi, wajah terlihat murung, sering merasa sakit kepala, mudah
tersinggung, sering merasa rendah diri, tidak dapat berfikir tenang, daya tahan
tubuh menurun.
Stres sangat parah. Stres pada tingkat ini tidak dapat di atasi dan dapat
tidak dapat dilakukan dengan baik dan merasakan kesakitan yang bekepanjangan.
Menurut Wold (2013) stres yang sangat tinggi dapat memiliki dampak negatif
baik secara fisik maupun mental. Gejala yang timbul jika seseorang mengalami
stres yang sangat tinggi adalah ketegangan, cemas, selalu memiliki firasat yang
Menurut Gaol (2016) stres memiliki dampak negatif dan dampak positif.
Dampak positif dari stres disebut eustress, dan dampak negatif dari stres adalah
distres. Dampak positif dapat menyebabkan orang yang mengalami stres menjadi
termotivasi untuk mengatasi stres yang dialami. Sedangkan dampak negatif dapat
menyebabkan gangguan dalam kinerja sehari-hari. Lebih lanjut Suparni dan Yuli
hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore. Lebih lanjut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sandayanti, Detty, dan Mino (2019) menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan kejadian
dismenore.
Kerangka Konseptual
pada uterus. Dismenore diklasifikasikan menjadi dua yaitu dismenore primer dan
dismenore sekunder. Dismenore primer adalah nyeri yang timbul tanpa penyakit
timbul akibat dari penyakit tertentu. Tanda dan gejala dari dismenore bukan hanya
nyeri perut pada bagian bawah, biasanya jika seseorang mengalami dismenore
akan mengalami mual, diare, buang air besar, kelelahan, sakit kepala, dan pusing.
15
Stres adalah masalah yang sudah umum ditemui dalam kehidupan manusia
yang sudah menjadi atribut kehidupan modern. Hal ini disebabkan karena stres
sudah menjadi bagian hidup yang tidak dapat terelakkan yang dapat terjadi pada
semua golongan usia, yang dapat membahayakan kondisi fisik dan mental dari
individu yang mengalaminya. Tingkat stres dibagi menjadi lima yaitu, stres
normal, stres ringan, stres sedang, stres berat dan stres sangat parah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari, Nurdin dan Defrin (2015)
serta Rusli, Angelina, Hadiyanto (2019) terdapat hubungan antara stres dengan
kontraksi uterus. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Noviandri dan
Winarni (2015) serta Rahma, Lanti dan Hidayati (2014) menyatakan ada
Hipotesis Penelitian
yang belum dibuktikan dengan data atau fakta. Pembuktian dilakukan dengan
pengujian hipotesis melalui uji statistik. Dalam hal ini hipotesis menjadi panduan
dalam menganalisa hasil penelitian sementara, dengan hasil penelitian harus dapat
menjawab tujuan (Masturoh & Anggita, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini
16
Ha: Ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore pada
dan sampel, instrument penelitian, proses pengumpulan data, lokasi dan waktu
Desain Penelitian
ada tidaknya efek variabel satu dengan variabel yang lain (Wagiran, 2014).
Analisis Data
Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu variabel
Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat stres, sedangkan variabel
tingkat stres yang dialami oleh mahasiswi, dan rumusan masalah kedua yaitu
17
18
yaitu apakah ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore dan
menjawab Ha yaitu ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian dismenore
Tabel 1.
Tabel Korelasi
atau lebih, yaitu hubungan kearah positif atau kearah negatif. Hubungan kearah
Menurut Yusuf (2014) populasi merupakan salah satu hal yang esensial
menyimpulkan suatu hasil yang dapat dipercaya dan tepat guna untuk daerah
(area) atau objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi
19
Universitas Klabat yang bertempat tinggal dia asrama Jasmine yang berjumlah
120 orang.
Menurut Siyoto dan Sodik (2015) sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karkteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, atau bagian kecil dari anggota
spontanitas, dengan teknik ini peneliti dapat menentukan sampel yang diiginkan
Kriteria Inklusi
Kriteria Eksklusi
𝑁
n=
1+(𝑁𝑥𝑑 2 )
Keterangan:
n = Ukuran sampel
20
N = Ukuran populasi
Jumlah sampel:
n = 120/1+120(0,05) ²
n = 120/1,3
n = 92
Tabel 2.
sampel yang tidak memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti, didapati
juga beberapa sampel yang tidak valid karena responden mengisi kuesioner
dengan tidak lengkap sehingga jumlah sampel yang didapatkan oleh peneliti
adalah 72 sampel.
Instrumen Penelitian
digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Alat ukur yang
(Herlina, 2019). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
bagian:
21
pertanyaan
Tabel 3.
Tabel 4.
Skor Interpretasi
0-14 Normal
15-18 Ringan
19-25 Sedang
26-33 Berat
>34 Sangat Parah
mengalami dismenore.
22
Tabel 5.
Skala yang digunakan untuk mengukur nyeri yang dialami pada saat
menstruasi yaitu menggunakan skala penilaian nyeri numeric rating scale (NRS).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Ringan Nyeri sedang Nyeri Berat Nyeri tidak
nyeri tertahankan
Gambar 4. Numerical Rating Scale (NRS)
Skala nyeri yang didapatkan oleh responden dapat diukur dengan cara
Tabel 6.
Skala Interpretasi
0 Tidak Nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Nyeri berat
10 Nyeri tidak tertahankan
23
koefisien alfa dari stres 0,933. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
validitas 0,30 pada setiap item yang dianggap valid dan uji realibilitas yang
Persiapan Peneliti
Klabat.
Lokasi yang akan dipilih oleh peneliti untuk melakukan penelitian yaitu di
penelitian yang berlaku untuk menghormati harkat kemanusiaan. Privasi dan hak-
Otonomy (autonomy)
Bermanfaat (Beneficience)
Penelitian yang dilakukan harus memiliki manfaat yang maksimal bagi subjek
penelitian.
Keadilan (Justice)
Privasi/kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti harus mampu menjaga rahasia atau data-data penelitian yang telah
dikumpulkan.
Kejujuran (Veracity)
penelitian tentang manfaat, efek atau segala sesuatu yang akan melibatkan subjek
penelitian.
Peneliti harus mampu bertanggung jawab dan mampu menepati janji atau
Bab ini membahas tentang hasil dari pengumpulan data. Pengolahan data
tingkat stres pada mahasiswi yang tinggal diasrama Jasmine mendapatkan hasil
sebagai berikut.
Tabel 7.
mengalami stres berat, dan 5 (6.9%) responden mengalami stres yang sangat parah
dari data tersebut, diapati bahwa gambaran stres paling tinggi yang dialami
26
27
nilai akhir maupun ekspektasi mahasiswa tentang hasil nilai yang didapatkan.
Faktor lain yang dapat menyebabkan stres pada mahasiswa antara lain jarak yang
adaptasi dengan lingkungan baru, tuntutan tugas yang diberikan oleh dosen.
muncul saat seseorang mengalami stres ringan dapat dilihat secara psikologis dan
fisik. Untuk gejala psikologis biasanya marah, sedih, putus asa, mapaun emosi,
sedangkan untuk gejala secara fisik yaitu jantung berdebar, lesu, tidak bertenaga.
Kemudian gejala yang timbul saat seseorang mengalami stres sedang yaitu
yang mengalami stres berat maupun sangat parah. Menurut Noya (2019) stres
pencernaan, tidak memiliki nafsu makan, daya tahan tubuh menurun sehingga
mudah sakit. Lebih lanjut Wold (2013) mengungkapkan bahwa stres yang sangat
parah ditandai dengan selalu memiliki firasat buruk, menganggap dirinya rendah,
dapat menyebabkan dampak positif dan negatif. Dampak positif dari stres yang
dialami adalah mahasiswa dapat lebih terpacu dalam mengembangkan diri dan
akademik.
mahasiswa mengalami stres ringan dan sedang, hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pathmanatan dan Husada (2013) pada mahasiswa Fakultas
banyak mengalami stres ringan dan stres sedang. Lebih lanjut penelitian yang
stres sedang.
mahasiswi asrama Jasmine mengalami gejala stres seperti mudah merasa kesal,
sulit untuk beristirahat, mudah marah, mudah gelisah, maupun menjadi tidak
penyebab stres yang dialami oleh mahasiswi yang tinggal di asrama Jasmine
adalah tugas-tugas yang menumpuk dari dosen, tuntutan nilai yang didapatkan,
dan kuliah secara online akibat dari pandemi yang sedang terjadi.
diatasi karena mendapatkan dukungan dari orang sekitar, dekat dengan orang tua,
sukai, hal ini yang mendasari stres yang dialami mahasiswi tergolong dalam stres
Klabat
sebagai berikut.
Tabel 8.
Ringan 21 29.2
Sedang 35 48.6
Berat 13 18.1
Tidak tertahankan 3 4.2
mengalami nyeri tidak tertahankan. Dari data yang tersebut, diapati bahwa
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sari, Nurdin, dan Defrin (2015)
menstruasi akan mendapatkan rasa nyeri pada bagian perut maupun pinggul.
Lebih lanjut Ismail, Kundre dan Lolong (2015) mengungkapkan bahwa stres
Jasmine juga mendapatkan nyeri yang berat hingga nyeri tak tertahankan.
Menurut Adrian (2021) terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan nyeri
berat hingg tidak tertahankan pada saat menstruasi, yaitu pendarahan yang
berlebihan, riwayat menarke pada usia 11 atau lebih awal, memiliki riwayat
keluarga dengan nyeri yang tak tertahankan pada saat menstruasi, memiliki berat
nyeri dibagian perut dan panggul. Selain itu dismenore dapat ditandai dengan
pegal pada area pinggul, mudah tersinggung, mengalami gangguan tidur, dan area
payudara terasa sakit. Lebih lanjut Lewis, Bucher, Heitkemper dan Dirksen (2010)
mengungkapkan bahwa dismenore juga dapat disertai dengan gejala mual, diare,
kelelahan dan pusing. Dewi dan Runiari (2019) menambahkan bahwa dismenore
dengan nyeri sedang biasanya ditandai dengan nyeri yang kuat yang menyebar
Sedangkan dismenore dengan nyeri berat dapat menyebabkan nyeri yang begitu
orang lain menjadi terganggu, mengalami penurunan nilai, dan dampak yang lebih
dismenore dengan nyeri sedang, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rusli, Angelina dan Hadiyanto (2019) bahwa sebagian besar
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti diketahui bahwa pada saat
perut hingga pinggang, bahwa ada beberapa yang mengalami sakit kepala dan
mual. Pernyataan tersebut didukung oleh data yang didapatkan oleh peneliti
berdasarkan bahwa gejala yang dialami oleh mahasiswi asrama Jasmine yaitu
pada saat mengalami dismenore aktifitas menjadi terganggu, merasa mual, bahkan
sakit kepala.
Tabel 9.
≤ 0.05 dengan nilai koefisiel korelasi yang diperoleh yaitu 0.449. hal ini
menunjukkan bahwa Ha: Ada hubungan antara tingkat stres dengan kejadian
32
demikian didapati bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres
Keeratan hubungan sedang dengan arah hubungan positif (+) yang artinya
semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi tingkat nyeri saat mengalami
dismenore.
Menurut Rahma, Lanti dan Hidayati (2014) stres merupakan salah satu
pencetus terjadinya dismenore. Hal ini sebabkan karena pada saat seseorang
mengalami stres tubuh akan meningkatkan skresi kortisol adrenal yang dapat
kontraksi otot uterus, kontraksi uterus yang berlebihan akan menyebabkan nyeri
Yuniyanti, Masini dan Salim (2014) pada siswi kelas X dan XI SMK Bhakti
Kerya Kota Magelang pada tahun 2013 yang mendapatkan hasil p value 0.000
dengan nilai koefisien yaitu 0.334 yang artinya terdapat hubungan antara tingkat
stres dengan kejadian dismenore. Lebih lanjut penelitian yang dilakukan oleh
antara tingkat stres dengan kejadian dismenore dengan keeratan hubungan kuat
dengan hubungan variabel kearah positif yang artinya semakin tinggi tingkat stres
Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dari penelitian dengan judul
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari data yang telah diolah menggunakan uji statistik,
sangat parah.
32
33
Rekomendasi
selanjutnya.
Saran atau rekomendasi yang dapat diberikan oleh peneliti yaitu institusi
Bagi Mahasiswi
diakibatkan oleh stres yang belebihan, agar dapat membagi waktu untuk
dapat menjadi salah satu referensi tentang hubungan tingkat stres dengan kejadian
Adrian, K. (2021, Januari 26). Alodokter. Retrieved Februari 27, 2021, from
Penyebab Nyeri Haid yang Tidak Tertahankan dan Cara Mengatasinya:
https://www.alodokter.com/penyebab-nyeri-haid-yang-tidak-tertahankan
Ambarwati, P. D., Pinilih, S. S., & Astuti, R. T. (2017). Gambaran tingkat stres
mahasiswa. Jurnal Keperawatan, 5(1), 40-47.
Andrini, D. A., Silakarma, D., & Griadhi, A. (2014). Hubungan antara kebugaran
fisik dengan dismenore primer pada remaja putri di sma negeri 1 denpasar
tahun 2014. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, 3 (3), 1-14.
Apriyanti, F., Harmia, E., & Andriani, R. (2018). Hubungan status gizi dan usia
menarche dengan kejadian dismenore pada remaja putri di sman 1
bangkinang kota. Jurnal Maternitas Kebidanan, 3(2), 49-58.
Astuti, I., & Lela. (2018). Pengaruh pemberian aroma terapi lavender terhadap
dismenore pada remaja putri. Pinlitamas, 1(1), 485-489.
Buttaro, T. M., Trybulski, J., Bailey, P. P., & Cook, J. S. (2016). Primary Care .
Canada: Elsevier.
Deepti, G., Sangeeta, B., & Swaraj, B. (2014). Obstetric and gynecological
emergencies. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher.
Dewi, N. Y., & Runiari, N. (2019). Derajat dismenore dengan upaya penanganan
pada remaja putri. Jurnal Gema Keperwatan, 12(2), 114-120.
34
35
Flanagan, K. W., & Cuppet, M. (2017). Medical conditions in the athlete. Canada:
Human Kinetics.
Hakim, C. (2018, Desember 11). Berbagai ciri fisik yang tanpa sadar
menandakan anda sedang stres. Retrieved from Hellosehat:
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/gejala-stres-fisik/
Hatch, J. P., Fisher, J. G., & Rugh, J. D. (2013). Biofeedback studies clinical
efficacy. Texas: Spinger Science & Business Media.
Hikmah, A., Antari, I., & Ulum, T. H. (2018). Hubungan antara tingkat stres
terhadap tingkat nyeri dismenore. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 9(1),
31-39.
Ismail, I. F., Kundre, R., & Lolong, J. (2015). Hubungan tingkat stres dengan
kejadian dismenore pada mahasiswi semester viii program studi ilmu
keperawatan fakultas kedokteran universitas sam ratulangi manado. Jurnal
Keperawatan, 3(2), 1-9.
Juliana, I., Rompas, S., & Franly, O. (2019). Hubungan dismenore dengan
gangguan siklus haid pada remaja di sma n 1 manado. Jurnal
Keperawatan, 7(1), 1-8.
Kryger, M. H., Roth, T., & Dement, W. C. (2010). Principles and practice of
sleep medicine. United States: Elsevier Healt Sciences.
Larasati, & Alatas, F. (2016). Dismenore primer dan faktor resiko dismenore
primer pada remaja. Jurnal Majority, 5(3), 79-84.
Legiran, Azis, M. Z., & Bellinawati, N. (2015). Faktor risiko stres dan
perbedaannya pada mahasiswa berbagai angkatan di fakultas kedokteran
universitas muhammadiyah palembang. Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan, 2(2), 197-202.
Lewis, S. L., Bucher, L., Heitkemper, M. M., & Dirksen, S. R. (2010). Clinical
companion to medical - Surgical nursing. America: Elvesier Health
Sciences.
Narlan, A., & Juniar, D. T. (2018). Statistika dalam penjas aplikasi praktis dalam
penelitian pendidikan jasmani. Yogyakarta: Deepublish.
Noviandri, I., & Winarni. (2015). Tingkat stres dan dismenorea pada remaja kelas
xi program akselerasi dan reguler di sman 3 surakarta. Gaster Jurnal
Kesehatan, 12(2), 58-70.
Noya , A. B. (2019, Juni 20). Alodokter. Retrieved Februari 27, 2021, from
Mengenali Ciri-Ciri Stres Berat dan Cara Mengatasinya:
https://www.alodokter.com/mengenali-ciri-ciri-stres-berat-dan-cara-
mengatasinya
Rahma, M. A., Lanti, Y. R., & Hidayati, R. S. (2014). The correlation between
stress level and degree of dysmenorrhea on female students at sma negeri
1 surakarta. Nexus Kedokteran Komunitas, 3(2), 191-199.
Rahma, M. A., Lanti, Y., & Hidayati, R. S. (2014). Hubungan antara tingkat stres
dengan derajat dismenore pada siswi sma negeri surakarta. Nexus
Kedokteran Komunitas, 3(2), 191-199.
Rahmayani, R. D., Liza , R. G., & Syah, N. A. (2019). Gambaran Tingkat Stres
Berdasarkan Stressor pada Mahasiswa Kedokteran Tahun Pertama
Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Angkatan 2017. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(1), 103-111.
Rizkiani, M., & Widyastuti, R. H. (2012). Hubungan antara stres dengan perilaku
merokok pada pegawai negeri sipil laki-laki. Jurnal Nursing Studies, 1(1),
132-139.
Rusli, Y., Angelina, Y., & Hadiyanto. (2019). Hubungan tingkat stres dan
intensitas dismenore pada mahasiswi disebuah fakultas kedokteran di
jakarta. Journal Kedokteran Indonesia, 7(2), 122-126.
Sandayanti, V., Detty, A. U., & Jemino. (2019). Hubungan tingkat stres dengan
kejadian dismenorea pada mahasiswi kedokteran di universitas malahayati
bandar lampung. Jurnal Psikologi Malahayati, 1(1), 35-40.
Sari, D., Nurdin, A. E., & Defrin, D. (2015). Hubungan stres dengan kejadian
dismenore primer pada mahasiswi pendidikan dokter fakultas kedokteran
universitas andalas. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2), 567-570.
Smith, R. P., & Turek, P. J. (2011). The netter collection of medical illustration.
Philadelphia: Elsevier Health Sciences.
Susanti, R. D., Utami, N. W., & Lasri, L. (2018). Hubungan nyeri haid
(dysmenorrhea) dengan aktivitas belajar pada remaja putri mts
muhammadiyah 2 malang. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 3(1), 114-152.
Sutjiato, M., Kandou, G. D., & Tucunan, A. A. (2015). Hubungan faktor internal
dan eksternal dengan tingkat stres pada mahasiswa fakultas kedokteran
universitas sam ratulangi manado. Jikmu, 5(1), 30-42.
Trimayasari, D., & Kuswandi, K. (2014). Hubungan usia menarche dan status gizi
siswi smp kelas 2 dengan kejadian dismenore. Jurnal Obstretika Scientia,
2(2), 192-211.
Wahyudi, R., Bebasari, E., & Nazriati, E. (2015). Gambaran tingkat stres pada
mahasiswa fakultas kedokteran universitas riau tahun pertama. Jik, 9(2),
107-113.
Yanhi, C., Sakdiah, D. N., Fahrunnisa , L., & Rulino, L. (2015). Gambaran tingkat
stres angakatan xviii akademi keperawatan husada karya jaya terhadap
mata kuliah riset keperawatan. Jurnal Akademi Keperawatan Husada
Karya Jaya, 1(1), 37-40.
39
Yikealo, D., Tareke, W., & Karvinen, I. (2018). The level of stress among collage
students: A case in the collage of education, eritrea institute of technology.
Open Science Journal, 3(4), 1-18.
Yuniyanti, B., Masini, & Salim , H. H. (2014). Hubungan tingkat stres dengan
tingkat dysmenorrhoea pada siswi kelas x dan xi smk bhakti karyakota
magelang tahun 2014. Jurnal Kebidanan, 3(7), 24-30.
Yuniyanti, B., Masini, & Salim, H. H. (2014). Hubungan tingkat stres dengan
tingkat dysmenorrhea pada sisiwi kelas x dan xi smk bhakti karyakota
magelang. Jurnal Kebidanan, 3(7), 24-30.
LAMPIRAN A
(KUESIONER)
41
KUESIONER PENELITIAN
Tanggal wawancara :
Identitas Responden:
1. Nama :
2. Umur :
No Aspek Penilaian 0 1 2 3
1 Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele
2 Cenderung bereaksi berlebihan pada situasi
3 Kesulitan untuk relaksasi bersantai
4 Mudah merasa kesal
5 Merasa banyak menghabiskan energi karena
cemas
6 Tidak sabaran
7 Mudah tersinggung
8 Sulit untuk beristirahat
9 Mudah marah
10 Kesulitan tenang setelah sesuatu yang
menganggu
11 Sulit mentoleransi gangguan-gangguan
terhadap hal yang sedang dilakukan
12 Berada dalam keadaan tegang
13 Tidakdapat memaklumi hal apapun yang
menghalangi anda untuk menyelesaikan hal
yang sedang anda lakukan
14 Mudah gelisah
DISMENORE
42
Jawablah pertanyaan dan pernyataan di bawah ini yang sesui dengan tanda
dan gejala yang anda dapatkan saat mengalami dismenore/ nyeri haid dengan cara
memberikan tanda checklist (√ ) pada kolom yang tersedia
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Ringan Nyeri sedang Nyeri Berat Nyeri tidak
nyeri tertahankan
44
LAMPIRAN B
(Langkah-langkah Uji Statistik)
45
46
47