Anda di halaman 1dari 14

1.

1 Pengertian Korona

Korona merupakan proses dimana arus, mungkin diteruskan, muncul dari sebuah elektrode
berpotensial tinggi di dalam sebuah fluida yang netral. Biasanya udara yaitu dengan
mengionisasi fluida hingga menciptakan plasma di sekitar elektrode. Ion-ion yang dihasilkan
akhirnya akan melampaui muatan listrik menuju area-area berpotensi rendah terdekat atau
bergabung kembali untuk membentuk molekul-molekul gas netral.

Saat gradien potensialnya fluida cukup besar pada sebuah titik, maka fluida itu akan
mengalami ionisasi dan menjadi bersifat konduktif. Udara di dekat elektrode bisa terionisasi
(sebagian bersifat konduktif). Saat udara di dekat titik menjadi bersifat konduktif, ia memiliki
efek meningkatkan ukuran konduktor. Di luar wilayah ionisasi dan konduktivitas ini, partikel-
partikel bermuatan perlahan-lahan mencapai benda yang muatannya berlawanan dan dinetralkan.

Jika wilayah terionisasi terus bertambah luas dan tidak berhenti pada radius tertentu,
terbentuklah jalur yang betul-betul bersifat konduktif yang berakibat pada terciptanya laju
elektrik yang muncul sekejap atau busur elektrik yang berkesinambungan.

Korona bisa didefinisikan juga sebagai hasil terakselerasinya ionisasi dibawah pengaruh
suatu medan listrik. Ini merupakan proses fisika dimana struktur molekul netral atau atom diubah
akibat benturan atom atau molekul netral dengan elektron bebas, photon atau ion negatif.

Setiap sistem isolasi atau elektroda dimana korona dapat terjadi merupakan sumber
korona.Wilayah dimana korona terjadi disebut lokasi korona (corona sites). Dalam Gambar 1.,
untuk sistem isolasi sederhana diperlihatkan beberapa lokasi korona yang sering dijumpai dalam
kenyataan sehari-hari.
Gambar 1. Lokasi terjadinya korona

Keterangan Gambar 1, antara lain:

1.      Permukaan runcing konduktor yang bersentuhan dengan gas yang dapat bersikulasi
dengan bebas.

2.      Daerah tertentu pada permukaan material isolasi yang bersentuhan dengan gas yang
memiliki resistivitas permukaan yang lebih rendah dibandingkan wilayah yang
mengelilinginya sehingga muatan-muatan bebas dapat terbentuk pada daerah itu hingga
tegangan diantara daerah itu dan daerah lainnya cukup tinggi untuk menyebabkan
terjadinya korona di udara yang mengelilinginya.

3.      Sela diantara permukaan bidang konduktor dan material pengisolasi yang berisi gas
dimana medan listrik timbul dengan kekuatan yang cukup untuk memulai tembus listrik
gas bukan material isolasi padat yang memisahkan elektroda sistem.

4.      Rongga atau celah berisi gas yang dikelilingi sebagian atau seluruhnya oleh permukaan
konduktor dan material pengisolasi padat atau cair.

5.      Rongga berisi gas yang dikelilingi seluruhnya oleh material pengisolasi padat ataupun
cair, biasanya disebut kekosongan (void) terlepas dari kenyataan bahwa mereka terisi
dengan gas dengan kerapatan yang dapat sangat bervariasi tergantung tekanan dan
temperatur gas.
1.2 Gejala Korona

Sebelum kita mengetahui gejala korona, ada baiknya jika kita ketahui dulu gejala umum
pada sistem tegangan tinggi, yaitu dengan semakin besarnya energi listrik yang disalurkan
melalui kawat transmisi, maka makin tinggi pula kerugiannya. Namun hal ini dapat
diminimalkan dengan menaikkan tegangan dari kawat tersebut. Akan tetapi dengan menaikkan
tegangan kerja transmisi, akan timbul pula faktor lain yang dahulunya belum kelihatan dan masih
diabaikan.
Adapun faktor-faktor itu diantaranya:

1.      Adanya gejala korona yang semakin menonjol, yang berakibat adanya kerugian energi
dan gangguan RI (radio interference) yang sifatnya merugikan.

2.      Dengan semakin tingginya tegangan maka timbul persoalan mengenai isolasi kawat,
bentuk tower dan mungkin prosedur pengoperasiannya yang berbeda.

3. Timbulnya masalah isolasi pada alat-alat yang menyebabkan perubahan konstruksi


sehingga perlu menyelidiki lebih lanjut mengenai bahan-bahan isolasi.

Semua hal tersebut diatas, mengakibatkan kenaikan investasi yang lebih tinggi sehingga
diperlukan penyelidikan, penyesuaian konstruksi, operasi dan lain-lain. Sedangkan persoalan
yang akan dibahas disini hanyalah masalah yang pertama, yaitu timbulnya gejala korona.

Elektron yang bebas bergerak diudara umumnya berasal dari radiasi radio-aktif yang
terdapat di alam bebas dan juga dengan adanya sinar kosmik. Elektron-elektron yang posisinya
dekat dengan kawat trasnmisi dipengaruhi oleh adanya medan listrik yang menuju ke atau
menjauhi kawat tersebut.Selama gerakannya ini, elektron yang melewati gradient medan listrik
akan bertubrukkan dengan molekul dari udara, yang kemudian terjadi ionisasi pada molekul
tersebut. Karena adanya ionisasi tersebut, maka akan terdapat ion positif dan elektron yang
bebas, yang akan akan mendorong terjadinya ionisasi lanjutan. Proses ini berkelanjutan yang
kemudian membentuk banjiran elektron (avalance).

Bilamana banjiran elektron ini melintasi dua kawat yang sejajar, maka ia akan menyebabkan
terjadinya perubahan pembagian gradient tegangan-tegangan dari udara diantara kedua kawat
tersebut dan penataan kembali dari gradient ini dapat menyebabkan harga tegangannya
melampaui kekuatan (tegangan breakdown) dari udara. Ini akan menyebabkan terjadinya
kegagalan dari sifat isolasi yang dimiliki oleh udara yang terletak disekitarnya.

Bilamana penataan kembali ini hanya menyebabkan sebagian perubahan potensial gradient
dari udara, misalnya hanya daerah sekitar kawat saja yang mengalami perubahan, maka
perubahannya terbatas hanya pada satu kawat saja. Oleh karena itu korona disifatkan sebagai

“Terjadinya suatu pelepasan muatan yang bermula pada permukaan dari suatu kawat bila
nilai medan listrik pada permukaan kawat itu melampaui nilai tertentu”

Sedangkan nilai tertentu tersebut adalah harga medan listrik dimana pada saat itu mulai
terjadinya pelepasan muatan ke udara sekitarnya. Gejala ini dapat terjadi pada segala macam
kawat, tidak peduli seberapa besar diameter kawat tersebut, asalkan diberi tegangan yang cukup
tinggi. Didalam prakteknya, hal ini akan terjadi bila tegangan antara kawat fasa melebihi 100 kV.
Namun bisa saja pada tegangan dibawah itu dapat terjadi,korona asalkan syarat-syarat untuk
terjadinya korona sudah terpenuhi.

1.3 Lucutan Korona

Lucutan korona adalah lucutan elektrostatik yang disebabkan oleh ionisasinya fluida yang
mengelilingi sebuah konduktor, yang terjadi saat gradien potensial (kekuatan medan listrik)
melebihi nilai tertentu, tapi kondisinya tidak cukup untuk menimbulkan busur elektrik atau
dadalan elektrik.

Lucutan korona biasanya melibatkan dua elektrode asimetris (elektrode yang satu memiliki
permukaan yang sangat melengkung, seperti ujung sebuah jarum atau kawat berdiameter kecil)
dan elektrode satunya lagi memiliki kelekukan yang rendah, seperti piring atau permukaan tanah.
Kelengkungan yang tinggi memastikan potensial gradien yang tinggi di sekitar sebuah elektrode,
untuk menciptakan sebuah plasma.

Korona bisa bermuatan positif atau negatif. Hal ini ditentukan oleh polaritas tegangan di
elektrode yang kelengkungannya tinggi. Jika elektrode melengkung bemuatan positif berkenaan
dengan elektoda rata terciptalah korona positif, tapi jika negatif yang tercipta adalah korona
negatif. Ketidaksamaan sifat korona positif dengan korona negatif yang amat berbeda disebabkan
oleh jauh berbedanya massa elektron dengan ion bermuatan positif dengan hanya elektron
memiliki kemampuan mengalami tingkat benturan taklenting pengion yang signifikan pada
temperatur dan tekanan bersama.

Fungsi lucutan korona yang utama adalah terciptanya ozon di sekitar konduktor yang
mengalami proses korona. Korona negatif menghasilkan ozon jauh lebih banyak daripada korona
positif.

1.3.1 Penerapan lucutan korona

Berikut ini adalah penerapan lucutan korona di bidang komersial dan industri.

         Menghilangkan muatan listrik yang tidak diinginkan dari permukaan pesawat yang
sedang terbang dan dengan begitu menghilangkan efek yang merugikan dari pulsa
lucutan elektris tidak terkontrol pada kinerja sistem avionik

         Pembuatan ozon

         Sterilisasi air kolam

         Pembersih dengan mengosokan partikel-partikel dari udara dalam HVAC

  Menghilangkan berbagai organik teruap yang tidak diinginkan, seperti pestisida


kimia, pelarut, atau bahan senjata kimia dari atmosfer

  Meningkatkan kelembapan atau ‘energi tegangan permukaan’ dari film polimer


untuk meningkatkan kesesuaian dengan tinta cetak atau perekat.

         Membuat fotokopi

         Pengion udara yang baik buat kesehatan

  Fotografi Kirlian menggunakan foton yang dihasilkan oleh lucutan untuk


mengekspos film fotografik.

         EHD thruster, Lifter, dan piranti ion wind yang lain

         Laser nitrogen

         Perlakuan Permukaan untuk Kultur Jaringan (Polistirena)


Korona bisa digunakan untuk menghasilkan permukaan bermuatan, yang merupakan
sebuah efek yang digunakan dalam pengopian elektrostatik (membuat fotokopi). Korona
juga dapat digunakan untuk menghilangkan materi kepartikelan dari aliran udara dengan
terlebih dahulu mengisi udara dengan muatan listrik, lalu melewatkan aliran udara
bermuatan melalui sisir polaritas bolak-balik, untuk mengendapkan partikel-partikel
bermuatan ke lempengan dengan muatan yang berlawanan.

Ion serta radikal bebas yang dihasilkan dalam reaksi korona bisa dipakai untuk
membersihkan udaranya produk-produk merugikan tertentu, melalui reaksi kimia dan bisa
digunakan untuk memproduksi ozon.

1.3.2 Permasalahan yang disebabkan lucutan korona

Korona bisa menghasilkan derau/bising terdengarkan dan frekuensi radio, khususnya


di dekat jaringan transmisi tenaga listrik. Selain merepresentasikan rugi daya, aksi lucutan
korona di partikel-partikel atmosfer bersama dengan produksi ozon dan nitrogen oksida
yang berkaitan dengan lucutan korona, bisa merugikan kesehatan manusia yang bermukim
di wilayah-wilayah yang dilalui jaringan listrik. Dengan begitu, peralatan transmisi tenaga
listrik didesain untuk meminimalisir terbentuknya lucutan korona. Lucutan korona pada
umumnya tidak diinginkan dalam:

Transmisi tenaga listrik, dimana lucutan korona menyebabkan:

 Rugi daya
 Bising terdengarkan
 Gangguan elektromagnetik
 Pijar ungu
 Produksi ozon
 Kerusakan pengisoliran

Di dalam komponen-komponen listrik seperti trafo, kapasitor, motor listrik serta


generator listrik. Korona secara progresif merusak isolasi di dalam piranti yang mengarah ke
cacat perlengkapan dini. Salah satu bentuk serangan adalah keretakan oleh ozonnya benda
yang terbuat dari elastomer seperti cincin O.
1.4 Sifat Elektris Korona

Arus listrik yang dibawa oleh korona ditentukan dengan menyatukan rapat arus pada
permukaan konduktor. Rugi daya ditentukan dengan mengalikan arus dengan tegangan.

1.4.1 Korona positif

Korona positif berbentuk sebuah plasma seragam di sepanjang sebuah konduktor.


Korona positif sering terlihat dengan pijaran berwarna biru/putih, meski sebagian besar
emisi berada dalam ultraviolet. Keseragaman plasma disebabkan oleh sumber lonsoran
elektron sekunder yang homogen yang dijelaskan dalam seksi mekanisme di bawah. Dengan
geometri dan tegangan yang sama, korona positif tampak lebih kecil daripada korona
negatif, berkat kurangnya wilayah plasma non-pengion di antara wilayah bagian dalam
dengan bagian luar. Elektron bebas dalam sebuah korona positif jauh lebih sedikit daripada
korona negatif, kecuali sangat dekat dengan elektrode melengkung: mungkin seperseribu
rapatan elektron dan seperseribu total jumlah elektron.

Namun, elektron-elektorn dalam sebuah korona positif dikonsentrasikan dekat


dengan permukaan konduktor melengkung, di dalam sebuah wilayah gradien potensial yang
tinggi dan dengan begitu elektron memiliki tenaga tinggi, sedangkan elektron di dalam
korona negatif berada di wilayah luar bagian bawah. Dengan begitu, jika elektron digunakan
dalam sebuah aplikasi yang membutuhkan tenaga aktivasi yang tinggi, korona positif bisa
mendukung tetapan reaksi yang lebih besar daripada korona negatif; walau jumlah total
elektron lebih sedikit, jumlah elektron tenaga sangat tinggi lebih banyak.

Korona merupakan produsen ozon yang efisien di udara. Ozon yang dihasilkan
sebuah korona positif jauh lebih sedikit daripada korona negatif, sebab reaksi yang
menghasilkan ozon berenergi relatif rendah. Dengan begitu, semakin banyak jumlah
elektron di korona negatif akan meningkatkan produksi ozon.

Sama dengan korona negatif, korona positif dimulai oleh sebuah peristiwa ionisasi
eksogen dalam kawasan gradien potensial yang tinggi. Elektron yang dihasilkan dari ionisasi
ditarik menuju elektrode melengkung, dan ion-ion positif ditolak darinya. Dengan
melakukan benturan taklenting semakin dekat dan dekat ke elektrode melengkung, makin
banyak molekul yang diionkan dalam sebuah longsoran elektron. Di dalam sebuah korona
positif, elektron-elektron sekunder dihasilkan di dalam fluida, tepatnya dalam wilayah di
luar plasmaatau wilayah longsoran. Elektron-elektron sekunder itu diciptakan oleh ionisasi
yang disebabkan oleh foton yang dipancarkan dari plasma itu dalam berbagai proses
deeksitasi yang terjadi di dalam plasma seusai benturan elektron, energi termal yang
dibebaskan dalam benturan itu menciptakan foton yang diradiasikan ke dalam gas. Elektron
yang dihasilkan dari ionisasinya molekul gas netral lalu ditarik kembali secara elektris
menuju elektrode melengkung, ditarik ke dalam plasma, dan dengan begitu memulai proses
menciptakan longsoran lebih jauh di dalam plasma.

Seperti yang bisa dilihat, korona positif dibagi menjadi dua wilayah, sepusat di
sekeliling elektrode tajam. Wilayah bagian dalam terdiri dari elektron pengion dan ion
positif yang bertindak sebagai sebuah plasma, longsoran elektron dalam wilayah ini, yang
lebih jauh menciptakan banyak sekali pasangan ion/elektron. Hampir seluruh wilayah bagian
luar terdiri dari ion positif masif yang bermigrasi dengan pelan, bergerak menuju elektrode
melengkung, dekat dengan antarmuka kawasan ini, elektron-elektron sekunder, dibebaskan
oleh foton yang meninggalkan plasma, yang dipercepat kembali ke dalam plasma. Wilayah
dalam dikenal sebagai wilayah plasma, sedang wilayah luar sebagai wilayah unipolar.

2.3.2 Korona negatif

Korona negatif dihadirkan dalam korona takseragam, yang bervariasi sesuai dengan
ciri permukaan dan ketidakteraturannya konduktor melengkung. Ia sering muncul sebagai
gumpalan korona di tepi tajam, jumlah gumpalan berubah sesuai dengan kekuatan medan.
Terbentuknya korona negatif merupakan hasil dari sumber elektron longsoran sekunder
(lihat di bawah). Ia tampak sedikit lebih besar dari korona positif, sebab elektron
diperbolehkan melayang keluar dari wilayah pengion. Jumlah total elektron, dan rapatan
elektron jauh lebih besar dari yang ada di korona positif.

Proses terbentuknya korona negatif jauh lebih kompleks daripada korona positif.
Sama seperti korona positif, pembentukan korona dimulai dengan sebuah peristiwa ionisasi
eksogen yang menghasilkan elektron primer, yang dilanjutkan dengan longsoran elektron.
Elektron diionkan dari gas netral yang tidak berguna dalam mempertahankan proses korona
negatif dengan menghasilkan elektron sekunder untuk longsoran lebih jauh lagi, karena pada
umumnya elektron dalam sebuah korona negatif bergerak keluar dari elektrode melengkung.
Untuk korona negatif, proses menghasilkan elektron sekunder yang dominan adalah efek
fotolistrik, dari permukaan elektrode sendiri. Fungsi kerjanya elektron (energi yang
dibutuhkan untuk membebaskan elektron dari permukaan) sangat rendah daripada energi
ionisasinya udara pada suhu dan tekanan yang standar, membuatnya menjadi sumber
elektron sekunder yang lebih liberal dalam kondisi tersebut. Sekali lagi, sumber energi untuk
pembebasan elektron adalah foton tenaga tinggi dari sebuah atom dalam perelaksasian tubuh
plasma setelah eksitasi dari benturan sebelumnya. Penggunaan gas netral terionisasi sebagai
sumber ionisasi dikurangi lebih jauh dalam sebuah korona negatif dengan konsentrasi ion-
ion positif yang tinggi yang bergerombol di sekitar elektoda melengkung.

Dengan begitu yang membedakan korona positif dengan korona negatif, dalam hal
terciptanya longsoran elektron sekunder, adalah longsoran elektron sekunder di dalam
korona positif diciptakan oleh gas berada di sekitar wilayah plasma, elektron-elektron
sekunder yang baru bergerak ke dalam, sedangkan longsoran elektron sekunder dalam
korona negatif diciptakan oleh elektrode melengkung itu sendiri, elektron sekunder yang
baru bergerak keluar.

Ciri selanjutnya dari struktur korona negatif adalah elektron yang melayang keluar
akan bertemu dengan molekul netral dan, bersama-sama molekul elektronegatif (seperti
oksigen dan uap air), bergabung untuk menghasilkan ion negatif. Lalu ion negatif ditarik ke
elektrode tak melengkung yang positif, menyelesaikan ‘rangkaian’.

Sebuah korona negatif bisa dibagi menjadi 3 wilayah radial, di sekeliling elektrode tajam.
Dalam wilayah bagian dalam, benturan taklenting elektron-elektron berenergi tinggi dengan
atom netral menyebabkan longsoran, sedangkan elektron sebelah luar (yang biasanya
berenergi lebih rendah) bergabung dengan atom netral untuk memproduksi ion negatif.
Dalam wilayah perantara/tengah, elektron-elektron bergabung untuk membentuk ion negatif,
tapi biasanya memiliki energi yang tak cukup untuk menyebabkan ionisasi longsoran, tapi
tetap menjadi bagian dari sebuah plasma yang berhubungan dengan polaritas yang berbeda
dari spesies saat ini, dan kemampuan untuk ikut serta dalam berbagai reaksi plasma
karakteristik. Di wilayah sebelah luar, hanya berlangsung sebuah aliran ion negatif dan, pada
tingkatan yang lebih rendah, elektron bebas yang menuju elektrode positif. Dua wilayah
bagian dalam dikenal sebagai plasma korona. Wilayah sebelah dalam merupakan plasma
pengion, tengah merupakan plasma bukan-pengion. Wilayah sebelah luar dikenal sebagai
wilayah unipolar.

1.5 Pengaruh korona pada kinerja peralatan listrik

Pada peristiwa korona terjadi pemindahan muatan elektron dalam suatu wilayah tertentu
dalam material pengisolasi.Gejala listrik ini pada dasarnya adalah peluahan listrik karena energi
hilang darinya dan daya didisipasikan.Peluahan seperti itu disamakan dengan peristiwa
pembombardiran nuklir terhadap material ditempat terjadinya peluahan.Pada saat yang
bersamaan, panas dihasilkan dalam wilayah ini.

Diluar material isolasi, peluahan yang terjadi menghasilkan arus transien yang mengalir ke
dalam rangkaian yang terhubung dengan elektroda sistem isolasi ditempat terjadinya
korona.Pulsa-pulsa arus ini memiliki waktu naik cepat dan durasinya juga cepat karena mereka
merupakan hasil pergerakan muatan yang sangat cepat.Ukuran, amplitudo dan frekuensi
timbulnya pulsa dapat sangat bervariasi karena pulsa ini dipengaruhi oleh banyak variabel.

Berikut ini akan dijelaskan lebih jauh pengaruh-pengaruh korona pada peralatan listrik.

1. Pengaruh Korona Terhadap Material

Korona yang disertai dengan pembombardiran elektron atau ion digabung dengan pengaruh
pemanasan yang intens, dapat membuat erosi pada material, merusak atau merubah struktur atom
atau molekul material, dan menghasilkan material baru yang tidak ada sebelumnya sebagai
akibat proses perubahan struktur. Material baru ini dapat bereaksi secara kimiawi dengan
beberapa material lain didaerah dimana korona terjadi.Reaksi ini dapat mengakibatkan korosi.

2. Pengaruh Korona Pada Komunikasi, Kendali dan Pengukuran Listrik

Arus pulsa yang dihasilkan oleh korona dalam rangkaian peralatan dapat memiliki waktu
puncak yang sangat singkat, frekuensi kejadian yang tinggi dan amplitudo yang sesuai untuk
mensimulasi, memalsukan, mendistorsi atau memalsukan sinyal yang digunakan dalam
komunikasi, kendali, dan pengukuran. Arus pulsa korona ini dapat juga dapat mengalir dari
rangkaian dimana pulsa ini terbentuk ke rangkaian lain, tidak hanya melalui konduksi, tetapi juga
dengan kopel elektromagnetik dan elektrostatik.

1.6 Pengaruh udara pada korona dan tegangan kritis korona

Proses ionisasi yang terus-menerus dan berkelanjutan akan membentuk banjiran elektron.
Maka pembentukan banjiran elektron ini tergantung pada kecepatan mula dari elektron dan
percepatannya selama ia bergerak disepanjang jarak bebas antara dua tubrukkan. Ada gradient
permukaan yang terbentuk dimana korona ini akan terjadi. Tegangan yang dimiliki pada gradient
ini dinamakan “permukaan tegangan korona” atau secara tepat juga dinamakan permulaan
tegangan korona mulai kelihatan.

Nilai dari tegangan ini tergantung pada:

1.      Keadaan atmosfer disekitarnya.

2.      Keadaan dari permukaan kawat.

3.      Bentuk susunan kawat.

Jadi, tegangan kritis pada udara dan pada waktu terjadinya kegagalan sesuai dengan
persamaan berikut:

   Vd = Ed.d.r.ln D/r
Pada waktu terjadinya breakdown diudara Ed = 30 kV/cm atau 3000 kV/m.
Jadi tegangan kritis adalah sebesar: 

Vd = 3000.d.r ln D/r  [ kV-terhadap netral ]


D dan r didalam netral.

Bila dijadikan R.M.S maka:

Vd(RMS) =2110.d.r.ln D/r [ kV-RMS terhadap netral ]


Dan bila dirubah menjadi log 10, maka: 

 Vd(RMS) =4860.d.r.log D/r [ kV-RMS terhadap netral ]


Didalam prakteknya, masih ada koreksi yang disebabkan oleh keadaan permukaan kawat
yang tidak rata, karena itu harga diatas masih harus dikalikan dengan factor mo yang besarnya
seperti dibawah ini:

a.      mo= 1,0 untuk kawat yang licin.

b.      mo = 0,98 s/d 0,93 untuk kawat kasar yang sudah lama dipasang.

c.      mo = 0,87 s/d 0,83 untuk kawat stranded terdiri dari 7 kawat halus.

d.      mo = 0,85 s/d 0,80 untuk kawat stranded yang terdiri dari 19, 37, 61, kawat halus.

Sehingga persamaan tegangan kritis menjadi:

Vd(RMS) =4860.d.r.log D/r [ kV-RMS terhadap netral ]


Nilai ini berlaku pada cuaca cerah, sedangkan pada cuaca buruk (seperti mendung, hujan) naka
harga tegangan harus dikalikan dengan factor koreksi untuk menyesuaikan dengan kenyataan.
Adapun factor koreksinya adalah 0,8.

Jadi dalam hal ini, pada keadaan cuaca buruk:

Ed (RMS) = 0,8.Ed(RMS)t

Ed (RMS)t = Ed pada cuaca cerah.

Tegangan Kritis Bilamana Korona Mulai Kelihatan

Bilamana tegangan mencapai tegangan kritis maka korona ini belum kelihatan, sebab untuk
menjadi kelihatan, maka muatan yang terdapat diudara haruslah menerima suatu energi tertentu,
sebelum udara ini meneruskan ionisasinya yang disebabkan oleh adanya tubrukan elektron
dengan atom yang lain.

Menurut “PEEK”, tegangan kritis ini haruslah mempunyai nilai sehingga melebihi harga
tegangan breakdown dari udara sekelilingnya hingga jarak sebesar 0,03.d.r (meter) dari
konduktor. Bilamana hal ini terjadi, maka korona akan mulai kelihatan. Oleh karena itu korona
mulai kelihatan bilamana breakdown ini terjadi sampai pada suatu jarak (r + 0,03.d.r) dari titik
tengah konduktor (bukan lagi berjarak = r), hingga tegangan kritis ini akan naik, sebab potensial
gradient bertambah dari Ed menjadi Ev. Tetapi harga Ev tidak tetap karena ia bergantung dari
besar jari-jari konduktor, sehingga:

dapat juga ditulis sbb:

Jadi tegangan kritis korona akan kelihatan menjadi sbb:

Nilai dari mv adalah tergantung pada keadaan konduktor, yaitu:

1.      mv = 1,00 untuk kawat yang licin.

2.      mv = 0,93 s/d 1,00 untuk kawaqt biasa.

3.      mv = 0,72 untuk korona pada sepanjang kawat.

4.      mv = 0,82 untuk korona yang tetap pada sepanjang kawat.


Dari persamaan itu terlihat bahwa tegangan kritis ini (tegangan kritis bilamana korona mulai
kelihatan) dari kawat transmisi nilainya dapat dinaikkan dengan cara:

a.      Menaikkan jarak kedua kawat (D)

b.      Memperbesar diameter kawat (r)

Dari kedua alternatif diatas, lebih baik dipilih memperbesar diameter (r), karena dengan
menaikkan nilai r, maka biaya untuk pembuatan tiang listrik dapat ditekan rendah dan juga
reaktansi dari sistem transmisi dapat dibuat rendah. Oleh karena itu, supaya r besar maka dapat
dipakai kawat yang stranded atau bundle conductor. Didalam prakteknya penggunaan bundle
conductor mungkin tidak menguntungkan pada sistem dengan tegangan lebih rendah dari 220
kV. Tetapi dengan sistem Tegangan Ekstra Tinggi, pengguna bundle conductor lebih
menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai