Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RESPONSI SURVEI HIDROGRAFI

MEMBUAT PORTOFOLIO
TENTANG APA YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA
SURVEI HIDROGRAFI

Dosen :

Oleh :

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2020
PORTOFOLIO MATA KULIAH
SURVEI HIDROGRAFI

➢ IDENTITAS DIRI

Nama : Andy Kusuma Deradjat


Tempat / Tgl lahir : Malang, 28 Februari 2000
NRP : 03311840000042
Mata Kuliah : Survei Hidrografi
Kelas :B
Dosen : Khomsin, S.T.,M.T.
Cherie Bhekti Pribadi, S.T., M.T.
Tugas Tentang : Mahasiswa diharapkan paham tentang konsep survei hidrografi dan
menemukan banyak informasi tentang apa yang harus dilakukan
ketika survei hidrografi
I. DEFINISI SURVEI HIDROGRAFI

Secara etimologi, Hidrografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “hidro”
yang berarti air dan “grafi” yang berarti menulis, hidrografi artinya gambaran permukaan bumi
yang digenangi air. Hidrografi (atau geodesi kelautan menurut pandangan awam) adalah ilmu
tentang pemetaan laut dan pesisir. Sedangkan survei idrografi menurut International
Hydrographic Organization (IHO) adalah ilmu tentang pengukuran dan penggambaran
parameter-parameter yang diperlukan untuk menjelaskan sifat-sifat dan konfigurasi dasar laut
secara tepat, hubungan geografis dengan daratan, serta karakteristik-karakteristik dan
dinamika-dinamika lautan. Peta laut merupakan sebuah produk akhir dari survei hidrografi
yang mana akurasi dan hasilnya tergantung dengan kualitas data yang terkumpul selama
aktivitas survei hidrografi. Jenis survei hidrografi berdasarkan wilayahnya adalah :
▪ Survei Tepi Pantai

1|SURVEI HIDROGRAFI – TEKNIK GEOMATIKA ITS SURABAYA


▪ Survei Perairan Pantai
▪ Survei Lepas Pantai

II. TUJUAN SURVEI HIDROGRAFI


Tujuan pokok dari survei hidrografi adalah sebagai berikut:
❖ Mengumpulkan data survei di laut secara sistematik sepanjang pesisir dan pedalaman
yang telah ter-georeferensi dan dihubungkan dengan:
a) Susunan garis pantai, termasuk stakeholder yang membuat infrastruktur untuk
navigasi kemaritiman yang meliputi semua fitur pantai
b) Kedalaman area tertentu, termasuk segala ancaman terhadap aktivitas navigasi
dan kemaritiman
c) Komposisi dasar laut
d) Pasang surut dan arus laut
❖ Mengolah informasi yang terhimpun agar dapat dibuat basis data yang sesuai untuk
produksi peta laut, peta tematika, dan lainnya yang umumnya meliputi:
a) Manajemen navigasi dan lalu lintas kemaritiman
b) Operasi kemaritiman
c) Manajemen zona pantai/pesisir
d) Pemeliharaan lingkungan maritim
e) Exploitasi sumber daya laut dan pemasangan kabel/pipa di dasar laut
f) Batas maritim sebagai implementasi dari hukum laut.

III. TAHAPAN PELAKSANAAN SURVEI HIDROGRAFI

Secara garis besar, terdapat beberapa tahapan dalam survei hidrografi antara lain:
1. Persiapan
Tahap persiapan meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu persiapan administrasi dan persiapan
teknis.
2. Survei pendahuluan
3. Survei utama
Survei utama merupakan rangkaian kegiatan survei untuk keperluan pengambilan
data yang terdiri atas:
a. pengukuran posisi titik kontrol horizontal
b. pengamatan pasang surut
c. pemeruman
d. pengukuran garis pantai
e. pengukuran posisi sarana bantu navigasi pelayaran dan objek-objek penting lainnya
f. pengukuran garis nol kedalaman
g. pengukuran arus
h. penentuan sifat fisik air laut (konduktifitas, temperature, kecerahan dan tekanan)
i. pengambilan sampel sedimen dasar laut.
4. Download dan pengolahan data
5. Penyimpanan dan penyajian data

2|SURVEI HIDROGRAFI – TEKNIK GEOMATIKA ITS SURABAYA


6. Pembuatan laporan survei hidrografi.

IV. PEMBAHASAN

Tahap persiapan meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu persiapan administrasi dan persiapan
teknis. Tahapan persiapan administrasi meliputi kegiatan-kegiatan, seperti pembentukan tim
(penunjukan personel dan pembagian tugasnya), perencanaan biaya survei, perijinan, dan
kelengkapan administrasi lainnya yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan survei.
Sedangkan tahap persiapan teknis meliputi kegiatan-kegiatan, seperti kalibrasi echosounder,
menyiapkan peta dasar daerah survei untuk pembuatan peta kerja, menyiapkan data penunjang
(antara lain: data pasang surut, data arus, data koordinat dan deskripsi titik ikat/referensi kontrol
horizontal terdekat), merencanakan distribusi pemasangan BM, merencanakan lajur
pemeruman, merencanakan distribusi lokasi pemasangan stasiun pasang surut, merencanakan
distribusi lokasi pengamatan arus dan kondisi meteorology, merencanakan lokasi pengambilan
sampel dasar laut dan pengukuran sifat fisik air laut, pengarahan teknis tentang permasalahan
teknis survei, deskripsi kerja dan deskripsi wilayah survei, menyiapkan rencana pelaksanaan
mobilisasi personel dan peralatan, inventarisasi dan pengecekan peralatan survei yang akan
digunakan, penyiapan, pengemasan, dan pengiriman peralatan dan bahan survei.
Setelah tahap persiapan, maka dilakukan kegiatan survei pendahuluan. Survei
pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata tentang kondisi daerah
survei, dengan tujuan untuk menyempurnakan perencanaan yang telah dibuat. Kegiatan yang
dilakukan dalam survei pendahuluan ini, seperti melakukan sosialisasi tentang rencana
pelaksanaan survei ke instansi terkait, survei lokasi basecamp, mencari kapal survei yang
memadai dan layak laut untuk kegiatan survei, orientasi lokasi titik kontrol yang sudah ada dan
lokasi tempat untuk pembuatan titik kontrol yang direncanakan, orientasi lokasi rencana
pembuatan stasiun pasut, stasiun arus, dan CTD, mencari informasi tentang ketersediaan sarana
transportasi, lokasi-lokasi yang dapat disinggahi dan mendukung ketersediaan logistik,
material bahan bangunan serta bahan survei.
Setelah itu, dilakukan tahap survei utama yang memiliki beberapa rangkaian kegiatan,
antara lain pengukuran posisi titik kontrol horizontal, pengamatan pasang surut, pemeruman,
pengukuran garis pantai, pengukuran posisi sarana bantu navigasi pelayaran dan objek-objek
penting lainnya, pengukuran garis nol kedalaman, pengukuran arus, penentuan sifat fisik air
laut (konduktifitas, temperature, kecerahan dan tekanan), pengambilan sampel sedimen dasar
laut.
Pasang surut (pasut) adalah perubahan kedudukan permukaan air laut yang berupa naik
dan turunnya permukaan air laut. Alat yang paling sederhana yang digunakan untuk melakukan

3|SURVEI HIDROGRAFI – TEKNIK GEOMATIKA ITS SURABAYA


pengamatan pasut adalah palem atau rambu pasut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
sebelum dan sesudah pengamatan pasut dilaksanakan, antara lain pemilihan lokasi dan jumlah
stasiun pasut yang akan dipasang harus mempertimbangkan cakupan daerah survei yang
mempunyai sifat pasut sama, pembuatan BM, pengikatan palem pasut ke BM dengan cara
levelling, pemasangan peralatan dan kalibrasi, deskripsi stasiun pasut dan pencatatan masalah
yang terjadi pada saat pengamatan, melakukan pencatatan dan analisa awal data pasut setiap
hari, kontrol terhadap stasiun-stasiun pengamatan pasut yang digunakan untuk daerah survei,
termasuk di dalamnya memonitor data-data pasut dari setiap stasiun dan pencatatan kejadian,
melakukan analisa akhir terhadap data pasut setelah berakhirnya survei.
Setelah itu, dilakukan tahap pemeruman yang merupakan proses dan aktivitas yang
ditujukan untuk memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan (topografi) dasar perairan.
Proses penggambaran dasar perairan tersebut (pengukuran, pengolahan hingga visualisasinya)
disebut sebagai survei batimetri. Pemeruman dilakukan dengan membuat profil (potongan)
pengukuran kedalaman. Lajur perum dapat berbentuk garis-garis lurus, lingkaran-lingkaran
konsentrik, atau lainnya sesuai dengan metode yang digunakan untuk penentuan posisi titik-
titik fiks perumnya. Jarak antar titik-titik fiks perum pada suatu lajur pemeruman setidaknya
sama dengan atau lebih rapat dari interval lajur perum. Lajur-lajur perum didesain sedemikian
rupa sehingga memungkinkan pendeteksian perubahan kedalaman yang lebih ekstrim. Untuk
itu, desain lajur-lajur perum harus memperhatikan kecenderungan bentuk dan topografi pantai
sekitar perairan yang akan disurvei. Kemudian, untuk mendapatkan garis nol kedalaman
dilakukan pemeruman terpisah pada saat air pasang.
Metode pemeruman pada pengukuran kedalaman dapat dilakukaan dengan beberapa
cara yang dikelompokan menurut metode yaitu metode akustik. Penggunaan gelombang
akustik untuk pengukuran-pengukuran bawah air termasuk pengukuran kedalaman merupakan
teknik yang paling popular dalam hidrografi pada saat ini. Gelombang akustik dengan frekuensi
5 khz atau 100 hz akan mempertahankan kehilangan intensitasnya hingga kurang dari 10%
pada kedalaman 10 km, sedangkan gelombang akustik dengan frekuensi 500 khz akan
kehilangan intensitasnya pada kedalaman kurang dari 100 m. Secara khusus teknik ini
dipelajari dalam hidro akustik. Untuk pengukuran kedalaman digunakan Echosounder atau
perum gema yang pertama kali dikembangkan di Jerman tahun 1920. Alat ini dapat dipakai
untuk menghasilkan profil kedalaman yang kontinyu sepanjang jalur perum dengan ketelitian
yang cukup baik. Alat Perum gema menggunakan prisip pengukuran jarak dengan
memanfaatkan gelombang akustik yang dipancarkan dari transduser. Dalam merencanakan
kerapatan pemeruman, kondisi alam dasar laut dan persyaratan dari pengguna harus
diperhitungkan, dengan maksud untuk menjamin kecukupan penelitian. Lajur perum utama
sedapat mungkin harus tegak lurus garis pantai dengan interval maksimal 1 cm pada skala
survei. Berdasarkan prosedur harus ditentukan apakah perlu dilakukan suatu penelitian dasar
laut ataukah dengan memperapat atau memperlebar lajur perum. Lajur silang diperlukan untuk
memastikan ketelitian posisi pemeruman dan reduksi pasut. Jarak antar lajur silang adalah 10
kali lebar lajur utama dan membentuk sudut antara 60o sampai 90o terhadap lajur utama. Lajur
silang tambahan bisa ditambahkan pada daerah yang direkomendasikan atau terdapat keraguan.
Jika terdapat perbedaan yang melebihi toleransi yang ditetapkan harus dilakukan uji lanjutan
dalam suatu analisis secara sistematik terhadap sumber–sumber kesalahan penyebabnya.

4|SURVEI HIDROGRAFI – TEKNIK GEOMATIKA ITS SURABAYA


Selanjutnya, dilakukan penentuan garis pantai dilakukan dengan cara mengamati
langsung dengan menyusuri garis pantai dengan metoda terestris disesuaikan dengan
spesifikasi yang ditentukan dan kondisi daerah survei, mengamati dan mencatat kenampakan-
kenampakan alami/penting saat melaksanakan pengukuran garis pantai (bentuk pantai,
kedangkalan), menggunakan kapal yang dapat mendekati garis pantai di area atau lokasi survei
untuk memperoleh deskripsi yang nyata tentang sarana navigasi dan objek-objek penting, serta
untuk data penunjang penentuan garis pantai bisa dengan memanfaatkan citra satelit atau foto
udara, dimana tetap dilakukan koreksi, baik terhadap citra / foto maupun kondisi di lokasi
secara langsung.
Setelah itu, maka dilakukan pengambilan sampel dasar laut, pengukuran sifat fisik air
laut, dan pengamatan arus dengan cara kalibrasi ecoshounder yang mana menggunakan single
beam atau multi beam ecoshounder. Kalibrasi ecoshounder merupakan cara menetukan koreksi
perum gema secara experimental, dalam batas-batas kedalaman laut tertentu, dengan
membandingkan hasil pengukuran dalamnya laut dengan cara pengukuran yang lebih teliti
dengan dalamnya laut yang diukur dengan perum gema yang dikalibrasikan tersebut, dengan
cara perhitungan tertentu, sehingga besarnya koreksi-koreksi tersebut dapat dikoreksi. Disetiap
awal dan akhir hari pengukuran, echosounder harus dikalibrasi dengan bar check. Pengecekan
dilakukan dengan cara sebuah plat besi yang dipasang pada ujung tongkat berskala diturunkan
ke dalam air sampai kedalaman tertentu di bawah transducer. Kedalaman plat besi yang diukur
oleh echosounder harus sesuai dengan kedalaman sebenarnya di bawah permukaan air. Jika
tidak sesuai, harus diadakan penyetelan pada pengatur kecepatan suara sehingga sesuai dengan
berat jenis dan temperatur air, sampai pembacaan echosounder sesuai dengan kedalaman
sebenarnya dari plat besi tersebut. Perlu diperhatikan bahwa zeroline pada echosounder
menunjukkan posisi transducer di bawah permukaan air.
Apabila semua tahapan telah dilakukan dan data yang didapat telah mencukupi, maka
dilakukan download dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan penyimpanan dan penyajian
data. Data hasil survei disimpan dalam bentuk analog, digital, raw data, dan data hasil proses
untuk kebutuhan dokumentasi dan pelaporan. Setiap bentuk penyimpanan data harus disertai
dengan deskripsi. Dan untuk data survei disajikan dalam bentuk lembar peta digital atau analog.
Kemudian pada tahap akhir dilakukan pembuatan laporan survei hidrografi.

V. DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2012. Materi 8 Defenisi Survey Hidrografi. [Online] ilmusurveypemetaan.wordpress


.com. Available at: https://ilmusurveypemetaan.wordpress.com/2012/05/10/materi-8-
defenisi-survey-hidrografi/ [Accessed 04 Oktober 2020].
Badan Standarisasi Nasional – BSN. 2006. Survei hidrografi menggunakan singlebeam
echosounder. Cibinong.
Herwanda A. 2015. Tugas Terjemahan dan Rangkuman IHO Manual On Hidrography.
Available at: https://www.slideshare.net/agitasetya/tugas-terjemahan-survey
hidrografi [Accessed 04 Oktober 2020].
Poerbandono dan Eka Djunarsjah. 2005. Survei Hidrografi. Bandung: Refika Aditama.

5|SURVEI HIDROGRAFI – TEKNIK GEOMATIKA ITS SURABAYA

Anda mungkin juga menyukai