Pertemuan 7 “Peran KPK dan Institusi Penegak Hukum Lain dalam Pemberantasan Korupsi”

Institusi pemberantasa korupsi di banyak negara dikonstruksi independen dari kepentingan

politik.
Berdirinya kpk dilatarbelakangi kondisi korupsi di Indonesia :
 ICOR (Incremental capital output ratio) tertinggi di ASEAN sebanyak 5% dengan rata
3,5%, itu artinya ada markup dan perilaku ketidakberesan dari kondisi terkait korupsi di
Indonesia
 Kebocoran APBN/ pembangunan mencapai 45%
 Pungutan tidak resmi (graff) mencapai 15% dari biaya resmi
 Utang terus bertumpuk tapi korupsi juga terus meningkat debt service ratio 40% dari
apbn
 Rendahnya pertumbuhan ekonomi 4,7 % dan tingginya angka kemisikinan kira kira +/-
6-7,5% (under poverty line) dan pengangguran 5-6% (BPS 2013-2019)
 Kurangnya akses informasi dari lembaga layanan public, transparansi dan akuntabilitas
layanan publik
 Tax ratio terhadap PDB dalam 10 tahun terakhir berkisar 11,5% sedangkan negara2 asean
rata2 lebih dari 17% dan OECD 34%
Jejak lembaga pemberantasan korupsi sudah sejak jaman orde lama, namun belum terstruktur
dari segi wewenang dan tugasnya. Sebelum kpk terbentuk tahun 2003 kegiatan lembaga
pemberantasan korupsi belum meiliki extra super power dalam menindak kasus korupsi. Juga
tidak memadai pada komponen pencegahan, meskipun mandate yang diberikan mencakup
pencegahan. Diarahkan hanya utuk penghukuman tapi tidak melacak asset korupsi. Sisitem
manajemen sdm dan manajemen keuangan tidak diarahkan untuk mendukung kinerja.
2003 KPK terbentuk (berwenang dalam penindakan dan pencegahan) : dasar hukum
pembentukan kpk adalah uu 30 tahun 2002
Tugas : koordinasi, supervise, penindakan, pencegahan, dan monitoring
KPK memiliki wewenang penuntutan (artinya ada extra ordinary kewenangan ) yang diberikan
kpada kpk
Tugas yang diberikan kepada lembaga antirasuah biasanya diberikan 3 level yakni :
 Education : memberikan kesadaran terkait “don’t wanti to corrupt”
 Prevention : membuat sistem sehingga mendukung agar orang tidak melakukan korupsi
Sistem pelaporan pelacakan pengawasan
  Deterrence and repression : tugas penghukum dan menindak pelaku korupsi dengan
tindakan polisional dan aturan hukum yang berlaku
Lingkup tugas KPK (UU NO 30 tahun 2002) termaktub pada pasal 6
 Koordinasi (kejaksaan, kepolisian, bpk, inspektorat jendral, dll)
 Supervise (kejaksaan, kepolisian, bpk, inspektorat jendral, dll)
 Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan (semua kewenangan yang diberikan kepada
penegak hukum lainnya , kewenangan tertentu yang tidak diberikan kepada penegak
hukum lainnya)
 Pencegahan
 Monitor
Korupsi adalah puncak gunung es, namun masih ada hal-hal yang belum tersentuh di bawah
gunug es tersebut. Penyebab kegagalan pemberantasan korupsi adalah karena keterbatsan
wewenang, hukum tidak fair, reformasi yang setengah hati, mekanisme kelembagaan yang tidak
berjalan (Jerome Pope, 2000)
Peran KPK dalam penegakan hukum adalah sejajar dengan kepolisian dan kejaksaan dalam
koordinasi terkait pemberantasan rasuah.
KPK juga melakukan inversitigasi dan pemetaan terhadap bagian-bagian pelayanan public yang
memiliki kerawanan terhadap tindak pidana korupsi antara lain :
 Pelayanan dan cukaii
 Badan pertanahan nasiona
 Kantor imigrasi
 Uji KIR (kegiatan uji kendaraan bermotor)
 Pelayanan pembuatan dan perpanjangan sim
 Pelayanan kependudukan ktp akte dll
Setelah itu dilakukan tindak lanjut review antara lain
 mengidentifikasi area rawan korupsi
 menyususn rencara kerja tindak lanjut untuk meningkatkan kualitas pelayanan public
 mengimplementasikan rencana tidak lanjit
 Mengevaluasi implementasi rencana tinda secara periodic
Namun demikian ada serangan balik (counter attack) terhadap upaya gerakan atau
pemberantasan korupsi yang dialamatkan kepada KPK sebagai organ yang mengorkestrasikan
pemberantasan korupsi ancaman tersebut berbentuk :
 Pelemahan melalui revisi UU NO 30 th 2002 untuk mengurangi kewenangan superpower
dalam memberantas korupsi
 Merestrukturisasi lembaga untuk mengurangi independensinya
 Mengurangi sumber daya atau anggaran