97998 Views
4 years a go
Ada beberapa jenis plagiarisme yang harus diketahui terlebih dahulu. Pertama adalah
plagiarisme secara langsung, jenis ini sangat mungkin ditemukan apabila seseorang hanya
melakukan copy-paste dari pekerjaan orang yang sudah tersedia sebelumnya tanpa
mencantumkan sumber. Kedua, plagiarisme sebagian, artinya meskipun sudah melakukan
parafrase namun masih terdapat beberapa kalimat yang identik dengan sumber aslinya dan
tidak mencantumkan sitasi.
Ketiga, plagiarisme ringan karena parafrase yang telah dilakukan belum mencantumkan
sumber asli. Keempat, plagiarisme yang terjadi sebab sumber yang digunakan tidak
mencukupi atau sangat minim. Berikut ini tips menghindari plagiarisme dari Gamatechno.
1. Sertakan sitasi
Ketika seseorang menggunakan gagasan, informasi, pun opini yang bukan buah pikir sendiri,
sitasi adalah sebuah keharusan. Hal tersebut juga berlaku meskipun penulis tidak
menggunakan kata-kata yang sama persis. Penyertaan sitasi di sini artinya penulis harus
memberikan keterangan dari mana informasi yang dituliskan didapat.
Sumber tersebut tidak hanya untuk buku, jurnal, skripsi, atau rekaman audio/visual, namun
juga sitasi untuk gagasan dari internet juga harus dicantumkan. Penulisan sitasi juga penting
untuk dilakukan ketika penulis merasa ragu dengan keakuratan informasi yang disajikan.
Sitasi dapat berupa body note maupun foot note.
2. Catat berbagai sumber daftar pustaka sejak awal
Daftar pustaka adalah salah satu kewajiban yang tidak boleh dilupakan ketika menulis karya
tulis. Sayangnya, masih ada yang baru mendata ulang daftar pustaka setelah tulisan selesai.
Hal seperti itu tidak salah, namun sangat berpotensi untuk melewatkan satu, dua, atau
beberapa sumber sekaligus. Dalam artian, sitasinya telah tercantum di body note atau foot
note namun luput dalam daftar pustaka. Dengan mendata apa saja sumber yang dipakai sejak
awal, kesalahan bisa diminimalisir, pun akan sangat membantu dalam penyusunan daftar
pustaka.
3. Lakukan parafrase
Tulisan yang hanya menggunakan kutipan langsung lebih berpotensi dianggap melakukan
plagiarisme. Cara menyikapinya adalah dengan melakukan parafrase–menggunakan susunan
kalimat sendiri–dari sumber asli dengan tetap mencantumkan sitasi. Parafrase juga lebih
mudah untuk dilakukan sebab formatnya tidak serumit jika menggunakan cara pengutipan
langsung.
4. Lakukan interpretasi
Untuk memperkuat gagasan yang disampaikan, terkadang ada pendapat yang harus dijadikan
bahan pembanding atau dipinjam. Dalam hal ini, bisa jadi analisisnya terlalu rumit maupun
butuh interpretasi tambahan. Interpretasi dilakukan seperlunya.
5. Gunakan aplikasi antiplagiarisme
Terakhir, apabila penulis masih merasa khawatir dengan hasil akhir karya tulisnya, aplikasi
antiplagiarisme dapat dicoba. Misalnya menggunakan aplikasi TESSY.ID. Dengan aplikasi
antiplagiarisme, tulisan yang dihasilkan bisa dibandingkan dengan tulisan-tulisan yang sudah
terbit sebelumnya. Aplikasi akan menunjukkan berapa persen tingkat kemiripan yang
ditemukan.
Itulah lima tips menghindari plagiarisme versi Gamatechno. Plagiarisme memang menjadi
momok yang menakutkan di ranah akademik. Cara terbaik untuk terhindar adalah dengan
tetap berhati-hati dalam mengolah informasi.
2 Teknik Menulis Menghindari
Plagiarisme dalam Karya Ilmiah
Desember 30, 2020
deepublish
10.888 views
Kutipan tersebut tidak dapat serta merta dilakukan sesuka hati, terdapat etika
dan pedoman dalam mencantumkan ide, gagasan, dan/atau teori orang lain
dalam sebuah tulisan ilmiah yang kita susun. Hal tersebut perlu dilakukan untuk
menghindari kecurangan akademis dalam bentuk plagiarisme yang sering
terjadi.
Berkaitan dengan itu penting kiranya untuk memahami pedoman kutipan yang
ada dalam penulisan karya ilmiah sebagai bentuk menghargai hasil pemikiran
orang lain serta untuk menghindari plagiarisme.
(1) Mengutip kata-kata atau kalimat orang lain tanpa menggunakan tanda kutip
dan tanpa menyebutkan identitas sumbernya;
(2) Menggunakan gagasan, pandangan atau teori orang lain tanpa menyebutkan
identitas sumbernya;
(3) Menggunakan fakta (data, informasi) milik orang lain tanpa menyebutkan
identitas sumbernya;
Dalam penulisan karya ilmiah dibutuhkan ide, gagasan, dan/atau teori orang lain
yang kita kutip untuk mendukung argumen yang kita bangun. Kutipan dapat
diambil dari media cetak, online, audio, maupun dari audio visual berupa video
atau radio.
Dalam tanda kurung dicantumkan nama keluarga atau nama akhir pengarang,
tahun dan diikuti nomor halaman setelah tanda koma. Hal ini dilakukan untuk
selain untuk menghindari plagiarism juga untuk mempermudah pembaca
mengetahui informasi sumber yang digunakan dalam karya tulis.
Baca lebih lanjut : Cara Menulis Kutipan Langsung dan Tidak Langsung
Untuk melakukan parafrase terhadap satu kalimat dari penulis asli memerlukan
ketrampilan teknis yang harus sering dipraktekkan, karena dalam satu tulisan
ilmiah seorang penulis harus lebih banyak melakukan paraphrase dibanding
dengan pengutipan (citation).
Merujuk kepada panduan yang dikembangkan dalam buku “Handbook for
Student” di MIT, USA., setidaknya adalah enam cara/teknis sekaligus diterapkan
dalam membuat parafrase dari kalimat-kalimat yang disampaikan dalam
karangan asli, yaitu:
Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit
buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara gratis. Anda cukup
mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini.
Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang cara membuat buku anda
dapat melihat Artikel-artikel berikut:
1. Teknik Menulis : Cara Membuat Daftar Isi secara Otomatis di Ms. Word
2. Teknik Menulis Menyusun Laporan Hasil Penelitian Menjadi Buku Ajar
3. Teknik Menulis: 5 Hal dalam Buku Ajar yang Harus Diperhatikan!
4. Teknik Menulis Buku, dengan Membaca Teks Kehidupan
Referensi:
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 17 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan
Tinggi,http://sipma.ui.ac.id/files/dokumen/U_DOSEN/permendiknas-no-17-
tahun-2010_pencegahan%20plagiat.pdf
Kamus Besar Bahasa Indonesia (online), http://kbbi.web.id/plagiat
Panduan Anti Plagiarism, http://lib.ugm.ac.id/ind/?page_id=327
Panduan Penulisan Ilmiah dan
Kepustakaan, http://pasca.unand.ac.id/id/wp-
content/uploads/2015/06/PANDUAN-PENULISAN-ILMIAH-DAN-
KEPUSTAKAAN_2.pdf………………………………………
deepublish
677 views
Ada pelbagai macam bentuk dan jenis tulisan. Setiap orang mungkin pernah
menulis, dari bentuk yang paling ringan dan sederhana sampai yang luas dan
mendalam. Jika kita masih kesulitan memulai membikin model tulisan yang
bersifat luas dan mendalam, maka kita bisa mulai dulu latihan dengan cara
membuat jenis tulisan yang ringan dan sederhana.
Misalnya saja dimulai dari membuat surat pembaca dan diary. Membuat surat
pembaca dan buku harian seteliti dan sebagus mungkin, misalnya dari segi
tema, isi dan cara penggarapannya. Bahkan beberapa tulisan yang berasal dari
buku harian pun ada yang diterbitkan menjadi buku dan disambut dengan
hangat; misalnya saja Catatan Seorang Demonstran-nya Soe Hok Gie, serta
Pergolakan Pemikiran Islam-nya Ahmad Wahib.
Jika kita ingin menjadi penulis dan menulis buku tema tertentu, maka teknik menulis
yang menjadi modal perlu dimiliki adalah kepekaan dan sikap kritis. Kepekaan dan
sikap kritis berhadapan dengan “teks” kehidupan, entah teks yang tertulis maupun
tidak tertulis, baik teks yang tersurat maupun yang tersirat.
Untuk itu kita perlu mengasah kepekaan dan sikap kritis terus-menerus;
misalnya dengan cara bertanya, menyangsikan, mendebat, dan mengolah suatu
ide dan peristiwa yang terekam dalam layar kesadaran kita. Bermulanya suatu
inspirasi selalu muncul dari ide dan peristiwa. Ini merupakan modal utama dari
seorang penulis.
Cara yang harus dilakukan adalah dengan menggumuli teks kehidupan yang
sangat luas. Bisa berupa teks tertulis seperti bacaan atau pustaka yang
beraneka ragam, buku, surat kabar, majalah, jurnal, internet. Bisa juga dari teks
yang terlihat dan terdengar seperti radio, televisi, musik, film, drama, dan karya
seni.
Bisa juga teks yang tidak tertulis, berupa kejadian dan peristiwa kehidupan yang
kita jumpai, kita alami, kita rasakan, kita dengar, kita lihat dan saksikan. Dari
teks-teks kehidupan yang sangat luas tadi, lantas kita bisa menemukan ide dan
inspirasi untuk menulis.
Dari sinilah proses teknik menulis kreatif dimulai. Misalnya saja suatu ketika kita
membaca surat kabar yang berisi liputan tentang pertikaian antaretnis di
Kalimantan. Setelah membaca, lalu kita tertarik untuk membikin artikel dan opini
mengenai “pertikaian antaretnis”, misalnya dari sudut pandang psikologis,
sosiologis, antropologis, historis, ekonomis, agamis, dan politis.
Dari sudut pandang psikologis, misalnya, bisa dilontarkan pertanyaan: mengapa
manusia, secara psikis, gampang bertikai dan melakukan kekerasan? Dari sudut
pandang sosiologis bisa dibahas mengenai adanya kultur (tradisi, kebiasaan)
“kekerasan” manusia di berbagai daerah dan wilayah.
Dari aspek ekonomis bisa dilontarkan asumsi: apakah pertikaian dan kekerasan
antaretnis di Kalimantan ada kaitannya dengan persoalan kesenjangan dan
ketimpangan ekonomi antara etnis pendatang dengan penduduk asli?
Kemudian, dari aspek agamis bisa dimunculkan asumsi: apakah pertikaian dan
kekerasan antaretnis di Kalimantan juga ada kaitannya dengan masalah
pertikaian antar agama?
Selain itu, dalam tulisan Pertikaian Antaretnis tersebut kita perlu menyisipkan ide
dan pesan moral ‘perdamaian’ untuk mengatasi pertikaian dan kekerasan
antaretnis juga antarsuku dan antargolongan yang akhir-akhir ini merebak di
tanah air.
Melalui kerangka pembahasan di atas, maka kita bisa menulis buku sosial-politik
yang cukup menarik. Itu adalah sekedar contoh teknik menulis, bagaimana
sebuah artikel bisa dibikin dari proses mendengarkan berita, membaca tulisan,
atau bahkan menyaksikan sendiri peristiwa pertikaian dan kekerasan antaretnis
yang terjadi di Kalimantan.
Dari ilustrasi dan contoh di atas, tentu kita bisa mengembangkan sendiri untuk
meracik artikel-artikel lainnya dari sudut pandang apapun (bebas) yang menurut
kita menarik, entah dari sudut sosial politik, ekonomi, ataupun agama.
Syarat mutlak untuk jadi penulis adalah rajin membaca. Ketika memulai menulis
dan berjuang menjinakkan kata, tanda baca, dan kalimat, kita harus sabar,
cermat, dan telaten. Jika menulis kita hayati sebagai profesi yang mengasyikkan,
maka menulis bukanlah merupakan beban yang menjenuhkan. Melainkan suatu
pekerjaan yang menggairahkan dan menggembirakan.
Apa yang dapat kita simpulkan dari paparan di atas ialah, menulis merupakan
segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan buah pikirannya
melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain. Buah pikiran itu
dapat berupa pengalaman, pendapat, pengetahuan, keinginan, perasaan
sampai gejolak kalbu seseorang.
Buah pikiran itu diungkapkan dan disampaikan kepada pihak lain dengan
wahana berupa bahasa tulis, yakni bahasa yang tidak mempergunakan
peralatan bunyi dan pendengaran, melainkan berwujud berbagai tanda dan
lambang yang harus dibaca.
Hasil perwujudan melalui bahasa tulis itu menjadi karya tulis yang dapat berupa
sesuatu karangan apapun, dari karangan faktawi sampai fiksi, yang pendek
beberapa lembar atau panjang berjilid-jilid sampai corak prosa atau puisi.
Setiap karya tulis, baik berupa makalah seminar, artikel, cerita pendek, lakon
sandiwara maupun naskah radio merupakan ramuan tiga unsur berupa buah
pikiran, penulis, dan sarana.
Bahan pokok sesuatu tulisan apapun ialah buah pikiran yang terutama dibatasi
oleh sudut pandang. Ide itu selanjutnya dipadukan dengan minat dan latar
belakang penulis serta sarana. Sarana yang dimaksud dalam tataran ini adalah
medium penerbitan yang menjadi tempat pemuatan tulisan dengan senantiasa
memperhatikan siapa sidang pembacanya.
Faktor bahasa yang harus diperhatikan oleh setiap penulis meliputi tata bahasa,
irama, dan pilihan kata (diksi). Pokok soal adalah sesuatu hal yang ditulis atau
terdapat dalam tulisan, jadi ide atau buah pikiran.
Pokok soal itu dalam banyak hal menentukan corak penulisan Keadaan yang
harus diperhatiakan seseorang penulis mengacu pada suatu situasi khusus yang
meliputi dorongan batin penulis, keadaan pembaca, dan hubungan pengarang
dengan pembaca.
Tetapi, seseorang juga dapat terdorong dirinya untuk menulis karena kebutuhan
berhubungan dengan orang lain, seperti halnya seseorang yang mendadak ingin
menulis surat kepada ibunya, atau kepada sidang pembaca surat kabar
mengutarakan sesuatu hal. Dalam prakteknya, motivasi mengungkapkan diri
dan berkomunikasi dengan pihak lain itu sering bercampur baur.
Dua ciri menonjol teknik menulis menandai sifat khas tulis menulis, yaitu sifat
sangat manusiawi dan sifat amat pribadi. Kegiatan menulis bersifat sangat
manusiawi dibandingkan dengan berbagai aktivitas lainnya karena di antara
seluruh makhluk hidup hanya manusialah yang melakukan kegiatan itu.
Aneka aktivitas lainnya seperti makan, tidur, bermain-main, berolah raga,
menyanyi, dan menari bukan sepenuhnya ciri manusiawi karena hewan pun
melakukannya. Sampai sekarang hanya aktivitas mengungkapkan buah pikiran
denganlambang tulisan merupakan monopoli manusia.
Dalam praktek mengarang tidak ada karangan yang setengah kalimat ditulis oleh
seseorang. Separuhnya diteruskan oleh rekannya atau alinea-alinea selang-
seling disusun sejumlah penulis secara bergantian. Seperti halnya produksi
suatu barang di pabrik dengan sistem roda berjalan.
Referensi: