Anda di halaman 1dari 2

Terdapat asumsi yang mengatakan bahwa rumus rasio keuangan tidak bisa digeneralisasi pada

seluruh bentuk sector perusahaan. Seperti untuk sector bisnis food and beverage memakai
rumus yang berbeda, untuk bisnis insurance and banking memakai pendekatan rumus yang
berbeda, untuk sector bisnis pertambangan memakai pendekatan rumus yang berbeda, dan
seterusnya. Apakah menurut pendapat anda asumsi tersebut benar atau salah? Jika itu benar
rumus seperti apa yang sebaiknya diterapkan pada berbagai bentuk sector bisnis tersebut serta
berikan alasan analisis penggunaan rumus tersebut.

PermalinkTanggapi
◄ SAT

Rasio keuangan tidak bisa digeneralisasi pada seluruh bentuk sektor persusahaan adalah benar.
Tiap sektor usaha menggunakan pendekatan rumus yang berbeda. Pada sektor bisnis food dan
beverage

Rasio keuangan menurut Kasmir (2013) adalah sebuah kegiatan untuk membandingkan angka-
angka yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan dengan cari membagi angka satu
dengan angka lainnya sehingga dari hasil perbandingan tersebut dalam dihasilkan sebuah
kesimpulan.1 Sedangkan menurut Harahap (2013) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan antara laporan keuangan satu dengan laporan keuangan lainnya yang
masih mempunyai hubungan yang masuk akal dan signifikan. 2 Sawir (2012) juga menyatakan
bahwa rasio keuangan adalah angka yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan laba-rugi satu dengan lainnya yang menghasilkan suatu gambaran tentang
perjalanan suatu perusahaan dan menilai posisi perusahaan pada saat ini. 3 Jadi, rasio keuangan
adalah sebuah perhitungan yang digunakan untuk menilai kondisi keuangan suatu perusahaan.
Asnawi (2019) mengelompokkan rasio-rasio keuangan sebagai berikut
1. Rasio likuiditas. Rasio likuiditas adalah rasio yang mengikur tingkat likuiditas perusahaan.
Rasio ini menunjukkan apakah sebuah perusahaan memiliki asset yang likuid (lancar) atau tidak.
Secara umum menggambarkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan memanfaatkan aktiva lancar yang
tersedia. Tidak hanya berhubungan dengan keseluruhan kondisi keuangan perusahaan tetapi
juga dengan kemampuan mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
2. Rasio Profitabilitas. Rasio ini secara umum menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba dari semua sumber daya yang dimiliki seperti kas, modal, jumlah cabang,
karyawan, dan sebagainya.

1
Kasmir. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2
Harahap, Sofyan Syafri. (2013). Analitis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
3
Sawir. 2012. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
3. Rasio aktivitas. Rasio ini menunjukkan bagaimana aktivitas perusahaan telah dihubungkan
dengan asset-aset perusahaan yang ditunjukkan dengan besaran penjualan di pasaran.
4. Rasio Solvabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka panjang dengan komposisi pendanaan yang dintunjukkan oleh
rasio anatara utang jangka pandang dan ekuitas atau rasio utang jangka panjangan dengan total
asset dan aspek proteksi bagai kreditor jika perusahaan mengalami kerugian tidak menjadi
beban bagi kreditor. Sebagai pembanding antara utang dan modal sendiri.
5. Rasio Leverage adalah untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai melalui utang.
Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan menggangu keuangan perusahaan. 4
Pada kesimpulannya rasio likuiditas dapat digunakan pada sektor usaha food and beverages,
perbankan, asuransi, dan pertambangan. Rasio prafitabilitas dapat digunakan pada sektor
usaha Food and Beverage serta pertambangan. Rasio aktivitas dapat digunakan pada sektor
usaha food and beverage. Serta rasio leverage dapat digunakan pada sektor usaha
pertambangan. Rasio Solvabilitas digunakan pada sektor usaha asuransi dan perbankan.

4
Asnawi, S. K. (2019). Manajemen Keuangan (Edisi 2). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai