0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
15 tayangan4 halaman
Tiga kewajiban utama orang tua terhadap anak menurut hadis Nabi adalah memberi nama yang baik, mendidik dengan al-Quran, dan menikahkan saat dewasa. Ibadah penting bagi muslim untuk membuktikan iman secara lahir dan batin serta membebaskan dari perhambaan selain kepada Allah.
Tiga kewajiban utama orang tua terhadap anak menurut hadis Nabi adalah memberi nama yang baik, mendidik dengan al-Quran, dan menikahkan saat dewasa. Ibadah penting bagi muslim untuk membuktikan iman secara lahir dan batin serta membebaskan dari perhambaan selain kepada Allah.
Tiga kewajiban utama orang tua terhadap anak menurut hadis Nabi adalah memberi nama yang baik, mendidik dengan al-Quran, dan menikahkan saat dewasa. Ibadah penting bagi muslim untuk membuktikan iman secara lahir dan batin serta membebaskan dari perhambaan selain kepada Allah.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya kewajiban
orang tua dalam memenuhi hak anak itu ada tiga, yakni: pertama, memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua, mendidiknya dengan al- Qur'an dan ketiga, mengawinkan ketika menginjak dewasa." Memberi Nama yang Baik Rasulullah saw diketahui telah memberi perhatian yang sangat besar terhadap masalah nama. Kapan saja beliau menjumpai nama yang tidak menarik (patut) dan tak berarti, beliau mengubahnya dan memilih beberapa nama yang pantas. Beliau mengubah macam-macam nama laki-laki dan perempuan. Seperti dalam hadits yang disampaikan oleh Aisyah ra, bahwa Rasulullah saw biasa merubah nama-nama yang tidak baik. (HR. Tirmidzi) Beliau sangat menyukai nama yang bagus. Bila memasuki kota yang baru, beliau menanyakan namanya. Bila nama kota itu buruk, digantinya dengan yang lebih baik. Beliau tidak membiarkan nama yang tak pantas dari sesuatu, seseorang, sebuah kota atau suatu daerah. Seseorang yang semula bernama Ashiyah (yang suka bermaksiat) diganti dengan Jamilah (cantik), Harb diganti dengan Salman (damai), Syi'bul Dhalalah (kelompok sesat) diganti dengan Syi'bul Huda (kelompok yang benar) dan Banu Mughawiyah (keturunan yang menipu) diganti dengan Banu Rusydi (keturunan yang mendapat petunjuk) dan sebagainya (HR. Abu Dawud dan ahli hadits lainAn-Nawawi, Al Azkar: 258) Berkenaan dengan nama-nama yang bagus untuk anak, Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya kamu sekalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kamu sekalian, maka perbaguslah nama kalian." (HR.Abu Dawud) Mendidik dengan Qur'an Pada suatu kesempatan, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab kehadiran seorang tamu lelaki yang mengadukan kenakalan anaknya, "Anakku ini sangat bandel." tuturnya kesal. Amirul Mukminin berkata, "Hai Fulan, apakah kamu tidak takut kepada Allah karena berani melawan ayahmu dan tidak memenuhi hak ayahmu?" Anak yang pintar ini menyela. "Hai Amirul Mukminin, apakah orang tua tidak punya kewajiban memenuhi hak anak?" Umar ra menjawab, "Ada tiga, yakni: pertama, memilihkan ibu yang baik, jangan sampai kelak terhina akibat ibunya. Kedua, memilihkan nama yang baik. Ketiga, mendidik mereka dengan al-Qur'an." Mendengar uraian dari Khalifah Umar ra anak tersebut menjawab, "Demi Allah, ayahku tidak memilihkan ibu yang baik bagiku, akupun diberi nama "Kelelawar Jantan", sedang dia juga mengabaikan pendidikan Islam padaku. Bahkan walau satu ayatpun aku tidak pernah diajari olehnya. Lalu Umar menoleh kepada ayahnya seraya berkata, "Kau telah berbuat durhaka kepada anakmu, sebelum ia berani kepadamu...." Menikahkannya Bila sang buah hati telah memasuki usia siap nikah, maka nikahkanlah. Jangan biarkan mereka terus tersesat dalam belantara kemaksiatan. Do'akan dan dorong mereka untuk hidup berkeluarga, tak perlu menunggu memasuki usia senja. Bila muncul rasa khawatir tidak mendapat rezeki dan menanggung beban berat kelurga, Allah berjanji akan menutupinya seiring dengan usaha dan kerja keras yang dilakukannya, sebagaimana firman-Nya, "Kawinkanlah anak-anak kamu (yang belum kawin) dan orang-orang yang sudah waktunya kawin dari hamba-hambamu yang laki- laki ataupun yang perempuan. Jika mereka itu orang-orang yang tidak mampu, maka Allah akan memberikan kekayaan kepada mereka dari anugerah-Nya." (QS. An-Nur:32) Keselamatan iman jauh lebih layak diutamakan daripada kekhawatiran- kekhawatiran yang sering menghantui kita. Rasulullah dalam hal ini bersabda, "Ada tiga perkara yang tidak boleh dilambatkan, yaitu: shalat, apabila tiba waktunya, jenazah apabila sudah datang dan ketiga, seorang perempuan apabila sudah memperoleh (jodohnya) yang cocok." (HR. Tirmidzi)
FUNGSI IBADAH BAGI SEORANG MUSLIM
Alhamdillah, segala puji bagi Allah Tuhan yang bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi, Tuhan Yang Maha Suci, Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk membacakan ayat-ayat Allah, mensucikan manusia dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah. Aku bersaksi tiada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Kaum muslimin rahimakumullah ! Marilah kita meningkatkan kesungguhan dan kekhusyu'an dalam melaksanakan ibadah sebagai refleksi dari kwalitas takwa yang kita rajut, marilah kita tingkatkan kuantitas ibadah kita sebagai salah satu bukti dari meningkatnya taqwa kita. "Wahai orang-orang yang beriman! Ruku' dan sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu, dan berbuatlah kebaikan, supaya kamu memperoleh kemenangan." (Q.S. Al-Hajj : 77) Salah satu sikap yang harus dimunculkan pada diri seorang muslim adalah sikap tunduk dan patuh serta taat kepada Allah, menjunjung tinggi perintah-Nya, menghormati aturan-aturan-Nya di atas segala-galanya sebagai wujud rasa kehambaan kepada-Nya. Maka langkah pertama menyampaikan kepada ketundukan dan totalitas yang sempurna adalah menanamkan iman kepada Allah SWT kedalam hati, menghujamkan keyakainan yang kuat kedalam sanubari. Bahwa Allah adalah pencipta manusia, Dia lebih tahu seluk beluk manusia, Dia Maha mengetahui apa yang baik bagi manusia dan apa yang tidak baik. Rasa iman ini harus dibuktikan melalui kesiapan mengemban kewajiban yang telah diwajibkan Allah kepada manusia berupa syariat Islam,serta melaksanakannya dengan tulus ikhlas. Maka dalam hal ini ia tidak segan-segan berkata : "Ya Tuhan kami, sungguh telah mendengar humbauan penyeru yang mengajak; "Berimanlah kamu kepada Tuhan kamu! "Maka kamipun beriman." (Q.S. Ali Imran : 193) Kaum muslimin rahimukullah ! Pengakuan seseorang bahwa ia telah beriman dan berislam tidak cukup untuk membuktikan ia seorang mu'min atau muslim sejati, akan tetapi iman dan islam membutuhkan pembuktian yang lebih kongkrit dan mendalam. Tak cukup tersimpan dalam jiwa dan hati saja, sebab Iman dan Islam adalah amalan lahir bathin. Maka dalam membuktikannya seseorang harus melaksanakan ibadah-ibadah yang telah diwajibkan Allah, baik dengan anggota tubuh, tenaga, harta dan jiwa. Karena iman yang tidak dibuktikan secara kongkrit, akan menjadikan orang diam seribu bahasa, menyeret orang menjadi jumud dan beku, duduk berpangku tangan, lalu menjauhkan diri ketempat yang sepi, dengan anggapan demi memelihara hati dan jiwa. Padahal sedikitpun pengakuannya itu tidak pernah terbukti. Oleh sebab itu, disamping Allah SWT memerintahkan manusia untuk beriman, maka Ia juga menghimbau manusia untuk beribadah dan mengabdi sebagai bukti dari iman mereka. Begitulah ketentuan Allah sebagaimana yang difirmankan Allah dlam Al- Qur'an :"Wahai sekalian manusia! Beribadalah kamu kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu."(Q.S. Al-Baqarah :21) Dan beribadah adalah merupakan hakikat tujuan penciptaan manusia dan jin, sebagimana yang tercantum dalam Al-Qur'an : "Tiada Aku ciptakan jin dan manusia, hanyalah supaya supaya mereka beribadah, mengabdi, berbakti kepadaKu."(QS. Adzdzaariyaat: 56) Karenanya, setiap muslim wajib menyambut himbauan Allah ini secara spontan, dan paling tidak 17 kali sehari semalam, dengan ucapan yang tercantum dalam surat Al- Fatihah ayat 5 : "Hanya Engkau saja kami beribadah dan menghambakan diri, dan hanya kepada Engkau saja kami mohon pertolongan." Kaum muslimin rahimukmullah ! Iman yang merupakan totalitas batin seseorang hamba, maka ibadah merupakan totalitas lahir. Ibadah sebagai totalitas lahir tidaklah hanya menyangkut hal-hal yang besar, namun juga menyangkut hal-hal kecil, selama motivasi dalam melaksanakan pekerjaan tersebut didasarkan pada iman dan ikhlas karena Allah. Ibadah dengan cakupan yang sangat luas ini tidaklah membuat seorang hamba meremehkan hal-hal yang kecil dan sepele, sebab semua itu adalah ibadah dan pengabdian yang akan mendapat perhatian dan penilaian dari Allah. Mulai senyum simpul dikulum dan ucapan salam yang ditujukan kepada seorang sahabat ketika berjumpa, sampai mencintai dan menyayangi diri kita sendiri; dari membuang duri dan kerikil sampai amal-amal untuk melepaskan orang dari bermacam-macam kesusahan dan malapetaka. Semua itu akan mendapatkan perhitungan yang sangat teliti dihadapan Allah SWT, sebagaimana janji Allah dalam Al-qur'an : "Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya akan melihat (alasannya) pula." (Q.S. Azzilzaal : 78) Untuk lebih meyakinkan kalbu kita marilah kita perhatikan sabda Rasullah SAW : "Dari Abu Hurirah RA. Sesungguhnya Nabi SAW bersbda: "Demi sesungguhnya aku seseorang yang hilir mudik dalam surga, hanya sepotong kayu yang ditebangnya di tengah jalan, yang sebelumnya amat mengganggu orang-orang yang lalu lintas."(HR. Imam Muslim). Kaum muslimin rahimakumullah ! Demikianlah banyak amal perbuatan yang dapat dilakukan oleh seorang muslim sebagai ibadah. Itulah sebabnya Allah SWT menganjurkan dalam Al-qur'an : "Dan berbuat baiklah, sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi." (Q.S. Al-Qashash : 77) Bilamana direnungkan dan diteliti dengan cermat, maka sangat jelas, bahwa ibadah kepada Allah akan membebaskan dan memerdekakan jiwa manusia dari perhambaan kepada makhluk yang menyiksa batin, perhambaan yang menjerumuskan manusia pada kehinaan dan kesengsaraan. Karena nilai-nilai ibadah akan menghilangkan sifat ketergantungan manusia kepada yang lain, kecuali kepada Allah SWT, sang pencipta manusia Yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah. Kaum muslimin yang berbahagia ! Para ulama menyimpulkan bahwa efek positif ibadah yang dilaksanakan oleh seorang hamba akan menumbuhkan tiga hal dalam kehidupan manusia: Ibadah membentuk manusia sempurna, dengan ibadah-ibadah yang dilakukan, maka hati nurani manusia akan diterangi dengan cahaya ilahiyah, lidahnya akan selalu terhiasi dengan perkataan-perkataan yang mulia, seperti zikir dan lain-lainya anggota tubuh menjadi indah dan segar sehingga ia mencapai tingkat kemanusian yang tinggi, dan akhirnya mencapai kebahagiaan dalam arti seluas-luasnya. Ibadah membentuk sifat amanah. Ibadah menciptakan kegembiraan dan suka cita. Ibadah mengeluarkan manusia dari alam kesusahan ke alam kesenangan, dari alam gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang. Dan ia mengeluarkan manusia dari kesulitan, memberikan jalan keluar dan pemecahan dari kesulitan tersebut. Allah berfirman : "Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menunjukkan baginya jalan keluar, dan memberikannya rizqi yang tidak tidak disangka- sangka." (Q.S. Ath-Thalaaq: 2-3) Akhirnya, marilah kita renungkan firman Allah : "Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang- orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)." (QS. Al-Hijr: 98-99)