Gaya pengambilan keputusan adalah cara atau respons yang dilakukan
seseorang dalam rangka pengambilan keputusan. Dalam pengertian lain, gaya pengambilan keputusan adalah cara-cara unik yang dilakukan seseorang didalam membuat keputusan-keputusan, baik untuk dirinya, orang lain, maupun organisasi. Menurut Didin Kurniadin dan Imam Machali, terdapat dua gaya pengambilan keputusan, yaitu gaya rasional dan gaya intuitif. a. Gaya Rasional Gaya pengambilan keputusan rasional ini bercirikan adanya kepastian berdasarkan pada hal-hal yang rasional, eksak, dan masuk akal, kemampuan yang tinggi dalam perencanaan, kepercayaan yang tinggi, serta cenderung menyelesaikan tugas dengan kontrol yang tinggi. Berdasarkan hal ini, diketahui bahwa gaya pengambilan keputusan rasional cenderung berusaha untuk merumuskan pengambilan keputusan dengan banyak menitik beratkan pada penalaran rasional. Hal-hal yang tidak masuk akal dan berkaitan dengan emosi, perasaan, maupun fantasi tidak begitu dihiraukan. Akan tetapi, hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan yang matang, perhitungan cermat, prediksi yang masuk akal, dan pemikiran yang rasional tanpak menonjol dalam individu dengan gaya pengambilan keputusan rasional ini. Gaya pengambilan keputusan rasional menitik beratkan pada penalaran yang sistimatis, terarah dan amsuk akal. Robbin (1996) menyatakan secara sosial gaya pengambilan keputusan yang rasional ini lebih banyak diterima dibandingkan yang lain, apa lagi dimasyarakat maju menaruh perhatian pada hal-hal yang rasional. b. Gaya Intuitif Gaya pengambilan keputusan intuitif ini lebih mengutamakan perasaan, kesadaran emosional, fantasi, dan kadang-kadang bersifat impulsif (cepat mengambil keputusan). Pengambilan keputusan intuitif adalah suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam pengalaman yang tersaring. Dalam hal ini, tidak berarti analisis rasional sama sekali tidak berjalan, lebih tepatnya antara faktor emosional, fantasi, dan rasional saling melengkapi. Hanya saja aspek emosional lebih dominan. Robbin (1996) dikutip Didin Kurniadin dan Imam Machali, mengidentifikasikan ada delapan kondisi yang memungkinkan orang menggunakan pengambilan keputusan intuitif, antara lain : 1) Bila ada ketidak pastian dalam tingkat yang tinggi 2) Bila hanya ada sedikit precedent untuk diikuti 3) Bila hal-hal yang dihadapi kurang dapat diramalkan secara ilmiah 4) Bila fakta-fakta yang terkait terbatas 5) Bila fakta tidak dengan jelas menunjukkan jalan untuk diikuti 6) Bila data analisis kurang berguna 7) Bila ada beberapa penyelesaian alternatif yang masuk akal untuk dipilih dari antaranya dengan argumen yang baik untuk masing-masing 8) Bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera mengambil keputusan yang cepat. Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi bersifat subjektif. Innerfeeling yang bersifat subjektif ini mudah terkena sugesti, pengaruh luar, rasa lebih suka yang satu dari pada yang lain (preferences) dan faktor kejiwaan lainnya.
Sedangkan, menurut Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard, terdapat empat
gaya yang akan ditampilkan pemimpin ketika berkomunikasi dengan bawahan dalam proses pengambilan keputusan, yakni telling style, selling style, participating style, dan delegating style. Efektif tidaknya gaya kepemimpinan tersebut tergantung pada sejauh mana gaya kepemimpinan tersebut beradaptasi dengan kematangan (maturity) bawahan. Secara garis besar konsep yang dikemukakan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard adalah sebagai berikut : a. Telling Style. Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan. Gaya ini mempunyai kemungkinan efektif paling tinggi jika diadaptasikan kepada bawahan yang kematangannya relatif rendah. b. Selling Style. Perilaku pimpinan yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan. Gaya ini mempunyai kemungkinan paling tinggi jika diadaptasikan kepada bawahan yang kematangannya relatif sedang. c. Participating Style. Perilaku pimpinan yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan. Gaya ini mempunyai kemungkinan efektif paling tinggi jika diadaptasikan kepada bawahan yang kematangannya relatif sedang. d. Delegating Style. Perilaku pimpinan yang rendah dukungan dan rendah pengawasan. Gaya ini mempunyai kemungkinan efektif paling tinggi jika diadaptasikan kepada bawahan yang mempunyai kematangan relatif tinggi. Untuk mencapai keberhasilan tingkat tinggi diperlukan dukungan dan kerja sama orang lain. Dan untuk mendapatkan dukungan serta kerja sama orang lain ini diperlukan kemampuan memimpin. Keberhasilan dan kemampuan memimpin orang lain yaitu; membuat mereka mengerjakan hal-hal yang tidak akan Referensi
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti