2.1 Motivasi
Motivasi adalah kekuatan yang mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi
dapat mempengaruhi perilaku, keputusan, dan pencapaian tujuan individu atau organisasi. Menurut
Herzberg, motivasi terbagi menjadi dua faktor, yaitu faktor higienis dan faktor motivator. Faktor
higienis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi kerja, seperti lingkungan kerja, gaji,
dan kondisi fisik, sedangkan faktor motivator adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepuasan kerja, seperti pengakuan, penghargaan, dan kesempatan untuk berkembang (Herzberg,
1964).
Terdapat beberapa teori motivasi yang telah dikembangkan oleh para ahli, di antaranya adalah teori
hierarki kebutuhan dari Maslow dan teori harapan dari Vroom. Teori hierarki kebutuhan Maslow
menyatakan bahwa manusia memiliki lima tingkat kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Teori ini
menyatakan bahwa individu akan mencari untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi
jika kebutuhan yang lebih rendah telah terpenuhi (Maslow, 1943). Sedangkan teori harapan dari
Vroom menyatakan bahwa individu akan lebih termotivasi untuk melakukan tindakan tertentu jika
mereka yakin bahwa tindakan tersebut akan menghasilkan hasil yang diinginkan dan jika mereka
merasa bahwa mereka mampu untuk mencapai hasil yang diinginkan (Vroom, 1964).
Menurut Robbins dan Coulter (2017), pengambilan keputusan rasional dilakukan dengan cara
mempertimbangkan semua alternatif yang tersedia dan memilih alternatif terbaik berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan. Sementara itu, metode pengambilan keputusan intuitif dilakukan dengan
mengandalkan intuisi atau perasaan dalam membuat keputusan. Metode ini lebih cocok digunakan
dalam situasi yang kompleks dan tidak memiliki informasi yang cukup (Simon, 1957).
Selain itu, motivasi juga dapat memengaruhi jenis keputusan yang dibuat oleh seseorang. Menurut
Ryan dan Deci (2000), jika seseorang memiliki motivasi intrinsik yang tinggi, mereka cenderung
membuat keputusan yang lebih berdasarkan pada nilai-nilai personal dan kepuasan internal,
sedangkan jika motivasi ekstrinsik yang lebih dominan, mereka cenderung membuat keputusan yang
didasarkan pada imbalan atau hukuman eksternal.
Manajemen pengambilan keputusan juga dapat dipengaruhi oleh motivasi. Jika seseorang memiliki
motivasi yang tinggi, mereka cenderung lebih terorganisir dalam memproses informasi dan
mengambil keputusan yang tepat. Sebaliknya, jika motivasi rendah, mereka mungkin merasa terlalu
sulit untuk mengambil keputusan dan cenderung menunda-nunda atau bahkan menghindari
pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, sebagai seorang manajer atau pemimpin, penting untuk memperhatikan motivasi tim
atau bawahan, karena motivasi yang tinggi dapat membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam pengambilan keputusan. Selain itu, juga penting untuk membangun motivasi intrinsik pada
individu, karena motivasi intrinsik dapat membantu dalam mengambil keputusan yang lebih bermakna
dan berdasarkan pada nilai-nilai personal.
https://chat.openai.com/chat 1/1