TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai
suatu tujuan (Marquis & Huston, 2010 dalam Aziz & Aminah, 2018).
Motivasi adalah suattu proses dalam diri manusia yang
menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujuan yang dimiliki,
atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan (Wade dan
Travis, 2008 dalam Indrawati, dkk., 2012).
Menurut Taufik (2007) dalam Putri (2017), motivasi yaitu
dorongan/mengerakan, sebagai suatu perangsang dari dalam, suatu gerak
hati yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri individu untuk
melakukan kegiatan tertentu sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
2. Tujuan Motivasi
Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah
seseorang agar timbul keinginan dan mencapai tujuan. Makin jelas yang
diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula bagaimana
tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih
berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh
karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang
harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan,
kebutuhan, serta kepribadian orang yang akan dimotivasi (Sardiman, 2010
dalam Windarika, 2014).
3. Jenis-Jenis Motivasi
Menurut Sardiman (2010) dalam Putri (2017) motivasi dibagi
menjadi dua jenis motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap
individu sudah ada dorongan untuk membuat sesuatu.
Menurut taufik (2007) dalam Putri (2017), faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi intrinsik yaitu :
1) Kebutuhan (Need)
Seseorang melakukan aktivitas karena adanya faktor-faktor
kebutuhan baik biologis maupun psikologis.
2) Harapan (Expectancy)
Seseorang di motivasi oleh karena keberhasilan dan adanya
harapan keberhasilan berifat pemuasan bersifat diri seseorang,
keberhasilan, dan harga diri meningkat menggerakan seseorang ke
arah pencapai tujuan.
3) Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keinginan pada
suatu hal tanpa ada yang menyuruh.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik.
Motivasi eksrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga
orang berbuat sesuatu (Djamarah dalam Putri, 2017).
Motivasi yang berasal dari luar individu atau dari lingkungan
individu itu sendiri, seperti: motivasi eksternal dalam belajar yang
dapat berupa pengahargaan, pujian, hukuman yang diberikan oleh
guru, teman atau keluarga. Woolfolk menjelaskan terdapat sumber
motivasi ekstrinsik, diantaranya: imbalan (rewards), tekanan social
(social pressure), dan penghindar diri dari hukuman (punishment).
Menurut taufik (2007dalam Putri (2017), faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi ektrinsik adalah:
1) Dorongan Kelurga
Dorongan keluarga terdekat/lingkungan akan menyebabkan
penderita diabetes termotivasi untuk patuh terhadap dietnya.
Keterlibatan lingkungan, keluarga seperti suami, orang tua, teman,
akan membawa penderita diabetes mellitus sehat jasmani mapun
rohani. Keluarga membantu dan menjadikan pola hidup sehari-
hari dalam membantu setiap anggotanya meraih peranan yang
positif dalam menyongsong masa depan yang lebih sejahtera.
2) Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seeorang tinggal.
Lingkungan dapat dipengaruhi seorang hingga dapat termotivasi
untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga
mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam
merubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang
nyaman dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan
yang tinggi.
3) Imbalan
Seseorang akan termotivasi karena adanya suatu imbalan
sehingga tersebut ingin melakukan sesuatu.
5. Klasifikasi Motivasi
Menurut Irwanto (2008) dalam Putri (2017), klasifikasi motivasi
dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Motivasi Kuat
Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam
kegiatan-kegiatan sehari-hari memiliki harapan yang tinggi, dan
memiiliki keyakinan yang tinggi bahwa dia akan mudah dalam
melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang
dihadapi.
b. Motivasi Sedang
Motivasi dikatakan sedang apabila dalam diri manusia memiliki
keinginan yang rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu
menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
c. Motivasi Lemah
Motivasi dikatakan lemah apabila di dalam diri manusia
memiliki harapan dan keyakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat
berprestasi.
6. Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman (2010)dlam Windarika (2014), motivasi
mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah
direncanakan sebelumnya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menetukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan
memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan
proses penyeleksian.
7. Indikator Motivasi
Motivasi mencakup tiga elemen yang berinteraksi dan saling
bergantung diantaranya (Mubarak, 2012):
a. Kebutuhan
Kebutuhan tercipta saat tidak adanya keseimbangan fisiologis
atau psikologisnya misalnya, kebutuhan tubuh muncul saat sel-sel
dalam tubuh kehilangan makanan atau air, atau ketika tidak ada orang
lain yang bertindak sebagai teman atau sahabat. Meskipun kebutuhan
psikologis mungkin berdasarkan definisi tapi terkadang juga tidak
misalnya, individu dengan kebutuhan kuat untuk maju mungkin
mempunyai sejarah pencapaian yang konsisten.
b. Dorongan
Dorongan atau motif adalah semua penggerak, alasan-alasan atau
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat
sesuatu. Motif manusia merupakan dorongan, keinginan dan tenaga
penggerak lainnya yang berasal dari dalam diri seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motif itu memberi tujuan dan arah kepada perilaku
manusia, juga kegiatan yang dilakukan sehari-hari mempunyai motif-
motif tertentu.
c. Insentif
Pada akhir siklus motivasi adalah insentif, didefinisikan sebagai
semua yang akan mengurangi kebutuhan dorongan. Dengan demikian,
memperoleh insentif akan cenderung memulihkan keseimbangan
fisiologis dan psikologis akan mengurangi dorongan. Pada dasarnya
insentif merupakan suatu bentuk kompensasi yang diberikan pada
seseorang yang jumlahnya tergantung dari hasil yang dicapai baik
berupa finansial maupun non finansial.
C. Diabetes Mellitus
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis serius yang terjadi ketika
pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur
gula darah, glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin
secara efektif. Diabetes mellitus merupakan masalah serius dalam
kesehatan masyarakat, dan salah satu dari empat prioritas penyakit tidak
menular yang menjadi perhatian dunia (WHO, 2016).
Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia akibat kerusakan sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya. Hiperglkemia kronis pada diabetes mellitus dikaitkan dengan
kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Amrican
Diabetes Association (ADA), 2018).
Diabetes mellitus disebut sebagai “silent killer” karena merupakan
penyakit yang dapat membuat sesorang secara perlahan. Disebut juga
“mother of disease” karena merupakan atau induk penyakit seperti jantung,
hipertensi, stroke, gagal ginjal dan kebutaan. Komplikasi dapat terjadi jika
diabetes mellitus tidak dikelola dengan baik, yang akan menimbulkan
berbagai penyakit penyerta di berbagai organ tubuh akibat rusaknya
pembuluh darah di seluruh tubuh yang disebut angiopati diabetik (Dewi, et
al, 2021 ; Petersmann, et al., 2018).
6. Manisfestasi Klinis
Peningkatan kadar glukosa darah, diebut hiperglikemia mengarah
kepada manisfestasi klinis umum yang berhubungan dengan DM. pada DM
tipe 1, onset manisfestasi klinis mungkin tidak kentara dengan
kemungkinan situasi yang mengancam hidup yang biasanya terjadi (missal,
ketoasidosis diabetikum). Pada DM tipe 2, onset manisfestasi klinis
mungkin berkembang secara bertahap yang mungkin klien rasakan atau
tanpa manifestasi klinis selama beberapa tahun (Black, J.M & Hawks, J.H.,
2014).
Manifestasi klinis DM adalah peningkatan frekuensi buang air
kecil (poliuri), peningkatan rasa haus dan minum (polidipsi) dank arena
penyakit berkembang, penurunan berat badan meskipun lapar dan
peningkatan (polifagi) (Black, J.M & Hawks, J.H., 2014).
Tabel 2.1 Manisfestasi Klinis Terpilih DM Saat Diagnosis
Manisfestasi Klinis Dasar Patofisiologi
Poliuri* (Sering Air tidak diserap kembali oleh tubulus ginjal sekunder
BAK) untuk aktivitas osmotik glukosa, mengarah kepada
kehilangan air, glukosa dan elektrolit
Polidipsi* (Haus Dehidrasi sekunder terhadap poliuri menyebabkan haus
Berlebihan
Polifagi* (lapar Kelaparan sekunder terhadap katabolisme jaringan
Berlebihan menyebabkan rasa lapar
Penurunan Beran Kehilangan awal sekunder terhadap penipisan simpanan
Badan air, glukosa, dan trigliiserid; kehilangan kronis sekunder
terhadap penurunan masa otot, karena asam amino
diahlikan untuk membentuk glukosa dan keton
Pandangan Kabur Sekunder terhadap paparan kronis retina dan lensa mata
Berulang terhadap cairan hiperosmolar
Ketonuria Ketika glukosa tidak dapat digunakan untuk energi oleh sel
tergantung insulin, asam lemak digunakan untuk energi;
asam lemak akan dipecah menjadi keton dalam darah dan
diekresikan oleh ginjal; pada DM tipe 2, insulin cukup
untuk menekan berlebihan penggunaan asam lemak tapi
tidak cukup untuk penggunaan glukosa
Lemah dan Letih, Penurunan isi plasma mengarah kepada postural hipertensi,
Pusing kehilangan kalium dan katabolime protein berkontribusi
terhadap kelemahan
Sering Asimtomatik Tubuh dapat “beradaptasi” terhadap peningkatan pelan-
pelan kadar glukosa darah sampai tingkat lebih besar
dibandingkan peningkatan yang cepat
Sumber: Blck, J.M & Hawks, J.H. (2014)
Nilai Gizi
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (g) 43 45 51,1 55,5 60 62 73 80
Lemak (g) 30 35 36,5 36,5 48 53 59 62
KH (g) 172 192 235 275 299 319 369 396
Keterangan: S = Sekehendak
b) Sayuran B
1 Satuan Penukar = 100 gram sayuran mentah dalam keadaan bersih =
1 gelas setelah direbus dan ditiriskan mengandung 25 kalori, 1 gram
Protein, dan 5 gram Karrbohidrat
Bayam Bit Labu waluh Genjer
Kapri muda Kol Daun talas Jagung muda
Brokoli Daun kecipir Papaya muda Sawi
Kembang kol Buncis Labu Siam Rebung
Kemangi Daun kacang Pare Taoge
panjang
Kangkung Terong Kancang Wortel
panjang
c) Sayuran C
1 Satuan Penukar = 100 gram sayuran mentah dalam keadaan bersih =
1 gelas setelah direbus dan ditiriskan mengandung 50 kalori, 1 gram
Protein, 10 gram Karbohidrat
Bayam merah Mangkokan Nangka muda Daun papaya
Daun katuk Kacang kapri Mlinjo Taoge kedelai
Daun melinjo Daun talas Kluwih Daun
singkong
a. Jumlah Kalori
Syarat kecukupan jumlah makanan pada penderitapenyakit DM
(Almaitsier, 2006 & Susanti, 2015).
1) Kebutuhan kalori untuk penderita DM harus sesuai untuk mencapai
kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal.
Kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan
untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal. Makanan
dibagi dalam 3 porsi 3 besar, yaitu makan pagi (20%), saing (30%),
dan sore (25%), serta 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan
(masing-masing 10-15%).
2) Kebutuhan karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% dari
kebutuhan energy total.
3) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total.
4) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total,
dalam bentuk <7% berasal dari lemak jenuh, <10% dari lemak tidak
jenuh ganda selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan
kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤ 200 mg/hari.
5) Penggunaan gula murni dalam makanan atau minuman tidak
diperbolehkan kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar
glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan mengkonsumsi gula
murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
6) Pengguanaan gula alternatif hendaknya dalam jumlah terbatas yaitu
20% dari kebutuhan energy.
7) Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut
air yang terdapat didalam sayur dan buah.
8) Cukup konsumsi vitamin dan mineral, asupan dari makanan cukup,
penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak
diperlukan.
b. Jenis Makanan
Penderita diabetes mellitus harus mengetahui dan memahami
jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang
mana harus dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi ketat
( Waspadji dalam Magdalena, 2016).
Menurut Almetseir, jenis makanan yang diperbolehkan dalam
penatalaksanaan diet DM terdiri dari sumber karbohidratkompleks
seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong, ubi, dan sagu; sumber protein
rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan
kacang-kacangan; sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk
makanan yang mudah dicerna, terutama diolah dengan cara dipanggang,
dikukus, direbus, dan dibakar. Selain itu, makanan yang perlu dihindari
yaitu makanan yang mengandung banyak kolesterol, lemak trans, lemak
jenuh, dan tinggi natrium (ADA, 2020). PERKENI (2011) menyebutkan
bahwa penderita DM sebaiknya menghindari makanan dari jenis gula
sederhana seperti gula pasir, gula jawa, sirup, es krim, susu kental
manis, selai dan lain-lain; makanan yang banyak lemak; dan makanan
yang tinggi natrium (garam) seperti ikan asin, telur asin, dan makanan
yang diawetkan (Magdalena, 2016).
c. Jadwal Makan
Pasien DM harus makan sesuai jadwal, yaitu 3 kali makan
utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Berikut
jadwal makan standar yang digunakan oleh pasien DM (Waspadji,
2017):
Tabel 2.7 Jadwal Makan Pasien Diabetes Mellitus
Waktu Total kalori
Makan Pagi 07.00 20%
Selinga 10.00 10%
Makan Siang 13.00 30%
Selingan 16.00 10%
Makan Sore/Malam 19.00 20%
Selingan 21.00 10%
Sumber : Waspadji, 2007 dalam Magdalena, 2016
E. Kerangka Pemikir
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai fackor yang telah
diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2017).
Diabetes mellitus adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting
dan menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang
menjadi target tindak lanjut oleh pemimpin dunia (Kemenkes RI, 2019).
Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang serius yang terjadi ketika
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak bisa secara
efekktif menggunakan insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula
di dalam darah.
Banyak dampak yang bisa terjadi akibat penyakit diabetes mellitus
ini. Komplikasi yang sering terjadi apabila penyakit diabetes mellitus tidak
ditangani dengan baik yaitu akan timbulnya berbagai penyakit penyerta pada
berbagai organ tubuh yang diakibatkan karena kerusakan pada pembuluh
darah di seluruh tubuh. Oleh karena itu dibutuhkan penanganan yang baik
agar tidak terjadi komplikasi di kemudian hari.
Berdasarkan Perkeni (2011), terdapat empat pilar penatalaksanaan
DM untuk mencegah terjadinya komplikasi yaitu: eduksi, terapi gizi medis
(diet), latihan jasmani, intervensi farmakologis (Risti & Isnaeni. 2017). Salah
satu faktor penting untuk mencegah terjadinya komplikasi pada penderita
diabetes mellitus adalah dengan penatalaksanaan diet.
Penatalaksanaan diet merupakan komponen utama keberhasilan
pengelolaan DM secara total. Diet sangatlah penting untuk mempertahankan
gula darah pada pasien DM agar pasien dapat hidup secara normal dan
menghindarkan pasien dari komplikasi, sehingga pasien dapat menikmati
hidupnya
Walaupun penderita DM telak melaksanakan diet, tetapi tidak semua
penderita DM berhasil mengontrol kadar gula darahnya. Salah satu faktor
yang sering menyebabkan ketidakberhasilan dalam diet adalah kepatuhan
pasien pada diet itu sendiri.
Kepatuhan diet merupakan suatu perubahan perilaku yang positif dan
diharapkan, sehingga proses kesembuhan penyakit lebih cepat dan terkontrol.
Pengaturan diet yang seumur hidup bagi penderita DM menjadi sesuatu yang
sangat membosankan, jika dalam diri penderita tidak timbul pengertian dan
kesadaran yang kuat dalam menjaga kesehatannya (Aziz & Aminah, 2018).
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepatuhan diet pada pasien
DM adalah motivasi.
Motivasi sangatlah penting peranannya karena dengan motivasi
mampu membuat sesoorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Tanpa motivasi dalam pengaturan diet, pasien DM akan
mengalami ketidakpatuhan dalam mengatur pola makan sehari-hari akibatnya
kadar gula di dalam darah menjadi tidak terkontrol.
Bagan 2.1 Hubungan Motivasi Klien Dalam Diet Diabetes Mellitus dengan
Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Di Rawat Inap
Penyakit Dalam RSUD Sayang Kabupaten Cianjur Tahun 2023
Keterangan :
: Adanya Hubungan
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam benuk
kalimat pertanyaan. Diabetes sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relavan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh (Sugiyono, 2017).
Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hubungan motivasi klien dalam diet diabetes mellitus dengan kepatuhan diet
pada penderita diabetes mellitus di Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Sayang
Kabupaten Cianjur Tahun 2023.