Anda di halaman 1dari 29

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. KONSEP MOTIVASI

1. Definisi

Pengertian Motivasi menurut Robbins dan judge (2007),

mendefinisikan bahwa motivasi sebagai suatu proses yang menjelaskan

intesitas, arah dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi

sebagai proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap

seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan suatu yang

telah ditetapkan, motivasi juga dapat di artikan sebagai dorongan (driving

force) di masksudkan sebagai desakan untuk memuaskan dan

mempertahankan kehidupan. Ada dua komponen motivasi antara lain :

1. Komponen dalam yaitu perubahan dalam diri seseorang, kedaan tidak

merasa puas, ketegangan psikologis.

2. Komponen luar yaitu merupakan apa yang diinginkan. seseorang,

tujuan yang menjadi arah tingkah lakunya.

2. Tujuan

Secara umum motivasi adalah untuk menggerakan atau

mengunggah seseorang agar timbul kemauan dan keinginan untuk

melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan

(Taufik, 2009).

11
12

Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan di capai.

Makin jelas tujuan yang di harapkan atau akan dicapai, maka semakin jela

pula bagaimana tindakan motivasi ini dilakukan.

Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya

jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh karena itu setiap orang yang

memberi motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-

benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, serta kepribadian orang yang

akan di motivasi (Taufik, 2009)

3. Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Taufik (2009), motivasi terbagi menjadi 2 jenis antara

lainyaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri

individu sudah ada dorongan uintuk melakukan sesuatu. Motivasi

intrinsik datang dari hati sanubari karena kesadaran, misalnya ibu

membawa balita ke posyandu karena ibu tersebut sadar bahwa dengan

membawa balita keposyandu bahwa balita akan mendapatkan

pelayanan kesehatan seperti imunisasi dan pelayanan kesehatan untuk

balita lainnya.
13

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi

intrinsik.motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain

sehingga seseorang berbuat sesuatu.

4. Fungsi Motivasi

Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai tiga fungsi

yaitu adalah :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi. Motivasi dala, hal ini merupakan

motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah yang hendak dicapai.

Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan

yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah

direncanakan sebelumnya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan

menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan

tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan

akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah

melakukan proses penyeleksian.


14

5. Unsur-Unsur Motivasi

Menurut Sadirman (2011), motivasi mengandung tiga unsur

penting antara lain :

1. Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap

individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa

perubahan energi didalam sistem neurophysiological yang ada pada

organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia,

penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling”, afeksi seseorang

seseorang. Dalam hal ini motivasi relavan dengan persoalan-persoalan

kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan perubahan tingkah

laku manusia.

3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi dalam hal ini

merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang

muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena

terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini ada tujuan. Tujuan ini

akan menyangkut soal kebutuhan yang akan dicapai oleh orang

tersebut.

Menurut Taufik (2009), motivasi mengandung 3 komponen

pokok didalamnya, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan menopang

tingkah laku manusia yang artinya :

1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu ;

memimpin seseorang untuk bertidak dengan cara tertentu.


15

Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif,

dan kecenderungan mendapatkan kesenangan.

2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku.

Dengan demikian seseorang menyediakan suatu orientasi

tujuan. Tingkah laku seorang individu diarahkan terhadap

sesuatu.

3. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan

sekitar harus menguatkan (reinforce) intersitas dan arah

dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.

Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap

kegiatan yang akan dikerjakan. Motivasi dapat mendorong ibu untuk

melakukan kunjungan ke posyandu, dimana ibu lebih yakin untuk

melakukan kunjungan ke psoyandu di karenakan adanya dukungan atau

dorongan dari suami maupun keluarga lainnya.Hal ini sangat

berpengaruh positif bagi Ibu.

Motivasi juga sangat berhubungan dengan perilaku ibu untuk

melakukan kunjungan ke posyandu, di karenakan tanpa motivasi ibu

tidak merasa yakin untuk melakukan kunjungan ke posyandu.Tanpa

adanya dukungan suami atau keluarga ibu merasa takut membawa bayi

atau balitanya ke posyandu (Sutrismang, 2010).


16

B. KONSEP SIKAP

1. Definisi

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek.Menurut

Iskandar (2003) sikap adalah suatu trait yang selain aktif mempelajarinya,

tetapi telah ditambah dengan perubahan perilaku yang sesuai dengan

sikapnya.Menurut Walgito (2003) sikap terbentuk dalam perkembangan

individu, karena faktor pengalaman individu mempunyai peranan yang sangat

penting dalam rangka pembentukan sikap individu yang bersangkutan.

2.Komponen Pokok

Menurut Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok yaitu:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh.Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,

dan emosi memegang peranan yang penting.


17

3. Struktur Sikap

Menurut Niven (2002) sikap mengandung tiga komponen yang

membentuk struktur sikap yaitu:

a. Komponen Afektif (Komponen Emosional) Komponen ini berhubungan

dengan perasaan dan emosi seseorang tentang sesuatu. Rasa senang

merupakan hal yang positif dan rasa tidak senang merupakan hal yang

negatif.

b. Komponen Kognitif (Komponen Perseptual) Komponen ini berhubungan

dengan pemikiran, pengetahuan, pandangan atau kepercayaan tentang

seseorang atau suatu objek.

c. Komponen Konatif (Komponen Perilaku) Komponen ini berhubungan

dengan kecenderungan bertindak dan berperilaku terhadap suatu objek.

4. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari berbagai tingkatan

yaitu :

a. Menerima

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) bersedia dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dan sikap.


18

c. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

5. Determinan Sikap

Menurut Walgito (2003) ada beberapa determinan sikap yang

dianggap penting yaitu:

a. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis seseorang akan ikut menentukan bagaimana sikap

seseorang. Berkaitan dengan ini ialah faktor umur dan kesehatan.Pada

umumnya orang muda sikapnya lebih radikal daripada sikap orang

yang telah tua, sedangkan pada orang dewasa sikapnya lebih moderat.

Dengan demikian masalah umur akan berpengaruh pada sikap

seseorang.

b. Faktor Pengalaman Langsung Terhadap Objek

Sikap Bagaimana sikap seseorang terhadap objek sikap akan

dipengaruhi oleh pengalaman langsung orang yang bersangkutan

dengan objek sikap tersebut.


19

c. Faktor Kerangka Acuan

Kerangka acuan merupakan faktor yang penting dalam sikap

seseorang, karena kerangka acuan ini akan berperan terhadap objek

sikap. Bila kerangka acuan tidak sesuai dengan objek sikap, maka

orang akan mempunyai sikap yang negatif terhadap objek sikap

tersebut.

d. Faktor komunikasi sosial

Faktor komunikasi sosial sangat jelas menjadi determinan sikap

seseorang dan faktor ini yang banyak diteliti. Komunikasi sosial yang

berwujud informasi dari seseorang kepada orang lain dapat

menyebabkan perubahan sikap yang ada pada diri orang yang

bersangkutan.

6. Ciri-ciri Sikap

Sikap merupakan faktor yang ada pada diri manusia yang dapat

mendorong atau menimbulkan perilaku yang tertentu. Walaupun demikian

sikap mempunyai segi-segi perbedaan dengan pendorong lain yang ada

dalam diri manusia. Oleh karena itu untuk membedakan sikap dengan

pendorong-pendorong yang lain, ada beberapa ciri dari sikap menurut

Walgito (2003) yaitu:

a) Sikap itu tidak dibawa sejak lahir

Sikap tidak dibawa sejak lahir dan berarti sikap itu terbentuk dalam

perkembangan individu yang bersangkutan. Oleh karena itu sikap


20

dibentuk atau terbentuk, maka sikap itu dapat dipelajari dan

karenanya sikap itu dapat berubah, walaupun demikian sikap itu

mempunyai kecenderungan adanya sifat yang agak tetap atau

stabil sekalipun kadang mengalami perubahan.

b) Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap

Sikap itu selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya

dengan objek-objek peneliti, yaitu melalui proses persepsi

terhadap objek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif

antara individu dengan objek tertentu, akan menimbulkan sikap

tertentu pula dari individu terhadap objek tersebut.

c) Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju

pada objek lain

Bila seseorang mempunyai sikap yang negatif pada seseorang,

orang tersebut akan mempunyai kecenderungan untuk

menunjukkan sikap yang negatif pula kepada kelompok dimana

seseorang tersebut tergabung di dalamnya.

d) Sikap itu berlangsung lama atau sebentar.

Sikap itu telah terbentuk dan telah merupakan nilai dalam

kehidupan seseorang, secara relatif sikap itu akan lama bertahan

pada diri orang yang bersangkutan. Sikap tersebut akan sulit

berubah dan kalaupun dapat berubah akan memakan waktu yang

relatif lama. Tapi sebaliknya bila sikap itu belum begitu


21

mendalam ada dalam diri seseorang, maka sikap tersebut akan

mudah berubah.

e) Sikap itu mengandung faktor dan motivasi Sikap terhadap

sesuatu faktor tertentu akan selalu diikuti oleh perasaan tertentu

yang dapat bersifat positif tetapi juga dapat bersifat negatif

terhadap objek tersebut. Disamping itu sikap juga mengandung

motivasi dan berarti bahwa sikap itu mempunyai daya dorong

bagi individu untuk berperilaku secara tertentu terhadap objek

yang dihadapinya

f) Pernyataan Sikap Menurut Azwar (1998) pernyataan sikap terdiri

atas pernyataan positif dan negatif. Variabel positif dan negatif

akan membuat responden memikirkan lebih hati-hati isi

pernyataannya sebelum memberikan respon sehingga stereotype

responden dalam menjawab dapat dihindari. 1) Positif

Pernyataan sikap yang berisi atau menyatakan hal-hal yang

positif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat

mendukung atau memihak pada objek sikap. 2) Negatif

Pernyataan sikap yang berisi atau menyatakan hal-hal yang

negatif mengenai objek sikap, yang tidak mendukung ataupun

kontra terhadap objek sikap yang hendak diungkap.


22

7. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap

Menurut Walgito (2003) pembentukan sikap dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu:

a) Faktor individu sendiri atau faktor internal

Disebut juga pengalaman pribadi yaitu apa yang kita alami akan ikut

membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi

sosial. Faktor internal akan dipengaruhi faktor fisiologis (dalam fisik)

dan psikologis (jiwa) dimana faktor individu merupakan faktor

penentu yang berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri individu

dalam menanggapi pengaruh dari luar. Apa yang datang dari luar

tidak semuanya diterima dan mana yang akan ditolaknya.

b) Faktor luar atau faktor eksternal

Hal-hal atau keadaan yang di luar individu yang merupakan stimulus

untuk membentuk atau mengubah sikap. Faktor ini terjadi secara

langsung artinya adanya hubungan secara langsung antara individu

dengan individu lain antara kelompok dengan kelompok lain. Faktor

eksternal dapat berwujud situasi yang dihadapi individu atau

pengalaman, norma-norma yang ada dalam masyarakat, hambatan-

hambatan atau pendorongpendorong yang ada dalam masyarakat,

yang semuanya akan berpengaruh pada sikap yang ada pada diri

seseorang.
23

8. Terbentuknya Sikap

Sikap tidak dibawa sejak dilahirkan, tetapi dibentuk sepanjang

perkembangan individu yang bersangkutan (Walgito, 2003).

Faktor Internal :
- Fisiologis
- Psikologis
Objek

Sikap

Sikap

Faktor Eksternal :
Reaksi
- Situasi
- Pengalaman
- Norma-norma
- Hambatan
- Pendorong
24

9. Pengukuran sikap

Menurut Walgito (2003) pengukuran sikap dibedakan menjadi dua

yaitu:

a. Secara langsung

Yaitu dimintai pendapat bagaimana sikapnya terhadap suatu

masalah atau hal yang dihadapkan padanya.Melalui wawancara,

langsung dengan pengamatan atau surve, menggunakan pertanyaan

yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang sudah

ditentukan dan langsung diberikan pada suatu objek yang sedang

diteliti.

b. Secara tidak langsung yaitu pengukuran sikap dengan menggunakan

tes.

10. Skala Pengukuran Sikap

Menurut Hidayat (2008) skala Likert dapat digunakan untuk

mengukur sikap pendapat, persepsi seseorang tentang masalah atau gejala

yang ada dimasyarakat atau dialaminya, dikenal sebagai summated ratings

method. Yaitu alat ukur Likert yang menggunakan pernyataan-pernyataan

dengan menggunakan empat alternatif jawaban atas pernyataan

tersebut.Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari empat

alternatif jawaban yang disediakan.Empat jawaban yang dikemukakan

Likert adalah sangat setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
25

C.KONSEP POSYANDU

1. Definisi

Pos Pelayanan Terpadu atau yang biasa dikenal dengan Posyandu

adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat

(UKBM) yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat dengan dukungan

teknis dari petugas kesehatan yang sasarannya adalah seluruh masyarakat

guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, kader bekerja

secara suka rela, mau dan sanggup melaksanakan usaha perbaikan gizi

keluarga. (Depkes, 2007).

Posyandu adalah suatu forum komunikasi, ahli teknologi dan

pelayanan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai

strategi dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (Mellani

Dkk, 2010).

Posyandu merupakan bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan

yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas. Melalui Posyandu

masyarakat memperoleh pelayanan dasar paripurna dalam kesehatan dan

Keluarga Berencana (KB), serta pelayanan dari berbagai upaya

pembangunan lainnya yang berkaitan, sehingga mudah-mudahan dapat

menekan tingkat angka kematian bayi (Intanghina, 2008).

Posyandu adalah pusat pelayanan Keluarga Berencana dan kesehatan

yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan

dukungan teknis dan petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS

(Mellani Dkk, 2010).


26

2. Tujuan Posyandu

Tujuan penyelenggaraan Posyandu menurut Kementerian

Kesehatan Republik Indonesiayaitu :

a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka

kelahiran.

b. Mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera).

c. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan AKI

(Angka Kematian Ibu).

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang,

sesuai dengan kebutuhan.

e. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka

alih tehnologi untuk swakelola usaha–usaha kesehatan masyarakat.

f. Memelihara dan meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu hamil dan

pasangan usia subur.

g. Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan

Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera

(Ridha, 2008).
27

3. Prinsip-Prinsip Dasar Posyandu

1. Pos pelayanan terpadu merupakan usaha masyarakat dimana

terdapat perpaduan antara pelayanan antara pelayanan

professional dan non professional (oleh masyarakat).

2. Adanya kerja sama lintas program yang baik (KIA, KB, gizi,

imunisasi, penanggulangan diare, merupakan lintas sektoral

(Dep.Kes RI, Depdabri/bangdes, dan BKKBN).

3. Kelembagaan masyarakat (pos, desa, kelompok timbang/pos

timbang, pos imunisasi, pos kesehatan dan lainnya).

4. Mempunyai sasaran penduduk yang sama (bayi 0-1 tahun, anak

balita 14 tahun, ibu hamil, PUS).

4. Sasaran Posyandu

Sasaran kegiatan posyandu adalah seluruh elemen

masyarakat yang berada di wilayah tersebut, yakni:

a. Bayi usia 0 sampai dengan 11 bulan

b. Balita usia 12 bulan sampai dengan 60 bulan

c. Ibu hamil

d. Ibu melahirkan

e. Ibu nifas

f. Ibu menyusui

g. Pasangan usia subur (PUS) , (Iskandar, 2009)


28

5. Pembentukan Posyandu

1. Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada, seperti :

a. Pos penimbangan balita

b. Pos imunisasi

c. Pos keluarga berencana

d. Pos kesehatan

e. Pos lainnya yang dibentuk baru

2. Persyaratan

a. Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita

b. Terdiri dari 120 kepala keluarga

c. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa)

d. Jarak antara kelompok rumah jumlah KK dalam satu tempat atau

kelompok tidak terlalu jauh.

3. Kegiatan Integrasi Pelayanan Sosial Dasar di Posyandu

Kegiatan yang dapat ditambahkan atau dikembangkan di Posyandu

yang cakupan kegiatan utamanya sudah baik merupakan perluasan

kegiatan Posyandu yang kegiatannya bisa dipilih dan disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat setempat. Kegiatan Integrasi

Pelayanan Sosial Dasar di Posyandu meliputi :

a. PAUD, BKB, BKR, BKL yang merupakan kegiatan untuk

meningkatkan Pendidikan, pemantauan perkembangan dan


29

pembentukan sikap yang positif dan produktif pada setiap tahap

siklus kehidupan manusia.

b. Peningkatan Ekonomi Keluarga, Pemberdayaan Fakir Miskin,

Komunitas Adat Terpencil dan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial.

c. Percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.

d. Pembinaan Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak meliputi:

1. Suplementasi gizi mikro (Vitamin A, Tablet Tambah Darah)

2. Penyuluhan Gizi Seimbang, Konseling pemberian makanan

pada bayi dan balita

3. Pemantauan Pertumbuhan meliputi :

a. Penimbangan berat badan,

b. pengukuran Tinggi Badan

4. Sosialisasi program perencanaan persalinan dan pencegahan

komplikasi.

5. Konseling dan penyuluhan mengenai perawatan bayi baru

lahir, tanda - tanda bahaya pada bayi dan anak Balita

e. Pelayanan Keluarga Berencana berupa suntik KB, Pil KB, IUD,

Implant dan kondom.

f. Pengendalian Penyakit dan penyehatan lingkungan meliputi:

1. Imunisasi

2. Lingkungan Bersih dan Sehat

3. Penanggulangan HIV/AIDS, Malaria, TB dan DBD.


30

g. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) meliputi Penyuluhan

dan kunjungan rumah (PHN).

h. Penyuluhan dan Konseling yang berkenaan dengan :

1. HIV/AIDS

2. Perdagangan manusia

3. Kekerasan dalam rumah tangga.

6. Strata Posyandu

Strata Posyandu Strata posyandu dikelompokkan menjadi empat :

(Depkes RI, 2007) yaitu :

a. Posyandu Pratama

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang masih

belum lengkap, kegiatannya masih belum bisa rutin tiap bulan dan

kader aktifnya masih terbatas.Sehingga perlu adanya intervensi

seperti pelatihan atau refreshing kader kembali.Artinya kader yang

ada perlu ditambah dan dilakukan pelatihan dasar kembali.

b. Posyandu Madya

Posyandu pada tingkat madya telah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali dengan rata jumlah kader tugas 5 orang

atau lebih.Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi,

dan Imunisasi) masih rendah yaitu kurang dari 50%.Ini berarti,

kelestarian posyandu masih baik tetapi masih rendah


31

cakupannya.Ada beberapa Intervensi untuk posyandu madya agar

memiliki kualitas lebih baik lagi yaitu :

1. Pelatihan toma dengan modul eskalasi posyyandu yang

sekarang sudah dilengkapi dengan metode simulasi.

2. Penggarapan dengan pendekatan PKMD (SMD dan MMD)

untuk menentukan masalah dan mencari penyelesaiannya,

termasuk menentukan program tambahan yang sesuai dengan

situasi dankondisi setempat.

Pada Posyandu tingkat Madya ini diberi symbol warna Kuning.

c. Posyandu Purnama

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang

frekuensinya lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader

petugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5 program utamanya (KB,

KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50% sudah ada program

tambahan, bahkan mungkin masih ada dana sehat yang masih

sederhana. Intervensi pada posyandu pada tingkat ini adalah :

1. Penggarapan dengan pendekatan PKMD untuk mengarahkan

masyarakat untuk menentukan sendiri pengembangan pogram

diponsyandu.

2. Pelatihan dana sehat, agar didesa tersebut dapat tumbuh dana

sehat dengan cakupan anggota minimal 50% KK atau lebih.

Pada Posyandu tingkat Purnama ini diberi symbol warna Hijau.


32

d. Posyandu Mandiri

Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara

teratur, cakupan 5program utama sudah bagus, ada dana tambahan

dan dana sehat adalah pembinaan dana sehat, yaitu diarahkan agar

dana sehat tersebut menggunakan prinsip JPKM.Pada Posyandu

tingkat Mandiri ini diberi symbol warna Biru.

7. Kegiatan Posyandu

Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader

bersama Kepala Desa dan LKMD (Seksi Kesehatan KB dan PKK)

dengan bimbingan Tim Pembina LKMD Tingkat

Kecamatan.Penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang terlatih di

bidang kesehatan, KB, berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda

dan lain-lain dengan bimbingan Tim Pembina LKMD Tingkat

Kecamatan (Intanghina, 2008).

Jenis kegiatan posyandu dikenal dengan Panca Krida

Posyandu yaitu :

a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) seperti pemberian tablet tambah

darah pada ibu hamil,

b. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada balita saat bulan vitamin A

yaitu bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya,

c. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita dan ibu hamil,


33

d. Pelayanan imunisasi balita dan TT pada PUS,bumil,

e. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantauan kesehatan

balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan.

8. Pelayanan Posyandu

Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang jadwal

pelaksanaannya ditentukan oleh Kader, Tim Penggerak PKK

Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas.Posyandu

sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarkat

dan ditentukan oleh masyarakat sendiri.Dengan demikian kegiatan

Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada,

rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RW/RT atau di

tempat khusus yang dibangun masyarakat (Intanghina, 2008).

Pelayanan kesehatan yang dijalankan di posyandu yaitu

(Mellani, 2010) :

a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita yang meliputi;

1. Penimbangan berat badan bayi dan balita setiap bulan.

2. Pemberian tambahan makanan bagi bayi dan balita berat

badannya kurang.

3. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin A,

obat cacing di bulan Februari dan Agustus.

4. Pemberian imunisasi bayi usia 3-12 bulan.

5. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare.


34

6. Pertolongan pertama pada kecelakaan.

b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan

usia subur yang meliputi :

1. Pemeriksaan kesehatan umum.

2. Pemeriksaan kesehatan dan nifas.

3. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin A

dan tablet tambah darah.

4. Pemberian imunisasi TT untuk ibu hamil.

5. Penyuluhan kesehatan dan Keluarga Berencana.

6. Pemberian alat kontrasepsi KB

7. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare.

8. Pertolongan pertama pada kecelakaan.

Pelayanan posyandu menurut Melanie dkk, (2010) dilakukan

dengan pola “Lima Meja Posyandu”yaitu :

a. Meja 1

1. Pendaftaran

2. Pencatatan dan registrasi bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui

dan pasangan usia subur

b. Meja 2

Penimbangan berat badan bayi, balita, Ibu hamil.

c. Meja 3

Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat) berdasarkan hasil

penimbangan berat badan.


35

d. Meja 4

1. Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil

dengan resiko tinggi, PUS yang belum menjadi akseptor KB.

2. Penyuluhan Kesehatan Perorangan:

a. Mengenai balita berdasar hasil penimbangan, berat

badannya naik/tidak naik, diikuti dengan pemberian

makanan tambahan, oralit dan vitamin A dosis tinggi.

b. Pada ibu hamil dengan risiko tinggi, diikuti dengan

pemberian tablet besi.

c. Pada Pasangan Usia Subur untuk menjadi peserta KB

(Keluarga Berencana) dan diikuti dengan pemberian

kondom, pil KB, atau suntik KB.

3. Pelayanan pemberian makanan tambahan, oralit, vitamin A,

tablet zat besi, kondom, pil KB untuk kunjungan ulang.

e. Meja 5

1. Pemberian imunisasi.

2. Pemeriksaan kehamilan.

3. Pemeriksaan kesehatan dan kehamilan.

4. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan

5. Pelayanan oleh tenaga professional meliputi pelayanan

KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), KB (Keluarga Berencana),

imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai

kebutuhan setempat.
36

Pelayanan pada meja 1 sampai dengan 4 dilaksanakan oleh kader

Posyandu sedangkan pada meja V merupakan meja pelayanan untuk

tenaga kesehatan (Perawat, Petugas Gizi, Bidan desa, Promkes, dll).

Dengan demikian upaya – upaya kesehatan yang dapat dilakukan

di Posyandu antara lain:

1. Pemeliharaan Kesehatan bayi dan anak balita melalui:

a. Penimbangan bulanan bayi dan anak balita

b. Perbaikan gizi masyarakat

c. Pencegahan dini terhadap penyakit (terutama imunisasi dasar)

d. Pengobatan penyakit

e. Penyuluhan (kelompok dan perorangan) kepada ibu/pengasuhnya

2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, menyusui dan Pasangan Usia

Subur melalui:

a. Perbaikan dan peningkatan status gizi

b. Pencegahan terhadap penyakit (termasuk imunisasi TT)

c. Pengobatan penyakit

d. Pelayanan kontrasepsi

e. Penyuluhan (kelompok dan perorangan)

Pada pelaksanaan pos pelayanan terpencil melibatkan

petugas puskesmas, petugas BKKBN sebagai penyelenggaraan

pelayanan professional dan peran masyarakat secara aktif dan


37

positif sebagai pelayanan non professional secara terpadu dalam

rangka alih teknologi dan dikelola masyarakat.

a. Dari segi petugas puskesmas

1. Pendekatan dengan pola pengembangan dan pembinaan

PKMD.

2. Perencanaan terpadu tingkat puskesmas melalui

minilokakarya.

3. Pelaksaanaan melalui sistem lima meja posyandu dan alih

tekhnologi.

b. Dari segi masyarakat

1. Kegiatan swadaya masyarakat diharapkan adanya kader

kesehatan.

2. Perencanaannya melalui musyawarah masyarakat desa

(MMD)

3. Pelaksanaan melalui sistem lima meja.

9. Keberhasilan Posyandu

Menurut Depkes RI (2007), keberhasilan posyandu tergambar

melalui cakupan SKDN pada masing – masing Posyandu. SKDNdisini

adalah :

a. S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.

b. K : Semua balita yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS).

c. D : Balita yang ditimbang


38

d. N : Balita yang naik berat badannya

Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS

(Kartu Menuju Sehat) setiap bulan, KB (Keluarga Berencana),

Peningkatan Gizi dan Penanggulangan Diare (Salham, 2006).

Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan lagi menjadi tujuh

kegiatanPosyandu atau Sapta Krida Posyandu, yaitu:

b. Kesehatan Ibu dan Anak,

c. Keluarga Berencana,

d. Pelayanan Imunisasi,

e. Pelayanan Peningkatan Gizi,

f. Penanggulangan Diare,

g. Sanitasi dasar (cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan

kotoran dan air limbah yang benar, Pengolahan makanan dan

minuman),

h. Penyediaan Obat essensial (Syakira, 2009).

10. Keaktifan ibu balita dalam kegiatan posyandu

Posyandu memiliki kaitan erat dengan peran serta aktif

masyarakat seperti partisipasi ibu balita. Faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu

diantaranya adalah :

1. usia ibu,

2. faktor pendidikan,
39

3. faktor pengetahuan,

4. faktor jumlah keluarga,

5. faktor penghasilan, serta sikap (Wahyuni, 1994).

Kegiatan posyandu dikatakan meningkat jika peran aktif ibu

balita atau peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam

cakupan program kesehatan seperti imunisasi, pemantauan tumbuh

kembang balita, pemeriksaan ibu hamil, dan KB yang meningkat.

Keaktifan ibu pada setiap kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh

pada keadaan status gizi anak balitanya.

Karena salah satu tujuan posyandu adalah memantau

peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu

hamil.Untuk tercapainya itu semua maka ibu yang memiliki anak balita

hendaknya aktif dalam kegiatan posyandu agar status gizi balitanya

terpantau (Kristiani, 2006).

Anda mungkin juga menyukai