Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM IDK 1

( ANATOMI SYSTEM URINARIA )

Nama : SITI FATIMAH


NIM : 30902000250

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020
I. PENDAHULUAN

Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal


bergantung pada pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit
lain di lingkungan cairan internal. Kelangsungan hidup sel juga
bergantung pada pengeluaran secara terus menerus zat-zat sisa
metabolisme toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan
berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya
Sistem perkemihan merupakan sistem ekskresi utama dan
terdiri atas 2 ginjal (untuk menyekresi urine), 2 ureter (mengalirkan
urine dari ginjal ke kandung kemih), kandung kemih (tempat urine
dikumpulkan dan disimpan sementara), dan uretra (mengalirkan urine
dari kandung kemih ke luar tubuh (Nurachmah & Angriani, 2011).
Sistem perkemihan merupakan organ vital yang berperan
penting dalam melakukan ekskresi dan melakukan eliminasi sisa -sisa
hasil metabolisme tubuh, dan dalam keseimbangan cairan dan
elektrolit. Sistem ini secara kontinu membuang dan mereabsorbsi air
dan substansi terlarut dalam darah, serta mengeliminasi setiap
substansi yang tidak dibutuhkan dalam tubuh (Wylie,2011).
Sistem urinaria adalah serangkaian organ tubuh yang berfungsi
dan bertanggung jawab terhadap pembentukan sekresi berupa urine,
meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Sisa- sisa metabolisme akan dikeluarkan salah satunya melalui
urine terutama senyawaan nitrogen seperti urea dan kreatinin, bahan
asing dan produk sisanya. Sampah metabolisma ini dikeluarkan
(disekresikan) oleh ginjal dalam bentuk urin. Urin kemudian akan
turun melewati ureter menuju kandung kemih untuk disimpan
sementara dan akhirnya secara periodik akan dikeluarkan melalui
uretra.
II. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menganalisis
anatomi, bentuk, dan mekanisme system urinaria dari video youtube yang
diberikan dan memenuhi penugasan Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan
1 serta untuk menambah pengetahuan dan edukasi. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk memahami lebih dalam mengenai system urinaria
dalam tubuh terutama anatomi fisiloginya serta mekanisme kerja ginjal
dan organ lainnya untuk menghasilkan urine yang akan dikeluarkan dari
tubuh.

III. METODE PEMERIKSAAN


 Alat
 Pinset
 Handscoon
 Nampan
 Bahan
 Preparat ginjal manusia (cadaver)
 Cara kerja
 Analisis dan mengamati preparat (cadaver) video
Youtube
 Mencari sumber dari internet dan buku

IV. PEMBAHASAN

Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, kandung kemih, dan uretra.


Sistem perkemihan mempunyai dua ginjal untuk menjaga fungsi
ekskresi. Organ ini memproduksi urin yang berisikan air, ion- ion, dan
senyawa-senyawa solute yang kecil. Urin meninggalkan kedua ginjal dan
melewati sepasang ureter menuju dan ditampung sementara pada
kandung kemih, selanjutnya terjadi proses ekskresi urin yang dinamakan
miksi, terjadi ketika adanya kontraksi dari otot-otot kandung kemih
menekan urin untuk keluar melewati uretra dan keluar dari tubuh
(Muttaqin & Sari, 2014).
1. Ginjal
Ginjal adalah organ saluran kemih yang terletak di rongga
retroperiotoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan
sisi cekungnya menghadap ke medial. Cekungan ini disebut sebagai
hilus renalis, yang didalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan
struktur lain yang merawat ginjal, yakni pembuluh darah, sistem
limfatik, dan sistem saraf. Besar dan berat ginjal sangat bervariasi;
hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya pada
sisi yang lain.

Ginjal lelaki relatif lebih besar ukurannya daripada


perempuan. Ukuran rerata ginjal orang dewasa adalah 11,5 cm
(Panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal), dengan beratnya bervariasi
antara 120-170 gram,atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan.
Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang
disebut kapsula fibrosa (true capsule) ginjal, yang melekat pada
parenkim ginjal (Purnomo, 2014).
Ginjal terletak secara retroperitoneal, pada bagian posterior
abdomen, pada kedua sisi kolumna vertebra. Mereka terletak antara
vertebra torakal keduabelas dan lumbal ketiga. Ginjal kiri biasanya
terletak sedikit lebih tinggi dari ginjal kanan karena letak hati. Ginjal
orang dewasa secara rata –rata memiliki panjang 11 cm, lebar 5 – 7,5
cm, dan ketebalan 2,5 cm. Hal yang menahan ginjal tetap pada posisi
di belakang peritonium parietal adalah sebuah masa lemak
peritoneum (kapsul adiposa) dan jaringan penghubung yang disebut
fasia gerota (subserosa) serta kapsul fibrosa (kapsul renal)
membentuk pembungkus luar dari ginjal itu sendiri, kecuali bagian
hilum. Ginjal dilindungi lebih jauh lagi oleh lapisan otot di
punggung pinggang, dan abdomen, selain itu juga oleh lapisan
lemak, jaringan subkutan, dan kulit (Black & Hawk, 2014).
Bila dibelah bagian dalam, ginjal mempunyai tiga bagian
yang berbeda, yaitu korteks, medula, dan pelvis. Bagian eksternal,
atau korteks renal, berwarna terang dan tampak bergranula. Bagian
ginjal ini berisi glomerulus, kumpulan kecil kapiler. Glomerulus
membawa darah menuju dan membawa produk sisa dari nefron, unit
fungsional ginjal (LeMone, 2015).

Satuan fungsional ginjal disebut nefron. Setiap ginjal


mempunyai lebih kurang 1 - 1,3 juta nefron yang selama 24 jam
dapat menyaring 170 – 180 liter darah dari arteri renalis (Syaifuddin,
2011). Ginjal tidak dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu,
pada trauma ginjal, penyakit ginjal, atau proses penuaan yang
normal, akan terjadi penurunan jumlah nefron secara bertahap.
Setelah usia 40 tahun, jumlah nerfron yang berfungsi biasanya
menurun kira – kira 10 persen setiap 10 tahun; jadi, pada usia 80
tahun, jumlah nefron berfungsi 40 persen lebih sedikit ketika usia 40
tahun. Setiap nefron terdiri atas: (1) kumpulan kapiler disebut
glomerulus, yang akan memfiltrasi sejumlah besar cairan dan darah,
dan (2) tubulus panjang tempat cairan hasil filtrasi diubah menjadi
urine dalam perjalanannya menuju pelvis ginjal (Guyton & Hall,
2014).
Pembentukan urine proses seluruhnya oleh nefron melalui
tiga proses, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi
tubulus (LeMone, 2015).
a. Filtrasi Glomerulus.
Filtrasi glomerulus adalah sebuah proses pasif, yaitu tekanan
hidrostatik mendorong cairan dan zat terlarut melewati suatu
membran. Jumlah cairan yang disaring dari darah ke dalam
kapsul per menit disebut laju filtrasi glomerulus. Tiga faktor
yang mempengaruhi laju ini, yaitu total area permukaan yang
ada untuk filtrasi, permeabilitas membran filtrasi, dan tekanan
filtrasi bersih. Tekanan filtrasi bersih berperan untuk
pembentukan filtrat dan ditentukan oleh dua gaya: gaya dorong
(tekanan hidrostatik) dan gaya tarik (tekanan osmotik). Tekanan
hidrostatik glomerulus mendorong air dan zat terlarut menembus
membran. Tekanan ini dilawan oleh tekanan osmotik di
glomerulus (terutama tekanan osmotik koloid protein plasma
dalam darah glomerulus) dan tekanan hidrostatik kapsul yang
dikeluarkan oleh cairan dalam kapsul glomerulus.
b. Reabsorpsi Tubulus.
Reabsorbsi tubulus adalah proses yang dimulai saat filtrat
memasuki tubulus proksimal. Pada ginjal sehat, hampir semua
nutrien organik (seperti glukosa dan asam amino) direabsorpsi.
Namun, tubulus secara konstan mengatur dan menyesuaikan laju
serta tingkat reabsorpsi air dan ion sebagai respon terhadap
sinyal hormonal. Reabsorbsi dapat terjadi secara aktif dan pasif.
Zat yang didapat kembali melalui reabsorpsi tubulus aktif
biasanya bergerak melawan gradien listrik dan/ atau kimia. Zat –
zat ini, termasuk glukosa, asam amino, laktat, vitamin, dan
sebagian besar ion, membutuhkan ATP-dependent carrier untuk
dipindahkan ke ruang interstisial. Pada reabsorpsi tubulus pasif,
yang mencakup difusi dan osmosis, zat bergerak di sepanjang
gradiennya tanpa mengeluarkan energi.
c. Sekresi Tubulus.
Proses akhir pembentukan urine adalah sekresi tubulus, yang
merupakan reabsorpsi balik yang penting. Zat seperti ion
hidrogen dan kalium, kreatinin, amonia, dan asam organik
bergerak dari darah di kapiler peritubulus menuju tubulus itu
sendiri sebagai filtrat. Dengan demikian, urine terdiri atas zat
yang disaring dan disekresi. Sekresi tubulus sangat diperlukan
untuk membuang zat yang tidak ada dalam filtrat, seperti obat –
obatan. Proses ini membuang zat yang tidak diinginkan yang
telah direabsorpsi oleh proses pasif dan menghilangkan ion
kalium tubuh yang berlebihan. Sekresi tubulus juga merupakan
kekuatan penting dalam pengaturan pH darah.
Organ ginjal mempunyai fungsi dan peranan :
a. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh, kelebihan air
dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urin yang
encer dalam jumlah besar. Dalam keadaan kekurangan air
(kelebihan keringat) meyebabkan urin yang diekskresi
jumlahnya berkurang dan konsentrasinya lebih pekat
sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan
relatif normal.
b. Mengatur keseimbangan osmotik dan keseimbangan ion,
fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan
pengeluaran yang abnormal dari ion-ion.
c. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh, ginjal
menyekresi urin sesuai dengan perubahan pH pada darah
dimana hasil akhir metabolisme protein dalam tubuh
dipengaruhi oleh sifat urin yaitu asam dan basa. pH urin
bervariasi antara 4,8 – 8,2.

d. Ekskresi sisa – sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat dan


kreatinin), bahan – bahan yang diekskresi oleh ginjal antara
lain; zat toksik, obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin,
dan bahan kimia asing (pestisida).
e. Fungsi hormonal dan metabolisme, ginjal menyekresi
hormon rennin yang mempunyai peranan penting dalam
mengatur tekanan darah ( sistem rennin- angiotensin-
aldesteron) yaitu untuk memproses pembentukan sel darah
merah (eritropoiesis). Ginjal juga membentuk hormon
dihidroksi kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlukan
untuk absorbsi ion kalsium di usus.
f. Pengaturan tekanan darah dan memproduksi enzim rennin,
angio tensin dan aldosteron yang berfungsi meningkatkan
tekanan darah.
g. Pengeluaran zat beracun, ginjal mengeluarkan polutan, obat-
obatan, zat tambahan makanan, atau zat kimia asing lain
dalam tubuh (Syaifuddin, 2009).

2. Ureter
Ureter membentuk cekungan di medial pelvis renalis pada
hilus ginjal. Biasanya sepanjang 25 – 35 cm di orang dewasa, ureter
terletak di jaringan penghubung ekstraperitoneal dan memanjang
secara vertikal sepanjang otot psoas menuju ke pelvis. Setelah masuk
ke rongga pelvis, ureter memanjang ke anterior untuk bergabung
dengan kandung kemih di bagian posterolateral. Pada setiap sudut
ureterovesika, ureter terletak secara oblik melalui dinding kandung
kemih sepanjang 1,5 – 2 cm sebelum masuk ke ruangan kandung
kemih (Black & Hawks, 2014).

Ureter mempunyai tiga penyempitan sepanjang perjalanannya, yaitu:


1. Di tempat pelvis renalis berhubungan dengan ureter,
2. Ditempat ureter melengkung pada waktu menyilang apertura
perlvis superior,
3. Di tempat ureter menembus dinding vesica urinaria (Snell, 2011).
Pembuluh darah yang memperdarahi ureter adalah arteri
renalis, arteri spermatika interna, arteri hipogastrika, dan arteri
vesikalis inferior. Persarafan ureter cabang dari pleksus mesenterikus
inferior, pleksus spermatikus, dan pleksus pelvis. Sepertiga bawah
dari ureter terisi sel – sel saraf yang bersatu dengan rantai aferen dan
nervus vagus. Rantai aferen dari nervus torakalis XI, XII, dan nervus
lumbalis (Syaifuddin, 2011).
3. Kandung Kemih (vesika urinaria)

Kandung kemih adalah organ kosong yang terletak pada


separuh anterior dari pelvis, di belakang simfisis pubis. Jarak antara
kandung kemih dan simfisis pubis diisi oleh jaringan penghubung
yang longgar, yang memungkinkan kandung kemih untuk melebar ke
arah kranial ketika terisi. Peritonium melapisi tepi atas dari kandung
kemih, dan bagian dasar ditahan secara longgar oleh ligamen sejati.
Kandung kemih juga dibungkus oleh sebuah fasia yang longgar
(Black & Hawks, 2014).
Dinding ureter mengandung otot polos yang tersusun dalam
berkas spiral longitudinal dan sirkuler. Kontraksi peristaltik teratur 1
– 5 kali/menit menggerakan urine dari pelvis renalis ke vesika
urinaria, disemprotkan setiap gelombang peristaltik. Ureter berjalan
miring melalui dinding vesika urinaria untuk menjaga ureter tertutup
kecuali selama gelombang peristaltik dan mencegah urine tidak
kembali ke ureter (Syaifuddin, 2011).

4. Uretra
Uretra merupakan sebuah saluran yang berfungsi sebagai
saluran keluaran urine yang tertampung dari vesika urinaria. Secara
anatomis uretra dibagi menjadi dua bagian, yaitu uretra posterior dan
uretra anterior.

Uretra pada laki – laki dan perempuan memiliki perbedaan


besar. Uretra perempuan memiliki panjang sekitar 4 cm dan sedikit
melengkung ke depan ketika mencapai bukaan keluar, atau meatus,
yang terletak di antara klitoris dan lubang vagina. Pada laki – laki,
uretra merupakan saluran gabungan untuk sistem reproduksi dan
pengeluaran urine. Uretra pada lakui – laki memiliki panjang sekitar
20 cm, dan terbagi dalam 3 bagian utama. Uretra pars prostatika
menjulur sampai 3 cm di bawah leher kandung kemih, melalui
kelenjar prostat, kedasar panggul. Uretra pars membranosa memiliki
panjang sekitar 1 – 2 cm dan berakhir di mana lapisan otot
membentuk sfingter eksterna. Bagian distal adalah kavernosa, atau
penis uretra. Sepanjang sekitar 15 cm, bagian ini melintas melalui
penis ke orifisum uretra pada ujung penis (Black & Hawks, 2014).

V. KESIMPULAN
 Sistem urinaria adalah serangkaian organ tubuh yang berfungsi dan
bertanggung jawab terhadap pembentukan sekresi berupa urine,
meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
 Sistem perkemihan terdiri atas ginjal, kandung kemih, dan uretra.
 Sistem perkemihan mempunyai dua ginjal untuk menjaga fungsi
ekskresi.
 Urin meninggalkan kedua ginjal dan melewati sepasang ureter
menuju dan ditampung sementara pada kandung kemih,
selanjutnya terjadi proses ekskresi urin yang dinamakan miksi.
 Ginjal lelaki relatif lebih besar ukurannya daripada perempuan.
Ukuran rerata ginjal orang dewasa adalah 11,5 cm (Panjang) x 6
cm (lebar) x 3,5 cm (tebal), dengan beratnya bervariasi antara 120-
170 gram,atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan.
 Ginjal terletak secara retroperitoneal, pada bagian posterior
abdomen, pada kedua sisi kolumna vertebra.
 Bila dibelah bagian dalam, ginjal mempunyai tiga bagian yang
berbeda, yaitu korteks, medula, dan pelvis.
 Satuan fungsional ginjal disebut nefron. Setiap ginjal mempunyai
lebih kurang 1 - 1,3 juta nefron.
 Filtrasi glomerulus adalah sebuah proses pasif, yaitu tekanan
hidrostatik mendorong cairan dan zat terlarut melewati suatu
membrane.
 Reabsorbsi tubulus adalah proses yang dimulai saat filtrat
memasuki tubulus proksimal.
 Proses akhir pembentukan urine adalah sekresi tubulus, yang
merupakan reabsorpsi balik yang penting.
 Uretra merupakan sebuah saluran yang berfungsi sebagai saluran
keluaran urine yang tertampung dari vesika urinaria.
 Uretra perempuan memiliki panjang sekitar 4 cm dan sedikit
melengkung ke depan ketika mencapai bukaan keluar.
 Pada laki – laki, uretra merupakan saluran gabungan untuk sistem
reproduksi dan pengeluaran urine.
DAFTAR PUSTAKA

https://staff.ui.ac.id/system/files/users/ahmad.aulia/material/sistemperkemihan.doc
(Diakses 12 November 2020)

http://repository.poltekkessmg.ac.id/repository/BAB%202%20P1337430116021.pdf
(Diakses 12 November 2020)

http://repository.unimus.ac.id/1464/3/15.%20BAB%20II.pdf (Diakses 12 November


2020)

http://perpus.fikumj.ac.id/index.php?p=fstreampdf&fid=3281&bid=3307 (Diakses 12
November 2020)

https://www.academia.edu/37830473/MAKALAH_SISTEM_URINARIA (Diakses
12 November 2020)

Kinantoro.& Maryana. 2020. Anatomi Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pearce, Evelyn C. 1979. Anatomy & Physiology for Nurses. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai