Anda di halaman 1dari 12

KESENIAN SENI CADAS DI PAPUA PADA MASA MESOLITIK

Mikhael.Z.Simatupang, Sulthan Farhan P, Yohanes Purwanto


Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Malang
Abstrak: Manusia dan lingkungan saling terkait dan tidak terpisahkan. Lingkungan
menyediakan segala sesuatu dan manusia mampu mengelola dan memanfaatkan.
Berdasarkan sisa-sisa arkeologis Pulau Misool, menjadi indikasi Migrasi Austronesia ke
Pulau Misool. Migrasi telah menghadirkan budaya baru dalam bentuk Seni Cadas.
Kata Kunci: Pulau Misool, Peninggalan Arkeologis, Austronesia

Abstract : Humans and the environment are interrelated and inseparable. Environment
provides everything and humans able to manage and utilize.Based on archaeological
remains on the misool island, be indicative of Austronesian migration to the misool island.
Migration has been presenting a new culture in the form of rock art, pottery and building
stone.

Keywords: Misool Island, archaeological remains, Austronesian

Bab 1. Latar belakang

Papua merupakan pulau yang terletak di timur indonesia, di pulau ini ditemukan
sebuah bentuk seni yaitu seni cadas, Lebih tepatnya letak ditemukan lukisan ini yaitu
berada di Pulau Misool yang masih berdekatan dengan Pulau Raja Ampat. seni cadas ini
berada sangat dekat dengan permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut
perkiraan, lukisan dinding menjadi bagian dari rangkaian petunjuk jalur migrasi di daerah
sekitar Pulau Misool. Seni cadas sendiri disebabkan akibat terjadinya persilangan
kebudayaan antara ras Melanesia dan ras Austronesia. Menurut Bellwood dan Tanudirjo
kedatangan Bangsa Austronesia di wilayah Asia Tenggara dan Oceania sekitar 4000-2700
tahun yang lalu (Bellwood, 1997).
Motivasi dan tujuan telaah
Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan penulisan artikel ini adalah untuk
mengungkapkan tentang seni cadas di wilayah tersebut, setidaknya ada beberapa aspek
yang perlu dikaji yaitu aspek keruangan terkait letak atau sebaran seni cadas dan sifat
situsnya, aspek kronologi berkaitan dengan pertanggalan seni cadas itu ditemukan, aspek
sintaktik berkaitan dengan ciri teknis, motif serta gaya penggambaran lukisan, aspek
pragmatik berkaitan dengan hubungan antara tanda atau lambang dengan menggungkapkan
tujuan atau fungsi seni cadas dengan penjelasan perannya, dan motivasi budaya yang
melatarbelakanginya (Tanudirdjo dalam Djami 2011 ).

Kegunaan

Kegunaan hasil telaah yaitu untuk sebagai bahan referensi pengetahuan tentang apa
saja hasil karya lukisan gua prasjejarah yang ada di perbatasan indonesia dan papua nugini
yang kedua sebagai bahan edukasi bagi masyarakat agar dapat menjaga dan melestarikan
hasil karya tersebut

Metodologi

a. Pemilihan topik
Dalam sebuah penelitian penentuan topik merupakan langkah awal pada
penulisan sejarah. Penentuan topik di awal dapat membantu penulis dalam
menentukan pencarian data penulisan. Dengan penentuan topik dari awal penulis
akan sangat mudah menelusuri sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih.
Penentuan topik penelitian sebaiknya dipilih berdasarkan atas kedekatan emosional
dan kedekatan intelektual (Kuntowijoyo, 2013:70).
Pada tahap yang pertama ini, pemilihan topik sebagai kajian dalam penulisan ini
lebih didasarkan pada kedekatan intelektual. Hal ini dilakukan agar penulisan terhindar dari
subjektivitas yang berlebihan dan bisa memberikan penjelasan yang lebih luas karena
sesuai dengan yang sudah dipelajari sebelumnya.
b. Heuristik
Pada tahapan selanjutnya penulis melakukan tahap heuristik. Pada tahap ini
penulis mencari sumber yang berhubungan dengan fokus penulisan yang sudah
ditentukan secara lengkap dan mendalam guna mendukung yang ingin dicapai
dalam penulisan ini. Data yang dikumpulkan oleh penulis diperoleh dari sumber
data primer yang berupa sumber tertulis. Sumber data primer adalah sumber-
sumber asli sebagai sumber pertama (Sjamsuddin, 2007:106). Sementara
menurut Gottschalk (1983:35) sumber primer merupakan kesaksian dari seorang
saksi dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indera yang lain atau
dengan orang atau alat yang hadir dalam peristiwa yang diceritakannya. Namun
karena peristiwa yang akan diangkat dalam penulisan jurnal ini sudah terjadi
beberapa tahun yang lalu dan penulis memiliki keterbatasan dalam mencari
sumber lisan lewat wawancara maka pencarian sumber akan lebih difokuskan
pada sumber tekstual.
c. Kritik atau verifikasi adalah menilai dan meneliti sumber-sumber sejarah
yang telah ditemukan yang menyangkut dua macam yaitu otensitas (keaslian
dari sumber) dan kredibilitas (sesuai dan bisa tidaknya dipercaya suatu
sumber) (Kuntowijoyo, 2005:99). Kritik merupakan suatu tahapan penilaian
sumber dan bukti-bukti sejarah yang telah ditemukan. Kriti dibagi menjadi
dua jenis yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Berikut mengenai penjelasan
dua jenis kritik.
a. Kritik ekstern
Kritik ekstern merupakan penilaian sebuah sumber sejarah
dari pengaruh luarnya. Kartodirdjo (1992:10) berpendapat bahwa
tahap ini digunakan untuk mengetahui keautentikan suatu dokumen
yang dapat dilihat melalui kenyataan identitasnya, yaitu dengan cara
meneliti bahan, jenis tulisan, dan gaya bahasanya.

b. Kritik intern
Kritik internal dilakukan untuk menguji pernyataan dan fakta
yang ada didalam dokumen. Kritik dilakukan dengan cara
identifikasi penulisannya, sifat, wataknya, dan daya ingatnya, atau
jauh dekatnya dari peristiwa dalam waktu. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui pernyataan tersebut dapat diandalkan atau tidak
(Kartodirdjo, 1992:10).
d. Interpretasi
Menafsirkan dan meyimpulkan keterangan yang dapat dipercaya mengenai
sumber sejarah berdasarkan informasi yang diberikan. Interpretasi atau penafsiran
sering disebut sebagai asal mulanya subjektivitas. Proses interpretasi dijalankan
dengan membandingkan informasi yang beragam sehingga dapat menghasilkan
suatu interpretasi yang baru maupun interpretasi yang dapat memperkuat pendapat-
pendapat yang ada sebelumnya.
e. Historiografi
Sintesis dari seluruh hasil penelitian atau penemuan dalam suatu penulisan
yang utuh (Sjamsuddin, 2007:156). Historiografi merupakan tahapan terakhir dalam
metode penelitian sejarah. Pada tahapan ini peneliti menyatukan bukti-bukti, fakta-
fakta yang telah didapat dan menulisnya kembali menjadi suatu sejarah. Jadi tahap
historiografi merupakan tahapan penulisan sejarah berdasarkan sintesis yang telah
dilakukan sebelumnya. Pada proses penulisan, fakta satu dihubungkan dan bukti
satu dihubungkan dengan bukti yang telah ditemukan berdasarkan konsep pemikiran
yang sistematis, logis, dan kronologis dengan memperhatikan segi sebab-akibat.
Proses historiografi pada penelitian ini dilakukan dengan menyusun fakta-fakta dan
bukti-bukti sejarah kedalam rangkaian narasi yang bersifat kronologis. Hal ini dibuat agar
penelitian lebih mudah dimengerti dan dapat menceritakan semua fakta dan bukti sejarah
dengan lebih beraturan
Bab II. Paparan Data

II.1. LETAK DAN KONDISI GEOGRAFIS

Pulau Misool adalah salah satu dari empat pulau besar di Kepulauan Raja
Ampat di Papua Barat, Indonesia . Luas wilayahnya 2.034 km². Titik tertinggi adalah 535
m dan kota utama adalah Waigama dan memiliki kordinat 1 ° 53'41 "S 130 ° 5'1" E. Pulau
Misool berada di distrik Misool, Kabupaten Raja Ampat, provinsi Papua Barat.
Pulau misool ini berbatasan langsung dengan Laut Seram. Daerah ini terletak di kepala
burung papua barat dan dekat dengan kota sorong . Misool terbagi atas dua bagian yaitu
misool timur selatan dan misool barat. Daerah ini terkenal juga dengan keanekaragaman
budaya, adat, laut dan darat.
Pulau misool termasuk daerah segitiga karang dunia dan puluhan banyak ikan hias
yang terdapat di dalam lautnya yaitu sekitar 75% ikan hias dan segitiga karang dunia juga
terdapat di daerah misool ini. Dan daerah ini juga memiliki laut lepas yang sangat luas
sekali sehingga menjadi jalur lintasnya hewan-hewan besar yaitu seperti paus dan gurita.

II.2 Data tempat seni cadas

Penerapan metode observasi dilakukan dengan mendata satu spot tebing menuju
spot tebing berikutnya, lalu dilanjutkan dengan berkeliling menelusuri bentang pulau-pulau
karst kemudian mencatat setiap gambar cadas yang ditemui. Gambar yang diambil rata-rata
terletak jauh di atas jangkauan, sehingga diperlukan pengamatan dan penglihatan yang ketat
untuk menentukan bentuknya terutama pada gambar-gambar yang bertumpuk (overlay).
Dari hasil investigasi, dapat dicatat sebanyak 17 spot yang menyimpar gambar cadas
dengan berbagai variasi dan komposisi yang dapat dikelompokkan dalam kategori galeri
dan panel. Selain imaji cap tangan, situs bergambar pulau.
Wimba yaitu istilah yang digunakan untuk penyebutan sebuah gambar, obyek,
imaji, atau citra yang terdapat dalam pigura bidang gambar. Setiap obyek yang digambar
dalam gambar dan dapat identifikasi bentuknya, maka disebut dengan wimba. Istilah ini
mulai diperkenalkan dan digunakan dalam ilmu bahasa rupa seperti seni rupa, dan disain.
pulau karang Misool juga dipenuhi oleh imaji ikan, antropomorpik, binatang melata,
burung, garis geometric, kotak, dan imajiimaji yang masih sulit ditebak karena kondisi
kabur, lapuk dan rusak. Secara garis besar data gambar cadas tersebut dapat dikelompokkan
dalam 5 (lima) kategori yaitu; gambar telapak tangan, gambar fauna, antropomorpik,
gambar tanpa bentuk/simbolik, gambar berbentuk lingkaran menyerupai roda, matahari,
mapun persegi.

A. Gambar Telapak Tangan


Gambar telapak tangan merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang sering
ditemukan baik pada dinding gua atau ceruk maupun dinding-dinding cadas yang terbuka
dan terjal seperti yang ditemukan di pulau-pulau Misool ini. Gambar telapak tangan itu
dapat dikatakan bersifat universal, karena terdapat hampir di seluruh dunia, seperti Eropa,
Amerika, Afrika, Australia, dan Asia.Gambar telapak tangan yang dapat diidentifikasi dan
dicatat di pulau-pulau karang Misool jumlahnya cukup banyak, yaitu terdapat gambar
telapak tangan dengan teknik tera negatif. Gambar telapak tangan seperti ini disebut dengan
teknik stencil karena dibuat dengan cara meletakkan tangan pada permukaan dinding gua,
lalu cairan warna disemprotkan di sekitar tangan tersebut. Setelah pewarnaan selesai, maka
tangan diangkat dan akan terlihat cetakan berupa bentuk tangan dari bagian yang tidak
terwarnai. Gambar telapak tangan yang dihasilkan dari teknik pembuatan seperti itu sering
pula disebut dengan negative hand stencil. Dari seluruh panel yang dijadikan fokus
perhatian dan pencatatan hanya 3 dari 17 panel yang tidak ditemukan gambar telapak
tangan. Pada panel 15 ditemukan adanya dua teknik membuat tera tangan, selain teknik
stencil dijumpai teknik imprint sebanyak tiga gambar. Teknik ini dibuat dengan cara
membasahi atau melumuri tangan dengan cairan warna, kemudian menempelkan tangan
tersebut ke permukaan dinding cadas. Penempelan atau peneraan tangan tersebut akan
menghasilkan cap berupa tangan
B. Gambar Fauna

Gambar fauna yang paling menonjol di antara gambar fauna yang lain, yaitu ditempati
oleh fauna ikan dengan berbagai ukuran dari kecil, sedang hingga ukuran besar. Pada panel
15 dapat diamati sejumlah jenis ikan misalnya menyerupai ikan paus, lumba-lumba, dan
ikan predator seperti hiu. Lokasi tebing yang sangat kaya gambar ini berlokasi di situs
Sunbayo dengan letak astronomis berada pada titik S: 01⁰ 58’ 06.5” dan E: 130⁰ 27’ 25.5’.
Begitu banyaknya gambar yang tertera di dinding, celah dan ceruk-ceruk sempit pada situs
Sunbayo ini, maka lebih tepat disebut sebagai galeri garca karena dapat dibagi lagi menjadi
beberapa panel.

C. Gambar Simbolik

Terdapat beberapa gambar yang memiliki garis dan bentuk yang sangat jelas, namun
sulit dibaca maupun diartikan dan dipadankan dengan suatu jenis tertentu (lihat gambar 4).
Gambar tersebut terdiri dari dua garis lengkung memanjang yang bertemu pada ujungnya,
lalu diberi

Beberapa garis pendek yang menjuntai menyerupai gambar binatang melata atau
jenis serangga yang berkaki. Tapi memang cukup sulit menterjemahkan dari segi bentuk,
sehingga gambar tersebut lebih dapat dibaca sebagai suatu gambar yang bersifat simbolik
yang memiliki arti dibalik yang dilambangkan melalui garis-garis. Sangat diperlukan suatu
pendekatan dan metode ilmiah untuk menafsirkan gambargambar simbolik, seperti halnya
yang dilakukan pada gambar cadas yang telah dilakukan di Kalimantan ataupun pada situs
prasejarah dunia lainnya.
Bab III Analisis Data

III.1 Awal persilangan kebudayaan seni cadas di Pulau Misool Raja Ampat Papua

Gugusan Pulau Raja Ampat di Provinsi Papua Barat memiliki keindahan dan
keunikan yang khas. Lingkungan karst Raja Ampat merupakan hasil dari proses geologi
yaitu fenomena pelarutan yang difasilitasi oleh struktur geologi. Pulau Misool terdiri atas
sederetan batu karang yang membentang dan berbatasan langsung dengan lau Seram dan
perairan lepas. Berdasarkan penelitian gambar-gambar pada batu cadas di Pulau Misool
secara geologis menempati lokasi disuatu rangkaian pulau-pulau karang yang sempit
sehingga letak gambar berada di tebing yang langsung bersentuhan dengan air laut. Dari
bentuk sisi dan karakteristik yang memiliki tebing-tebing yang terjal, maka sulit
dibayangkan bagaimana manusia zaman prasejarah ketika menjangkau pulau-pulau itu
(Nasrudin,2015:151-153).

Menurut Bellwood ( dalam Adhityatama, 2017) Kelompok Austromelanesid


merupakan imigran awal yang berhasil menetap di kawasan Papua. Dengan berjalannya
waktu muncul bangsa baru dari Austronesia yang menetap di Papua, kemudian dua
kelompok ini bertemu dan saling berinteraksi yang akhirnya membentuk budaya dan tradisi
yang sampai saat ini masih dapat dijumpai. Peninggalan ini baik secara adat maupun tradisi
secara material.

Dalam proses migrasi sangat ditentukan oleh aspek lingkungan seperti jarak antar
pulau dan arah mata angin. Kemungkinan migrasi manusia ke Pulau Misool memanfaatkan
pergantian arah angin dan arus laut yang berubah setiap musim. Dapat dikatakan juga
faktor penyebab migrasi ini ke Pulau Misool adalah mencari wilayah baru untuk mencari
sumber eksploitasi ( Fairyo, 2010:90-91).

Menurut Soejono (dalam Adhityatama, 2017) hasil penelitian arkeologi yang


dilakukan di wilayah Raja Ampat diperoleh informasi bahwa peninggalan kebudayaan
berupa situs seni cadas, situs gua, dan beragam jenis artefak lainnya seperti pecahan
tembikar, pecahan bata, keramik, dan tempayan yang kemungkinan artefak lainnya ini
berbeda konteks waktunya.

Pada tahin 1995, dalam survei arkeologi oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional
yang dilakukan di wilayah Kabupaten Sorong dan Raja Ampat telah ditemukan sejumlah
gua yang berlukis yang dimanfaatkan oleh manusia pada zaman dahulu sebagai tempat
bermukim dan penguburan. Dalam penelitian 2014 dan 2016 setidaknya ditemukan 40 situs
gambar cadas dan beberapa fragmen pecahan tembikar di pesisir pantai dan dari dalam
ceruk gua (Adhityatama, 2017).

Komunitas Melanesia bercirikan ras Austromelanesid yang telah tinggal di Papua


sekitar 10.000 tahun yang lalu. Bukti interaksi budaya antar komunitas penutur Austronesia
dan Melanesia adalah gambar seni cadas (rock art), untuk menyebut rock art hasil karya
manusia prasejarah pada media batuan gamping, bongkahan batu, atau tebing karang. Pada
situs gambar pada batu cadas di Pulau Misool didapati gambar-gambar bernuansa laut
dengan warna yang didominasi oleh merah dan hitam. Gambar perahu yang berwarna hitam
pada dinding gua menilai sebagai ciri khas dari hasil budaya Austronesia (Adhityatama,
2017).

III.2 Ciri manusia pendukung

Adanya kebudayaan antara budaya Austronesia dan Melanesia ini dibuktikan


dengan temuan berupa fragmen gerabah, fragmen tulang-tulang binatang dan deposit
cangkang kerang serta gigi manusia yang mengindikasikan bahwa telah hadir penghuni di
Pulau Misool yang membawa berbagai unsur budaya baru.Dari jejak-jejak arkeologi
tersebut memberikan suatu gambaran bahwa migrasi dari orang Austronesia pada masa
lampau telah ada di Pulau Misool.Fairyo(2010:90)
Komunitas melanesia bercirikan austromelanesid telah tinggal dipapua sejak 10.000
tahun yang lalu. Mereka menetap di pedalaman dan sekitar pesisir pantai papua komunitas
melanesia beraktivitas dengan memanfaatkan hasil laut bercocok tanam, berkebun dan
berburu
Komunitas melanesia awalnya menetap dibagian barat indonesia dengan bukti
ditemukannya situs arkeologi di sumatra dan dijawa.Namun walaupun mereka bercampur
pada perkembangannya komunitas austromelanesid tetap ada yang bergeser sedikit sedikit
ke kawasan indonesia timur.(Adhiyatama,2019.)
Interaksi budaya anatra komunitas austromelanesid dengan melanesia berada
dipesisir panatai.Jenis interaksi dari kedua komunitas ini bisa dilihat dari budayanya bukti
arkeologi yang menguatkan komunitas mereka adalah menginag,teknologi pembuatan
kapur bundar dan Pembuatan tembikar.(Adhiyatama,2019.)

III.3 Bentuk hasil seni cadas di Pulau Misool


Seni cadas merupakan salah satu bentuk peninggalan budaya dari masa prasejarah
yang sangat penting untuk mengungkapkan pengetahuan dan perilaku para pembuatnya.
Keberadaannya sebagai bukti pencapaian citarasa seni manusia di masa itu. Menurut
Heekern, peninggalan seni cadas di Indonesia sudah ada sejak 4000 tahun yang lalu
bertepatan dengan berakhirnya masa mesolitik dan dimulainya masa neolitik (Soekmono,
1973; Djami, 2008).
Di daerah sekitar Pulau Misool ditemukan peninggalan prasejarah berupa seni cadas
yang dilukis pada dinding batu karang. Uniknya, seni cadas ini berada sangat dekat dengan
permukaan laut dan tidak berada di dalam gua. Menurut perkiraan, lukisan dinding menjadi
bagian dari rangkaian petunjuk jalur migrasi di daerah sekitar Pulau Misool. Seperti yang
terdapat diwilayah kampung Tomolol dengan sembilan situs seni cadas yaitu dua situs
Mloialdlo , tiga situs Kajipo, situs Kabilitlo, situs Kapalaupa, situs Funmalelen, dan situs
Manyaimleud.
Menurut para ahli bahwa gambar cadas prasejarah tidak dibuat asal jadi (random
without meaning) atau acak, tetapi dibuat dengan sengaja untuk suatu tujuan, bahkan
dikerjakan oleh orang yang trampil menggambar dan dipandu oleh seorang guru namun
tidak setiap saat sang guru yang menggambar.
Motif-motif gambar cadas yang berada pada dinding-dinding tebing karang tersebut
dapat diklasifikasikan ke dalam: kelompok manusia berupa gambar manusia kangkang
seolah-olah sedang menari dan cap tangan, kelompok fauna meliputi motif ikan, lumba-
lumba, paus, kadal, kupu-kupu, kuda laut, penyu, ular, kelompok flora seperti motif
tumbuhan, kelompok benda budaya seperti motif topeng, panah, kapak batu, kotak, tas,
simbol, alat tusuk, dan bumerang, kelompok geometris berupa matahari, segi empat, dan
kelompok abstrak atau lukisan yang belum teridentifikasi berupa gambar-gambar yang
tidak berbentuk dan juga gambar-gambar yang sudah pudar.
Motif - motif gambar cadas yang berasal dari Pulau Misool merupakan hasil silang
budaya antara ras Australomelanosoid yang merupakan ras imigran yang pertama kali
menginjakkan kaki di Bumi Cendrawasih, termasuk Pulau Misool dengan gelombang
imigran dari suku penutur Bahasa Austronesia yang berasal dari Kepulauan Oceania yang
berimigran ke Pulau Papua sekitar 4000 - 2700 tahun yang lalu. Mulai dari situ, kedua
golongan masyarakat tersebut berbaur dan berinteraksi sehingga menciptakan persilangan
budaya, baik secara tradisi maupun material pada masa prasejarah.

Bab IV Kesimpulan

Keberadaan seni cadas di wilayah Pulau Misool telah memberikan gambaran


tentang pola kehidupan manusia pada masa lampau dan sebagai tanda atau simbol
kebudayaan pendukungnya. Temuan seni cadas tersebut menunjukkan beragam bentuk
motif lukisan, yang jika dikaitkan antarmotifnya menggambarkan suatu peristiwa budaya
seperti manusia dalam perahu yang menunjukkan kegiatan pelayaran dan beberapa bentuk
motif manusia dalam berbagai posisi, serta keberadaan kadal, ular, dan tumbuhan sebagai
gambaran kehidupan manusia.

Himpunan gambar telapak tangan dan ratusan gambar menyerupai fauna ikan,
maupun beragam bentuk lainnya, menjadi bukti jejak-jejak sejarah peradaban manusia yang
dapat dibaca dan ditafsirkan dengan pendekatan kajian bentuk dan nirbentuk untuk
keperluan menjelaskan tentang cara-cara hidup, kemampuan teknologi, pengetahuan, religi,
maupun persebaran dan migrasi manusia prasejarah di Nusantara. Terakhir, perlu segera
mendapat perhatian untuk kepentingan penelitian dan pelestarian sebagai warisan cagar
budaya bangsa.

Mengacu pada teknik pembuatan seni cadas yang dibuat dengan cara dipahat pada
dinding gua dan pada bongkah batu besar serta keberadaan objek gambarnya berupa patung
karwar yang identik dengan pemujaan nenek moyang, maka budaya seni cadas di wilayah
Pulau misool ini diperkirakan muncul bertepatan dengan masuknya pengaruh megalitik
2000 tahun yang lalu yang dibawa oleh para penutur Austronesia yang datang pada
gelombang yang lebih muda melalui jalur utara, hal ini juga didukung oleh bukti linguistik.

Anda mungkin juga menyukai