Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AVERTEBRATA AIR A02

MENGENAL ROTIFERA

Disusun oleh :
Rifaldi Septian Harpha 155080401111068
Akhyar Fetri Ardi 175080407111006
Taufik Cahyo Irianto 195080400111003
Fitrotul Mufidah 195080400111005
Sila Rahmawati Segara 195080400111007
Revidah Fitria Sari 195080400111015
Anggi Tasa Melina 195080400111031
Virda Faradila Rahmad 195080400111037
Ratih Ratnaning Putri 195080400111039
Hilmi Maulana Syauqi 195080400111065
Yanti Utami 195080400111067
Lili Omena Putri 195080401111017
Fitria Anggun Maulida 195080401111019

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, hidayah, inayah, serta ridho-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul MENGENAL ROTIFERA ini tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Tim Dosen pada mata kuliah Avertebrata Air. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Rotifera bagi penulis dan para pembaca.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Uun Yanuhar, S.Pi, M.Si selaku
dosen Avertebrata Air yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Demikian makalah ini kami buat dengan rasa tanggungjawab semoga dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi kelompok kami pada khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya. Seperti kata pepatah yang mengatakan tiada gading yang tak retak
begitupun dengan makalah ini, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kami meminta maaf apabila terdapat
kekurangan atau kesalahan dalam penulisan makalah ini, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 17 Februari 2021

Tim Penulis

ii
Daftar Isi
Daftar Isi
Kata Pengantar...................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................iii
I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1
II. PEMBAHASAN...........................................................................................................8
2.1. Monogononta..........................................................................................................8
2.1.1. Pembagian Kingdom, Klasifikasi, dan Tata Nama Monogononta...................8
2.1.2. Lingkungan Hidup Monogononta....................................................................9
2.1.3. Morfologi dan Anatomi Monogononta............................................................9
2.1.4. Sistem Reproduksi Monogononta....................................................................9
2.1.5. Sistem Pencernaan dan Cara Makan Monogononta.......................................10
2.1.6. Sistem Ekskresi dan Sekresi Monogononta...................................................10
2.2. Bdelloidea.............................................................................................................10
2.2.1. Pembagian Kingdom, Klasifikasi, dan Tata Nama Bdelloidea.......................11
2.2.2. Lingkungan Hidup Bdelloidea.......................................................................11
2.2.3. Morfologi dan Anatomi Bdelloidea...............................................................12
2.2.4. Sistem Reproduksi Bdelloidea.......................................................................12
2.2.5. Sistem Pencernaan dan Cara Makan Bdelloidea............................................13
2.2.6. Sistem Ekskresi dan Sekresi Bdelloidea........................................................13
2.3. Seisonidea.............................................................................................................14
2.3.1. Pembagian Kingdom, Klasifikasi, dan Tata Nama Seisonidea......................14
2.3.2. Lingkungan Hidup Seisonidea.......................................................................15
2.3.3. Morfologi dan Anatomi Seisonidea...............................................................15
2.3.4. Sistem Reproduksi Seisonidea.......................................................................17
2.3.5. Sistem Pencernaan dan Cara Makan Seisonidea............................................17
2.3.6. Sistem Ekskresi dan Sekresi Seisonidea........................................................18
III. PENUTUP..................................................................................................................19
3.1. Kesimpulan...........................................................................................................19
3.2. Saran.....................................................................................................................19
Daftar Pustaka...................................................................................................................iv

iii
1

I. PENDAHULUAN

Rotifera adalah hewan multiseluler dengan rongga tubuh yang sebagian dilapisi
oleh mesoderm. Rotifera berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘rota’ = roda dan ‘ferre’ =
membawa, yang berarti ‘wheel bearer’ atau membawa roda. Arti dari kata ‘membawa
roda’ ini berhubungan dengan bentuk morfologi/ ciri khas yang dipunyai oleh tubuh
Rotifera tersebut. Yaitu Rotifera mempunyai silia/ bulu – bulu getar yang berputar seperti
roda, berlokasi di sekitar mulutnya dan berfungsi sebagai alat pergerakan tubuh mereka.
Tubuh Rotifera di bagian luar bersegmen, berbentuk teleskopis, lentur, sehingga dapat
memanjang, dan dilindungi oleh kutikula. Kutikula yang melapisi tubuhnya ini lah yang
menandakan Rotifera berkerabat dekat dengan cacing gelang dan artropoda.
Rotifera merupakan hewan air yang mikroskopis (sekitar 200-500 mikrometer),
multiselular walaupun mempunyai otak yang masih tergolong primitif. Hingga sekarang
sekitar 2000 spesies dari Phylum Rotifera telah ditemukan. Rotifera atau rotifer
merupakan sebuah filum dari hewan pseudoselomata mikroskopis dan dekat mikroskopis.
Mereka pertama kali dijelaskan oleh Rev. John Harris pada 1696, dan bentuk lain yang
digambarkan oleh Anton van Leeuwenhoek pada 1703. Sebagian rotifera panjangnya
sekitar 0,1-0,5 mm, dan yang umum di lingkungan air tawar di seluruh dunia dengan
beberapa spesies air asin; misalnya, genus Synchaeta. Beberapa rotifera berenang bebas
dan benar-benar planktonik, yang lain bergerak dengan inchworming sepanjang substrat,
dan beberapa sessile, hidup di dalam tabung atau holdfasts agar-agar yang melekat pada
substrat. Sekitar 25 spesies kolonial (misalnya, Sinantherina semibullata), baik sesil atau
plankton. Rotifera adalah bagian penting dari zooplankton air tawar, menjadi sumber
makanan besar dan dengan banyak spesies juga berkontribusi terhadap dekomposisi
bahan organik tanah.

Rotifera merupakan salah satu jenis dari zooplankton dan termasuk kingdom
animalia. Filum rotifera dibagi menjadi tiga kelas yaitu Monogononta, Bdelloidea, dan
Seisonidea. Kelas terbesar adalah kelas monogononta dengan 1500 spesies, yang kedua
adalah bdelloidea dengan 350 spesies dan hanya 2 spesies yang baru dikenali dari kelas
2

seisonidea, dikarenakan spesies seisonidea masih primitif.


Menurut Hyman (1951) dan Suzuki (1983) dalam Julianty (1999), Brachionus plicatilis
memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Phylum : Avertebrata
Klas : Aschelmintes
Sub klas : Rotaria
Ordo : Eurotaria
Family : Brachionidae
Sub family : Brachioninae
Genus : Brachionus
Brachionus termasuk salah satu genus yang sangat populer diantara sekian banyak jenis
Rotifera.
Klasifikasi rotifera dibagi menjadi 3 kelas yaitu :
1. Monogononta : merupakan kelas terbesar dari filum rotifera karena memiliki 1500
spesies. Mereka hidup sebagai parasit pada bryophyte (alga hijau). Monogononta
dibagi menjadi 3 ordo yaitu Collothecaceae , Flosculariaceae dan Ploima (Wiscosin)
2. Bdelloidea : merupakan kelas kedua terbesar di filum rotifer setelah kelas
monogononta. Ketika mengalami keadaan lingkungan yang tidak dapat diprediksi,
mereka dapat hidup dalam keadaan kekeringan sekalipun
3. Seisonidea : Merupakan kelas dari filum rotifer yang masih primitif. Dikatakan
primitif karena baik jantan maupun betina tidak dapat dibedakan.
Rotifera adalah hewan air mikroskopis filum Rotifera. Rotifera dapat ditemukan
di banyak air tawar lingkungan dan tanah lembab dimana mereka menghuni film tipis air
yang terbentuk di sekitar partikel tanah. habitat rotifera dapat mencangkup lingkungan
masih air, seperti dasar danau, serta lingkungan air yang mengalir seperti sungai atau
aliran. rotifera juga sering ditemukan pada lumut dan lumut tumbuhan di batang pohon
dan batu, di selokan air hujan dan genangan air, tanah atau serasah daun, pada jamur di
dekat pohon mati, dalam tangki limbah pabrik pengolahan, dan bahkan pada crustacea air
tawar dan larva serangga air.

Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi tiga bagian, anterior yang pendek, badan
yang besardan kaki. Di bagian anterior terdapat corona dan mastax yang merupakan ciri
khas filum rotifera.Karena ukuran dan sebagian besar lembut tubuh mereka sangat kecil,
rotifera tidak umumdisukai untuk fosilisasi. Hanya mereka bagian keras, rahang mereka,
3

mungkin dipertahankandalam catatan fosil, tetapi ukuran kecil mereka membuat deteksi
tantangan serius. Namun, fosildari spesies Habrotrocha angusticollis telah ditemukan di
Pleistosen berusia 6000 tahun. Corona terdiri atas daerah sekitar mulut yang besilia, dan
cilia ini melebar di sepuar tepianterior hingga seperti bentuk mahkota. Gerakan cilia pada
trochal disk tampak seperti roda berputar, asal nama rotifera (rota = roda dan fera =
membawa). Mastaxnya terletak antara mulut dan pharynx. Mastax ialah pharynx yang
berotot bulat atau lonjong dan bagian dalamnya terdapat trophi, semacam rahang
berkhitin. Trophi terdiri atas 7 buah gigi yang saling berhubungan. Mastax berfungsi
untuk menangkap dan menggiling makanan, bentuknya beranekaragam sesuai dengan
tipe kebiasaan makan rotifera. Bentuk badan bulat atau silindris. Pada bagian badan
(trunk) terdapat 3 buah tonjolan kecil yaitu sebuah atau sepasang antena dorsal dan 2
buah antena lateral. Pada ujung antena biasanya terdapat bulu-bulu sebagai alat indra.
Sebuah kaki yang langsing terletak di ujung posterior. Kutikula pada kaki acapkali
berkerut-kerut sehingga tampak seperti beeruas-ruas, yang dapat memendek dan
dimasukkan kedalam badan. Pada ujung kaki biasanya terdapat satu sampai empat buah
jari, di dalam kaki terdapat kelenjar kaki (pedal gland) yang menghasilkan bahan perekat
untuk menempel pada substrat. Selain empat buah jari, jenis bdelloidea mempunyai
sepasang taji (spur). Pada jenis yang sessile seperti colotheca dan floscularia, kelenjar
kaki menghasilkan bahan pembentukselubung seperti vas bunga. Kaki pada jenis
plankton adakalanya mengecil, lenyap atau di bagian ventral. Tubuh tertutup epidermis
yang merupakan lapisan tipis dan sintisial, dengan jumlah nuklei yang selalu tetap.
Epidermis menghasilkan kutikula, tipis sampai tebal, tergantung jenisnya, bahkan ada
yang mengeras seperti cangkang yang disebut lorica. Lorica adakalanya dihiasi galur-
galur, duri yang pendek, atau panjang dan gampang digerakkan, misalnya padafilinia. Di
bawah epidermis terdapat susunan otot melingkar dan membujur, namun tidakterorganisir
senaik platyhelminthes. Antara dinding tubuh dan organ dalam terdapat pseudocoelom
yang berisi cairan dan sel-sel ameboid yang bercabang-cabang yang tersusun seperti jala
sintial

Gambar Brachionus betina (Barnes, 1987)


4

Rotifera mempunyai sistem reproduksi biseksual, kelamin yang terpisah tetapi


yang betina dapat melangsungkan reproduksi secara partenogenesis. Sistem reproduksi
betina disebut ovum dan jantan disebut testis. Untuk menghasilkan spermatozoa, rotifer
jantan siap berkopulasi setelah satu jam telur menetas. Lama hidup rotifer betina berkisar
12- 19 hari. Rotifera terdiri atas 2 tipe yaitu tipe amiktik dan miktik. Satu tipe betina
miktik dapat menghasilkan satu tipe telur yaitu amiktik atau miktik. Betina amiktik ialah
betina yang menghasilkan telur dan melakukan pembelahan meiosis. Telur amiktik bila
tidak dibuahi akan menghasilkan telur yang ukurannya kecil. Apabila telur dibuahi akan
menghasilkan telur yang ukurannya besar, telur tersebut disebut telur dorman dengan
kulit telur yang tebal dan akan berkembang menjadi betina yang bersifat amiktik.
Generasi selanjutnya dapat bersifat amiktik atau miktik. Sedangkan betina miktik ialah
betina yang menghasilkan telur secara partenogenesis meiosis. Rotifer setelah 24 jam
menetas, dapat menghasilkan dua atau tiga butir telur. Kecepatan penetasan telur
tergantung dari suhu media air (CHUMAIDI et al. (1992). Waktu yang dibutuhkan rotifer
untuk melepaskan telur adalah selama 24 jam (pada suhu air 15°C), 120 jam (pada suhu
20-25°C) dan 6 jam (pada suhu air 30°C), sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk
menjadi rotifer dewasa yaitu selama 2-3 hari (pada suhu 15°C), 1-2 hari (pada suhu
20°C), 0,5-1,5 hari (pada suhu 25°C). Pada kondisi optimum, rotifer dapat melepaskan
telur setiap 4 jam dan jarak waktu ini akan semakin panjang dengan bertambahnya umur
rotifer. Selama hidupnya, rotifer dapat melepaskan telur antara 10-24 butir. Waktu yang
dibutuhkan untuk menetaskan telur adalah 1-2 hari (pada suhu 15°C), 1-1,5 hari (pada
suhu 20°C), 0,5-1 hari (pada suhu 21,5°C) dan 6-8 jam (pada suhu 30°C). Rotifer dapat
mencapai umur 3,4 - 4,5 hari pada suhu 25°C.
Reproduksi Rotifera ialah reproduksi dioecious, yaitu individu jantan lebih kecil
dari betina, proses kopulasi dengan hypodermic imphregnation,terdapat 2 macam sperma:
 Type pertama berfungsi dalam pembuahan
 Type kedua berbentuk jarum berfungsi membantu sperma type pertama menembus
dinding tubuh betina.
Pada ordo monogonontida dan bdelloid tidak ada yang jantan, hanya
menghasilkan telur yang menetas menjadi individu betina. Dihasilkan dua macam telur
5

hasil parthenogenesis yaitu telur amictic dan mictic. Telur amictic bercangkang tipis,
tidak dapat dibuahi, diploid dan menetas menjadi individu betina. Sedangkan telur mictic
bercangkang tipis, haploid, apabila tidak dibuahi akan menetas menjadi jantan, apabila
dibuahi menghasilkan cangkang yang tebal dan resisten terhadap lingkungan yang buruk
disebut telur dorman.
Individu jantan lebih kecil daripada betina, dan struktur tertentu seperti cloaca
biasanya mengalami degenerasi, hanya memiliki alat reproduksi saja.Sistem Reproduksi
BetinaBetina sebagian besar terdiri dari ovary tunggal dan melekat sinsitial vitellarium
bahkan sering berfusi menjadi satu membentuk germovitellarium .Vitellarium mensuplai
yolk ke telur dengan aliran langsung melalui sitoplasma bridge.Telur kemudian melewati
oviduk menuju anus.Tiap nucleus pada ovary menjadi sebuah telur.Kebanyakan spesies
mempunyai ovary dengan sepuluh sampai dua puluh nuclei, maka telur yang dihasilkan
selama hidupnya tidak lebih dari jumlah tersebut.
Pada rotifera jantan, testis menghasilkan sperma yang berjalan melalui vas
diferen bercilia menuju gonophores. Pejantan memiliki penis yang menginjeksi sperma
seperti jarum hipodermik kedalam pseudocoelom dari betina sehingga disebut dengan
“hypodermic impregnation”. Pejantan siap melakukan perkawinan setalah satu jam
menetas; kemudian akan mati. Bila tidak menemukan rotifer betina maka rotifer jantan
akan mati pada umur 2-7 hari, tergantung pada jenisnya.

Rotifer bersifat omnivora, jenis makanannya terdiri dari perifiton,


nannoplankton, detritus dan semua partikel organik yang sesuai dengan lebar mulut larva.
Beberapa jasad pakan yang dapat digunakan untuk budidaya ikan laut adalah Chlorella
sp. (HIRATA & MORI dalam CHOTIYAPUTTA & HIRAYAMA, 1978),
Chlamidomonas dan Olisthodiscus CHOTIYAPUTTA & HIRAYAMA, 1978),
Chaematococcus, Isochrysis galbana, Monochrysis lutheri, Exuviella (ANONYMOUS
1985), marine yeast (FURUKAWA dalam CHOTIYAPUTTA & HIRAYAMA 1978),
Tetraselmis sp. (FUKUSHO et al. 1984) dan protozoa (MUSTAHAL 1995). Jenis
makanan tersebut dikonsumsi dengan cara filtrasi (HIRAYAMA dalam MUSTAHAL
1995). Dari jenis pakan tersebut, jenis alga hijau Chlorella sp. yang paling efisien untuk
pakan rotifer dalam kultur massal. Jumlah dan kualitas makanan rotifer sangat
mempengaruhi populasi rotifer. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa kepadatan
Tetraselmis dan Chlorella sebesar 5 juta sel/ml dan ragi roti sebanyak 1-2 g/berat badan/1
juta rotifer akan diperoieh rotifer sebanyak 500-700 ekor/ml selama 3 minggu dengan
6

inokulasi awal 10 ekor/ml. Oleh sebab itu untuk mendapatkan rotifer yang lebih baik
disarankan agar dalam memberikan pakan Chlorella sebaiknya dengan kepadatan 2,13-
3,5 x I juta sel/ml (RACHMASARI 1989). Pada tahun 1990-1991 saat berlangsungnya
kerjasama antara Subbalitdita Bojonegara dengan JICA, budidaya jasad pakan yang
meliputi Chlorella sp., Tetraseimis sp. dan rotifera memiliki kepadatan masing-masing
yang berkisar antara 15-25X106 sel/ml dan 15,67-55,38x104 sel/ml (hari ke-6) dan
44,67- 113,35 ind./ml (hari ke-5) dengan total produksi bulanan masing-masing antara
736- 9050xl012 sel/ml dan 13,12-183,53xl010 sel/ ml (hari ke-6) dan 580- 6000X106
individu rotifera (hari kc-5) (REDJEKI et al. (1991). Penelitian terhadap laju pemangsaan
harian rotifer terhadap Chlorella sp. dalam kepadatan yang bervariasi antara 0, 5, 1, 3, 5,
8 dan 15 juta sel/ml menunjukkan bahwa laju pemangsaan harian bertambah dengan
bertambahnya kepadatan sel Chlorella sp. hingga ke densitas pertambahan laju
pemangsaannya (YAMASAKI & HIRATA 1986, MUSTAHAL et al. 1991).
Hampir semua spesies rotifer: system pencernaan seperti tabung dengan mulut
anterior dan anus posterior. Mulut rotifera: dibagian ventral dan biasanya dikelilingi oleh
sebagian corona. Daerah sekitar mulut (buccal field) pada beberapa jenis Colothecacea
mengalami modifikasi, melebar sedemikian rupa hingga menyerupai corong dan mulut
terletak di dasar corong. Jenis filter feeder memakan partikel organic yang lembut dengan
bantuan aliran air yang dihasilkan cilia pada corona. Rotifera merupakan karnivora
dengan memakan protozoa, rotifer yang kecil dan metazoa yang lain. Mangsa ditangkap
dengan cara dicengkram atau di jebak. dengan menggunakan trophi berbentuk penjepit.
Mulut terdapat di bagian ventral dan dikelilingi sebagian korona, berhubungan
dengan pharynx atau mastax. Mastax ini berfungsi untuk menangkap dan mengelilingi
makanan. Setelah memasuki bagian pharynx, kemudian makanan akan diteruskan ke
dalam perut oleh saluran tubular osephagus yang menghubungkan pharynx dengan perut.

Alat ekskresi pada rotifera terdiri dari 2 protonephridia, yang berfungsi sebagai
osmoregulator cairan buangannya setara dengan bobot binatang tersebut. Rotifer
memiliki sepasang protonephridium dengan flame bulb mencapai 50 buah. Kedua
protonephridia tersebut bersatu pada kantung kemih (bladder), yang bermuara pada
bagian ventral kloaka.Blader dapat berkontraksi sampai 6 kali permenit untuk
7

mengosongkan isi bladder melalui cloaca yang juga menerima produk pencernaan dan
system reproduksi. Pembuangan : cepat membuktikan bahwa fungsi protonephpidia
adalah sebagai osmoregulator, yaitu membuang kelebihan air didalam tubuh, proses
osmosis, rotifer dapat mengatur turgor tubuhnya.

(Gambar Sistem saraf rotifer (Pechenik, 2005)

Susunan syaraf saraf rotifera terpusat pada otak (bagian atas massa ganglion
dorsal, dan terletak di atas mastax). Saraf memanjang ke seluruh tubuh menghubungkan
otak dengan otot, sistem organ lain dan keberbagai alat indera, antara lain ke mata dan ke
antenna. Bulu sensor dan 3 antena bekerja sebagai chemoreceptor dan mechanoreceptor.
Organ sensori pada rotifera adalah sepasang mata yang berisi sel pigmen merah, selain
sepasang mata, organ sensori yang lain adalah korona pada bagian belakang, dan lateral
pada kaki.
Rotifera merupakan salah satu hewanmikroskopis yang sangat berperan dalam
bidang Kelautan sebagai :
1.      Sebagai pakan alami bagi pemeliharaan ikan.
2.      Sebagai campuran dari bahan baku pakan ikan. Seperti: ragi roti.
Rotifera memegang peranan penting dalam rantai makanan pada ekosistem
perairan tawar. Di satu pihak memakan serpihan- serpihan organic dan ganggang bersel
satu, dilain pihak rotifera merupakan makan bagi hewan yang lebih besar seperti cacing
dan crustacea.
Branchionus merupakan rotifera yang benyak dibudidayakan sebagai makanan
alami untuk larva ikan dan udang. Karena berukuran kecil sekitar 3000 mikron, dan
berkembang biak secara cepat,membuatnya cocok untuk makanan larva ikan mas yang
baru habis kuning telurnya. Di daerah tropis, Branchionus mulai bertelur pada umur 28
jam, dan setelah 24 jam telur menetas. Selama hidupnya yang sebelas hari, seekor
Branchionus menghasilkan 20 butir telur.
8

II. PEMBAHASAN

2.1. Monogononta

Kelas Monogononta merupakan kelas yang berasal dari filum rotifera.


Monogononta merupakan kelas zooplankton yang berasal dari filum rotifer yang mana
terdapat sekitar 1200 jenis rotifera dari kelas ini yang telah diketahui dan kebanyakan
hidup di air tawar, beberapa jenis hidup di laut, dan sedikit yang parasit (Romimohtarto,
2009).

2.1.1. Pembagian Kingdom, Klasifikasi, dan Tata Nama Monogononta


Monogononta dibagi menjadi 3 ordo yaitu:
1. Collothecaceae, contohnya adalah Colotheca
2. Flosculariaceae, contohnya adalah Testudinella, Floscularia, Conochilus
3. Ploima (Wiscosin), contohnya adalah Keratella, Synchaeta, Brachionus
Chromogaster.
Berikut merupakan salah satu spesies dalam Monogononta yang memiliki peran dalam
budidaya yaitu Brachionus plicatilis

Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Monogononta
Ordo : Ploima
Famili : Brachionidae
Genus : Brachionus
Spesies : Brachionus plicatilis
9

Brachionus plicatilis merupakan jenis plankton hewani yang hidup di perairan


litoral dan termasuk pakan larva ikan laut yang penting. Dalam percobaan pembenihan
ikan laut, rotifera ini diberikan sebagai pakan larva kurang lebih selama satu bulan.

2.1.2. Lingkungan Hidup Monogononta


Monogononta merupakan kelas yang memiliki jenis yang paling banyak dalam
filum rotifera. Rotifer dapat hidup di perairan telaga, sungai, rawa, danau dan sebagian
besar terdapat di perairan air payau dan melimpah pada perairan yang kaya akan
nannoplankton dan detritus (Redjeki, S., 1999). Monogononta dapat hidup di perairan
tawar maupun perairan laut. Menurut Lahope et al., 2013, Lecanidae merupakan
kelompok rotifer monogononta yang hidup di perairan tawar dan air laut. Genus Lecane
merupakan genus paling kaya karena terdiri dari sekitar 200 spesies. Monogononta juga
ada yang hidup melekat pada tanaman makro maupun bryophyte (alga hijau).

2.1.3. Morfologi dan Anatomi Monogononta

Monogononta mempunyai warna putih dan berbentuk seperti piala, pada bagian
korona atau mulut dilengkapi dengan bulu getar yang bergerak aktif. Diameter korona
antara 60-80 mikron. Tubuh rotifer terbagi atas 3 bagian yaitu kepala, badan dan kaki
atau ekor. Pemisahan bagian kepala dengan badan tidak jelas. Bagian kaki dan ekor
berakhir dengan belahan yang disebut jari. Badan rotifer dilapisi kutikula yang tebal
disebut lorika. Pada bagian kepala terdapat 6 duri, sepasang ditengah sebagai duri yang
panjang. Ujung depan tubuh rotifer dilengkapi dengan gelang-gelang silia yang kelihatan
melingkar seperti spiral yang disebut "korona" dan berfungsi untuk memasukkan
makanan kedalam mulutnya.

2.1.4. Sistem Reproduksi Monogononta


Sistem Reproduksi selalu seksual. Individu jantan selalu lebih kecil dari induk
betina. Perkawinan rotifer biasanya dengan jalan “Hipoderm impregnatio”, dimana
sperma masuk melalui dinding tubuh. Pada betina tiap ovary akan menjadi sebuah telur.
Monogononta jantan siap melakukan perkawinan satu jam setelah menetas, kemudian
akan mati. Jika rotifer jantan tidak menemukan betina, maka jantan akan mati pada umur
2-7 hari, tergantung jenisnya.
10

2.1.5. Sistem Pencernaan dan Cara Makan Monogononta


Sebagian besar spesies Rotifera mempunyai sistem pencernaan berbentuk
tabung, dengan mulut terletak di anterior dan anus di posterior. Silia terdapat di
permukaan sebelah dalam dari rongga mulut yang berfungsi mendorong makanan ke
dalam sistem pencernaannya.

2.1.6. Sistem Ekskresi dan Sekresi Monogononta


Ekskresi biasanya berhubungan dengan proses difusi melintasi seluruh
permukaan tubuh. Konsentrasi cairan tubuh dan jaringan pada perairan air tawar lebih
tinggi dibandingkan dengan konsentrasi medium sekelilingnya, oleh karena itu air akan
mengalir ke dalam tubuh hewan secara kontinu melintasi permukaan tubuhnya yang
permeable.

2.2. Bdelloidea

Bdelloidea adalah kelas dari filum Rotifera , terdiri dari tiga ordo: Philodinavida,


Philodinida dan Adinetida. Kelas Bdelloidea contohnya seperti Philodina roseola Dan
Rotifer neptunis. hewan bernama rotifera bdelloid ini doyan menelan DNA asing dari
makhluk hidup sederhana lainnya. "Makhluk mikroskopis ini telah melewati 80 juta
tahun tanpa seks," kata Alan Tunnacliffe, profesor di Universitas Cambridge, Inggris,
yang memimpin penelitian tentang hewan tersebut. Menurut Tunnacliffe, untuk
menyambung hidup, hewan ini menelan DNA bakteri, jamur, dan ganggang. Tim
peneliti menemukan 10 persen gen aktif dalam tubuh bdelloid berasal dari makhluk
renik lain.

2.2.1. Pembagian Kingdom, Klasifikasi, dan Tata Nama Bdelloidea


11

Kingdom : Animalia 

Filum : Rotifera 

Kelas : Bdelloidea 

Famili : Phillodinidae 

Genus : Rotaria 

Spesies : Rotaria neptunia


Bdelloidea adalah kelas dari rotifera ditemukan di air tawar habitat di seluruh
dunia. Bdelloidea adalah kelas dari filum Rotifera , terdiri dari tiga ordo: Philodinavida,
Philodinida dan Adinetida. Kelas Bdelloidea contohnya seperti Philodina roseola Dan
Rotifer neptunis.

2.2.2. Lingkungan Hidup Bdelloidea


Bdelloidea merupakan kelas kedua terbesar di filum rotifer setelah kelas
monogononta. Ketika mengalami keadaan lingkungan yang tidak dapat diprediksi,
mereka dapat hidup dalam keadaan kekeringan sekalipun. Mereka akan mengalami
peristiwa yang dinamakan anhydrobiosis. Anhydrobiosis merupakan keadaan dormansi
yang disebabkan oleh kurangnya air pada habitat yang mereka tinggali. Mereka akan m
engubah bentuk tubuhnya yang dinamakan tun. Dengan mengecilnya jaringan dan sel
yang ada didalam tubuhnya, kepala dan ekor mereka akan masuk kedalam tubuhnya
untuk mengurangi keluarnya air. Bdelloidea ditemukan hampir di semua lingkungan air
tawar, adakalanya di payau dan perairan laut, menghuni lumut, dapat merayap pada lumut
atau berenang dengan bebas, dan di kolam. Dikenal mempunyai kemampuan yang luar
biasa untuk bertahan hidup pada kondisi kondisi kering yang dikenal sebagai proses
cryptobiosis.

2.2.3. Morfologi dan Anatomi Bdelloidea


12

Kelas BdelloideaBentuk tubuh silindris;corona seperti dua roda yang


berputar;ovary sepasang;kaki dengan dua sampai empat jari atau tidak ada;reproduksi
parthenogenesis;berenang atau merayap;contoh Philodina, Embata dan Rotaria. Terdapat
sekitar 350 spesies, yang semuanya berjenis betina.Kelas MonogonontaHampir semua
rotifer mengacu pada kelas monogononta.Spesies ini berenang bebeas atau sesil dengan
melekat pada tanaman makro ataupun alga.Reproduksi parthenogenesis.

2.2.4. Sistem Reproduksi Bdelloidea

Pada Kelas Bdelloidea individu jantan tidak pernah terlihat, dengan demikian
seluruh anggota kelas ini adalah betina. Pada Bdelloidea,dimana tidak pernah
ada jantannya, maka reproduksinya adalah dengan cara partenogenesis yaitu betina
menghasikan telur amictic. Telur amictic bercangkang tipis, tidak dapat dibuahi, diploid
dan menetas menjadi individu betina. Telur yang tidak dapat dibuahi oleh sel sperma,
13

ketika telurnya dewasa, semuanya akan menjadi betina. Setiap Induk biasanya hanya
menghasilkan 10 hingga 50 telur saja.

2.2.5. Sistem Pencernaan dan Cara Makan Bdelloidea

Sistem pencernaan pada Bdelloidea menggunakan cilia yang tedapat pada corona
untuk pergerakan dan mengarahkan makanan ke dalam mulutnya. Mulut terdapat di
bagian ventral dan dikelilingi sebagian corona. Partikel makanan masuk ke mulut dan
menuju ke mastax. Mastax berbentuk bulat atau lonjong yang didalamnya terdapat
sejumlah trophy yang saling berhubungan atau sejenis rahang berkitin. Mastax ini
berfungsi untuk menangkap dan menggiling makanan. Setelah memasuki bagian pharynx,
kemudian makanan akan diteruskan ke dalam perut oleh saluran tubular esophagus yang
menghubungkan pharynx dengan perut dan kemudian menuju usus untuk diteruskan ke
kloaka yang selanjutnya dibawa ke anus.

2.2.6. Sistem Ekskresi dan Sekresi Bdelloidea

Alat ekskresi Bdelloidea menggunakan difusi pada seluruh permukaan tubuh.


Pada tiap lateral terdapat protonephridium dengan 2-8 flame bulb. Protonephridia bersatu
pada kantung kemih (bladder) dan bermuara pada bagian ventral kloaka. Kemudian, isi
kantung kemih dikosongkan melalui anus dengan jalan kontraksi dengan kecepatan 1-4
kali per menit. Protonephridia sebagai osmoregulator yang berfungsi membuang
14

kelebihan air dalam tubuh yang setara dengan bobot tubuh.

2.3. Seisonidea
Seisonidea adalah kelompok dari filum Rotifera yang belum banyak diketahui
sampai saat ini. Sampai saat ini seisonidea terklasifikasi menjadi satu-satunya dari family
dari Seisonacea, dan kelas Pararotatoria.

2.3.1. Pembagian Kingdom, Klasifikasi, dan Tata Nama Seisonidea


Seisonidea merupakan kelas dari filum rotifer yang masih primitif. Dikatakan
primitif karena baik jantan maupun betina tidak dapat dibedakan. Berikut ciri khusus dan
perbedaan dua sampel ordo Seisonidea (Seison nebaliae), Bdelloida (Rotaria sp) dan
monogononta (Monostyla lunaris).

Kingdom : Animalia
Filum : Aschelmintes
Kelas : Rotifera
Ordo : Bdelloidea
Famili : Philodinidae
Genus : Rotaria
Spesies : Rotaria sp

Gambar Rotaria sp

Kingdom : Animalia
Filum : Rotifera
Kelas : Monogononta
Ordo : Ploimida
Famili : Lecanidae
Genus : Monostyla
Spesies : Monostyla lunaris
15

(Gambar Monostyla lunaris)

2.3.2. Lingkungan Hidup Seisonidea


Habitat Seisonidea (Seison nebaliae) yaitu di laut (Haliplankton). Untuk
Bdelloida (Rotaria sp) hidup di perairan tawar dan sungai (Potamoplankton).
Monogononta (Monostyla lunaris) hidup di danau (Limnoplankton).

2.3.3. Morfologi dan Anatomi Seisonidea

Secara umum, rotifera yang hidup di air laut memiliki morfologi yang sama
dengan rotifera air tawar. Rotifera memiliki warna putih dan memiliki bentuk seperti
piala, pada bagian korona/mulut dilengkapi bulu getar yang bergerak secara aktif.
Diameter korona antara 60-80 mikron. Tubuhnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu
kepala, badan, dan kaki/ekor. Pemisah kepala dan badan badan tidak begitu jelas. Bagian
kaki dan ekor berakhir dengan belahan yang disebut jari. Badannya dilapisis oleh kutikula
yang tebal disebut “lorika”. Pada bagian kepala terdapat 6 duri, sepasang ditengah
sebagai duri yang panjang. Ujung depan tubuhnya dilengkapi dengan gelang-gelang silia
yang kelihatan melingkar seperti spiral yang disebut “korona” dan berfungsi untuk
memasukkan makanan kedalam mulutnya.
Tubuh seisonidae secara umum dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu: kepala,
leher, batang, dan kaki dengan bagian leher dan kaki yang tersegmentasi. Individu jantan
biasanya lebih panjang daripada individu betina, namun bentuk dari betina lebih besar
dari jantan. Bentuk tubuhnya memanjang, dengan organ dalam yang terlihat karena
tubuhnya transparan. Warna hijau atau merah pada tubuhnya adalah dari makanannya.
Warna hijau biasanya untuk air tawar karena makanannya Chloropyta yang meilmpah,
dan untuk laut berwarna kuning atau merah karena Phyrophyta dan Chrysophyta.
Individu betina menyimpan kantung telur pada punggung tubuhnya, dan individu jantan
memiliki testis. Tubuh yang bersendi sangat memanjang dengan kepala kecil, ramping,
daerah leher panjang tebal, batang fusiform, dan kaki memanjang, mengakhiri dalam disk
16

berlubang. Tipe maxtaks seisonidea yaitu tipe forcipate sebagai pemakan fitoplankton
dan memakan partikel merugikan pada crustacea.

(Gambar Rotifera warna kemerahan)

(Gambar corona pada Seisonidea)

Pada bagian anterior terdapat corona dan mastax yang merupakan ciri khas dari
Rotifera. Corona terdiri atas darah sekitar mulut yang bercilia dan cilia ini melebar di
seputar tepi anterior hingga bentuk seperti mahkota. Corona pada
seisonidae mengecil. Gerakan cilia pada trochal disk (trochus=roda) tampak
seperti roda berputar, asal nama Rotifera (rota=roda dan fere=membawa).
Mastax terletak antara mulut dan pharynx. Mastax ialah pharynx yang berotot
,bulat atau lonjong,dan bagian dalamnya terdapat trophi, semacam rahang
berkitin. Trophi terdiri atas 7 buah gigi yang saling berhubungan. Mastax
berfungsi untuk menangkap dan menggiling makanan, bentuknya beraneka
ragam disesuaikan dengan tipe kebiasaan makan Rotifera.
17

2.3.4. Sistem Reproduksi Seisonidea

Reproduksi seisonidea dilakukan secara seksual dan aseksual (phartenogenesis).


Phartenogenesis adalah cara aseksual dimana dalam pembuahan tidak perlu adanya
sperma, dimana hal ini terjadi saat lingkungan baik. Jika lingkungan memburuk, telur
akan membutuhkan sperma untuk bisa dibuahi, pada saat tersebut reproduksi seksual
terjadi.
Semua anggotanya parthenogenetic, mereka hanya mempunyai satu betina yang
bereproduksi secara aseksual, untuk menghasilkan lebih banyak keturunan betina.
Telurnya tidak dibuahi oleh sel sperma, ketika telurnya dewasa, semuanya akan menjadi
betina. Setiap induk biasanya hanya menghasilkan 10 hingga 50 telur saja. Seisonidea
jantan hanya berumur sekitar 2 hari, dan setelah ia membuahi betina, ia akan mati.
Sementara betina berumur lebih panjang hingga 7 hari.

2.3.5. Sistem Pencernaan dan Cara Makan Seisonidea

Sistem pencernaan seisonidea telah mempunyai sistem pencernaan yang lengkap,


dimulai dengan mulut dan diakhiri dengan anus . Saluran pencernaan meliputi mulut >
mastax > esofagus > faring > perut > anus.
18

Mulut seisonidea sendiri berada dibagian ventral dan biasanya dikelilingi oleh sebagian
corona. Corona adalah ujung depan tubuh rotifera dilengkapi dengan gelang-gelang silia
yang kelihatan melingkar seperti spiral yang berfungsi untuk memasukkan makanan
kedalam mulutnya.
Tipe mastax menentukan kebiasaan cara makan. Tope mastax meliputi
Tiperamate (filter feeders), Tipe forcipate (karnivor, raptorial feeders), Tipe incudate
(karnivora). Tipe maxtaks seisonidea yaitu tipe forcipate sebagai pemakan karnivor,
fitoplankton dan memakan partikel merugikan pada crustacea.

2.3.6. Sistem Ekskresi dan Sekresi Seisonidea


Seisonidea ini melakukan ekskresi dengan cara difusi ke seluruh permukaan
tubuh. Difusi adalah proses perpindahan molekul gas dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah. Pada tiap sisi lateral terdapat sebuah protonephpidia untuk
melakukan ekskresi. Protonephpidia ini berfungsi sebagai osmoregulator, yaitu
membuang kelebihan air di dalam tubuh.
19

III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Rotifera merupakan salah satu jenis dari zooplankton dan termasuk kingdom
animalia. Filum rotifera dibagi menjadi tiga kelas yaitu Monogononta, Bdelloidea, dan
Seisonidea. Tubuh rotifera dapat dibagi menjadi tiga bagian, anterior yang pendek, badan
yang besardan kaki. Rotifera mempunyai sistem reproduksi biseksual, kelamin yang
terpisah tetapi yang betina dapat melangsungkan reproduksi secara partenogenesis.
Sistem reproduksi betina disebut ovum dan jantan disebut testis. Pada ordo
monogonontida dan bdelloid tidak ada yang jantan, hanya menghasilkan telur yang
menetas menjadi individu betina. Dihasilkan dua macam telur hasil parthenogenesis yaitu
telur amictic dan mictic. Rotifer bersifat omnivora, jenis makanannya terdiri dari
perifiton, nanoplankton, detritus dan semua partikel organik yang sesuai dengan lebar
mulut larva. Hampir semua spesies rotifer: system pencernaan seperti tabung dengan
mulut anterior dan anus posterior. Mulut rotifera: dibagian ventral dan biasanya
dikelilingi oleh sebagian corona. Alat ekskresi pada rotifera terdiri dari 2 protonephridia,
yang berfungsi sebagai osmoregulator cairan buangannya setara dengan bobot binatang
tersebut. Susunan syaraf saraf rotifera terpusat pada otak (bagian atas massa ganglion
dorsal, dan terletak di atas mastax). Saraf memanjang ke seluruh tubuh menghubungkan
otak dengan otot, sistem organ lain dan keberbagai alat indera, antara lain ke mata dan ke
antenna.

3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu, dalam pembuatan tugas haruslah terdapat
kerja sama sehingga menghasilkan hasil yang baik,karena kerja sama tim itu sangat di
perlukan, sehingga dapat memaksimalkan presentasi dan hasil yang akan di terima
Daftar Pustaka

Agus, Wayan. 2003. Plankton Lingkungan Central Pertiwi Bahari. Tulangbawang: PT


Centralpertiwi Baharia

Alcaraz, Miguel. 2007. Zooplankton ecology.Spain : Institut de Ciences del Mar. cology Progress
Series.

Fenchel, Tom, dkk. 1990. Water Column Anoxia : Vertical Zonation of Protozoa. Denmark :
Marine

G. P. Aulia, M.F.S. Adzani, T. Hidayat, R. Arif F., D. T. Suhendar, W. Ariyani, R. Aditya


Y., H. Heriyanto. 2014. MAKALAH PLANKTONOLOGI ZOOPLANKTON AIR
LAUT DAN PAYAU ROTIFERA: SEISONIDEA. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Padjadjaran.

Kusumawati, Y. D., Siagian, M., dan Simarmata, A. H. 2019. Jenis dan Kelimpahan
Zooplankton di Danau Sepinang Desa Pangkalan Serik Kecamatan Siak Hulu
Kabupaten Kampar Provinsi Riau. JOMFAPERIKA.

Lahope, H. B., Wullur, S., Rimper, J., Pangkey, H., dan Rumengan, I.F.M. 2013. Minute
Rotifer dari Perairan Estuari Sulawesi Utara dan Potensinya Sebagai Pakan Larva
Ikan. Jurnal Perikanan dan Kelautan Tropis. 9(1): 8-12.

Lumenta, C. 2017. Avertebrata Air. Manado. UNSRAT PRESS.

Mageed, Adel A, dkk. 2002. Importance of Protozoa. Egypt : Zagazig University.

Mark Welch, David B. 2020. Josephine Bay Paul Center for Comparative Molecular
Biology and Evolution, Marine Biological Laboratory, Woods Hole,
Massachusetts. https://www.accessscience.com/content/seisonidea/613400.

Rahman, Budi. 2018. Avertebrata Air. https://slideplayer.info/slide/11895869/. Diakses


pada 4 Maret 2021.

Redjeki, S. 1999. Budidaya Rotifera (Brachionus plicatilis). Oseana. 24(2) : 27-43

Redjeki, Sri. 1999. BUDIDAYA ROTIFERA (Brachionus plicatilis). Oseana. 24(2):


2743.

Sachlan, M. 1982. Planktonologi. Semarang: Jurusan Perikanan Universitas Diponegoro

Samuel, Baron. 1996. Medical Microbiology, 4th edition.Texas : University of Texas.

Sutaji. 2011. Studi Keanekaragaman Zooplankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan


di Ranu Pani dan Ranu Regulo Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Skripsi
Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim.

Willkinson, Dana. 2011.Zooplankton –  A lake’s Best Friend

Yusanti, I. A., Widayatsi, T., dan Ramadhan. 2018. Keanekaragaman Zooplankton di


Rawa Banjiran Desa Sedang Kecamatan Suak Tapeh Kabupaten Banyuasin. Jurnal

iv
Biota. 4(10): 7-11.

Anda mungkin juga menyukai