Anda di halaman 1dari 11

NAMA : SITI NUR WIDYA KUMALASARI

ABSEN ; 11
KELAS ; 1B – PERPAJAKAN
NIM ; 203141414111045
MATA KULIAH : HUKUM BISNIS

ASPEK HUKUM E-COMMERCE

 PENGERTIAN E-COMMERCE
E-commerce diartikan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan (“UU Perdagangan”) sebagai Perdagangan melalui Sistem Elektronik yang
memiliki definisi sebagai berikut:
Perdagangan melalui Sistem Elektronik adalah Perdagangan yang transaksinya dilakukan
melalui serangkaian perangkat dan prosedur elektronik.

 MENURUT PARA AHLI


 Kalakota dan Whinston
Menurut mereka Pengertian E-commerce adalah aktivitas beIanja online dengan
menggunakan jaringan internet dan cara transaksinya melaIui transfer uang secara digital.
meninjau pengertian E-Commerce dari empat perspektif, yaitu :
 Perspektif komunikasi, E-Commerce ialah sebuah proses pengiriman barang,
layanan, informasi, atau pembayaran melalui komputer ataupun peralatan
elektronik lainnya.
 Perspektif proses bisnis, E-Commerce merupakan sebuah aplikasi dari suatu
teknologi menuju otomatisasi dari transaksi bisnis dan aliran kerja.
 Perspektif layanan, E-Commerce ialah suatu alat yang memenuhi keinginan
perusahaan, manajemen, dan konsumen untuk mengurangi biaya layanan (service
cost) ketika meningkatkan kualitas barang dan meningkatkan kecepatan layanan
pengiriman
 Perspektif online, E-Commerce menyediakan kemampuan untuk membeli dan
menjual produk atau barang serta informasi melalui layanan internet maupun
sarana online yang lainnya
 Loudon
Menurut Loudon pengertian E-Commerce adalah suatu proses transaksi jual beli yang
dilakukan oleh pembeli dan penjual secara elektronik dari perusahaan ke perusahaan
lain. Dalam transaksi tersebut menggunakan komputer sebagai perantaranya.
 Shely Cashman
Menurut Shely Cashman E-commerce merupakan transaksi bisnis yang terjadi dalam
jaringan elektronik, seperti internet.
 Jony Wong
Menurut Jony Wong pengertian dari electronic commerce adalah pembelian,
penjualan dan pemasaran barang / jasa melaIui sistem elektronik.
 McLeod Pearson
Menurut McLeod Pearson Perdagangan elektronik atau yang disebut juga e-
commerce, adalah pelaksanakan proses bisnis dengan memanfaatkan jaringan
komunikasi dan komputer.

 DASAR HUKUM E-COMMERCE


 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan;
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik;
 Surat Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2016 tentang
Batasan dan Tanggung Jawab Penyedia Platform dan Pedagang (Merchant)
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (Electronic Commerce) yang Berbentuk User
Generated Content.

Setiap pelaku usaha yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dengan menggunakan
sistem elektronik wajib menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan benar.
Setiap pelaku usaha dilarang memperdagangkan Barang dan/atau Jasa dengan
menggunakan sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data dan/atau informasi
sebagaimana dijelaskan sebelumnya.[1]

Data dan/atau informasi yang wajib disediakan, paling sedikit memuat:[2]

1. identitas dan legalitas Pelaku Usaha sebagai produsen atau Pelaku Usaha Distribusi;
2. persyaratan teknis barang yang ditawarkan;
3. persyaratan teknis atau kualifikasi jasa yang ditawarkan;
4. harga dan cara pembayaran barang dan/atau jasa; dan
5. cara penyerahan barang.

 SANKSI E-COMMERCE

Setiap pelaku usaha yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dengan menggunakan
sistem elektronik yang tidak menyediakan data dan/atau informasi secara lengkap dan
benar dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin.[3]

Penggunaan sistem elektronik dalam memperdagangkan barang dan/atau jasa, wajib


memenuhi ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik.[4]

 Jerat Pidana Bagi E-commerce yang Melakukan Flash Sale “Tipuan”

Berkaitan dengan pertanyaan Anda mengenai hukumnya bagi e-commerce yang


mengadakan flash sale yang “menipu” terhadap konsumen. Terdapat ketentuan yang
berkaitan dengan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, salah satunya diatur dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (“UU Perlindungan Konsumen”) yang berbunyi:

Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang


dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah barang tersebut telah memenuhi
dan/atau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode
tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu.

 Senada dengan hal di atas, dalam Pasal 10 huruf d UU Perlindungan Konsumen


juga diatur sebagai berikut:

Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk
diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat
pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai tawaran potongan harga atau
hadiah menarik yang ditawarkan.

Adapun sanksi bagi pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 dan Pasal 10 UU Perlindungan Konsumen dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2 dua miliar sebagaimana
antara lain disebut dalam Pasal 62 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen.

Selain itu Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (“UU ITE”) sebagaimana telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (“UU 19/2016”) juga mengatur mengenai timbulnya kerugian
konsumen dalam transaksi elektronik, yakni dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE yang
berbunyi:

“Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.”

Terhadap pelanggaran Pasal 28 ayat (1) UU ITE ini diancam pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 45A ayat (1) UU 19/2016, yakni:
“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).”

 ATURAN MENGENAI KONTEN

Terdapat juga aturan mengenai “konten yang dilarang dalam platform” dalam Surat
Edaran Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 5 Tahun 2016 tentang Batasan dan
Tanggung Jawab Penyedia Platform dan Pedagang (Merchant) Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik (Electronic Commerce) yang Berbentuk User Generated Content (“SE
Menkominfo 5/2016”).

Dalam Romawi V huruf B angka 1 huruf h SE Menkominfo 5/2016 disebutkan kriteria


barang dan/atau jasa yang memuat konten negatif, sebagai berikut:

“Barang dan/atau jasa yang memuat konten dengan materi ketidakjujuran,


kecurangan atau menyesatkan orang lain antara lain iklan mistis atau takhayul,
penipuan, jasa pencucian uang, jasa pemalsuan dokumen (termasuk dokumen ijazah
dan/atau sertifikat), dan skema piramida (termasuk pemasaran afiliasi atau money
game).”

Jadi, jika memang pelaku usaha (dalam hal ini pihak yang menyelenggarakan e-
commerce) menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa
dengan memiliki potongan harga namun secara tidak benar (flash sale itu tidak benar-
benar ada), ia dapat dipidana sesuai UU Perlindungan Konsumen dan/atau UU ITE
karena informasi yang menyesatkan yang menyebabkan kerugian konsumen.
 JENIS – JENIS E-COMMERCE

Berikut beberapa jenis E-Commerce yang paling sering lakukan, antara lain :

1. E-commerce consumer to consumer (C2C)


Jenis e-commerce c2c ini dilakukan antara konsumen dengan konsumen. Misalnya,
konsumen dari suatu produsen akan menjual kembali produk ke konsumen lainnya.
Kalau Anda sering menggunakan Tokopedia, Bukalapak, OLXdan sejenisnya, maka
inilah yang dinamakan B2C e-commerce.
2. E-commerce business to business (B2B)
Jenis bisnis B2B ini dilakukan oleh orang atau pihak yang saling berkepentingan
dalam menjalankan bisnis, di mana keduanya saling mengenal dan mengetahui proses
bisnis yang mereka lakukan. Biasanya, jenis B2B dilakukan secara berkelanjutan
karena kedua belah pihak saling mendapatkan keuntungan dan adanya kepercayaan
satu sama lain. Contoh dari bisnis B2B adalah ketika dua perusahaan mengadakan
transaksi jual beli secara onine, begitu juga dengan pembayaran yang tersedia
menggunakan kartu kredit.
3. E-commerce consumer to business (C2B)
Jenis C2B adalah bisnis antara konsumen dan produsen. Bisnis tersebut dilakukan
oleh konsumen kepada para produsen yang menjual produk atau jasa. Sebagai contoh,
konsmen akan memberitahukan detail produk atau jasa yang diinginkan secara online
kepada para produsen. Nantinya, produsen yang mengetahui permintaan tersebut akan
menawarkan produk atau jasa yang diinginkan konsumen.
4. E-commerce business to consumer (B2C)
Jenis e-commerce B2C adalah dilakukan oleh pelaku bisnis dan konsumen. Transaksi
e-commerce ini terjadi layaknya jual-beli biasa. Konsumen mendapatkan penawaran
produk dan melakukan pembelian secara online. Sebagai contoh, produsen menjual
produk ke konsumen secara online. Di sini, pihak produsen akan menjalankan bisnis
dengan memasarkan produknya ke konsumen tanpa adanya feedback dari konsumen
untuk melakukan bisnis kembali. Artinya, produsen hanya memasarkan produk atau
jasa, sementara pihak konsumen hanya sebagai pembeli atau pemakai.

 METODE PEMBAYARAN E-COMMERCE

Untuk masalah pembayaran, ada beberapa metode yang sering digunakan dalam E-
Commerce, yaitu :

1. Pembayaran Elektronik
Pembayaran dengan metode ini menggunakan internet banking, kartu kredit/debit, atau
dengan uang digital yang sudah beredar seperti Go-Pay, Ovo, Link aja, Dana, Dan
lainnya.
2. Pembayaran Cash On Delivery ( Cash On Delivery )
Transaksi pembayaran dengan metode ini dilakukan secara langsung. Jadi Penjual dan
Pembeli akan bertemu sesuai dengan kesepakatan ( bisa juga dengan bantuan perantara
kurir ), setelah menerima barang, pembeli membayarkan uang secara tunai kepada pihak
Penjual. Pembayaran menggunakan metode ini juga dapat meminimalisir terhadap
penipuan secara online.
3. Pembayaran lewat Transfer
Pihak pembeli akan mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening penjual. setelah
membayar, barang baru akan dikirim oleh penjual melalui jasa pengiriman.

 ANCAMAN MENGGUNAKAN E-COMMERCE (THREATS)

Threats merupakan kemungkinan-kemungkinan munculnya kejadian yang dapat


membahayakan asset-aset yang berharga.

Ada beberapa bentuk ancaman yang mungkin terjadi:

• System Penetration
Orang-orang yang tidak berhak melakukan akses ke system computer dapat dan
diperbolehkan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya.

• Authorization Violation

Pelanggaran atau penyalahgunaan wewenang legal yang dimiliki seseorang yang berhak
mengakses sebuah sistim.

• Planting

Memasukan sesuatu ke dalam sebuah system yang dianggap legal tetapi belum tentu legal
di masa yang akan datang.

• Communications Monitoring

Seseorang dapat mernantau semua infonnasi rahasia dengan melakukan monitoring


komunikasi sederhana di sebuah tempat pada jaringan komunikasi.

• Communications Tampering

Segala hal yang membahayakan kerahasiaan informasi seseorang tanpa melakukan


penetrasi, seperti mengubah infonnasi transaksi di tengah jalan atau membuat sistim
server palsu yang dapat menipu banyak orang untuk memberikan infonnasi rahasia
mereka secara sukarela.

• Denial of service

Menghalangi seseorang dalam mengakses informasi, sumber, dan fasilitas-fasilitas


lainnya.

• Repudiation

Penolakan terhadap sebuah aktivitas transaksi atau sebuah komunikasi baik secara
sengaja maupun tidak disengaja.

 TUJUAN E-COMMERCE
Tujuan Menggunakan E-Commerce dalam Dunia Bisnis
Tujuan suatu perusahaan menggunakan sistim E-Commerce adalah dengan menggunakan
E-Commerce maka perusahaan dapat lebih efisien dan efektif dalam meningkatkan
keuntungannya

 MANFAAT E-COMMERCE
 Transaksi on-line yang membuat semua orang di seluruh dunia dapat memesan dan
membeli produk yang dijual hanya dengan melalui media computer dan tidak terbatas
jarak dan waktu.
 Menurunkan biaya operasional (operating cost).
Transaksi E-Commerce adalah transaksi yang sebagian besar operasionalnya
diprogram di dalam komputer sehingga biaya-biaya seperti showroom, beban gaji
yang berlebihan, dan lain-lain tidak perlu terjadi
 Melebarkan jangkauan (global reach).
Transaksi on-line yang dapat diakses oleh semua orang di dunia tidak terbatas tempat
dan waktu karena semua orang dapat mengaksesnya hanya dengan menggunakan
media perantara komputer.
 Meningkatkan customer loyalty.
Ini disebabkan karena sistem transaksi E-Commerce menyediakan informasi secara
lengkap dan informasi tersebut dapat diakses setiap waktu selain itu dalam hal
pembelian juga dapat dilakukan setiap waktu bahkan konsumen dapat memilih sendiri
produk yang dia inginkan.
 Meningkatkan supply management.
Transaksi E-Commerce menyebabkan pengefisienan biaya operasional pada
perusahaan terutama pada jumlah karyawan dan jumlah stok barang yang tersedia
sehingga untuk lebih menyempurnakan pengefisienan biaya tersebut maka sistem
supply management yang baik harus ditingkatkan.
 KESIMPULAN

E-commerce karena dengan berbelanja online, manusia tidak lagi harus pergi ke pusat
perbelanjaan. Sekarang tinggal mengunjungi situs e-commerce, dan berbelanja segala
transaksi selesai dan barang sampai di depan pintu rumah. Dengan kemudahan yang
beragam di E-Commerce ini, anda bisa memulai Bisnis e-commerce karena ini adalah
salah satu bisnis yang menjanjikan..
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5b85038426c40/jerat-hukum-bagi-ie-
commerce-i-yang-mengadakan-iflash-sale-i-tipuan/

https://www.neliti.com/id/publications/26598/perlindungan-hukum-transaksi-e-commerce

Anda mungkin juga menyukai