Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

TES PENGUKURAN KESEIMBANGAN (BERG BALANCE


SCALE)

DISUSUN OLEH :
1. ADITRIYA SURYANINGRAT
2. AWALIA ROIHANA TUSA’ADAH
3. DIDIK AMIRUL MUKMININ
4. DISI NURUL AMALIA
5. DONA SANDRA
6. DWI MERDIKA HARIYANI
7. DWI PUJI LESTARI
8. FONDA BERTHA MAULITHA
9. KRISTINA
10. NINDA RAHMA WIJAYA
11. PERTIWI PURNAWATI
12. RATU NISYA RISZI RAMADHANI
13. SABILA AINIGRUM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN KELAS 2A TRANSFER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
SEMESTER GENAP 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Gerontik tentang ”Tes Pengukuran Keseimbangan (Barg Balance
Scale)” sesuai waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam tetap tercurah
pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabat dan para
pengikutnya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan yang
telah diberikan oleh berbagai pihak, baik moril maupun materil. Dalam proses
pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran ataupun kritik yang membangun, sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang disajikan dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Jakarta, Februari 2021

Kelompo
4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan Penelitian....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................3
A. Barg Balance Scale.................................................................................................3
1. Pengertian Tindakan Barg Balance Scale....................................................3
2. Tujuan.........................................................................................................3
3. Intepretasi Hasil..........................................................................................3
4. Alat dan Bahan yang Digunakan.................................................................3
5. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pengukuran Ini...........................3
6. Diagnosa Keperawatan…............................................................................20
BAB III PENUTUP..........................................................................................................22
Kesimpulan...................................................................................................................22
Saran.............................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Hasil proyeksi penduduk 2010-2035, Indonesia akan memasuki periode


lansia , 10% penduduk akan berusia 60 tahun ke atas. Adapaun sebaran
penduduk lansia tertinggi adalah di DI Yogyakarta dengan persentase
13,4% (Info Datin Kemenkes RI , 2016). Banyaknya jumlah lansia di
Yogyakarta tentunya banyak juga permasalahan yang ditemukan pada
lanisa tersebut akibat dari proses penuaan yang dialami.

Penurunan keseimbangan yang dialami oleh lansia mengakibatkan


beberapa risiko antara lain ketidakpercayaan diri lansia dalam beraktivitas
mengakibatkan intoleransi aktivitas pada lansia, risiko jatuh, cidera kepala,
cidera muskuloskeletal dan beberapa kecelakaan yang diakibatkan oleh
jatuh. Berdasarkan survei di Amerika Serikat, sekitar 30% lansia umur
lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut
mengalami jatuh berulang (Annafisah dkk, 2013). Penurunan
keseimbangan pada orang tua dapat diperbaiki dengan berbagai latihan
keseimbangan. Komponen keseimbangan dalam latihan akan menurunkan
insisdensi jatuh pada lanjut usia sebesar 17%. (Darmojo dalam Annafisah
dkk , 2013).

Salah satu latihan keseimbangan yang dapat dilakukan adalah balance


exesice. Balance exercise merupakan aktivitas fisik yang dilakukan untuk
meningkatkan kestabilan tubuh dengan meningkatkan kekuatan otot
ekstremitas bawah. (Nyman dalam Masitoh, 2013). Balance exercise
dilakukan dalam 3 kali dalam seminggu selama 5 minggu adalah frekuensi
yang optimal, dan dapat meningkatkan keseimbangan postural lansia dan
mencegah timbulnya jatuh (Skelton dalam Masitoh , 2013).

1
B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian dan tujuan dilakukannya barg balance scale.

2. Menggambarkan skor keseimbangan pada saat sebelum dan sesudah


dilakukan barg balance scale.

3. Meningkatkan kekuatan otot pada lansia dengan gangguan


keseimbangan tubuh.

4. Mengurangi risiko jatuh pada lansia dengan gangguan keseimbangan


tubuh.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Berg Balance scale (BBS)


1. Pengertian Tindakan Berg Balance Scale
Tes klinis yang banyak digunakan untuk mengukur kemampuan keseimbangan
statis dan dinamis seseorang yang terdiri dari 14 perintah yang dinilai dengan
menggunakan skala ordinal (Langley & Mackintosh, 2007).

2. Tujuan
Untuk mengukur keseimbangan baik secara statis maupun dinamis pada lansia
dan menentukan risiko jatuh pada lansia (rendah, sedang, atau tinggi)

3. Interpretasi hasil
Rentang nilai 0-4, dimana 0 berarti lansia tidak mampu melakukan dan 4 berarti
lansia mampu melakukan tanpa bantuan. Skor maksimum adalah 56. Dengan
hasil untuk nilai 0-20 resiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan alat bantu jalan
berupa kursi roda, nilai 21-40 resiko jatuh sedang dan perlu menggunakan alat
bantu jalan seperti tongkat kruk dan walker dan nilai 41-56 resiko jatuh rendah
dan tidak memerlukan alat bantu.

4. Alat dan bahan yang digunakan


a. Stopwatch atau jam tangan
b. Penggaris atau penanda dengan penanda 5 cm, 12,5 cm, dan 25 cm
c. Kursi dengan penyangga lengan dan kursi tanpa penyangga lengan.
d. Objek untuk diambil dari lantai e). Blok injakan kaki (step tool)
e. Form penilaian Berg balance scale waktu tes dilakukan 15– 20 menit.

5. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran ini


a. Hitung tanda-tanda vital untuk mengetahui tekanan darah. Apabila
tekanan darah tinggi tidak boleh dilakukan penilaian Berg Balance
Scale
b. Tanyakan apakah lansia merasa pusing. Apabila lansia merasa pusing,

3
penilaian ini tidak bisa dilakukan.
c. Tes dilakukan pada lingkungan yang aman. Klien harus sadar dan
mampu mengerti perintah yang diberikan. Tes bisa dihentikan jika
lansia merasa pusing atau tidak kuat
d. Prinsip tindakan ini dimulai dari gerakan yang paling mudah.
e. Dokumentasikan nama, tanggal, waktu, jam dan respon lansia

Para peneliti menyatakan bahwa Berg balance scale adalah alat


yang terbaik untuk memprediksi resiko jatuh pada lansia (Vincent,
2007). Indikator Berg Balance Scale berdasar Canadian centre for
activity and aging tahun 2007 adalah sebagai berikut :
a. Duduk ke berdiri
Instruksi: tolong berdiri, cobalah untuk tidak menggunakan tangan
sebagai sokongan
4: mampu berdiri tanpa menggunakan tangan
3 : mampu untuk berdiri namun menggunakan bantuan tangan
2 : mampu berdiri menggunakan tangan setelah beberapa kali
mencoba
1 : membutuhkan bantuan minimal untuk berdiri
0 : membutuhkan bantuan sedang atau maksimal untuk berdiri

4
b. Berdiri tanpa bantuan
Instruksi: berdirilah selama dua menit tanpa berpegangan 4 : mampu berdiri
selama dua menit
3 : mampu berdiri selama dua menit dengan
pengawasan
2 : mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan
1 : membutuhkan beberapa kali untuk mencoba berdiri selama
30 detik tanpa bantuan
0 : tidak mampu berdiri selama 30 detik tanpa bantuan

5
c. Duduk tanpa sandaran punggung tetapi kaki sebagai tumpuan di
lantai
Instruksi: duduklah sambil melipat tangan Anda selama dua
menit
4 : mampu duduk dengan aman selama dua menit
3 : mampu duduk selama dua menit di bawah pengawasan
2 : mampu duduk selama 30 detik
1 : mampu duduk selama 10 detik
0 : tidak mampu duduk tanpa bantuan selama 10 detik

6
d. Berdiri ke dudukInstruksi: silahkan duduk
4 : duduk dengan aman dengan pengguanaan minimal
tangan 3 : duduk menggunakan bantuan tangan
2 : menggunakan bantuan bagian belakan kaki untuk turun
1 : duduk mandiri tapi tidak mampu mengontrol pada saat dari
berdiri ke duduk
0 : membutuhkan bantuan untuk duduk

7
e. Berpindah
Instruksi: buatlah kursi bersebelahan. Minta klien untuk
berpindah ke kursi yang memiliki penyangga tangan kemudian
ke arah kursi yang tidak memiliki penyangga tangan
4 : mampu berpindah dengan sedikit penggunaantangan
3 : mampu berpindah dengan bantuan tangan
2 : mampu berpindah dengan isyarat verbal ataupengawasan
1 : membutuhkan seseorang untuk membantu
0 : membutuhkan dua orang untuk membantu atau mengawasi

8
f. Berdiri tanpa bantuan dengan mata tertutup
Instruksi: tutup mata Anda dan berdiri selama 10
detik

4 : mampu berdiri selama 10 detik dengan aman


3 : mampu berdiri selama 10 detik dengan
pengawasan
2 : mampu berdiri selama 3 detik
1 : tidak mampu menahan mata agar tetap tertutup tetapi tetap
berdiri dengan aman
0 : membutuhkan bantuan agar tidak jatuh

9
g. Berdiri tanpa bantuan dengan dua kaki rapat
Instruksi: rapatkan kaki Anda dan berdirilah tanpa
berpegangan

4 : mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit


3 : mampu merapatkan kaki dan berdiri satu menit dengan
pengawasan
2 : mampu merapatkan kaki tetapi tidak dapat bertahan selama
30 detik
1: membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi
yang diperintahkan tetapi mampu berdiri selama 15 detik

10
0 : membutuhkan bantuan untuk mencapai posisi
dan tidak dapat bertahan selama 15detik

h. Meraih ke depan dengan mengulurkan tangan ketika berdiri


Instruksi: letakkan tangan 90 derajat. Regangkan jari Anda dan
raihlah semampu Anda (penguji meletakkan penggaris untuk
mengukur jarak antara jari dengan tubuh)
4 : mencapai 25 cm (10 inchi)
3 : mencapai 12 cm (5 inchi)
2 : mencapai 5 cm (2 inchi)
1 : dapat meraih tapi memerlukan pengawasan

11
0 : kehilangan keseimbangan ketika mencoba/memerlukan
bantuan

i. Mengambil objek dari lantai dari posisi berdiri


Instruksi: Ambilah sepatu/sandal di depan kaki Anda
4 : mampu mengambil dengan mudah dan aman
3 : mampu mengambil tetapi membutuhkan pengawasan
2 : tidak mampu mengambil tetapi meraih 2-5 cm dari benda
dan dapat menjaga keseimbangan
1 : tidak mampu mengambil dan memerlukan pengawasan
ketika mencoba

12
0 : tidak dapat mencoba/membutuhkan bantuan untuk mencegah
hilangnya keseimbangan atau terjatuh

j. Melihat ke belakang melewati bahu kanan dan kiri ketika berdiri


Instruksi: tengoklah ke belakang melewati bahu kiri. Lakukan
kembali ke arah kanan
4 : melihat ke belakang dari kedua sisi
3 : melihat ke belakang hanya dari satu sisi
2 : hanya mampu melihat ke samping tetapi dapat menjaga
keseimbangan
1 : membutuhkan pengawasan ketika menengok

13
0 : membutuhkan bantuan untuk mencegah ketidakseimbangan
atau terjatuh

14
k. Berputar 360 derajat
Instruksi: berputarlah satu lingkaran penuh,
kemudian ulangi lagi dengan arah yang
berlawanan
4 : mampu berputar 360 derajat dengan aman
selama 4 detik atau kurang
3 : mampu berputar 360 derajat hanya dari satu
sisi selama empat detik atau kurang

15
2 : mampu berputar 360 derajat, tetapi dengan
gerakan yang lambat
1 : membutuhkan pengawasan atau
isyarat verbal
0 : membutuhkan bantuan untuk
berputar

16
l. Menempatkan kaki secara bergantian pada sebuah pijakan ketika
berdiri tanpa bantuan
Instruksi: tempatkan secara bergantian setiap kaki pada sebuah
pijakan. Lanjutkan sampai setiap kaki menyentuh pijakan
selama 4 kali.
4 : mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 pijakan dalam 20
detik

17
3 : mampu berdiri mandiri dan melakukan 8 kali
pijakan > 20 detik
2 : mampu melakukan 4 pijakan tanpa bantuan
1 : mampu melakukan >2 pijakan dengan bantuan
minimal
0 : membutuhkan bantuan untuk mencegah jatuh/tidak
mampu melakukan

m. Berdiri tanpa bantuan satu kaki di depan kaki lainnya


Instruksi: tempatkan langsung satu kaki di depan kaki lainnya.
Jika merasa tidak bisa, cobalah melangkah sejauh yang Anda
bisa
4 : mampu menempatkan kedua kaki (tandem) dan menahan
selama 30 detik
3 : mampu memajukan kaki dan menahan selama 30 detik

18
2 : mampu membuat langkah kecil dan menahan selama 30 detik
1 : membutuhkan bantuan untuk melangkah dan mampu
menahan selama 15 detik
0 : kehilangan keseimbangan ketika melangkah atau berdiri

n. Berdiri dengan satu kaki


Instruksi: berdirilah dengan satu kaki semampu Anda tanpa
berpegangan
4 : mampu mengangkat kaki dan menahan >10 detik
3 : mampu mengangkat kaki dan menahan 5-10
detik
2 : mampu mengangkat kaki dan menahan >3 detik

19
1 : mencoba untuk mengangkat kaki, tidak dapat bertahan
selama 3 detik tetapi dapat berdiri mandiri
0 : tidak mampu mencoba

Rentang nilai BBS


0 – 20 Resiko jatuh tinggi dan perlu menggunakan
alat bantu jalan berupa kursi roda.
21 – 40 Resiko jatuh sedang dan perlu menggunakan
alat bantu jalan seperti tongkat, kruk, dan
walker.
41 – 56 Resiko jatuh rendah dan tidak memerlukan alat
bantu.

20
Total score = 56
Interpretasi
0-20     = harus memakai kursi roda (wheelchair bound)
21-40   = berjalan dengan bantuan
41.56  = mandiri/independen

6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada lansia dengan gangguan sistem
muskuloskleletal yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan menurut
NANDA, 2015 adalah hambatan mobilitas fisik dan risiko jatuh. Sedangkan
menurut PPNI, 2017 adalah gangguan mobilitas fisik dan risiko jatuh. Berikut
adalah penjelasan diagnosis keperawatan menurut NANDA (2015):
a. Hambatan mobilitas fisik
1) Definisi Keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih
ekstremitas secara mandiri dan terarah.
2) Batasan karakteristik
Dispnea setalah beraktivitas, gangguan sikap berjalan, gerakan lambat,
gerakan spastik, gerakan tidak terkoordinasi, instabilitas postur, kesulitan
membolak-balik posisi, keterbatasan rentang gerak, ketidaknyamanan,
melakukan aktivitas lain sebagai pengganti (mis., meningkatkan
perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan perilaku, fokus pada
aktivitas sebelum sakit), penurunan kemampuan melakukan keterampilan
motorik halus, penurunan kemampuan melakukan keterampilan motorik
kasar, penurunan waktu reaksi dan tremor akibat bergerak.
3) Faktor yang berhubungan Agens farmaseutikal, ansietas, depresi, disuse,
fisik tidak bugar, gangguan fungsi kognitif, gangguan metabolisme,
gangguan muskuloskleletal, gangguan neuromuskular, gangguan sesnsori
perseptual, gaya hidup kurang gerak, indeks masa tubuh di atas presentil
ke-75 sesuai usia, intoleran aktivitas, kaku sendi, keengganan memulai
pergerakan, kepercayaan budaya tentang aktivitas yang tepat, kerusakan
integritas struktur tulang, keterlambatan perkembangan, kontraktur,
kurang dukungan lingkungan (mis., fisik atau sosial), kurang
pengetahuan tentang nilai aktivitas fisik, malnutrisi, nyeri, penurunan
kekuatan otot, penurunan kendali otot, penurunan ketahanan tubuh,

21
penurunan massa otot, program pembatasan gerak.

b. Risiko jatuh
1) Definisi Rentan terhadap peningkatan risiko jatuh yang dapat
menyebabkan bahaya fisik dan gangguan kesehatan.
2) Faktor risiko
a) Dewasa Penggunaan alat bantu (mis., walker, tongkat , kursi roda),
prostesis ektremitasa bawah, riwayat jatuh, tinggal sendiri, usia > 65
tahun.
b) Anak Jenis kelamin laki-laki berusia < 1 tahun, kurang pengawasan,
kurang pengekang pada mobil, tidak ada pagar pada tangga, tidak ada
terali pada jendela, usia kurang dari sama dengan 2 tahun.
c) Kognitif Gangguan fungsi kognitif,
d) Lingkungan Lingkungan yang tidak terkoordinasi, kurang
pencahayaan, kurang material antislip di kamar mandi, penggunaan
restrein, penggunaan karpet yang tidak rata/terlipat, ruang yang tidak
dikenal, pemajanan pada kondisi cuaca tidak aman (mis., lantai
basah, es)
e) Agens farmaseutikal Penggunaan alkohol, agens farmaseutikal.
f) Fisiologis Anemia, artritis, defisit proprioseptif, diare, gangguan
keseimbangan, gangguan mendengar, gangguan mobilitas, gangguan
pada kaki, gangguan visual, hipotensi ortostatik, inkontinensia,
kesulitan gaya berjalan, mengantuk, neoplasma, neuropati,
penurunan kekuatan ekstremitas bawah, penyakit vaskuler, periode
pemulihan pasca operasi, perubahan kadar gula darah, pusing saat
mengektensikan leher, pusing saat menolehkan leher, sakit akut,
urgensi berkemih.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes pengukuran Berg Balance Scale merupakan suatu pengukuran terhadap satu
seri keseimbangan yang terdiri dari 14 jenis tes keseimbangan statis dan dinamis
dengan skala 0-4 (skala didasarkan pada kualitas dan waktu yang diperlukan
dalam melengkapi test) dengan total skor 56. Pelaksanaan tes ini membutuhkan
waktu sekitar 10-15 menit. Pada tes keseimbangan dengan cara ini pasien dinilai
waktu melakukan hal-ha1 seperti duduk ke berdiri, berdiri tak tersangga, duduk
tak tersangga, berdiri ke duduk, transfer, berdiri dengan mata tertutup, berdiri dengan
kedua kaki rapat, meraih ke depan dengan lengan terulur maksimal, mengambil
obyek dari lantai, berbalik untuk melihat ke belakang, berbalik 3600, menempatkan
kaki bergantian ke blok (step stool), berdiri dengan satu kaki di depan kaki yang
lain, berdiri satu kaki. Keunggulan dari tes ini adalah meliputi banyak tes
keseimbangan, khususnya tes fungsional baik statis maupun dinamis. Berg
balance scale dinilai sebagai prediktor yang paling efektif untuk jatuh dan
gangguan keseimbangan serta sudah beberapa kali divalidasi (Neuls et al.,
2011).

B. Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Penulis juga membuka kesempatan bagi
kritik dan saran yang membangun dan mengembangkan makalah ini.
Karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus
berkembang sesuai dengan perkembangan jaman.

23
DAFTAR PUSTAKA

Annafisah, Z. & Rosdiana, I. (2013). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Keseimbangan


Tubuh Diukur Menggunakan Romberg Test pada Lansia Sehat. Jurnal
Kedokteran, Vol. 4.

Aspiani, R.Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik Aplikasi NANDA, NIC
dan NOC Jilid 1. Jakarta: Trans Info Medika

Bulechek, G. dkk. (2013). Nurshing Interventions Clasification (NIC), 6th edition.


Yogyakarta: Mocomedia

Kholifah, S.N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Manangkot, M.V, Sukawana I.W, Witarsa, I.M.S.(2016). Pengaruh Senam Lansia


Terhadap Keseimbangan Tubuh Pada Lansia Di Lingkungan Dajan Bingin Sading. Jurnal
keperawatan.

Maryam, R.S, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: Trans Info Media

Masitoh, I. (2013). Pengaruh Balance Exercise terhadap Keseimbangan Postural pada


Lanjut Usia di Posyandu Abadi Sembilan Gonilan Sukoharjo. Jurnal Fisioterapi.
Diunduh dari www.schoolar.ac.id , tanggal 10 Januari 2018.

Masniah. (2016). SOP Balance Exercise. Artikel Ilmiah. Diunduh dari www.scribd.com ,
tanggal 15 januari 2018.

Monnika, L. (2016). Pengaruh Pemberian Static Balance Exercise terhadap Peningkatan


Keseimbangan Tubuh pada Lanjut Usia di Posyandu Menur VI dan VIII Desa
Mekamhaji Sukoharjo. Jurnal Fisioterapi. Diunduh dari www.schoolar.ac.id ,
tanggal 9 Januari 2018.

NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi edisi 10. Jakarta: EGC.

NHS Choice. Exercises For Older People. Artikel Ilmiah. Diunduh dari
www.nhs.uk/exercise-for-older-people, tanggal 20 Januari 2018

Panton, L.B dan Loney, B.S. Exercise for Adults. Artikel Ilmiah. Diunduh dari
www.schoolar.ac.id, tanggal 20 Januari 2018

Perry, P. (2010 ). Fundamental of Nurshing. Jakarta: Salemba Medika PPNI. (2017).


Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia edisi 1. Jakarta: Dewan Pimpinan Pusat

PPNI. 64 Pusat Data dan Informasi. (2016) . Situasi Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Tim Fakultas Fisioterapi. Modul Fisoterapi. Universitas Esa Unggul. Diunduh dari
www.esaunggul.ac.id, tanggal 18 Januari 2018.

Wilkinson, J.M.(2016).Diagnosis Keperawatan:Jakarta: EGC

24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai