Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUKURAN ANTROPOMETRI PADA ANAK USIA DINI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini

Dosen Pengampu : Mallevi Agustin Ningrum, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Indarwati Sholikhah (18010684023)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

2019
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
laporan praktikum yang berjudul Pengukuran Antropmetri Pada Anak Usia Dini ini
dengan waktu yang telah di tentukan.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad SAW. nabi akhir zaman yang telah mengarahkan dari jalan kegelapan
menuju jalan kebenaran.

Laporan praktikum ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kesehatan
dan Gizi Anak Usia Dini yang dapat terselesaikan tepat waktu. Dengan selesainya
laporan praktikum ini, tak lupa kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu, menyumbangkan pikirannya, memberi kritik dan saran yang
membangun sehingga laporan praktikum ini dapat diselesaikan.

Terakhir kami sebagai penyusun berharap agar hasil dari laporan praktikum ini
dapat memberikan manfaat bagi pembelajaran selanjutnya.

Surabaya, 2 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……..…………….....………………………………….. I
KATA PENGANTAR….……………………………………………………. Ii
DAFTAR ISI.............………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
A. Latar Belakang…...………………………………………………....... 1
B. Rumusan Masalah…...………………………………………………... 2
C. Tujuan.................………………………………………………….….. 2
D. Manfaat..............…...……………………………………………..…... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………….……… 3
A. Pengertian Antropometri................................…………….................. 3
B. Macam-macam Antropometri......................................…….....……... 4
C. Pengukuran Antropometri.................................................................... 5
D. Pengukuran Berat Badan..................................................................... 6
E. Petunjuk Pengukuran Berat Badan Untuk Seksi US........................... 7

F. Petunjuk Pengukuran Tinggi Badan untuk Seksi US.......................... 8

G. Standar Antropometer......................................................................... 9

BAB III METODE PRAKTIKUM.……………………………….………. 10


A. Subjek Praktikum .................................…........……………..……… 10
B. Lokasi dan Waktu Praktikum….…………………………………….. 10
C. Alat dan Bahan........................……………………………………… 10
D. Cara Kerja........................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14
A. Uraian Hasil Praktikum.…………………………………………...... 14
B. Pembahasan......……………………………………...…………….... 14
BAB V PENUTUP 16
A. Simpulan..………………………………………....……………...... 16
B. Saran..…………………………………………......……………...... 16
DAFTAR PUSTAKA..…………………..……………………….............. 17
LAMPIRAN..……………………..........................………………............ 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak perlu dilakukan
pengukuran antropometri. Menurut Wignjoseobroto dan Nurmianto (dalam
Desi. 2011) mengemukakan pendapat bahwa Antropometri berasal dari
“anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berasal dari kata ukuran.
Secara definisi antropometri adalah suatu studi yang berkaitan dengan
pengukuran dimensi tubuh manusia khususnya dimensi tubuh dan aplikasi yang
menyangkut geometri fisik, massa, dan kekuatan tubuh manusia. Jadi
antropometri memiliki arti yaitu ukuran tubuh yang dimana digunakan sebagai
pengukuran antropometri pada lingkar kepala, berat badan, tinggi atau panjang
badan, perubahan berat badan, rasio berat atau tinggi, lebar siku. Pertumbuhan
berat badan dan panjang badan dapat diukur dengan menggunakan timbangan
dan meteran. Dalam laporan praktikum ini akan membahas tentang pengukuran
tinggi badan dan berat bada pada bayi yang berumur 9 bulan dan juga anak usia
dini yang berumur 4 tahun.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intra seluler, yang berarti bertambahnya ukuran tubuh sebagian atau
keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat menurut
(Depkes RI, 2010). Berat badan merupakan ukuran antropometri yang
terpenting dan paling sering digunakan pada bayi yang baru lahir. Berat badan
digunakan sebagai mendiagnosis bayi normal atau yang tidak normal.dikatan
tidak normal apabila berat bayi yang lahir di bawah 2500 gram atau di bawah
2,5 kg. Tidak hanya bayi saja pada anak usia dini yang berumur 4 tahun juga
memiliki ukuran antropometri yang terpenting. Pada usia tersebut berat badan
yang ideal yaitu 12,3-21,5 kg.
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan suatu
keadaan pertumbuhan skeletal. Pengukuran tinggi badan digunakan untuk

1
2

menilai status perbaikan gizi. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan


sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Tinggi badan, baik secara tunggal atau dikombinasikan dengan berat badan
terbukti dapat dijadikan parameter berbagai hal, salah satunya adalah struktur
dan fungsi kardiovaskuler menurut Nurbawani, E. A., dkk. (2012)

B. Rumusan Masalah
Dalam laporan praktikum ini maka rumusan masalah yang dapat
diambil adalah bagaimana standart kesehatan berat badan dan tinggi badan anak
usia dini?

C. Tujuan Masalah
Dalam laporan praktikum ini maka tujuan yang didapat adalah untuk
mengetahui standart kesehatan berat badan dan tinggi badan anak usia dini agar
pertumbuhan anak tidak terhambat oleh gizi.

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dalam laporan praktikum ini diantaranya
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gizi seimbang bagi anak.
2. Untuk mengetahui apakah pangajang dan berat badan anak
sudah sesuai dengan standart menteri kesehatan berdasarkan
umur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Antropometri

Menurut Indrianti (2010:2), anthropometri berasal dari “anthro” yang


berarti manusia dan “metron” yang berarti ukuran. Secara definitif
anthropometri dinyatakan sebagai suatu studi yang menyangkut
pengukurandimensi tubuh manusia dan aplikasi rancangan yang menyangkut
geometri fisik, massa, kekuatan dan karakteristik tubuh manusia yang berupa
bentuk dan ukuran. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran
tinggi dan berat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara
luas akan digunakan sebagai pertimbangan–pertimbangan ergonomis dalam
memerlukan interaksi manusia. Dengan pengukuran antropometri akan
diketahui tinggi badan, berat badan,dan ukuran badan aktual seseorang.
Selanjutnya tinggi badan, berat badan dan ukuran tubuh seseorang dapat
digunakan untuk tujuan menilai pertumbuhan dan distribusi tubuh seseorang,
serta dapat berguna sebagai data referensi.

Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap bagian-bagian


tubuh yang berfungsi untuk menentukan status seseorang dengan bersumber
pada tulang, otot dan lemak yang menentukan tipe-tipe Dengan pengukuran
antropometri akan diketahui tinggi badan, berat badan,dan ukuran badan aktual
seseorang. Selanjutnya tinggi badan, berat badan dan ukuran tubuh seseorang
dapat digunakan untuk tujuan menilai pertumbuhan dan distribusi tubuh
seseorang, serta dapat berguna sebagai data referensi. Pengukuran antropometri
adalah pengukuran terhadap bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk
menentukan status seseorang dengan bersumber pada tulang, otot dan lemak
yang menentukan tipe-tipe tubuh manusia, dan mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan tubuh seseorang. Salah satu pengukuran antropometri ini antara

3
4

lain pengukurtan tinggi dan berat badan, panjang lengan dan tungkai,
lingkar lengan dan paha, serta kapasitas paru.

Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos


artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran
tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umumsekali (Supariasa, dkk, 2001).
Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966) mengungkapkan bahwa
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Penggunaan antropometri, khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi
prinsip dasar pengkajian gizi dalam asuhan medic.

B. Macam-Macam Antropometri
Menurut Nurmianto (dalam Desi. 2011) Antropometri dibagi kedalam
2 bagian, yaitu:
1. Antropometri Statis:
Antropometri statis lebih berhubungan dengan pengukuran ciri-ciri fisik
manusia dalam keadaan statis (diam) yang distandarkan. Dimensi yang
diukur pada antropometri statis diambil secara linier (lurus) dan dilakukan
pada permukaan tubuh pada saat diam. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi dimensi tubuh manusia, di antaranya: umur, jenis kelamin,
suku bangsa.
2. Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis lebih berhubungan dengan pengukuran ciri-ciri
fisik manusia dalam keadaan dinamis, dimana dimensi tubuh yang diukur
dilakukan dalam berbagai posisi tubuh ketika sedang bergerak sehingga
lebih kompleks dan sulit dilakukan. Terdapat tiga kelas pengukuran
dinamis yaitu, pengukuran tingkat keterampilan sebagi pendekatan untuk
mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas. Contoh: dalam mempelajari
performansi atlit.
a. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja.
5

Contoh: jangkauan dari gerakan tangan dan kaki efektif pada saat
bekerja, yang dilakukan pada saat berdiri atau duduk.
b. Pengukuran variabilitas kerja.
Contoh: analisis kemampuan jari-jari tangan dari seorang juru ketik atau
operator komputer.
Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang
tepat berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan
memakai produk tersebut. Dalam hal ini kegiatan perancangan peralatan
kerja ini harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dan populasi
terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangan tersebut.

C. Pengukuran Antropometri
1. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan. Berat badan menggambarkan jumlah protein,
lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat badan seseorang sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : umur, jenis kelamin, aktifitas
fisik, dan keturunan (Supariasa, 2001). Berat badan merupakan salah satu
ukuran antropometri yang memberikan gambaran masa tubuh (otot dan
lemak). Karena tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang
mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu
makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Maka BB
merupakan ukuran antropometri yang sangat labil (Reksodikusumo, dkk,
1989). Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat badan
mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan abnormal
terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu dapat berkembang
lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan normal.
2. Tinggi Badan (TB)
6

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan gizi


yang telah lalu dan keadaan sekarang jika umur tidak diketahui dengan
tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang
penting,karena menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor
umur bisa dikesampingkan. Tinggi badan merupakan antropometri yang
menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal,
tinggi badan tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
tinggi badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap
masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup lama. Tinggi
badan merupakan ukuran tubuh yang menggambarkan pertumbuhan
rangka. Dalam penilaian status gizi tinggi badan dinyatakan sebagai indeks
sama halnya dengan berat badan (Supariasa, 2001)

D. Pengukuran Berat Badan


Pengukuran antropometri merupakan kombinasi antara berbagai
parameter gizi menurut Supariasa (dalam Andriani, M. W. B. 2014). Cara
mudah untuk menilai status gizi dilapangan yakni dengan pengukuran
antropometri karena sederhana, murah, dapat dilakukan siapa saja, dan cukup
teliti menurut Apriadji (dalam Andriani, M. W. B. 2014). Hidayat, A. A. A.
(2008) menjelaskan bahwa pengukuran berat badan digunakan untuk menilai
hasil peningkatan atau penurunan jaringan yang ada pada tubuh, misalnya
tulang, otot, lemak, organ tubuh dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui
status gizi dan tumbuh kembang anak. Berat badan juga dapat digunakan
sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan
pengobatan.

Soetjiningsih (1995) menjelaskan bebrapa rumus untuk mengukur berat


badan adalah :

1. Usia 3-12 Bulan


7

𝑈𝑠𝑖𝑎 (𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛) + 9
2

2. Usia 1-6 Tahun


𝑈𝑚𝑢𝑟 (𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛) 𝑥 2 + 8

3. Usia 6-12 Tahun


𝑈𝑠𝑖𝑎 (𝑇𝑎ℎ𝑖𝑛) 7 – 5
2

E. Petunjuk Pengukuran Berat Badan Untuk Seksi US


Pengukuran berat badan akan menggunakan alat ukur SECA. Alat ini
digunakan baik untuk mengukur berat badan orang dewasa, anak yang sudah
bisa berdiri maupun bayi, hanya cara pengukurannya saja yang berbeda.
Cara pengukuran berat badan : Anak bisa berdiri (1). Ketika alat timbang
sudah menunjukkan angka 00.00 mintalah anak tersebut untuk berdiri di
tengah-tengah alat timbang. (2). Pastikan posisi badan anak dalam keadaan
berdiri tegak, mata/kepala lurus ke arah depan, kaki tidak menekuk.
Pewawancara dapat membantu anak tersebut berdiri dengan baik di atas
timbangan dan untuk mengurangi gerakan anak yang tidak perlu yang dapat
mempengaruhi hasil penimbangan. (3). Setelah anak berdiri dengan benar,
secara otomatis alat timbang akan menunjukkan hasil penimbangan digital.
Mintalah anak tersebut untuk turun dulu dari timbangan dan pewawancara
harus segera mencatat hasil penimbangan tersebut.
Bayi/Anak belum bisa berdiri (1). Jika anak belum bisa berdiri, maka minta
ibu/pengasuh untuk menggendong tanpa selendang. Ketika alat timbang sudah
menunjukkan angka 00.00 mintalah ibu dengan menggendong sang anak untuk
berdiri di tengah-tengah alat timbang. (2). Pastikan posisi ibu, badan tegak,
mata lurus ke depan, kaki tidak menekuk dan kepala tidak menunduk ke bawah.
8

Sebisa mungkin bayi/anak dalam keadaan tenang ketika ditimbang. (3).


Setelah ibu berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan
menunjukkan hasil penimbangan digital. Mintalah ibu tersebut untuk turun dulu
dari timbangan dan pewawancara harus segera mencatat hasil penimbangan
tersebut. (4). Ulangi proses pengukuran, kali ini hanya ibu saja tanpa
menggendong anak.

F. Petunjuk Pengukuran Tinggi Badan untuk Seksi US


Anak bisa berdiri, Pengukuran tinggi badan anak yang sudah bisa
berdiri menggunakan alat ukur SECA. Cara pengukuran tinggi badan : (1).
Mintalah ibu si anak untuk melepaskan sepatu si anak dan melepaskan hiasan
atau dandanan rambut yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pengukuran
TB anak. Mintalah si ibu untuk membawa anak tersebut ke papan ukur dan
berlutut di hadapan si anak. Mintalah si ibu agar berlutut dengan kedua lutut di
sebelah kanan si anak. (2). Berlututlah anda dengan lutut sebelah kanan di
sebelah kiri anak tersebut. Ini akan memberikan kesempatan maksimum kepada
anda untuk bergerak. (3). Tempatkan kedua kaki si anak secara merata dan
bersamaan di tengah-tengah dan menempel pada alat ukur/dinding. Tempatkan
tangan kanan anda sedikit di atas mata kaki si anak pada ujung tulang kering,
tangan kiri anda pada lutut si anak dan dorong ke arah papan ukur/dinding.
Pastikan kaki si anak lurus dengan tumit dan betis menempel di papan
ukur/dinding. (4). Mintalah si anak untuk memandang lurus ke arah depan atau
kepada ibunya yang berdiri di depan si anak. Pastikan garis padang si anak
sejajar dengan tanah. Dengan tangan kiri anda peganglah dagu si anak. Dengan
perlahan-lahan ketatkan tangan anda.. Jangan menutupi mulut atau telinga si
anak. Pastikan bahu si anak rata, dengan tangan di samping, dan kepala, tulang
bahu dan pantat menempel di papan ukur/dinding. (5). Mintalah si anak untuk
mengambil nafas panjang (6). Dengan tangan kanan anda, turunkan meteran
alat pengukur hingga pas di atas kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut
si anak. Jika posisi si anak sudah betul, baca dan catatlah hasil pengukuran
9

dengan desimal satu di belakang koma dengan melihat angka di dalam


kaca pengukuran. Naikkan meteran dari atas kepala si anak dan lepaskan tangan
kiri anda dari dagu si anak.
Bayi/Anak belum bisa berdiri Pengukuran tinggi badan anak yang
belum bisa berdiri menggunakan alat ukur SECA. Langkah untuk melakukan
pengukuran: (1). Dengan bantuan ibu si anak, baringkan si anak di permukaan
keras yang rata dengan memegang punggung si anak dengan satu tangan dan
bagian bawah badan dengan tangan lainnya. Dengan perlahan-lahan turunkan
si anak ke atas permukaan keras tersebut dengan bagian kaki menempel di
tembok. (2). Mintalah ibu si anak untuk berlutut di sebelah alat ukur menghadap
alat ukur agar si anak lebih tenang. (3). Pegang kepala si anak dari kedua arah
telinganya. Dengan menggunakan tangan secara nyaman dan lurus, tempelkan
kepala si anak ke bagian atas papan ukur sehingga si anak dapat memandang
lurus kearah depan. Garis pandang si anak harus tegak lurus dengan tanah.
Kepala anda harus lurus dengan kepala si anak. Pandanglah langsung ke mata
si anak. (4). Pastikan si anak berbaring di atas permukaan keras. Tempatkan
tangan kiri anda di ujung tulang kering si anak (sedikit di atas sendi mata kaki)
atau pada lututnya. Tekanlah dengan kuat ke arah permukaan keras. (5).
Dengan menggunakan tangan kanan anda, geserkan alat pengukur ke arah
kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut si anak. Jika posisi si anak sudah
betul, baca dan catatlah hasil pengukuran.

G. Standar Antropometer
Pengukuran antropometri dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu, ukuran
yang tergantung usia dan ukuran yang tidak tergantung usia. Pengukuran
tergantung usia yaitu berat badan terhadap usia (BB/U), tinggi badan terhadap
usia (TB/U), lingkar kepala terhadap usia (LK/U), dan lingkar lengan atas
terhadap usia (LLA/U) (Soetjiningsih, 2016). Pengukuran status gizi yang
tergantung dengan usia memiliki kesulitan. Kesulitan yang dihadapi adalah
10

kurang tepatnya menentukan usia anak. Ketidaktepatan dapat


dikarenakan tidak semua anak memiliki catatan tanggal menurut Ranuh, G.
(2017).
Pengukuran antropometri yang tidak tergantung usia yaitu berat badan
terhadap tinggi badan (BB/TB), dan lingkar lengan atas, lipatan kulit pada
trisep, sub kapular, abdominal yang dibandingkan dengan standar/ baku. Dari
berbagai jenis pengukuran antropometri yang tidak tergantung usia tersebut,
pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB) lebih banyak
digunakan menurut Soetjiningsih. (2016). Penggunaan pedoman pengukuran
dapat dilihat dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Buku KIA ini yang
digunakan masyarakat. Masyarakat yang dimaksud adalah ibu hamil, ibu nifas,
ibu balita, kader, dan bidan untuk memantau kesehatan kesehatan ibu dan anak
menurut Ranuh, G. (2017). Pengukuran antropometri dengan standar standar
antropomerti World Health Organization (WHO) 2005.
Istilah yang dituliskan berdasarkan berat badan menurut usia (BB/U),
panjang badan atau tinggi badan menurut usia (PB/U atau TB/U), dan berat dan
menurut panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau BB/TB). Panjang badan
merupakan istilah pengukuran untuk anak usia 0-24 bulan. Tinggi badan
merupakan istilah pengukuran untuk anak usia di atas 24 bulan. Istilah gizi
kurang dan gizi buruk yang ditentukan dari indeks berat badan menurut usia
(BB/U) yang memiliki padan istilah dengan underweight (gizi kurang) dan
severely underweight (gizi buruk). Istilah pendek atau sangat pendek yang
didasarkan pada indeks panjang badan atau tinggi badan menurut usia (PB/U
atau TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely
stunted (sangat pendek). Istilah kurus dan sangat kurus yang didasarkan pada
indeks berat badan menurut Panjang badan atau tinggi badan (BB/PB atau
BB/TB) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted
(sangat pendek) (Kemenkes, 2010).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia juga memberikan
keputusan tentang penentuan status gizi anak berdasarkan indeks massa tubuh
11

(IMT). Perhitungan IMT anak dihitung dari berat badan dalam satuan
kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan anak dalam satuan meter.
Pengukuran status gizi anak dilakukan dengan IMT menurut umur (IMT/U)
menurut Kementrian Kesehatan RI. (2010). Standar Antropometri Anak
digunakan untuk menilai atau menentukan status gizi anak. Penilaian status gizi
Anak dilakukan dengan membandingkan hasil pengukuran berat badan dan
panjang/tinggi badan dengan Standar Antropometri Anak. Klasifikasi penilaian
status gizi berdasarkan Indeks Antropometri sesuai dengan kategori status gizi
pada WHO Child Growth 10 Standards untuk anak usia 0-5 tahun dan The
WHO Reference 2007 untuk anak 5-18 tahun (Menkes, 2020) Umur yang
digunakan pada standar ini merupakan umur yang dihitung dalam bulan penuh,
sebagai contoh bila umur anak 2 bulan 29 hari maka dihitung sebagai umur 2
bulan. Indeks Panjang Badan (PB) digunakan pada anak umur 0-24 bulan yang
diukur dengan posisi terlentang. Bila anak umur 0-24 bulan diukur dengan
posisi berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7
cm. Sementara untuk indeks Tinggi Badan (TB) digunakan pada anak umur di
atas 24 bulan yang diukur dengan posisi berdiri. Bila anak umur di atas 24 bulan
diukur dengan posisi terlentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan
mengurangkan 0,7 cm menurut Menkes, 2020).
Standar Antropometri Anak didasarkan pada parameter berat badan dan
panjang/tinggi badan yang terdiri atas 4 (empat) indeks, meliputi:
1. Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Indeks BB/U ini
menggambarkan berat badan relatif dibandingkan dengan umur
anak. Indeks ini digunakan untuk menilai anak dengan berat badan
kurang (underweight) atau sangat kurang (severely underweight),
tetapi tidak dapat digunakan untuk mengklasifikasikan anak gemuk
atau sangat gemuk. Penting diketahui bahwa seorang anak dengan
BB/U rendah, kemungkinan mengalami masalah pertumbuhan,
sehingga perlu dikonfirmasi dengan indeks BB/PB atau BB/TB atau
IMT/U sebelum diintervensi.
12

2. Indeks Panjang Badan menurut Umur atau Tinggi Badan menurut


Umur L(PB/U atau TB/U) Indeks PB/U atau TB/U menggambarkan
pertumbuhan panjang atau tinggi badan anak berdasarkan umurnya.
Indeks ini dapat mengidentifikasi anak-anak yang pendek (stunted)
atau sangat pendek yang disebabkan oleh kurang gizi dalam waktu
lama atau sering sakitt.
3. Indeks Berat Badan menurut Panjang Badan/Tinggi Badan (BB/PB
atau BB/TB) Indeks BB/PB atau BB/TB ini menggambarkan
apakah berat badan anak sesuai terhadap pertumbuhan
panjang/tinggi badannya. Indeks ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi anak gizi kurang (wasted), gizi buruk (severely
wasted) serta anak yang memiliki risiko gizi lebih (possible risk of
overweight). Kondisi gizi buruk biasanya disebabkan oleh penyakit
dan kekurangan asupan gizi yang baru saja terjadi (akut) maupun
yang telah lama terjadi (kronis).
4. Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Indeks IMT/U
digunakan untuk menentukan kategori gizi buruk, gizi kurang, gizi
baik, berisiko gizi lebih, gizi lebih dan obesitas. Grafik IMT/U dan
grafik BB/PB atau BB/TB cenderung menunjukkan hasil yang
sama. Namun indeks IMT/U lebih sensitif untuk penapisan anak gizi
lebih dan obesitas. Anak dengan ambang batas IMT/U >+1SD
berisiko gizi lebih sehingga perlu ditangani lebih lanjut untuk
mencegah terjadinya gizi lebih dan obesitas.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Subjek Praktikum(anak usia 0-6 tahun)


Dalam praktikum ini subjek yang digunakan adalah Anak Usia Dini khususnya
berusia 9 bulan yang bernama Davian Ahmad Yupino dan yang berusia 4 tahun
bernama Arsyandi Ravino Saifulloh
B. Lokasi dan Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 29 febuari 2020 pada pukul 19.00
WIB. Lokasi praktikum ini di Bidan desa Waru Kecamatan Waru Kabupaten
Sidoarjo.
C. Alat dan Bahan
1. Timbangan tidur
2. Timbangan berdiri
3. Papan pengukur panjang badan bayi
4. Alat ukur tinggi badan interval
D. Cara Kerja
1. Pengukuran tinggi badan terhadap Davian Ahmad Yupino
a. Baringkan Yupino diatas permukaan papan pengukur panjang bayi
b. Luruskan kedua kaki dan pegang kepala anak agar memandang depan
c. Lalu ukur dengan geserkan alat pengukur pada arah kaki anak
2. Pengukuran tinggi badan terhadap Arsyandi Ravino Saifulloh
a. Badan berdiri tegak menempel tembok yang terdapat alat ukur tinggi
badan interval, Kemuadian beri tanda mengenai tinggi badan yang
sudah diukur dengan penggaris
3. Pengukuran berat badan Davian Ahmad Yupino
a. Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan timbangan
tidur dan kemudian melihat hasil berat badan anak dan mencacatat hasil
4. Pengukuran berat badan Arsyandi Ravino Saifulloh
a. Berat badan diukur menggunakan timbangan berdiri kemudian melihat
hasil berat badan anak dan mencacatat hasil

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uraian Hasil Praktikum

Dari praktikum ini subjek yang dipilih adalah anak usia dini
khususnya yang berusia 9 bulan dan 4 tahun. Praktikum ini dilakukan di
Bidan desa Waru Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Provinsi Jawa
Timur.

Hasil yang didapat selama melakukan praktikum pengukuran


antropometri ini adalah pada anak yang berusia 9 bulan anak memiliki berat
badan 8,7 kg dan panjang badan(tinggi badan) 80 cm. Sedangkan pada anak
yang berusia 4 tahun(48 bulan) memiliki berat badan 18 kg dan panjang
badan (tinggi badan) sebesar 113 cm.

Dari hal tersebut kita dapat memberikan sebuah pengetahuan dan


keterampilan pada kita karena jika kita hanya mengetahui sebuah teori saja
tanpa kita untuk mencoba melakukan latihan atau praktek maka kita tidak
dapat mengerti pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

B. Pembahasan
Pengukuran antropometri sangat penting bagi manusia. Norfiza dan Infi
(dalam Hasimjaya, J., dkk. 2017) menjelaskan bahwa Antropometri
merupakan suatu ilmu yang berkaitan secara khusus menyangkut dimensi
tubuh manusa dalam praktikum ini pengukuran yang dilakukan didasarkan
pada berat badan dan panjang badan (tinggi badan) anak usia dini.
Pada anak yang berusia 9 bulan laki-laki hasil tes antropometri
menunjukkan bahwa anak tersebut memiliki berat badan sebesar 8.7 kg dan
panjang badan (tinggi badan) sebesar 80 cm. Berdasarkan menteri
kesehatan tentang satandart antropometri berat badan berdasarkan umur,
anak tersebut memiliki berat badan yang ideal, karena menurut menteri
kesehatan anak berumur 9 bulan idealnya adalah 9.9 kg. Lalu anak tersebut

14
15

memiliki tinggi badan 80 Cm. Berdasarkan menteri kesehatan tentang


satandart antropometri panjang badan (tinggi badan) berdasarkan umur,
anak tersebut memiliki berat badan yang ideal, karena standart menurut
menteri kesehatan adalah 75.0 cm
Pengukuran antropometri pada anak laki-laki yang berusia 4 tahun
(48 bulan) memiliki berat badan sebesar 18 kg. Berdasarkan menteri
kesehatan tentang satandart antropometri berat badan berdasarkan
umur, anak tersebut memiliki berat badan yang ideal, karena menurut
menteri kesehatan anak berumur 4 tahun (48 bulan) idealnya adalah
16.3 kg. Pada pengukuran panjang badan (tinggi badan) sebesar 112 cm.
Dimana angka tersebut menunjukkan bahwa pajang badan (tinggi
badan) anak ideal. Idealnya adalah 102.7 cm.
Dari hasil pembahsan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap anak
hendaknya perlu diperhatkan dan tumbuh kembangnya. Apabila anak
memiliki pertumbuhan yang kurang maka perlu mendapatkan perhatian
khusus dari orang tua, agar tumbuh kembang anak tidak terhambat dan
berjalan sesuai tahapan usianya. Terutama dalam hal pemenuhan gizi
anak.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan praktikum pengukuran antrropometri pada anak usia
dini merupakan suatu kegiatan yang sangat penting. Dimana dapat mengetahui
pertumbuhan anak dengan mengukur antropometri berdasarkan berat badan dan
tinggi badan. Dalam kegiatan praktikum ini dapat diketahui bahwa terdapat
anak usia dini yang memiliki berat dan tinggi badan sesuai dengan idealnya dan
sesuai dengan yang di tetapkan oleh menteri kesehatan (WHO).
.
B. Saran
Dari simpulan diatas maka penulis memberi saran kepada orang tua agar
lebih peduli dan lebih memperhatikan lagi terhadap pemenuhan gizi anak, agar
anak tetap tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya.

16
Daftar Pustaka

Andriani, M. W. B. 2014. Gizi dan Kesehatan Balita Peranan Mikro Zinc Pada
Pertumbuhan Balita. Jakarta: Kencana.

Depkes RL. 2010. Pedoman operasional penanggulangan anemia gizi di Indonesia.


Jakarta : Dirjen Binkesmas

Desi. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Usia 6-59
Bulan. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia.

Hasimjaya, J., dkk. 2017. Kajian Antropometri & Ergonomi Desain Mebel
Pendidikan Anak Usia Dini 3-4 Tahun Di Siwalankerto. Jurnal Intra.
Vol. 5. No.2.

Hidayat, A. A. A., & Uliyah, M. 2008. Praktikum keterampilan dasar praktik klinik:
Aplikasi dasar-dasar praktik kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Indriati E. 2009. Antropometri untuk kedokteran, keperawatan, gizi danolahraga.


Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama

Jelliffe D.B., 1966. Assessment of the Nutritional Status of the Community. Geneva:
WHO.

Nurbawani, E. A., dkk. 2012. Tinggi Badan Yang Diukur dan Berdasarkan Tinggi
Lutut Menggunakan Rumus Chumlea Pada Lansia. Jurnal Media
Medika Indonesia. Vol. 46. No. 1

Ranuh, G. 2017. Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta: EGC.

Reksodikusumo, dkk. 1989. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Akademi


Gizi. Depkes RI, Jakarta.

Soetjiningsih., 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran


EGC. pp: 1, 29-30, 65-73, 121-6.

Soetjiningsih. 2016. Petunjuk Teknik Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan


Anak.Jakarta: Departemen Kesehatan.

Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.

17
LAMPIRAN

Alat dan Bahan

Mengukur tinggi dan berat badan pada anak usia 9 bulan

Mengukur tinggi dan berat badan pada anak usia 4 tahun

18

Anda mungkin juga menyukai