Anda di halaman 1dari 2

Nama : Higinus Cappri Rossi

Kelas : XI TKJ 1

Mapel : Bahasa Indonesia

Tugas : 1 (Pertama) Membuat Cerpen

Sahabat Setia

Suasana pagi ini begitu cerah, membuat pagiku begitu bersemangat untuk menjalankan segala aktivitas.
Hari ini hari senin, hari dimana semua siswa – siswi melaksanakan kegiatan rutin upacara bendera. Ku
mulai aktivitasku dengan penuh semangat. Nama ku Nana. Di sini, di sekolah ini aku menuntut ilmu
bersama teman – temanku. Teman pun banyak ku miliki di sekolah ini. Namun ada satu teman yang
begitu dekat dengan ku. Kami sudah berteman sejak kecil. Dia bernama Sintia yang ku sebut sahabat
karib ku. Dia gadis yang manis, ceria, berambut ikal dan berkulit kuning langsat.

Aku memiliki banyak teman di sekolah ini. Tapi tak ku lupakan sahabat sejak kecilku. Sintia, masih setia
menjadi sahabat terbaik ku, semakin hari kami semakin dekat. Mulai dari mengerjakan PR bersama,
jalan – jalan bersama, dan main bersama.

Saat ini kami baru kelas VII SMP, persahabatan kami semakin erat. Saling mengerti, memberi perhatian
di waktu salah satu sakit, memberi kejutan di waktu ulang tahun, sering sholat bersama, saling
mengingatkan dikala salah satu berbuat salah dan mengingatkan di waktu lalai mengerjakan sholat.
Banyak hal yang sudah kita lalui.

Libur semester gelap sudah di depan mata, aku sudah berniat sejak lama untuk pergi berlibur ke rumah
pamanku. Rumah ku di Trimurjo sedangkan rumah nenek di padang ratu sehingga kami jarang bertemu.
Setiap liburan aku selalu pergi berlibur ke rumah paman. Disana juga aku mempunyai teman bernama
Lita. Rumah Lita tepat di samping kiri rumah pamanku. Waktu liburan di rumah paman aku bermain
bersama Lita, selain itu kami juga saling bercerita pengalaman kami masing – masing. Beberapa hari
kemudian aku dan Lita bertemu kembali kami duduk di taman desa lalu berbincang bersama, di saat itu
Lita bercerita bahwa ayahnya telah membeli sebuah rumah di daerah Trimurjo dan tidak lama lagi
mereka sekeluarga akan pindah dari Padang Ratu dan akan menempati rumah barunya di Trimurjo.

Setelah Lita pindah ke Trimurjo ternyata rumahnya itu tidak jauh dengan rumah ku. Lita pun bersekolah
di sekolah yang sama dengan ku. Sejak waktu itu aku jadi jarang bermain bersama Sintia sahabat karib
ku. Sempat Sintia mengeluhkan hal itu karena sejak berteman dengan Lita aku jadi jarang bersamanya
lagi. Meskipun Sintia sering menanyakan ku pada ibuku.kenapa aku berubah, tapi aku mengaggapnya
biasa saja seperti tidak ada yang berubah. Tanpa ku sadari ternyata Sintia merasa sangat sedih, sampai
pada akhirnya aku dan teman baru ku Lita
bertengkar hebat. Pertengkaran itu terjadi disaat Lita kehilangan uang dan Lita menuduh aku
mengambilnya padahal aku sama sekali tidak mengambilnya. Aku tidak menyangka Lita akan setega itu
menuduhku tanpa bukti, dan sejak pertengkaran itu aku tidak pernah lagi main bersama Lita.

Di waktu seperti inilah aku merasa seperti tidak punya teman. Setiap hari kesedihan menghampiriku.
Sampai akhirnya aku mulai mencari sahabat karib ku Sintia. Aku pergi menemui Sintia, ketika bertemu
dia pun langsung bertanya pada ku.

“Sintia kenapa kamu datang dengan wajah sedih. Apakah kamu sedang ada masalah?” tanya Sintia.

Aku pun menjawab “Lita sin. Dia menuduhku mencuri uangnya, padahal aku tidak pernah
mengambilnya, aku tak ingin berteman lebih dekat dengannya lagi”.

Sedihku akan semakin dalam jika aku kehilangan sahabat karib ku yang sejak kecil selalu menemaniku.
Aku menyesal dan berusaha datang ke rumah Sintia untuk meminta maaf kepada Sintia karena selama
bersama Lita hubungan persahabat kita menjadi renggang. Lita pun dengan hati yang lapang langsung
memberiku maaf. Akhirnya aku dan Lita kembali bersama kita berjanji akan tetap menjadi sahabat yang
selalu setia saling menemani dan mengingatkan di kala salah satu berbuat salah.

Anda mungkin juga menyukai