Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOLOGI SOSIAL

KOGNISI SOSIAL
Diajukan untuk memenuhi tugas Psikologi Sosial
Dosen Pengampu :
Intan Islamia M.Sc.

Disusun oleh :
ALDI HERWINANDA 2031060401 NUR HAFIZH SALSABILA 2031060111
AMANDA ROKHMATUN 2031060015 RACHMI KURNIATI JUNAIDI 2031080287
DINA WITRIYANA PUTRI 2031060045 RINI FUJIASTUTI 2031060143
LAILATUL BADRIAH 2031060405

Jl. Letnan Kolonel H Jl. Endro Suratmin, Sukarame, Kec. Sukarame, Kota Bandar
Lampung, Lampung 35131

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahm
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah psikologi sosial dengan judul “
Kognisi Sosial”.
Adapun maksud penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
sosial. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Psikologi Sosial yaitu Ibu Intan
Islamia M.Sc.. Yang telah membimbing menyelesaikan makalah ini. Kami juga berterima kasih
kepada pihak yang mendukung penulisan makalah ini. Semoga dengan selesai nya makalah ini
dapat menambah wawasan kita terhadap pengaruh dari sosial media.
Dengan kerendahan hati penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dalam pembu
makalah ini. Penulis berharap terbuka pada kritik dan saran sebagai bagian dari revisi makalah
psikologi sosial.

Bandar Lampung, 23 Maret 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...3
BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..4
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………..4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………..4
1.3 Tujuan Penulis………...………………………………………………………………4
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….5
2.1 Pikiran dan Kognisi……………………………………………………………………5
2.2 Skema Kognitif………………………………………………………………………..5
2.3 Heuristik : Jalan Pintas Mental………………………………………………………..7
2.4 Sumber-Sumber Kesalahan dalam Kognisi Sosial……………………………………8
2.5 Hubungan Afeksi dan Kognisi……..…………………………………………………9
2.6 Teori Kognisi Sosial…………………………………………………………………10
BAB III
PENUTUP……………………………………………………………………………………….11
3.1 Kesimpulan ……………………….…………………………………………………11
3.2 Saran……………..………………….……………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA……………….…………..……………………………………………….12

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Memahami proses bagaimana individu mengamati, menafsirkan dan berusaha memahami
perilaku orang lain merupakan sesuatu yang mendasar dalam kajian psikologi sosial. Kognisi
sosial adalah cara yang terjadi pada seorang individu untuk menganalisa, mengingat, serta
menggunakan informasi yang didapatkan dari kejadian-kejadian sosial.Artinya, kognisi sosial
merupakan cara kita berpikir tentang dunia sosial, mencoba memahaminya serta bagaimana kita
memahami diri kita sendiri di dalam dunia tersebut. Kognisi sosial memiliki komponen dasar
yang disebut dengan istilah skema. Skema adalah struktur mental yang membantu seorang
individu mengatur informasi sosial dan mengarahkan pemrosesannya. Skema terletak di dalam
otak dan terwujud dalam bentuk skenario di dalam otak kita. Skema ini berfungsi sebagai
organizer kognitif, artinya memberi kemampuan dalam membuat persepsi tentang orang lain
secara akurat dan membuat tafsiran atas perilaku mereka.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari kognisi sosial?
2. Apa saja komponen yang terdapat dalam kognisi sosial?
3. Bagaimana konsep kognisi sosial?
4. Apa saja teori-teori kognisi sosial?

1.3 Tujuan Penulis


1. Dapat mengetahui pengertian dari kognisi sosial.
2. Dapat mengetahui komponen-komponen yang terdapat dalam kognisi sosial.
3. Dapat mengetahui konsep dari kognisi sosial.
4. Dapat mengetahui teori-teori yang terdapat dalam kognisi sosial.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pikiran dan Kognisi


Berpikir tentu memiliki peran yang sangat dominan dalam kehidupan sosial karena cara
seseorang berpikir mengenai dunia sosial di sekitarnya akan sangat menentukan respons perilaku
yang hendak dilakukannya. Terdapat dua istilah yang sering digunakan secara bergantian dalam
menjelaskan proses berpikir yaitu pikiran dan kognisi. Pikiran lebih merupakan bahasa dan
simbol internal yang kita gunakan. Bahasa lebih sering disadari, atau setidaknya dilakukan secara
sadar. Sementara itu, kognisi memiliki arti yang sedikit berbeda, yaitu proses mental yang
sebagian besarnya tidak disadari. Dengan kata lain, kognisi berfungsi seperti sistem komputer :
beroperasi dibelakang layar, tetapi menjalankan semua fungsi komputer. Kognisi adalah aktivitas
mental yang terjadi di dalam jiwa untuk memproses, memaknai dan menyimpan aneka informasi
perseptual. Kognisi juga bertujuan untuk merencanakan dan juga memprogramkan apa yang
akan kita lakukan dan katakan. Kognisi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi kita dapat
menyimpulkan melalui ekspresi, tindakan. tulisan dan perkataan seseorang.

2.2 Skema Kognitif


Skema adalah kerangka mental yang berpusat pada tema-tema spesifik yang dapat
membantu kita mengorganisasikan informasi sosial. Skema berfungsi sebagai panduan
mengingat yaitu untuk mengisi kekosongan informasi bila kita sedang mencoba mengingat
sesuatu. Rekonstruksi (penyusunan) memori cenderung konsisten dengan skema. Selain itu
skema bermanfaat khususnya untuk mengurangi kekaburan (ambiguity) bila kita menghadapi
informasi yang memiliki banyak kemungkinan interpretasi.
4 jenis skema yang perlu diketahui, yaitu:
 Self schema – yaitu skema yang berisi karakteristik diri sendiri. Menurut Nasby (1989),
self skema memiliki fungsi untuk mengorganisasikan ingatan abstrak dan konkrit tentang
dirinya sendiri serta mengendalikan pemrosesan informasi yang relevan dengan dirinya
sendiri. 

5
 Person schema – skema ini memuat informasi mengenai tipikal orang dan lebih berfungsi
untuk mengkategorikan orang lain, termasuk prototype yang berkaitan dengan kelompok
orang tertentu. Jenis skema ini sering disebut dengan teori kepribadian implisit karena
pandangannya yang lebih membahas mengenai ciri-ciri kepribadian seseorang dan
semacamnya.
 Skema peran – yaitu skema yang memuat konsep-konsep tentang norma dan perilaku
yang sesuai bagi kelompok orang dari berbagai kategori sosial atau status tertentu. Skema
peran ini menunjukkan cara kita yang mengharapkan perlakuan tertentu saat memerankan
peranan tertentu. 
 Skema kejadian – berisi pengetahuan tentang urutan kejadian sosial. Melalui skema ini
kita akan lebih memahami dan mengingat kejadian untuk mengkaitkannya dengan
kejadian yang sedang dialami.
Skema menimbulkan efek yang kuat terhadap tiga proses mental dasar. Ketiga proses dasar
tersebut ialah :
1. Attention atau perhatian
Dalam proses yang pertama ini seorang individu akan mulai melihat kejadian-kejadian atau
gejala-gejala sosial di sekitarnya. Dalam hal ini skema berperan sebagai penyaring informasi,
dimana individu memilih informasi mana yang baginya penting untuk masuk ke kesadaranya dan
disimpan di dalam otak.
2. Encoding atau pengkodean
Pengkodean adalah proses penyimpanan informasi ke dalam otak. Informasi yang tersimpan ini
merupakan fokus dari perhatian di proses sebelumnya dan memungkinkan untuk tersimpan di
dalam otak dalam jangka panjang
3. Retrieval atau mengingat kembali
Selanjutnya, proses pembentukan kognisi sosial juga akan melibatkan tahapan retrieval yaitu
mengingat kembali ingatan yang pernah disimpan.
Di dalam proses ini terjadi pemilihan informasi tentang apa yang paling siap untuk diingat dan
memanggil informasi tersebut untuk disesuaikan dengan hal-hal lain yang mereka alami.
Skema terbukti berpengaruh terhadap semua aspek dasar kognisi sosial. Hal itu berarti
skema-skema yang kita miliki akan sangat memengaruhi kognisi sosial kita, yang diantaranya
adalah respons terhadap berbagai persoalan hidup. Apabila skemanya positif, kita cenderung

6
merespons dunia baru juga dengan cara yang positif. Skema sering kali sulit diubah, memiliki
efek bertahan dan tidak mudah berubah, bahkan ketika menghadapi informasi yang kontrakdiktif
sekalipun. Skema yang kita gunakan untuk menginterpretasikan dan menilai dunia luar
dipengaruhi oleh accessibility, seberapa mudah kita mengakses suatu skema. Semakin mudah
suatu skema diakses, semakin sering skema tersebut dipergunakan.Skema yang muncul di benak
kita dan memandu kesan mengenai orang tertentu, dapat dipengaruhi oleh accessibility, yaitu
sejauh mana skema dankonsep-konsep yang tersedia di baris depan (paling mudah diakses)
cenderung kita gunakan bila kita menilai suatu lingkungan sosial. Skema tertentu mudah sekali
diakses karena 3 alasan:
1) Karena merupakan hasil pengalaman masa lalu, sehingga skema ini tetap aktif dan siap
digunakan untuk menginterpretasi situasi yang ambigu.
2) Berkaitan dengan tujuan kita saat ini. Misalnya,karena sedang belajar psikologi sosial
mengenai stereotip, kita cenderung menyadari stereotipyang terjadi di lingkungan sosial
kita.
3) Skema dapat diakses sewaktu-waktu karena merupakan hasil pengalaman yang baru saja
dialami. Skema ini dapat diakses dengan adanya informasi yang memicu.

2.3 Heuristik : Jalan Pintas Mental

Heuristik adalah aturan, strategi atau prosedur sederhana dalam mengambil keputusan
atau menarik kesimpulan tanpa usaha yang berarti. Heuristik biasanya dilakukan dengan dua cara
yaitu:

 Availability heuristic

Adalah pertimbangan praktis mental dimana orang mendasarkan penilaiannya pada sesuatu yang
mudah muncul dalam pikiran.

 Representativeness heuristic

Adalah jalan pintas mental di mana orang mengklasifikasikan sesuatu berdasarkan kesamaan
sesuatu itu dengan hal lain yang sejenis.
Koginisi sosial dapat terjadi dengan dua cara yang berbeda. Pertama, kognisi sosial
terjadi secara sistematis, logis, dan dengan usaha yang sungguh-sungguh. Cara ini disebut

7
dengan istilah controlled processing. Cara kedua, yang lebih cepat, tidak terlalu memerlukan
usaha sungguh-sungguh dan lebih bersifat intuitif, dikenal dengan istilah automatic processing.

2.4 Sumber-Sumber Kesalahan dalam Kognisi Sosial

Dalam memahami orang lain dan dunia sosial, terdapat banyak kecenderungan yang
menyebabkan terjadinya kesalahan, antara lain sebagai berikut.

 Bias negativitas

Bias negativitas adalah sebuah kecenderungan untuk seseorang lebih memperhatikan hal-hal atau
informasi yang sifatnya negatif. Maka, dalam hal ini informasi negatif memiliki pengaruh yang
lebih kuat dibandingkan informasi yang sifatnya positif.Contohnya, ketika kita diberi informasi
bahwa kita akan bertemu klien yang pintar, professional namun pernah berurusan dengan polisi
terkait tindak penipuan, maka kita akan lebih fokus dengan informasi keterkaitan orang tersebut
dengan kepolisian. 

 Bias optimistik
Bias optimistik merupakan suatu perdisposisi yang membuat seorang individu selalu berharap
apapun yang terjadi akan berakhir baik-baik saja sesuai harapannya.Dalam hal ini seseorang
berpikir bahwa dirinya akan lebih berpeluang mendapatkan keuntungan dan keberhasilan
dibandingkan dengan kegagalan seperti orang lain.Sebagai contohnya adalah pemerintah yang
sering membuat program dengan target yang sangat tinggi dan yakin akan penyelesaian
proyeknya, namun target tersebut tidak diimbangi dengan perencanaan yang matang. Ketika
orang-orang ini mulai melihat bahwa hal-hal tidak berakhir sesuai harapan, mereka akan justru
bersiap menghadapi hal yang buruk dan menunjukkan pola pesimistik.
 Terlalu banyak berpikir
Banyak di antara kita yang terlalu banyak berpikir sehingga bisa mempersulit diri sendiri dalam
berpikir kognitif. Berpikir secara rasional dan sistematis akan lebih baik dan membantu menjaga
fungsi kognisi sosial.
 Pemikiran konterfaktual
Merupakan pemikiran yang berlawanan dengan keadaan yang sedang dialami, misalnya
pemikiran berandai-andai jika begini atau jika tidak begitu. Pemikiran seperti ini akan memberi
pengaruh yang kuat terhadap afeksi seorang individu.

8
2.5 Hubungan Afeksi dan Kognisi

Penelitian menunjukan adanya hubungan yang saling memengaruhi antara afeksi dan
kognisi. Perasaan dan suasana hati memengaruhi kognisi. Begitu pula sebaliknya, kognisi
berpengaruh pada perasaan dan suasana hati.

A. Pengaruh Afeksi terhadap Kognisi

Pengaruh afeksi terhadap kognisi tampak pada suasana hati saat ini yang dapat sangat
memengaruhi reaksi kita terhadap rangsangan yang baru pertama kali kita temui. Rangsangan itu
bisa berbentuk apa saja, seperti individu lain, makanan atau lokasi geografis yang belum pernah
ditemui. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa suasana gembira atau positif dapat
meningkatkan kreativitas. Ide dan asosiasi lebih banyak diaktifkan ketika seseorang berada
dalam perasaan positif daripada pada perasaan negatif. Perasaan positif juga meningkatkan
perilaku prososial. Dalam keadaan emosi senang, seseorang cenderung lebih mudah menolong
orang lain daripada ketika dalam keadaan emosi negatif. Hal itu dikarenakan hampir seluruh
energi psikologis dan perhatian individu yang sedang memiliki emosi negatif digunakan untuk
memperhatikan emosi negatif tersebut.

B. Pengaruh Kognisi terhadap Afeksi

Kognisi juga mempengaruhi afeksi. Teori emosi dua faktor menjelaskan bahwa seseorang sering
kali tidak mengetahui perasaan dan sikapnya sendiri sehingga orang tersebut menyimpulkan
perasaan dan sikapnya dari lingkungan—situasi dimana ia mengalami reaksi-reaksi internal ini.
Interpretasi kognitif terhadap gairah fisik akan sangat menentukan pengalaman emosional
seseorang. Ini berarti, perbedaan interpretasi dapat menyebabkan perbedaan pengalaman
emosional yang dirasakan seseorang. Kognisi juga sangat berperan dalam dinamika emosi,
khususnya dalam upaya penataan hati. Regulasi emosi dapat dimulai dari memperbaiki cara kita
berpikir. Perubahan cara berpikir mempengaruhi keadaan emosi kita saat itu. Oleh karena itu
belajar memperbaki hati dengan memperbaiki kognisi merupakan penting bagi siapapun.
Kejadian negatif dan hasil yang tidak sesuai dengan harapan merupakan hal yyang sering terjadi
dalam kehidupan.

9
2.6 Teori Kognisi Sosial

Dalam teori kognitif ini, proses kognitif menjadi dasar timbulnya prasangka. Hal ini berkaitan
dengan :
1.    Kategorisasi atau penggolongan
Ketika seseorang mempersepsi orang lain atau kelompok mempersepsi kelompok. Dan
memasukkan itu ke dalam suatu kategori sekse, umur, pekerjaan, pembedaan warna kulit, dll.
Dan hal ini menimbulkan prasangka antara pihak satu dengan yang lain.
2.    Ingroup lawan outgroup
Orang yang berada dalam satu kelompok merasa (ingroup) dan orang yang merasa dari
kelompok lain (outgroup) dan hal ini akan menimbulkan beberapa dampak, antara lain : anggota
ingroup lebih anggota lain lebih punya kesamaan disbanding outgroup, ingroup lebih terfaforit
daripada outgroup, ingroup memandang outgroup lebih homogen daripada ingroup baik
kepribadian atau yang lain:
a.    Teori Rosenberg
Dikenal dengan teori affective cognitive consistency, atau terkadang disebut teori dua faktor.
Rosenberg (second & backman:1964) memusatkan perhatian pada kognitif dan afektif.
Pengertian kognitif tidak hanya mencakup pengetahuan, melainkan kepercayaan antara sikap
dengan sistem yang ada dalam diri individu. Sedang afektif berhubungan dengan perasaan yang
timbul pada seseorang yang menyertai sikapnya, dapat positif ataupun negativ terhadap obyek
tertentu.
b.    Teori festinger
Dikenal dengan teori disonansi kognitif. Sikap individu itu biasanya konsisten satu dengan yang
lain. Misal: ia berpendapat bahwa pendidikan itu baik, maka mereka mengirim anaknya ke
sekolah,  menurut teori ini, elemen kognitif meliputi pengetahuan, pandangan/perbuatan, dan
kepercayaan tentang lingkungan.
c.    Teori P-O-X
Teori Heider adalah berpangkal pada perasaan yang ada pada seseorang (P), terhadap orang lain
(O), dan hal lain (X) dalam hal ini tidak hanya benda mati tetapi bisa berupa orang lain. Dan
ketiga hal tersebut membentuk kesatuan.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kognisi sosial adalah proses berfikir yang dilakukan seseorang untuk memahami dirinya sendiri
dan orang lain.(kognisi adalah pengetahuan dan kesadaran) atau tata cara dimana kita
menginterpretasi, menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial.
dalam teori kognisi sosial ini memiliki sebuah konsep yaitu proses belajar dengan mengamati.
Dimana memiliki komponen yang saling berkaitan didalamnya.

3.2 Saran

Dengan mempelajari makalah kognisi sosial ini. Hendaknya kita dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Khususnya  untuk lebih mengenal diri sendiri dan orang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bimo walgito. 1978.Psikologi social. Yogyakarta: ANDI

Hidayat, Komaruddin & Khoiruddin Bashori.2017. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga

Prof.Dr.Sarlito Wirawan Sarwono.2011.Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta:Rajawali Pers

Sears, David, O., Freedman, J.L., Peplau, L.A. 1994. Psikologi Sosial.Edisi bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga

12

Anda mungkin juga menyukai