Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGAUDITAN 1
ASERSI MANAJEMEN (PT. ASTRA AGRO LESTARI TBK)

DOSEN PENGAMPU: M. Jusuf Wibisana, M.Ec., Ak

DISUSUN OLEH:
Suciati Hanung Pangestu 185020300111025
Amiroh Nur Amaliyah 185020300111067
Farradiba Nava Kinan Subroto 185020300111069
Melania Yanuar Riwinati 185020307111038

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
Konsep Asersi Dalam ISA
Menurut ISA (International Standar of Auditing) 315 alinea 4 (a), asersi
adalah representasi oleh manajemen, baik secara eksplisit (dalam bentuk
pernyataan) maupun implisit (tersirat) yang terkandung dalam laporan keuangan.
Representasi ini digunakan oleh auditor untuk memperhatikan berbagai salah saji
dalam laporan keuangan yang mungkin terjadi. Dengan menyerahkan laporan
keuangannya kepada auditor atau pihak lain, menajemen membuat representasi
secara tersurat maupun tersirat. Representasi oleh manajemen kepada auditor,
yang paling umum dikenal adalah laporan keuangan secara menyeluruh disajikan
secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Klasifikasi Asersi (Standar Audit 315 par A111):
1. Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit:
a. Keterjadian (occurence): transaksi dan peristiwa yang telah terbukukan
telah terjadi dan berkaitan dengan entitas.
b. Kelengkapan (completeness): seluruh transaksi dan peristiwa yang
seharusnya terbukukan telah dicatat.
c. Keakurasian (accuracy): jumlah-jumlah dan data lainnya yang berkaitan
dengan transaksi dan peristiwa yang telah dibukukan telah dicatat dengan
tepat.
d. Pisah batas (cut-off): transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam
periode akuntansi yang tepat.
e. Klasifikasi (classification): transaksi dan peristiwa telah dibukukan
dalam akun yang tepat.
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode:
a. Eksistensi (existence): aset, liabilitas, dan ekuitas ada.
b. Hak dan kewajiban (rights and obligations): entitas memiliki atau
mengendalikan hak atas aset dan memiliki kewajiban atas liabilitas.
c. Kelengkapan (completeness): seluruh aset, liabilitas, dan ekuitas yang
seharusnya terbukukan telah dicatat.
d. Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation): aset, liabilitas,
dan ekuitas tercantum dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat dan
penyesuaian penilaian atau pengalokasian yang terjadi dibukukan dengan
tepat.
3. Asersi tentang Asersi tentang penyajian dan pengungkapan:
a. Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and
obligations): peristiwa, transaksi, dan hal-hal lainnya yang diungkapkan,
telah terjadi dan berkaitan dengan entitas.
b. Kelengkapan (completeness): seluruh pengungkapan yang seharusnya
tercantum dalam laporan keuangan telah disajikan.
c. Klasifikasi dan keterpahaman (classification and understandability):
informasi keuangan disajikan dan dijelaskan secara tepat, serta
pengungkapan disajikan dengan jelas.
d. Keakurasian dan penilaian (accuracy and valuation): informasi
keuangan dan informasi lainnya diungkapkan secara wajar dan pada
jumlah yang tepat. Tujuan audit umum dan tujuan audit khusus yang
terkait dengan asersi manajemen akan memberikan kerangka kerja untuk
mengumpulkan bahan bukti audit yang kompeten dan cukup.

Melakukan Penelurusan Asersi


Dalam audit, keseragaman penggunaan istilah sangat penting, agar para pengguna
memiliki kesamaan pemahaman atas hasil audit. Sering dari kita sebagai auditor
kurang dapat membedakan maksud antara istilah vouching dan tracing.
Berikut gambar proses vouching dan tracing:

Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi :


(1) Inspeksi
Teknik Inspeksi sendiri merupakan pemeriksaan secara keseluruhan atau
terperinci terhadap dokumen, catatan atau kondisi fisik sesuatu.
Pemerikasaan terhadap dokumen atau catatan ini dimaksudkan agar
seorang auditor dapat menentukan ketetapan persyaratan, faktur dan
dokumen penting lainnya. Dengan inspeksi ini maka, dapat dilakukannya
evaluasi. Oleh karena itu, dalam prosedur audit inspeksi penting untuk
dilakukan.
(2) Pengamatan (observation)
Observasi atau pengamatan ini dilakukan dengan menyaksikan
secara lansgsung kegiatan yang sedang berlangsung saat melakukan audit.
Pengamatan dilakukan terhadap keseluruhan mulai dari perhitungan fisik
jumlah barang dan lain sebagainya. Pada dasarnya adapun objek yang
diamati dalam melakukan observasi biasanya adalah karyawan, proses dan
prosedur di lokasi. Pengamatan ini merupakan bagian yang penting untuk
laporan mengenai pemahaman pengendalian internal. Sebab itulah
pengamatan harus dilakukan oleh seorang auditor sebgai teknik dari
prosedur audit.
(3) Permintaan keterangan (enquiry)
Permintaan keterangan adalah langkah yang sangat penting karena
keterangan secara lisan ini dapat menjadi bukti yang sifatnya lisan dan
nyata. Permintaan keterangan ini akan melibatkan bagian menejemen atau
karyawan. Permintaan keterangan ini biasanya berisikan pertanyaan-
pertanyaan yang akan dijawab oleh pihak terkait. Berdasarkan hal ini maka
seorang auditor akan mendapatkan bukti lisan.
(4) Konfirmasi
Kegiatan selanjutnya dalam prosedur audit adalah konfirmasi yang
merupakan penyelidikan untuk mendapatkan informasi dari pihak lain
selain pihak organisasi. Prosedurnya klien akan memberikan pertanyaan
yang di mana klien akan memberikan jawaban langsung kepada auditor
seputar apa yang ditanyakan oleh auditor. Berdasarkan jawaban langsung
yang diberikan oleh klien inilah yang nantinya menjadi bukti yang sifatnya
objektif karena sumbernya berasal dari luar.
(5) Penelusuran (tracing)

Adapun prosedur audit lainnya berupa penelusuran di mana


seorang auditor biasanya akan melakukan penelurusan ulang mulai dari
awal sampai data dalam dokumen. Dokumen awal ini akan ditelusuri dari
tahap awal sampai ke tahap catatan akuntansi.Prosedur ini nantinya akan
memberikan hasil dari kelengkapan data dari catatan akuntansi. Biasanya
penelusuran dilakukan terhadap transaksi penjualan seperti keterangan
orderan, laporan pengiriman barang, faktur penjualan, transaksi penjualan,
dan lain sebagainya.

(6) Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)

Prosedur ini meliputi pemilihan ayat jurnal dalam catatan


akuntansi. Teknik ini dilakukan dengan perbandingan antara dokumen
dengan catatan akuntansi. Prosedur ini bertujuan untuk memperoleh bukti
audit mengenai kebenaran perlakukan akuntansi terhadap transaksi yang
terjadi

(7) Penghitungan (counting)


Melakukan perhitungan dalam prosedur audit bertujuan untuk
mengevaluasi bukti fisik berupa barang yang ada, jumlah kas dan catatan
keseluruhan dokumen dengan nomor urut yang telah dicetak.  Perhitungan
ini dilakukan untuk mengevalasi bukti fisik kuantitas yang ada dengan
pertanggung jawaban catatan yang ada. Maka dari itu, intinya perhitungan
dilakukan untuk mengevaluasi bukti dokumenter yang mendukung
kelengkapan catatan akuntansi.
(8) Scanning
Scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen,
cacatan, dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa
yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam. Prosedur audit ini
merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien.

(9) Pelaksanaan ulang (reperforming)


Dalam prosedur auditor untuk pelaksanaan ulang ini bisanya
dilakukan pengulangan kegiatan yang dilakukan oleh klien. Salah satu
prosedur audit yang penting dilakukan dalam pelaksanaan ulang meliputi
premi obligasi, bunga akrual, diskon, beban penyusutan, total jurnal,
perhitungan kuantitas dikalikan harga per item yang telah disesuaikan.
Pelaksanaan ulang juga dapat dilakukan terhadap proses transaksi tertentu
untuk memastikan kembali.
(10) Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)
Melakukan prosedur audit yang berhubungan dengan bantuan
komputer. Prosedur audit selanjutnya dilakukan dengan bantuan media
elektronik untuk catatan akuntansi. Beberapa kegiatan auditor yang
dilakukan berbantuan komputer meliputi perhitungan jumlah saldo,
perhitungan rasio, perbandingan unsur data yang ada didalam berbagai
file, pemilihan nama debitur yang akan dikirim surat konfirmasi dan lain
sebagainya.

Representasi umum pada asersi :

Gambar tersebut menunjukan asersi-asersi laporan keuangan dan dampak


keuangannya jika asersi tersebut salah. Jika manajemen memberikan asersi yang
benar, maka dampak kesalahan keuangannya tidak ada. Hal ini digambarkan
dalam bidang berwarna hijau, correctly stated amount “angka-angka disajikan
dengan benar”, khusus untuk transaksi dan saldo (karena pengungkapan atau
disclosure bersifat kualitatif).
Jika manajemen memberikan asersi yang salah, maka dampak kesalahan
keuangannya bisa berupa angka-angka yang dinyatakan terlalu rendah
(understated), digambarkan di sebelah kiri bidang berwarna hijau. atau terlalu
tinggi (overstated), digambarkan disebelah kanan bidang berwarna hijau.
Kesalahan manajemen dalam asersi laporan keuangan mempunyai dampak
kuantitatif dan kualitatif. Auditor harus memberikan perhatian terhadap asersi
laporan keuangan.
Asersi dalam Auditing
Auditor wajib mengidentifikasikan dan menilai risiko salah saji pada :
1. Tingkat laporan keuangan;
2. Tingkat asersi untuk jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan untuk
merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya.
Seperti yang disebutkan diatas, laporan keuangan mengandung berbagai asersi.
Asersi ini dapat digunakan auditor dalam menilai risiko di tingkat laporan
keuangan dan di tingkat asersi.
Penilaian Risiko di Tingkat Laporan Keuangan
Risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan, cenderung
bersifat pervasif (tersebar luas) dan karenanya mencakup semua asersi. Sebagai
contoh, jika kepala pembukuan tidak cukup kompeten, sangat boleh jadi
kekeliruan terjadi dalam laporan keuangan. Kekeliruan semacam ini sering kali
tidak terbatas pada satu saldo akun, atau satu jenis transaksi, atau suatu
pengungkapan saja. Kekeliruan juga tidak terbatas pada satu asersi saja, seperti
lengkapnya (completeness) transaksi penjualan. Kekeliruan dengan mudah
merambah ke asersi lain seperti accuracy, existence, dan valuation.
Penilaian Risiko di Tingkat Asersi
Risiko pada tingkat asersi berkaitan dengan saldo dari akun tertentu
(secara individu) pada saat tertentu (misalnya akhir tahun), atau untuk asersi
tertentu pada suatu periode tertentu (misalnya dalam tahun buku bersangkutan),
dan berkenaan dengan penyajian dan pengungkapan tertentu dalam laporan
keuangan.
Relevansi setiap asersi untuk saldo akun (atau jenis transaksi, atau
penyajian dan pengngkapan) tertentu, akan berbeda, tergantung pada ciri saldo
akun itu dan potensi salah saji yang material. Sebagai contoh, ketika menilai
Valuation assertion, auditor mungkin menilai risiko terjadinya kekeliruan sebagai
rendah. Namun, untuk persediaan dimana keusangan (obsolescence) merupakan
faktor penting, auditor menilai Valuation risk tinggi. Contoh lain, karena
kemungkinan hilangnya persediaan relatif kecil, auditor menilai risiko salah saji
yang material berkenaan dengan completeness assertion, rendah. Akan tetapi,
kelemahan dalam menangani transaksi penjualan menyebabkan auditor menilai
risiko salah saji karena tidak lengkapnya saldo akun penjualan, sebagai risiko
yang tinggi.
Auditor menggunakan asersi untuk:
1. Menentukan jenis risiko salah saji yang bisa terjadi.
2. Menilai seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko salah saji yang
material.
3. Merancang prosedur audit selanjutnnya (further audit procedures) sebagai
jawaban atau tanggapan terhadap risiko yang dinilai (responsive to the
assessed risk).

Apa Jenis Risiko Salah Saji ?


Dalam langkah ini auditor melaksanakan prosedur penilaian risiko. Sebagai
contoh, auditor dapat mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah aset memang ada ? (existence)
2. Apakah entitas memiliki aset tersebut ? (right and obligations)
3. Apakah transaksi penjualan dicatat dengan benar ? (completeness)
4. Apakah saldo persediaan di-adjust untuk barang yang lambat perputarannya ?
(slow-moving) dan usang (obsolete) ? (valuation)
5. Apakah saldo utang sudah meliputi semua kewajiban pada akhir periode ?
(completeness)
6. Apakah transaksi dicatat dalam periode yang benar ? (cut-off)
7. Apakah jumlah yang benar disajikan dan diungkapkan dalam laporan
keuangan ? (accuracy)
Seberapa Besar Kemungkinan Terjadinya Risiko itu ?
Risiko salah saji yang material merupakan kombinasi dari risiko bawaan
(inherent risk) dan risiko pengendalian (control risk). Oleh karena itu, proses
penilaian (assessment process) meliputi keduanya. Mengenai risiko bawaan,
auditor menentukan potensi salah saji yang berkenaan dengan asersi yang mana.
Ia kemudian menilai seberapa besarnya kemungkinan terjadinya risiko ini, dan
taksiran jumlahnya. Mengenai risiko pengendalian, auditor menentukan apakah
ada pengendalian intern yang relevan untuk mencegah dan menekan (mitigate)
assessed risk dan dampaknya terhadap asersi terkait.
Apa Prosedur Audit Selanjutnya ?
Langkah terakhir ialah merancang prosedur audit yang menjawab assessed
risks untuk setiap asersi terkait. Sebagai contoh, jika resiko piutang dinyatakan
lebih besar dari sesungguhnya (overstated), itu tinggi, maka prosedur audit harus
dirancang untuk menjawab asersi tersebut (dalam hal ini, existence assertion).
Jika asersi mengenai transaksi penjualan yang berkenaan dengan completeness
yang beresiko tinggi, auditor dapat merancang uji pengendalian (tes of controls)
yang menyoroti completeness assertion ini.
PT. ASTRA AGRO LESTARI TBK

Laporan Posisi Keuangan Kosolidasian


PT ASTRA AGRO LESTARI TBK
Asersi ekplisit :
1. Piutang usaha dan persediaan benar – benar ada
2. Jumlah piutang usaha yang benar adalah Rp 23.910.000.000 dan jumlah
persediaan yang benar adalah Rp 1.974.035.000.000
Asersi implisit :
1. Semua piutang usaha dan persediaan yang harus dilaporkan sudah
dimasukkan
2. Semua piutang usaha dan persediaan adalah hak milik satuan usaha
3. Terjadi pembatasan terhadap penggunaan piutang usaha dan persediaan.

Asersi yang diuji oleh auditor


1. Pada akun piutang usaha, menggunakan asersi keberadaan atau
keterjadian. Jadi, auditor melakukan konfirmasi kepada pihak ketiga yang
melakukan utang ke PT. Astra – Agro dan dapat disimpulkan bahwa,
transaksi tersebut benar – benar terjadi.
2. Pada akun persediaan, menggunakan asersi penilaian. Jadi, auditor
melakukan pemeriksaan persediaan pada PT. Astra – Agro dan dapat
disimpulkan bahwa nilai total yang disajikan di laporan keuangan sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya ada di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai