Anda di halaman 1dari 2

Nama : Intan Dwi Mardi Andini kelas : X MIPA 1

No : 22

Ujian Nasional dihapus, Siswa Jadi Lembek?

Pada perdebatan Mata Najwa tersebut terlihat ada beberapa orang yang sudah hadir
untuk melakukan perdebatan tentang “Penghapusan Ujian Nasional” yg di moderator oleh
Najwa Shihab. Najwa Shihab langsung mempersihalhkan Pak Sadewo untuk berbicara Pak
Sadewo adalah Anggota Komisi X DPR Fraksi Gerindra. Ia berpendapat bahwa apabila UN di
hapuskan hal itu akan mengakibatkan siswa menjadi lembek mental, selain itu siswa-siswi
nilai juangnya akan semakin menurun dan tidak akan mempunyai daya saing tingkat Global.
Oleh karena itu, menurutnya yang utama adalah mengelola dengan baik stres siswa-siswi
agar mereka bisa belajar dengan giat.
Setelah Pak Sadewo berpendapat, Najwa Shihab mempersilahkan untuk Sophia
Latjuba berpendapat atas opini Pak Sadewo tadi. Ia tidak setuju karena sekitar 15 tahun
melaksanakan Ujian Nasional sistem pendidikan kita tetap nomor ke 72 dari 75 negara di
dunia. Kemudian Pak Sadewo menentang dan mengatakan bahwa baiknya soal UN tidak
hanya hafalan saja namun juga ada penalarannya.
Bu Retno menentang UN karena sebelum UN para siswa harus belajar sedangkan
belajar menurut realitanya sendiri adalah sebuah keinginantahuan seorang siswa-siswi
terhadap segala sesuatu yang tidak hanya mencakup pelajaran di sekolah terutama
akademis. Kemudian Bu Retno berpendapat lagi bahwa UN hanya menguntungkan siswa-
siswi dari keluarga yang mampu sehingga sebelum pelaksanaan ujian mereka mampu
mengikuti bimbel-bimbel yang membantu mereka belajar. Sedangkan, siswa-siswi dari
keluarga yang kurang mampu belum tentu bisa mengikuti bimbel-bimbel berbayar serta
pastinya waktu yang mereka gunakan kurang cukup untuk belajar sendiri apabila mereka
harus membantu orang tuanya juga dalam mencari uang. Singkatnya, UN adalah sistem
penilaian yang tidak adil untuk banyak siswa-siswi di Indonesia.
Najwa Shihab setelah itu mempersilahkan Pak Syaiful Huda yang merupakan ketua
komisili X DPR fraksi PKB untuk beropini. Menurutnya UN juga tidak relevan untuk
melahirkan generasi yang kreatif, cerdas dan inovatif karena UN hanya memaksa anak untuk
belajar di beberapa bidang yang belum tentu mereka ingini. Tambahannya ia menginginkan
agar UN di ganti dengan Assessment kompetisi minimum dan survei karakter.
Selesainya opini Pak Syaiful Huda Pak Sadewo ikut beropini Kembali bahwa Ketika ia
rapat dengan Menteri. Pak Mentri belum menjelaskan model/metode dari Assessment
kompetisi minimum dan survei karakter tadi dan Pak Sadewo tidak setuju dengan pendapat
pak Menteri yang berkata bahwa kelulusan akan di daulatkan di sekolah itu sendiri
begitupun soal-soal untuk ujiannya. Pak Sadewo tidak setuju karena sekolah di Indonesia
mempunyai akreditasi sekolah yang berbeda-beda sehingga nilai 100 di sekolah A bisa saja
beda dengan nilai 100 di sekolah B.
Najwa Shihab setelah itu mempersilahkan Pak Totok yang merupakan PH. Dirjen
Dikdasmen Kemendikbud untuk berpendapat. Menurutnya praktek UN selama ini telah
mereduksi proses Pendidikan karena tidak sesuai dengan perkataan KI Hajar Dewantara
yaitu “ Pendidikan merupakan daya upaya memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran,
dan tubuh “. Hal ini tidak sesuai dengan penerapan UN yang hanya memaksakan siswanya
hanya untuk belajar menghafal daripada menalar.
Pak Sadewo berkata bahwa ia setuju dengan pendapat Pak Totok karena
pendapatnya bahwa baiknya UN masih diadakan tetapi soal-soalnya di ganti agar tetap ada
standarisasi nilai nasional. Menurutnya juga standarisasi ini membuat sekolah yang
berakreditasi buruk bisa menyesuaikkan.
Najwa Shihab kemudian mempersilahkan Pak Anindito yang merupakan Peneliti
Pusat Studi Pendidikan dan Kebajikan untuk berbicara. Ia berkata bahwa UN merupakan
cara yang salah untuk meningkatkan daya juang para siswa karena UN mencampuradukkan
beberapa fungsi yang pertama yaitu untuk mengukur pennguasaan materi siswanya dari
kurikulum yang sudah diajarkan di sekolah selama 3 tahun dan yang kedua yaitu sebagai
pemetaan Pendidikan nasional. Secara Metedeologi Pendidikan hal ini di nilai salah karena
kedua fungsi ini perlu instrumen yang berbeda. Mudahnya saja bahwa siswa belajar dalam 3
tahun pastinya ia belajar mengenai ratusan konsep dan dalam UN sendiri hanya dapat
mencakup puluhan soal yang di kerjakkan dalam 2 jam sehingga tidak mungkin bisa
mengukur pemahaman siswa terhada materi pelajaran dalam 3 tahun di sekolah. Jadi
pertanyaannya apakah UN ini berguna untuk apa? Apa hanya untuk pemetaan semata? atau
untuk menilai pencapaian pemahaman siswa?

Anda mungkin juga menyukai