Anda di halaman 1dari 11

BERDEBAT DENGAN INDAH

Pengertian Debat
Debat adalah proses saling bertukar pendapat untuk membahas suatu isu dengan masing-masing
pihak yang berdebat memberi alasan. Apabila perlu, ditambah dengan informasi, bukti, dan data
untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Hasil debat biasanya menghasilkan sudut
pandang baru yang bisa diterima kedua belah pihak.
Bacalah dengan cermat contoh debat berikut!
Debat Pro dan Kontra UN

MOSI (Tema yang didiskusikan) : Perlukah pelaksanaan UN di Indonesia?


Pemimpin Diskusi :Mutia Lasiama Azizah
Moderator :Najwah Syarifah
Pembicara :Faradhysa Camila
Notulis :Faradhysa Camila
Peserta Diskusi :TIM PRO      : - Aldhafa Namira A.P
                                                                           -Inas Zulfa S
                                            TIM KONTRA: -Nisrina Sukma D
                                                                            -Salwa Shofiya H

Pemimpin Diskusi (Mutia Lasiama A):


(salam)
(berdoa)
“Hari ini kita akan mendiskusikan tentang perlukah pelaksanaan Ujian Nasioanal di Indonesia.
Diskusi ini akan dipandu oleh moderator kita Najwah Syarifah. Untuk itu, saya serahkan kepada
moderator.”

Moderator (Najwah Syarifah):


(salam)
Saya sebagai moderator didiskusi kali ini akan memperkenalkan notulis dan pembiacaranya yaitu
Faradhysa Camila. Peserta terdiri dari dua bagian, pro dan kontra. Selanjutnya, permasalahan
lebih lanjut akan dibahas oleh pembicara, Faradhysa Camila.
Pembicara (Faradhysa Camila):
Saya akan memaparkan masalah yang didiskusian pada kesempatan kali ini. Di negara Indonesia,
semua sekolah baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah melaksanakn UN. Kelulusan
mereka disekolah hanya ditentukan oleh 3-4 hari saja. Hal ini harus membuat siswa belajar lebih
giat lagi dengan mengikuti jam tambahan dari sekolah atau mengikuti program les diluar
sekolah. Tetapi tidak sedikit dari mereka menjadi stress akibat adanya UN ini. Dalam diskusi kali
ini, kita akan membahas lebih mendetail tentang adanya UN di Indonesia, perlukah Indonesia
melaksanakan Ujian Nasional? Berikut ini  adalah pendapat secara umum dari siswa yang pro
dan kontra terhadap pelaksanaan UN di Indonesia.
Pendapat secara umum
Tim Pro:
UN diperlukan oleh siswa agar bisa meningkatkan mutu siswa dalam proses pembelajaran. Agar
siswa itu menjadi SDM yang bermutu, mungkin dalam proses belajar siswa tidak serius dalam
menerima pembelajaran, tetapi setelah mendengar kata UN siswa akan serius belajar.
Tim Kontra:
Guru hanya akan mengajarkan beberapa topik atau kompetensi (berdasarkan panduan
SKL) yang  diprediksi bakal keluar dalam UN, dan kemudian cenderung mengabaikan
kompetensi lainnya yang diperkirakan tak akan diujikan dalam UN, walaupun sangat mungkin
kompetensi itu sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari pasca anak didik keluar dari
ruangan ujian. Silakan kepada moderator untuk bertanya tentang pendapat peserta diskusi
tentang tema kali ini.
Moderator:
(mempersilahkan kelompok Pro untuk mengungkapkan pendapat)
Aldhafa:
“Saya berharap dengan adanya UN bisa meningkatkan mutu siswa. Mutu dalam proses belajar-
mengajar. Karena dengan UN, siswa lebih giat belajar dan memacu diri agar bersungguh-
sungguh memasuki sekolah negeri favorit.”
Moderator
Kesimpulan: Agar siswa lebih giat belajar.
Salwa:
“Menerut pendapat Aldhafa tadi, dengan adanya UN mutu siswa meningkat.
Jadi, jika tidak ada UN mutu siswa menurun? Kan banyak hal yang dapat membuat mutu seorang
siswa meningkat, tidak hanya soal UN.”
Inas:
“Sebelum UN dilaksanakan, para guru sudah meberikan latihan-latihan dan PR agar siswa dapat
mengerjakan UN dengan baik. Siswa akan menjadi lebih serius dalam pengisiannya.”
Ririn:
“Tapi guru lebih cenderung memberi latihan kepada pelajaran yang termasuk dalam UN. Jadi
bagaimana pelajaran yang lainnya?”
Aldhafa (interupsi):
“Tolong ulangi pertanyaanya?”
Ririn:
“Guru lebih cenderung memberi latihan kepada pelajaran yang termasuk dalam UN. Lalu
bagaimana dengan pelajaran yang lainnya? Apakah diabaikan?”
Aldhafa:
“Pemerintah memilih mata pelajaran yang umumnya sangat digunakan dikehidupan sehari-hari
setelah UN. Misalnya Bahasa Inggris, siswa dituntut supaya dapat mengerjakan UN tersebut
dengan maksimal. Nah, dengan demikian para siswa bisa berbicara bahasa Inggris walau hanya
sedikit. Dan siswa tersebut dapat berinteraksi dengan mudah jika ia berperbgian ke luar negeri”
Salwa:
“Tetapi peristiwa tersebut tidak terjadi kepada seluruh siswa. Banyak para siswa yang stress
akibat UN. Bahkan sampai ada yang tewas akibat tidak lulus UN.”
Inas:
“Maaf? Bisa berikan contohnya?”
Salwa:
“Edi Hartono umurnya 19 tahun, dia malu karena gagal UN.
Sebelumnya ia mengurung diri dirumah neneknya, tetapi selang berapa hari kemudian ia
ditemukan sudah meninggal akibat aksi bunuh dirinya.”
Inas:
“Nah itu mungkin karena kurangnya pengawasan dari keluarga dan pihak sekolah. Makanya
dengan adanya UN ini siswa diminta serius agar terlahirnya generasi-generasi bangsa yang
berkompeten.”
Aldhafa:
“Lagipula hasil UN di Indonesia belum lama ini terus meningkat. Bukankah itu pertanda baik
bagi negara Indonesia tercinta ini?”
Ririn:
“Mm… Tapi menurut survey yang telah dilakukan banyak sekolah di Indonesia yang melakukan
kecurangan terhadap lembar jawaban murid-muridnya. Dan hanya sedikit sekolah yang bersikap
jujur. Bagaimana dengan kenaikan tersebut?”
Salwa:
“Yap betul… Mungkin saja kenikan hasil UN itu adalah kenaikan kecurangan UN juga dalam
sekolah-sekolah di Indonesia.”
Aldhafa:
“Entahlah, kita hanya bisa berharap semoga itu tidak benar.”
Salwa:
“Lagipula dengan adanya UN tidak menjamin suatu negara dapat berkembang dengan baik.
Contohnya Jerman, disana tidak ada UN tapi negaranya maju dengan perkembangan yang pesat.
Masih ada lagi, Amerika, Finlandia, Kanada, dan Australia. Bisa dilihatkan mereka dapat maju
tanpa adanya peran UN?”
Aldhafa:
 “UN dibuat dengan peraturan. Dan peraturan itu memacu murid untuk berfikir kreatif. Disetiap
negara maju pasti selalu ada orang kreatif didalamnya. Dan yang paling utama, UN dapat
membuat siswa lebih disiplin.”
Ririn:
“Negara maju membutuhkan sistem pendidikan yang baik. Sistem pendidikan baik tidak selalu
membutuhkan UN didalamnya. Pemerintah harus bisa mendidik dan melatih guru  agar bisa
melaksakan evaluasi yang berkualitas. Itu yang terpenting.”
Moderator:
“Kesimpulannya adalah Ririn bilang negara maju tidak selalu membutuhkan UN didalamnya.
Dan Aldahafa bilang, perarturan UN dapat membuat siswa lebih kreatif dalam berpikir.”
Pokok bahasan kedua:
Mutia:
“Banyak siswa yang mulai pusing menjelang UN. Karena banyak nilai ujiannya yang belum
terselesaikan. Jika siswa tersebut sekolah diswasta, banyak hafalan yang belum terkejar.
Akibatnya siswa tersebut menjadi stress. Lalu bagaimana tanggapanya?”
Tanggapan
Inas:
“Siswa tersebut harusnya bisa menyelesaikan nilai-nilai sebelum UN tiba. JIka dia belum
menyelsaikan salah sendiri. Siapa suruh selama ini dia hanya bermalas-malasan?”
Salwa:
“Itu tanggapan kamu?”
Aldhafa:
“Jadi gini buat para siswa yang misalnya hafalan alqurannya belum terselesaikan, kita intropeksi
diri dulu. Ini kan Al-quran ya, nggak sembarang orang yang bisa dengan mudah menghafalnya.
Sebelum kita mencoba menghafal kita harus tinggalin dulu perbuatan-perbuatan maksiat, biar
mudah, gitu. Sebenarnya ini sih tinggal dari diri kita masing-masing aja.”
Ririn:
“Sebenarnya saya lumayan setuju dengan pendapat Aldhafa. Tapi kembali lagi, jika UN dihapus,
bukan kah kita dapat dengan mudah mengerjakan ujian-ujian seperti UH, UAS, UTS, UP, dan
TryOUt. Dan seriously ini nggak terlalu membuat siswa stress.”

Inas:
“Lalu apa salahnya? UN hanya mengambil 40% bagain dari penentu kelulusan siswa. Sisanya
dari gabungan nilai ujian selain UN.”
Salwa:
“Walaupun hanya 40% tapi sangat berpengaruh. Ada siswa yang sebelumnya berprestasi, tiba-
tiba saat ada UN ia dinyatakan tidak lulus. Padahal nilainya hanya kurang 0,26 dari angka yang
sudah ditentukan pemerintah.”
Aldahafa:
“Ya itu salah siswanya…”
Ririn:
“Loh kenapa salah siswanya? Siswa ini sebelumnya siswa yang berprestasi disekolah”
Aldhafa:
“Harusnya dia lebih bisa memanage waktu agar tidak terjadi hal seperti itu….”
Moderator:
(mengembalikan focus) “Hey, kita sudah melenceng dari topik. Silahkan kembali ke topik awal
ya. Jadi sekarang tim pro dan kontra dipersilahkan untuk membuat kesimpulan.”
Tim Kontra (menyimpulkan)
Salwa:
“Kesimpulannya, banyak siswa yang sebelum UN nilainya bagus-bagus bahkan selalu rangking
1 dan setelah dia melaksanakan UN nilainya sangat menurun. Jauh dari harapan. Itu karena
kurangnya fasilitas dari pemerintah. Banyak sekolah-sekolah diperbatasan dan provinsi tertinggal
yang belum merasakan kemajuan fasilitas di Indonesia.”
Tim Pro
Inas:
“UN bisa menambah prestasi kita. Tujuannya mulia. Kita bisa memiliki pandangan bahwa UN
itu susah sekali, tetapi bagaimana kita menyikapinya. Saya harap, kita bisa berembung bersama-
sama tentang UN. Kita bisa temukan plus minusnya. Bisa menyatukan plusnya dan membuat
Indonesia lebih baik.”
Moderator:
“Jadi begini kesimpulannya?”
Pro:
Temukan plus minus UN, gabungkan, dan mebuat Indonesia lebih baik.
Kontra:
Kemajuan teknologi pendidikan di Indonesia belum dirasakan oleh siswa diperbatasan dan kota-
kota tertinggal.
Selanjutnya diskusi ini saya serahkan kepada pemimpin diskusi.
Pemimpin Diskusi:
“Waktu untuk diskusi kali ini sudah habis, kita tutup. Terimakasih kepada tim pro dan kontra.
Semoga tidak ada salah paham dan perselisihan.”
(berdoa)
(salam)

MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DEBAT


Pada pertemuan sebelumnya, kalian telah membaca contoh debat. Debat sangat berbeda dengan
negosiasi. Perbedaan debat dan negosiasi adalah terletak pada tujuan akhir kegiatan tersebut.
Negosiasi tujuan akhirnya adalah sebuah kesepakatan. Sedangkan debat tujuan akhirnya
mempertahankan pendapat dan menambah wawasan pengetahuan. Namun demikian, baik
negosiasi maupun debat sama-sama diperankan dua orang atau lebih.
Debat dapat terwujud seperti contoh pada pertemuan sebelumnya jika memnuhi unsur-unsur
debat. Unsur-unsur debat adalah sebagai berikut.
a. Mosi atau permasalahan yang diperdebatkan;
b. Tim afirmasi atau tim pro atau tim yang mendukung mosi (tema);
c. Tim oposisi atau tim kontra atau tim yang menolak mosi;
d. Tim netral atau tim yang tidak memihak salah satu tim baik afirmasi atau pun kontra;
e. Juri yang dipanggil, jika debat dilombakan;
f. Penonton, jika debat dilombakan;
g. Moderator atau orang yang memimpin jalannya debat;
h. Notulis atau orang yang menulis hasil dan kesimpulan debat.

MENGONSTRUKSI BAGIAN-BAGIAN DALAM BERDEBAT


Pada pembelajaran ini, kita akan mengidentifikasi mosi atau topik pembicaraan dalam sebuah
debat.

Perhatikan penggalan berikut!


“Siang ini kita akan mengikuti kegiatan debat antara Tim Afirmasi dari SMKN 1 Udanawu, dan
Tim Oposisi dari MA Ma’arif Udanawu. Pagi ini kedua tim akan berdebat tentang “Bahasa
Indonesia Tergantung pada Bahasa Asing. Sebelum acara debat dimulai, saya akan membacakan
tata tertib debat.”
Penjelasan:
Berdasarkan penggalan di atas dapat kita ketahui mosi dari debat adalah Bahasa Indonesia
tergantung pada Bahasa Asing.
Berikutnya perhatikan kutipan berikut!
“Menurut saya, tawuran antarpelajar tidak saja terjadi karena karakter anak-anak yang cenderung
brutal. Lebih dari itu, tawuran terjadi karena anak-anak mendapat teladan yang kurang baik dari
para pemimpin bangsa yang sibuk saling berebut kekuasaan dan saling menghujat. Televisi dan
internet pun dengan bebas menyajikan berbagai aksi brutal yang membuat anak-anak tergoda
untuk meniru.”
Penjelasan:
Mosi dari kutipan di atas adalah tawuran antarpelajar terjadi bukan hanya karena karakter anak
yang brutal.

Apakah sampai sini kalian memahami cara mengambil mosi? Mosi bisa diambil dari inti sebuah
bacaan, karena mosi merupakan permasalahan atau topik dalam debat.
Bagaimana jika disajikan sebuah tema dan kalian diminta untuk mentukan mosi sebuah debat.
Maka kalian tinggal mengembangkan tema tersebut menjadi sebuah mosi yang lebih spesifik
atau sederhana.

Perhatikan tema berikut!


TEMA : Acara talkshow di televisi.
Kita kembangkan menjadi sebuah mosi debat menjadi Acara talkshow di televisi mempengaruhi
gaya hidup remaja.

Selanjutnya bagaimana jika kalian diminta memberikan pendapat untuk mendukung atau
menolak mosi? Maka kalian tinggal menyampaikan pendapat yang mendukung mosi atau
menolak mosi sesuai permintaan dalam debat.

Saya berikan contoh sebagai berikut!


MOSI: Tayangan sinetron berpengaruh buruk terhadap anak-anak yang menontonnya.
PENDAPAT AFIRMASI (MENDUKUNG) :Benar, dalam sinetron selalu diajarkan pacarana
yang tidak pantas ditonton anak-anak. Selain itu, gaya hidup mewah sering dipertontonkan
dalam sinetron.
PENDAPAT OPOSISI (MENOLAK) :Saya kurang sependapat, karena tidak semua sinetron
memberi dampak buruk. Misalnya sinetron religius sangat mendidik kita untuk taat pada agama.

Nah, setelah kita mempelajari mosi, pendapat afirmasi, oposisi, tiba saatnya kita mempelajari
kesimpulan dalam debat.
Dalam membuat kesimpulan kita dapat menggunakan penalaran induktif. Ada tig acara dalam
menarik kesimpulan secara induktif.
1. GENERALISASI
Penarikan kesimpulan dengan cara generalisasi berpangkal pada pernyataan-pernyataan
yang bersifat khusus, fenomena-fenomena khusus kemudian ditarik pernytaan yang
bersifat general (umum).

Perhatikan contoh berikut!


Pernyataan khusus:
Sapi adalah hewan mamalia yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Gajah adalah hewan mamalia yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Begitu juga dengan kambing, hewan mamalia yang melahirkan dan menyusui anaknya.
Kesimpulannya :
Semua hewan mamalia melahirkan dan menyusui anaknya.

2. ANALOGI
Analogi merupakan proses penarikan kesimpulan yang didasarkan atas perbandingan dua
hal yang berbeda. Akan tetapi, karena mempunya kesamaan segi, fungsi, atau ciri,
kemudian keduanya dibandingkan (disamakan).

Perhatikan contoh berikut!


Pembanding 1:
Roda berputar sesuai porosnya. Kadang di atas, kadang di bawah.
Hal yang dibandingkan:
Kehidupan ini juga berputar. Kadang senang kadang sedih.
Kesimpulan :
Jadi dapat disimpulkan bahwa hidup ini seperti roda yang berputar.

3. SEBAB-AKIBAT
Dalam pola penalaran ini, sebab bisa menjadi gagasan utamanya, sedangkan akibat
menjadi gagasan penjelasnya. Namun, dapat juga terjadi sebaliknya. Bisa jadi gagasan
utama berupa akibat, sedangkan gagasan penjelas yang disampaikan adalah sebab.

Perhatikan contoh berikut!


Sebab-sebab :
a. Suhu kawah pada sebuah gunung berapi meningkat tajam
b. Gerkan lempeng bumi memberi gerakan lava pada gunung berapi.
c. Lempeng bumi berdesakan mendesak lava
Kesimpulan berupa akibat:
Akibatnya, gunung meletus.

RAGAM BAHASA DEBAT


Ragam Bahasa yang digunakan dalam debat adalah ragam ilmiah yang harus memnuhi
ciri berikut.
a. Sesuai dengan kaidah Bahasa baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata Bahasa
(pembentukan kata, frasa, klaua, kalimat, dan paragraph).
Contoh : Perhatikan kelompok kata berikut!(kata baku berada di deret sebelah kanan)
ijin izin
kwalitas kualitas
resiko risiko
aktiv aktif
produktifitas produktivitas
b. Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat
(logis), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran,
runtun dan sitematis dan tersaji sebagai kalimat efektif.
c. Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif).
Contoh : (kalimat denotatif terletak pada kalimat kedua)
 Pandemi covid-19 sedang naik daun di semua bidang.
 Pandemi covid-19 sedang terkenal di semua bidang.

Anda mungkin juga menyukai