Anda di halaman 1dari 7

Diskusi Debat Pro dan Kontra UN

Tema yang didiskusikan : Perlukah pelaksanaan UN di Indonesia?

Pemimpin Diskusi : Mutia Lasiama Azizah

Moderator : Najwah Syarifah

Pembicara : Faradhysa Camila

Notulis : Faradhysa Camila

Peserta Diskusi : TIM PRO : - Aldhafa Namira A.P

-Inas Zulfa S

TIM KONTRA: -Nisrina Sukma D

-Salwa Shofiya H

Pemimpin Diskusi (Mutia Lasiama A):

(salam)

(berdoa)

Hari ini kita akan mendiskusikan tentang perlukah pelaksanaan Ujian Nasioanal di
Indonesia. Diskusi ini akan dipandu oleh moderator kita Najwah Syarifah. Untuk itu,
saya serahkan kepada moderator.

Moderator (Najwah Syarifah):

(salam)

Saya sebagai moderator didiskusi kali ini akan memperkenalkan notulis dan
pembiacaranya yaitu Faradhysa Camila. Peserta terdiri dari dua bagian, pro dan
kontra. Selanjutnya, permasalahan lebih lanjut akan dibahas oleh pembicara,
Faradhysa Camila.

Pembicara (Faradhysa Camila):


Saya akan memaparkan masalah yang didiskusian pada kesempatan kali ini. Di
negara Indonesia, semua sekolah baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah
melaksanakn UN. Kelulusan mereka disekolah hanya ditentukan oleh 3-4 hari saja.
Hal ini harus membuat siswa belajar lebih giat lagi dengan mengikuti jam tambahan
dari sekolah atau mengikuti program les diluar sekolah. Tetapi tidak sedikit dari
mereka menjadi stress akibat adanya UN ini. Dalam diskusi kali ini, kita akan
membahas lebih mendetail tentang adanya UN di Indonesia, perlukah Indonesia
melaksanakan Ujian Nasional? Berikut ini adalah pendapat secara umum dari siswa
yang pro dan kontra terhadap pelaksanaan UN di Indonesia.

Pendapat secara umum

Tim Pro:

UN diperlukan oleh siswa agar bisa meningkatkan mutu siswa dalam proses
pembelajaran. Agar siswa itu menjadi SDM yang bermutu, mungkin dalam proses
belajar siswa tidak serius dalam menerima pembelajaran, tetapi setelah mendengar
kata UN siswa akan serius belajar.

Tim Kontra:

Guru hanya akan mengajarkan beberapa topik atau kompetensi (berdasarkan


panduan SKL) yang diprediksi bakal keluar dalam UN, dan kemudian cenderung
mengabaikan kompetensi lainnya yang diperkirakan tak akan diujikan dalam UN,
walaupun sangat mungkin kompetensi itu sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari pasca anak didik keluar dari ruangan ujian. Silakan kepada moderator
untuk bertanya tentang pendapat peserta diskusi tentang tema kali ini.

Moderator:

(mempersilahkan kelompok Pro untuk mengungkapkan pendapat)

Aldhafa:

Saya berharap dengan adanya UN bisa meningkatkan mutu siswa. Mutu dalam
proses belajar-mengajar. Karena dengan UN, siswa lebih giat belajar dan memacu
diri agar bersungguh-sungguh memasuki sekolah negeri favorit.

Moderator

Kesimpulan: Agar siswa lebih giat belajar.

Salwa:

Menerut pendapat Aldhafa tadi, dengan adanya UN mutu siswa meningkat.

Jadi, jika tidak ada UN mutu siswa menurun? Kan banyak hal yang dapat membuat
mutu seorang siswa meningkat, tidak hanya soal UN.
Inas:

Sebelum UN dilaksanakan, para guru sudah meberikan latihan-latihan dan PR agar


siswa dapat mengerjakan UN dengan baik. Siswa akan menjadi lebih serius dalam
pengisiannya.

Ririn:

Tapi guru lebih cenderung memberi latihan kepada pelajaran yang termasuk dalam
UN. Jadi bagaimana pelajaran yang lainnya?

Aldhafa (interupsi):

Tolong ulangi pertanyaanya?

Ririn:

Guru lebih cenderung memberi latihan kepada pelajaran yang termasuk dalam UN.
Lalu bagaimana dengan pelajaran yang lainnya? Apakah diabaikan?

Aldhafa:

Pemerintah memilih mata pelajaran yang umumnya sangat digunakan dikehidupan


sehari-hari setelah UN. Misalnya Bahasa Inggris, siswa dituntut supaya dapat
mengerjakan UN tersebut dengan maksimal. Nah, dengan demikian para siswa bisa
berbicara bahasa Inggris walau hanya sedikit. Dan siswa tersebut dapat berinteraksi
dengan mudah jika ia berperbgian ke luar negeri

Salwa:

Tetapi perisitiwa tersebut tidak terjadi kepada seluruh siswa. Banyak para siswa
yang stress akibat UN. Bahkan sampai ada yang tewas akibat tidak lulus UN.

Inas:

Maaf? Bisa berikan contohnya?

Salwa:

Edi Hartono umurnya 19 tahun, dia malu karena gagal UN.

Sebelumnya ia mengurung diri dirumah neneknya, tetapi selang berapa hari


kemudian ia ditemukan sudah meninggal akibat aksi bunuh dirinya.

Inas:

Nah itu mungkin karena kurangnya pengawasan dari keluarga dan pihak sekolah.
Makanya dengan adanya UN ini siswa diminta serius agar terlahirnya generasi-
generasi bangsa yang berkompeten.
Aldhafa:

Lagipula hasil UN di Indonesia belum lama ini terus meningkat. Bukankah itu
pertanda baik bagi negara Indonesia tercinta ini?

Ririn:

Mm Tapi meneurut survey yang telah dilakukan banyak sekolah di Indonesia


yang melakukan kecurangan terhadap lembar jawaban murid-muridnya. Dan hanya
sedikit sekolah yang bersikap jujur. Bagaimana dengan kenaikan tersebut?

Salwa:

Yap betul Mungkin saja kenikan hasil UN itu adalah kenaikan kecurangan UN juga
dalam sekolah-sekolah di Indonesia.

Aldhafa:

Entahlah, kita hanya bisa berharap semoga itu tidak benar.

Salwa:

Lagipula dengan adanya UN tidak menjamin suatu negara dapat berkembang


dengan baik. Contohnya Jerman, disana tidak ada UN tapi negaranya maju dengan
perkembangan yang pesat. Masih ada lagi, Amerika, Finlandia, Kanada, dan
Australia. Bisa dilihatkan mereka dapat maju tanpa adanya peran UN?

Aldhafa:

UN dibuat dengan peraturan. Dan peraturan itu memacu murid untuk berfikir
kreatif. Disetiap negara maju pasti selalu ada orang kreatif didalamnya. Dan yang
paling utama, UN dapat membuat siswa lebih disiplin.

Ririn:

Negara maju membutuhkan sistem pendidikan yang baik. Sistem pendidikan baik
tidak selalu membutuhkan UN didalamnya. Pemerintah harus bisa mendidik dan
melatih guru agar bisa melaksakan evaluasi yang berkualitas. Itu yang terpenting.

Moderator:

Kesimpulannya adalah Ririn bilang negara maju tidak selalu membutuhkan UN


didalamnya. Dan Aldahafa bilang, perarturan UN dapat membuat siswa lebih kreatif
dalam berpikir.

Pokok bahasan kedua:

Mutia:
Banyak siswa yang mulai pusing menjelang UN. Karena banyak nilai ujiannya yang
belum terselesaikan. Jika siswa tersebut sekolah diswasta, banyak hafalan yang
belum terkejar. Akibatnya siswa tersebut menjadi stress. Lalu bagaimana
tanggapanya?

Tanggapan

Inas:

Siswa tersebut harusnya bisa menyelesaikan nilai-nilai sebelum UN tiba. JIka dia
belum menyelsaikan salah sendiri. Siapa suruh selama ini dia hanya bermalas-
malasan?

Salwa:

Itu tanggapan kamu?

Aldhafa:

Jadi gini buat para siswa yang misalnya hafalan alqurannya belum terselesaikan,
kita intropeksi diri dulu. Ini kan Al-quran ya, nggak sembarang orang yang bisa
dengan mudah menghafalnya. Sebelum kita mencoba menghafal kita harus
tinggalin dulu perbuatan-perbuatan maksiat, biar mudah, gitu. Sebenarnya ini sih
tinggal dari diri kita masing-masing aja.

Ririn:

Sebenarnya saya lumayan setuju dengan pendapat Aldhafa. Tapi kembali lagi, jika
UN dihapus, bukan kah kita dapat dengan mudah mengerjakan ujian-ujian seperti
UH, UAS, UTS, UP, dan TryOUt. Dan seriously ini nggak terlalu membuat siswa
stress.

Inas:

Lalu apa salahnya? UN hanya mengambil 40% bagain dari penentu kelulusan
siswa. Sisanya dari gabungan nilai ujian selain UN.

Salwa:

Walaupun hanya 40% tapi sangat berpengaruh. Ada siswa yang sebelumnya
berprestasi, tiba-tiba saat ada UN ia dinyatakan tidak lulus. Padahal nemnya hanya
kurang 0,26 dari angka yang sudah ditentukan pemerintah.

Aldahafa:
Ya itu salah siswanya

Ririn:

Loh kenapa salah siswanya? Siswa ini sebelumnya siswa yang berprestasi
disekolah

Aldhafa:

Harusnya dia lebih bisa memanage waktu agar tidak terjadi hal seperti itu.

Moderator:

(mengembalikan focus) Hey, kita sudah melenceng dari topik. Silahkan kemabli ke
topik awal yaa. Jadi sekarang tim pro dan kontra dipersilahkan untuk membuat
kesimpulan.

Tim Kontra (menyimpulkan)

Salwa:

Kesimpulannya, banyak siswa yang sebelum UN nilainya bagus-bagus bahkan


selalu rangking 1 dan setelah dia melaksanakan UN nilainya sangat menurun. Jauh
dari harapan. Itu karena kurangnya fasilitas dari pemerintah. Banyak sekolah-
sekolah diperbatasan dan propinsi tertinggal yang belum merasakan kemajuan
fasilitas di Indonesia.

Tim Pro

Inas:

UN bisa menambah prestasi kita. Tujuannya mulia. Kita bisa memiliki pandangan
bahwa UN itu susah sekali, tetapi bagaimana kita menyikapinya. Saya harap, kita
bisa berembung bersama-sama tentang UN. Kita bisa temukan plus minusnya. Bisa
menyatukan plusnya dan membuat Indonesia lebih baik.

Moderator:

Jadi begini kesimpulannya?

Pro:

Temukan plus minus UN, gabungkan, dan mebuat Indonesia lebih baik.

Kontra:

Kemajuan teknologi pendidikan di Indonesia belum dirasakan oleh siswa


diperbatasan dan kota-kota tertinggal.

Selanjutnya diskusi ini saya serahkan kepada pemimpin diskusi.


Pemimpin Diskusi:

Waktu untuk diskusi kali ini sudah habis, kita tutup. Terimakasih kepada tim pro
dan kontra. Semoga tidak ada salah paham dan perselisihan.

(berdoa)

(salam)

Anda mungkin juga menyukai