Anda di halaman 1dari 7

JURNAL BELAJAR KE 10

Nama : Muchammad Andi Ali Ridho


NIM/ Off : 160341801398
Hari, Tanggal : Selasa,
Tema : Laporan Pelaksanaan KPL ( I ).

A. KONSEP YANG SUDAH DIPAHAMI

Matakuliah Keterampilan Dasar Mengajar


Matakuliah : Kemampuan Dasar Mengajar
Sandi : BIG 402
Kridit/JS : 3 Sks/ 5 JS
Jenjang/Smt : S1 Pendidikan Biologi/ 5
Sifat Matakuliah : MKB
Jadwal Kuliah : Senin (1-2) dan Rabu (1-3)
Dosen Pengampu : Dra. Sunarmi, M.Pd

Deskripsi Matakuliah KDM (Teori dan Praktek)


Profesi guru dan profesionalisme.
Filosofi konstruktivisme dan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sains/biologi.
Hakikat ketrampilan dasar dalam pembelajaran biologi (Microteaching)
Ketrampilan menjelaskan, bertanya dan motivasi.
Ketrampilan Pengelolaan kelas.
Ketrampilan mengadakan variasi.
Ketrampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan.
Ketrampilan mengajar demonstrasi dan Ketrampilan mengajar luar ruangan.
Ketrampilan mengajar eksperimen sederhana dan terkontrol.
Ketrampilan mengajar eksperimen terbuka dan bermain peran.
Ketrampilan membimbing diskusi terbimbing dan diskusi bebas.
Ketrampilan membuat catatan lapangan.
Paradigma konstruktivisme dalam pembelajaran IPA/biologi
Ketrampilan dasar mengajar mikro: ketrampilan bertanya, ketrampilan
menjelaskan, ketrampilan membuka pelajaran, ketrampilan mengelola pelajaran
inti, ketrampilan menutup pelajaran, ketrampilan, ketrampilan meningkatkan
motivasi belajar, ketrampilan mengadakan variasi, ketrampilan mengajar kelompok
kecil, ketrampilan mengajar perseorangan, ketrampilan mengelola kelas
Ketrampilan dasar mengajar khusus bidang studi IPA: ketrampilan mengajar dengan
demonstrasi, ketrampilan mengajar dengan eksperimen, ketrampilan mengajar
dengan bermain peran/simulasi, ketrampilan mengajar di luar ruangan, ketrampilan
membimbing diskusi
Ketrampilan mengajar terintegrasi: ketrampilan mengajar IPA/biologi berbasis
konstruktivisme/kontekstual.
Model-model untuk menumbuhkan keantusiasan, motivasi, minat belajar bidang
studi IPA/biologi
Penggunaan waktu pembelajaran bidang studi IPA/biologi

Kondisi Kelas
Jumlah Mahasiswa : 20 Orang ( 2 orang mahasiswa laki-laki dan 18 orang mahasiswa
perempuan)
Ruang Kuliah : Seni (Bio 108) dan Rabu (Bio 110)
Senin : Kegiatan perkuliahan diskusi presentasi
Rabu : Kegiatan Perkuliahan Peer Teaching (Pemodelan)

B. KONSEP YANG BELUM DIPAHAMI DAN UPAYA MENEMUKAN

PEMAHAMAN KONSEP

Dari pengamatan yang dilakukan di kelas oleh observer, permasalahan yang ditemukan
adalah sebagai berikut:
Hasil Observasi oleh Lita Uliana R.
Gaya bicara mahasiswa dalam kegiatan peer teaching masih belum lancar dan
masih menggunakan kata-kata eee dan mmmm
Intonasi suara pada saat menjelaskan masih datar atau terlalu cepat
Gaya guru model dalam mengajar masih satu arah
Mahasiswa dalam kegiatan peer teaching masih kesulitan dalam membuat
apersepsi
Mahasiswa kesulitan dalam menentukan materi yang akan digunakan dalam
kegiatan peer teaching

Hasil Observasi oleh Gilang Kurniawan


Kegiatan diskusi didominasi oleh mahasiswa tertentu
Dosen model masih kurang percaya diri saat tampil di kelas
Dosen model kurang dapat memotivasi mahasiswa audiens untuk berpartisipasi
aktif mengikuti pelajaran.

Hasil Observasi oleh Mufidha Estu K.


Kemampuan siswa bertanya dalam diskusi-presentasi masih kurang dalam satu
sesi pertanyaan tidak sampai 25% mahasiswa yang bertanya.
Kemampuan siswa dalam memberikan tanggapan balik masih kurang, contohnya:
setiap jawaban yang diberikan hanya di tanggapi dengan kata ya, sudah. Tidak
ada tanggapan lain, pertanyaan dan masukan lain yang diberikan dari teman yang
lain.
Kemampuan siswa dalam bertanya pada kegiatan peer teaching masih kurang.

C. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Berikut adalah identifikasi masalah yang terjadi saat diskusi kelas.


Saran:
1. Kurang to the point, sebaiknya pada pertemuan selanjutnya dijelaskan terlebih
dahulu indikator dan parameter yang akan diamati oleh observer. Pengembangan
instrumen harus ada rujukannya (Dian).
2. Sebaiknya angket yang diberikan ke mahasiswa ada pernyataan positif dan
negatifnya (Gigin).
Diskusi:
1. Apakah kegiatan perkuliahan hanya peer teaching? Apakah tidak ada kegiatan
teori? Bagaimana RQA bisa berdampak pada motivasi ketika peer teaching? Untuk
mahasiswa yang tidak menjadi guru model, bagaimana cara mengukur
motivasinya? (Anugerah Aji)
2. Bagian manakah yang akan dipilih menjadi artikel ilmiah? (Gigin)
3. Bagaimana menerapkan model NHT dengan strategi RQA dan pendekatan sosio-
emosional dalam pembelajaran peer teaching.
Jawaban:
1. Pertemuan seminggu 2 kali, senin untuk materi dan rabu untuk peer teaching. RQA
diterapkan pada saat materi. Motivasi diukur pada saat semua kegiatan
pembelajaran. Motivasi guru model disediakan rubriknya, untuk mahasiswa
motivasinya diukur dengan angket.
2. Pada pertemuan ke-enam baru bertemu dengan masalah, kemudian didiskusikan
dengan dosen pamong dan keterampilan apa saja yang akan ditampilkan.
3. NHT dilakukan ketika pembelajaran presentasi dan diskusi. Pendekatan sosio-
emosional dilakukan setiap kali kegiatan pembelajaran. Ketika akan publikasi nanti
dipilih materi yang dilakukan dengan NHT dan keterampilan apa yang ditingkatkan.
Pada saat peer teaching juga diukur keterampilan motivasinya.
4. Tambahan dari Bu Murni : instrumen yang digunakan diusahakan yang sudah ada
saja. Memperbaiki pembelajaran sekecil apapun karena masih belajar. Jika
memberikan tugas harus bertanggungjawab mengoreksi.

D. REFLEKSI DIRI

Secara umum majunya suatu negara dapat dilihat dari mutu pendidikannya.
Semakin tinggi mutu pendidikan di suatu negara, otomatis masyarakatnya juga semakin
cerdas dan kemakmuran rakyatnya akan tercapai.Dapat kita lihat di negara-negara maju,
bahwa pendidikan dijadikan prioritas utama dalam membangun negara. pemerintah
dengan serius mengatur system pendidikan, sarana pendidikan maupun dana pendidikan.
Di negara maju yang terpenting adalah kualitas SDM, tidak memikirkan masalah dana
yang harus dikeluarkan.
Salah satu contoh negara yang memperhatikan dan menjadikannya prioritas
utama pemerintah adalah Malaysia. Malaysia adalah Negara muslim yang sanat
mementingkan pendidikan sumber daya manusianya daripada bidang lain. Di negara yang
berbahas Melayu tersebut tidak boleh ada satu pun anak Malaysia yang tidak bersekolah.
Oleh karena itu, pendidikan dibebaskan biayanya oleh pemerintah setempat. Bahkan,
semua keperluan siswa juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Alangkah hebatnya jika
Indonesia bisa mengungguli Malaysia. Negara maju lainnya yang menggratiskan
pendidikan sampai pada perguruan tinggi adalah Jerman. Hebatnya lagi, di Jerman orang
asing pun boleh menikmati sekolah gratis tersebut sampai perguruan tinggi. Itu sebabnya
banyak orang Indonesia pergi ke Jerman untuk memperoleh pendidikan tinggi, gratis, dan
berkualitas. Lalu bagaimana dengan Negara miskin ? Apakah ada yang seperti Jerman ?
Negara miskin seperti Vietnam dan Nigeria ternyata juga mampu menggratiskan wajib
belajar bagi warga negaranya.
Lalu, bagaimana dengan sistem pendidikan gratis di Indonesia ? Di Indonesia pada
awal tahun 2009 telah dilaksanakan program sekolah garatis bagi siswa SD dan SMP yang
tidak mampu. Latar belakang diprogramkannya sekolah gratis adalah berdasarkan
Undang-undang Sisdiknas tahun 2003. Dalam peraturan itu disebutkan bahwa
pemerintah bertanggungjawab penuh terhadap wajib belajar 9 tahun oleh setiap warga
negara yang berusia antara tujuh sampai lima belas tahun. Selain itu, pemerintah dituntut
untuk mengalokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) untuk sektor pendidikan (pasal 31 ayat 4 UUD 1945).
Sekolah gratis bagi siswa SD dan SMP ini dimulai awal tahun 2009. Di berbagai
provinsi pelaksanaannya berbeda, tergantung keputusan gubernur dan rapat bersama.
Sekolah gratis dimaksudkan bukan hanya untuk manfaat tiap anak semata, tetapi juga
untuk memajukan intelektual bangsa ini. Pendidikan gratis sangat membantu rakyat
miskin yang tidak mampu menyekolahkan anaknya. Selain itu, program pemertintah ini
juga diharapkan akan menghasilkan bibit-bibit unggul calon pemimpin masa depan.
Pendidikan merupakan komponen utama setelah ketersediaan sumber daya alam
untuk memejukan negara. Indonesia telah 63 tahun lebih merdeka dari tangan penjajah
tetapi orang-orang di negeri ini belum mampu mengolah sumber daya alamnya secara
tepat. Sebagai contoh negara-negara di kawasan Asia Timur, mereka dengan keras
mendidik sumber daya manusianya dan selanjutnya dimanfaatkan sebagai tenaga kerja
handal untuk mengolah SDA. Padahal, Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil
tambang, pertanian, perikanan, perkebunan, dan lain-lain. Mungkin kita bisa dikatakan
loading lama (lola) bagi negara maju di dunia.
Jika kita memiliki anak-anak bangsa yang cerdas dan berpendidikan, maka kita
tidak perlu mendatangkan ahli dari negara lain. Seperti yang selama ini kita lakukan,
sumber daya alam di negara ini diolah oleh orang-orang asing sedangkan kita sebagai tuan
rumah hanya menjadi pekerja kasar dengan upah yang sedikit dan tidak mencukupi
kebutukan hidup. Contoh konkretnya adalah pengolahan tambang emas di Irian Jaya oleh
PT.Freeport dari Amerika. Pernahkah terpikirkan bahwa mereka juga turut ambil bagian
dalam pengolahan hasil tambang tersebut ? Mereka dengan mudah membohongi kita
karena kita memang mudah dibodohi. Kita sadar bahwa belum cukup tenaga ahli asal
Indonesia yang mampu menggarap proyek tersebut. Seandainya seluruh penerus bangsa
Indonesia dapa mengenyam pendidikan , tak hanya lulus SMP, tentunya kita bisa
mengolahnya sendiri. Tentunya hasil yang kita peroleh secara langsung lebih maksimal
dan menambah pendapatan per kapita Indonesia. Setelah itu, secara lambat laun dan
berkesinambumham negara kita akan bangkit dan terpandang di mata dunia
internasional.
Program sekolah gratis yang diadakan oleh pemerintah pusat sampai saat ini
masih terkendala. Program yang dananya berasal dari Bantuan Operasional Siswa (BOS)
tersebut belum merata dicanangkan di setiap daerah. Misalnya kasus yang terjadi di Kota
Bandung beberapa bulan kemarin. Di kota itu penggratisan biaya sekolah seringkali tidak
tepat sasaran. Contohnya, anak yang betul-betul tidak mampu memang mendapatkannya
tetapi masih ada saja masyarakat yang pura-pura tidak mampu. Pihak sekolah juga
merasa kewalahan karena ada bukti berupa Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Jadi,
program sekolah gratis di kota ini mirip program jalur siswa tidak mampu (non-akademis)
di sekolah regular berkuota lima persen.
Pendidikan yang biayanya diambil alih oleh pemerintah sebetulnya dapat
dijadikan payung hukum dari program wajib belajar. Konon, sampai saat ini Indonesia
yang telah menjalankan sekolah gratis tetapi belum mempunyai aturan-aturan yang jelas
dan mengikat tentang wajib belajar 9 tahun. Wajib belajar ala Indonesia tidak identik
dengan wajib belajar ala Amerika Serikat. Kalau di Amerika Serikat, wajib belajar menjadi
paksaan bagi peserta didik, dioatur dengan undang-undan, dan ada sanksi bagi oran tua
yang membiarkan anaknya tidak bersekolah. Adapun ciri-ciri wajib belajar ala Indonesia
ialah tidak bersifat paksaan melainkan himbauan, tidak ada undang-undang tersendiri
selain UU nomor 20 tahun 2003, dan tidak ada sanksi hukum bagi orang tua yang tidak
menyekolahkan anaknya. Mungkin karena pendidikan hanya dilihat sebelah mata tanpa
memikirkan manfaat terbesarnya.
Sekolah gratis yang diselenggarakan di Indonesia dimaksudkan untuk meratakan
konsep pendapatan bagi masyarakat. Selain itu, peserta didik juga dibebaskan dari biaya
bulanan, uang pembangunan, dan buku dibagikan secara cuma-cuma. Ketika pemerintah
tidak lagi membebani masyarakat secara finansial, tentunya tidak ada lagi alasan mereka
untuk tidak menyekolahkan anaknya. Pada akhirnya, partisipasi masyarakat terhadap
program pemerintah tersebut pasti meningkat.
KRITERIA PENILAIAN JURNAL BELAJAR
MATAKULIAH KPL
SEMESTER GENAP 2016-2017

No. Elemen Skor PenilaianTeman Penilaian


Maks Dosen
I. Identitas
1 Nama dicantumkan 5
2 Seluruh masukan dibubuhi 5
tanggal
3 Konsep yang dipelajari
dicantumkan

II. Isi Jurnal


4 Mengeksplorasi beragam 15
konsep penting yang
dipelajari
5 Menyajikan konsep yang 15
belum dipahami
6 Mengidentifikasi 15
permasalahan/pertanyaan
beserta peme-cahannya
7 Jurnal menunjukkan bahwa 20
mahasiswa dapat melihat
dirinya
sendiri sebagai pebelajar,
menemukan dan
menyelesaikan masalah serta
bekerja untuk meningkatkan
kebiasaan belajarnya
8 Menyusun rencana ke depan 10
berdasarkan hasil lesson
learned
III. Sistematika
9 Jurnal terorganisasi dengan 10
baik dan lengkap

IV. Lain-lain
10 Ketepatan dalam 10
mengumpulkan jurnal

Jumlah Skor Maksi 100


mal

Anda mungkin juga menyukai