Kondisi Kelas
Jumlah Mahasiswa : 20 Orang ( 2 orang mahasiswa laki-laki dan 18 orang mahasiswa
perempuan)
Ruang Kuliah : Seni (Bio 108) dan Rabu (Bio 110)
Senin : Kegiatan perkuliahan diskusi presentasi
Rabu : Kegiatan Perkuliahan Peer Teaching (Pemodelan)
PEMAHAMAN KONSEP
Dari pengamatan yang dilakukan di kelas oleh observer, permasalahan yang ditemukan
adalah sebagai berikut:
Hasil Observasi oleh Lita Uliana R.
Gaya bicara mahasiswa dalam kegiatan peer teaching masih belum lancar dan
masih menggunakan kata-kata eee dan mmmm
Intonasi suara pada saat menjelaskan masih datar atau terlalu cepat
Gaya guru model dalam mengajar masih satu arah
Mahasiswa dalam kegiatan peer teaching masih kesulitan dalam membuat
apersepsi
Mahasiswa kesulitan dalam menentukan materi yang akan digunakan dalam
kegiatan peer teaching
C. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
D. REFLEKSI DIRI
Secara umum majunya suatu negara dapat dilihat dari mutu pendidikannya.
Semakin tinggi mutu pendidikan di suatu negara, otomatis masyarakatnya juga semakin
cerdas dan kemakmuran rakyatnya akan tercapai.Dapat kita lihat di negara-negara maju,
bahwa pendidikan dijadikan prioritas utama dalam membangun negara. pemerintah
dengan serius mengatur system pendidikan, sarana pendidikan maupun dana pendidikan.
Di negara maju yang terpenting adalah kualitas SDM, tidak memikirkan masalah dana
yang harus dikeluarkan.
Salah satu contoh negara yang memperhatikan dan menjadikannya prioritas
utama pemerintah adalah Malaysia. Malaysia adalah Negara muslim yang sanat
mementingkan pendidikan sumber daya manusianya daripada bidang lain. Di negara yang
berbahas Melayu tersebut tidak boleh ada satu pun anak Malaysia yang tidak bersekolah.
Oleh karena itu, pendidikan dibebaskan biayanya oleh pemerintah setempat. Bahkan,
semua keperluan siswa juga menjadi tanggung jawab pemerintah. Alangkah hebatnya jika
Indonesia bisa mengungguli Malaysia. Negara maju lainnya yang menggratiskan
pendidikan sampai pada perguruan tinggi adalah Jerman. Hebatnya lagi, di Jerman orang
asing pun boleh menikmati sekolah gratis tersebut sampai perguruan tinggi. Itu sebabnya
banyak orang Indonesia pergi ke Jerman untuk memperoleh pendidikan tinggi, gratis, dan
berkualitas. Lalu bagaimana dengan Negara miskin ? Apakah ada yang seperti Jerman ?
Negara miskin seperti Vietnam dan Nigeria ternyata juga mampu menggratiskan wajib
belajar bagi warga negaranya.
Lalu, bagaimana dengan sistem pendidikan gratis di Indonesia ? Di Indonesia pada
awal tahun 2009 telah dilaksanakan program sekolah garatis bagi siswa SD dan SMP yang
tidak mampu. Latar belakang diprogramkannya sekolah gratis adalah berdasarkan
Undang-undang Sisdiknas tahun 2003. Dalam peraturan itu disebutkan bahwa
pemerintah bertanggungjawab penuh terhadap wajib belajar 9 tahun oleh setiap warga
negara yang berusia antara tujuh sampai lima belas tahun. Selain itu, pemerintah dituntut
untuk mengalokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) untuk sektor pendidikan (pasal 31 ayat 4 UUD 1945).
Sekolah gratis bagi siswa SD dan SMP ini dimulai awal tahun 2009. Di berbagai
provinsi pelaksanaannya berbeda, tergantung keputusan gubernur dan rapat bersama.
Sekolah gratis dimaksudkan bukan hanya untuk manfaat tiap anak semata, tetapi juga
untuk memajukan intelektual bangsa ini. Pendidikan gratis sangat membantu rakyat
miskin yang tidak mampu menyekolahkan anaknya. Selain itu, program pemertintah ini
juga diharapkan akan menghasilkan bibit-bibit unggul calon pemimpin masa depan.
Pendidikan merupakan komponen utama setelah ketersediaan sumber daya alam
untuk memejukan negara. Indonesia telah 63 tahun lebih merdeka dari tangan penjajah
tetapi orang-orang di negeri ini belum mampu mengolah sumber daya alamnya secara
tepat. Sebagai contoh negara-negara di kawasan Asia Timur, mereka dengan keras
mendidik sumber daya manusianya dan selanjutnya dimanfaatkan sebagai tenaga kerja
handal untuk mengolah SDA. Padahal, Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil
tambang, pertanian, perikanan, perkebunan, dan lain-lain. Mungkin kita bisa dikatakan
loading lama (lola) bagi negara maju di dunia.
Jika kita memiliki anak-anak bangsa yang cerdas dan berpendidikan, maka kita
tidak perlu mendatangkan ahli dari negara lain. Seperti yang selama ini kita lakukan,
sumber daya alam di negara ini diolah oleh orang-orang asing sedangkan kita sebagai tuan
rumah hanya menjadi pekerja kasar dengan upah yang sedikit dan tidak mencukupi
kebutukan hidup. Contoh konkretnya adalah pengolahan tambang emas di Irian Jaya oleh
PT.Freeport dari Amerika. Pernahkah terpikirkan bahwa mereka juga turut ambil bagian
dalam pengolahan hasil tambang tersebut ? Mereka dengan mudah membohongi kita
karena kita memang mudah dibodohi. Kita sadar bahwa belum cukup tenaga ahli asal
Indonesia yang mampu menggarap proyek tersebut. Seandainya seluruh penerus bangsa
Indonesia dapa mengenyam pendidikan , tak hanya lulus SMP, tentunya kita bisa
mengolahnya sendiri. Tentunya hasil yang kita peroleh secara langsung lebih maksimal
dan menambah pendapatan per kapita Indonesia. Setelah itu, secara lambat laun dan
berkesinambumham negara kita akan bangkit dan terpandang di mata dunia
internasional.
Program sekolah gratis yang diadakan oleh pemerintah pusat sampai saat ini
masih terkendala. Program yang dananya berasal dari Bantuan Operasional Siswa (BOS)
tersebut belum merata dicanangkan di setiap daerah. Misalnya kasus yang terjadi di Kota
Bandung beberapa bulan kemarin. Di kota itu penggratisan biaya sekolah seringkali tidak
tepat sasaran. Contohnya, anak yang betul-betul tidak mampu memang mendapatkannya
tetapi masih ada saja masyarakat yang pura-pura tidak mampu. Pihak sekolah juga
merasa kewalahan karena ada bukti berupa Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Jadi,
program sekolah gratis di kota ini mirip program jalur siswa tidak mampu (non-akademis)
di sekolah regular berkuota lima persen.
Pendidikan yang biayanya diambil alih oleh pemerintah sebetulnya dapat
dijadikan payung hukum dari program wajib belajar. Konon, sampai saat ini Indonesia
yang telah menjalankan sekolah gratis tetapi belum mempunyai aturan-aturan yang jelas
dan mengikat tentang wajib belajar 9 tahun. Wajib belajar ala Indonesia tidak identik
dengan wajib belajar ala Amerika Serikat. Kalau di Amerika Serikat, wajib belajar menjadi
paksaan bagi peserta didik, dioatur dengan undang-undan, dan ada sanksi bagi oran tua
yang membiarkan anaknya tidak bersekolah. Adapun ciri-ciri wajib belajar ala Indonesia
ialah tidak bersifat paksaan melainkan himbauan, tidak ada undang-undang tersendiri
selain UU nomor 20 tahun 2003, dan tidak ada sanksi hukum bagi orang tua yang tidak
menyekolahkan anaknya. Mungkin karena pendidikan hanya dilihat sebelah mata tanpa
memikirkan manfaat terbesarnya.
Sekolah gratis yang diselenggarakan di Indonesia dimaksudkan untuk meratakan
konsep pendapatan bagi masyarakat. Selain itu, peserta didik juga dibebaskan dari biaya
bulanan, uang pembangunan, dan buku dibagikan secara cuma-cuma. Ketika pemerintah
tidak lagi membebani masyarakat secara finansial, tentunya tidak ada lagi alasan mereka
untuk tidak menyekolahkan anaknya. Pada akhirnya, partisipasi masyarakat terhadap
program pemerintah tersebut pasti meningkat.
KRITERIA PENILAIAN JURNAL BELAJAR
MATAKULIAH KPL
SEMESTER GENAP 2016-2017
IV. Lain-lain
10 Ketepatan dalam 10
mengumpulkan jurnal