Anda di halaman 1dari 16

PENELITIAN

FENOMENA MEME HADIS CELANA CINGKRANG DALAM MEDIA SOSIAL 291

FENOMENA MEME HADIS CELANA CINGKRANG


DALAM MEDIA SOSIAL
Miski
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia
elbierowy@gmail.com
Artikel diterima 31 Oktober, diseleksi 12 November, dan disetujui 8 Desember 2017

Abstract Abstrak
The objective of this paper is to conduct a Tulisan ini bermaksud melakukan kajian
deeper study on popular culture, especially lebih jauh tentang budaya populer,
that related to meme phenomenon of khususnya terkait fenomena meme hadis
Hadis forbidding ishbāl (pants above celana cingkrang yang bertebaran di
the ankle)) that massively shared in media sosial. Berangkat dari paradigma
social media. The study begins with an bahwa fenomena tersebut tidak hanya
assumption that a phenomenon is not all tentang kreativitas dan tidak lahir dari dan
about creativity and it is not created from dalam ruang kosong di dunia sosial, maka
pertanyaannya adalah apa yang ada di
an empty space in society. The question
balik fenomena tersebut? Untuk menjawab
here is what is beneath the phenomenon?
pertanyaan itu, kajian ini menggunakan
To answer the question, this study employs
paradigma konstruktivisme, dengan
the paradigm of constructivism in the kerangka analisis wacana; seluruh datanya
framework of discourse analysis; all data berbentuk dokumentasi dan dianalisa
are from documented and analyzed by menggunakan metode konten analisis,
employing the method of content analysis, yaitu melalui proses eksplorasi, seleksi
encompassing exploration process, dan klasifikasi lalu interpretasi. Kajian ini
selection, classification and interpretation. menunjukkan bahwa sebagai fenomena
This study demonstrates that in the context agama, setidaknya terdapat dua persoalan
of phenomenology of religion, there are utama di balik fenomena meme hadis
at least two main problems in the meme celana cingkrang, pertama, merupakan
phenomenon of Hadis on ishbāl. Firstly, it upaya peneguhan identitas keberagamaan
is an effort to affirm the identity of various kelompok tektualis di tengah kontestasi
textualist groups among different ideologies ideologis antar paham keagamaan,
in understanding the religion, especially khususnya kelompok yang cenderung
those who tend to be contextualists in kontekstualis dalam memahami hadis-hadis
understanding the Hadis on isbāl. Secondly, tentang larangan isbāl. Kedua, merupakan
salah satu bentuk retaliasi mereka terhadap
it is a retaliation to various resistance from
ragam bentuk resistensi yang dilakukan oleh
the common people who understand the
masyarakat umum yang memahami hadis
Hadis on ishbāl contextually. This finding tentang isbāl tidak secara tekstual. Temuan
confirms the existence and relation of the ini sekaligus menegaskan akan eksistensi
authorities from textualist groups. This is dan relasi kuasa kelompok tekstualis
possible as the political condition allows seiring kondisi politik yang memungkinkan
people to give opinion freely and do mereka lebih bebas berpendapat dan
express various religious practices that are mengekspresikan praktik keber-agama-an
fully strengthened by the easy access to yang disokong penuh dengan kemudahan
literature directly or via relevant websites. mengakses literatur, baik secara langsung
maupun melalui website yang dianggap
Keywords: Celana Cingkrang, Hadith, relevan.
Social Media, Meme.
Kata kunci: Celana Cingkrang, Hadis,
Media Sosial, Meme.
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 16 No. 2
292 MISKI

PENDAHULUAN 2016); serta Rendy Pahrun Wadipalapa


dengan judul artikel, “Meme Culture
Fenomena meme, merupakan
& Komedi-Satire Politik: Kontestasi
fenomena yang sedang booming di
Pemilihan Presiden dalam Media Baru”
kalangan pengguna media sosial di
(Wadipalapa, 2015). Tulisan lain yang
Indonesia saat ini, misalnya di twitter,
lebih baru dan spesifik tentang meme hadis
facebook, path dan instagram (Nugraha
dkk, 2015: 238). Iqbal Hafizhul L celana cingkrang adalah tulisan Saifuddin
menegaskan bahwa fenomena meme Zuhri Qudsy yang berjudul, “Meme
sering kali menggambarkan suatu Hadis Celana Cingkrang: Menciptakan
kejadian yang sedang heboh baik di dunia Budaya Tanding” (Qudsy, 2017). Dengan
nyata maupun dunia maya (Hafizhul demikian dapat diasumsikan bahwa
L: 2017). Salah satu karakteristik pada dasarnya persoalan ini tidak hanya
media sosial adalah desainnya dalam menarik, melainkan juga penting untuk
memudahkan penyebaran pesan dengan dianalisa lebih jauh. Pasalnya, meme
teknik publikasi dalam sekala besar serta yang tidak jarang hanya dijadikan media
sangat mudahnya diakses oleh siapa hiburan, pada kenyataannya ada hal lain
pun. Di samping itu, media sosial juga yang jelas eksis di baliknya.
memiliki kemampuan melahirkan sebuah
fenomena baru di kalangan penggunanya Namun beberapa kajian yang ada
maupun khalayak luas, seperti fenomena terkait tema ini sama sekali tidak ada yang
jilboobs, selfie, meme dan sebagainya secara khusus mengkaji persoalan meme
(Nugraha dkk, 2015: 238). hadis celana cingkrang, padahal sebagai
sebuah fenomena agama, ia menarik
Di antara fenomena menarik untuk dianalisa lebih jauh bahkan penting
berkenaan dengan meme adalah adanya dikaji lebih mendalam. Pasalnya ia masuk
meme hadis tentang celana cingkrang kategori wacana keagamaan yang dalam
yang sangat mudah dijumpai dalam banyak kesempatan menjadi wacana yang
media sosial. Pada kenyataannya sudah mendapat perhatian serius dari para ahli
banyak kajian yang dilakukan oleh terlebih dalam konteks Indonesia; negara
para ahli terkait fenomena meme yang
dengan populasi muslim terbanyak
bertebaran di media sosial, antara lain:
sehingga mengkaji persoalan agama
Aditya Nugraha dkk yang mencoba
berarti mengkaji sesuatu yang identik
menelisik fenomena meme di media sosial
dengan kehidupan mereka. Kalau pun
dengan fokus studi etnografi virtual
tulisan Saifuddin Zuhri Qudsy memang
posting meme pada pengguna media sosial
instagram (Nugraha dkk, 2015); Sandy secara spesifik berkenaan dengan tema
Allifinsyah, menulis tentang korelasi meme hadis celana cingkrang, akan tetapi
kaum muda, meme, dan demokrasi digital pembahasannya relatif sangat ringkas
di Indonesia (Allifinsyah, 2016); Rosa sehingga tidak banyak memberikan
Redia Pusanti dan Haryanto menulis gambaran yang komprehensif. Maka atas
tentang representasi kritik dalam meme pertimbangan tersebut, penulis merasa
politik dengan fokus studi semiotika perlu melakukan kajian terkait tema
meme politik dalam masa Pemilu 2014 meme hadis celana cingkrang. Namun,
pada jejaring sosial ”Path” sebagai media agar lebih spesifik, kajian akan diarahkan
kritik di era siber (Pusanti dan Haryanto, untuk menjawab sebuah pertanyaan: ada
2014); Natasha Cindy menulis tentang apa di balik fenomena meme hadis celana
representasi meme jomblo dalam situs cingkrang? Pertanyaan tersebut guna
jejaring sosial Twitter menggunakan berkenaan dengan motif dan kepentingan
analisis semiotika Roland Barthes) (Cindy, yang tersembunyi di baliknya.

HARMONI Juli - Desember 2017


FENOMENA MEME HADIS CELANA CINGKRANG DALAM MEDIA SOSIAL 293

Pada kajian ini, dunia maya, yang seleksi dan klasifikasi, yakni setelah
diasosiasikan dengan media sosial, mendapatkan beragam meme hadis,
diperlakukan secara sama dengan dunia penulis kemudian melakukan seleksi,
nyata. Mengingat sifatnya yang sama, dengan mendahulukan meme yang dinilai
maka ia bisa didekati dengan seperangkat paling relevan, kemudian melakukan
metodologi yang bisa diaplikasikan pada klasifikasi, yaitu membagi meme
masyarakat di dunia nyata (Rachman, tersebut pada beberapa kriteria tertentu
2017: 209). Lebih jauh Indrajit mengatakan seperti berdasarkan isi dan pesan yang
bahwa dengan saling berhimpitnya terkandung di dalamnya; berikutnya
dunia maya dengan dunia nyata, maka penulis melakukan interpretasi terhadap
dapat dipastikan akan terjadi hubungan meme yang berhasil diklasifikasi.
yang saling berkaitan erat dan saling
memngaruhi antar keduanya dan pada
gilirannya akan saling menyatu dan
identik (Indrajit, t.th). PEMBAHASAN

Produksi Meme: Kecenderungan Baru


dalam Bermedia Sosial
METODE
Media sosial (social networking)
Dalam menganalisa tema di atas, adalah media online dengan para
artikel ini menggunakan paradigma pengguna yang dengan mudah
konstruktivisme, yaitu dengan berpartisipasi, berbagi, menciptakan isi,
meletakkan posisi meme hadis celana meliputi blog, wiki, forum dan sebagainya.
cingkrang sebagai sesutu yang sudah Bisa juga didefinisikan sebagai media
diatur oleh si pembuat meme melalui
online yang mendukung interaksi dan
kata-kata dan memiliki tujuan sekaligus
media sosial dengan menggunakan
sebagai upaya mengungkap jati diri.
teknologi berbasis web, dari gaya
Secara spesifik, kerangka yang digunakan
komunikasi menjadi dialog interaktif. Hal
ialah analisis wacana yang dimaksudkan
ini sekaligus karakter pembeda antara
untuk membongkar maksud dan makna
tertentu yang ada di balik fenomena media tradisional dengan media sosial;
meme yang menjadi fokus kajian. Upaya media tradisional menggunakan media
menmbongkar maksud dan makna cetak dan media broadcast sedangkan
tersebut salah satunya dilakukan dengan media sosial menggunakan internet.
melihat struktur dan alur pesan yang Selain itu, media sosial mengajak siapa
disampaikan. pun yang tertarik untuk ikut berpartisipasi
dan berkontribusi serta feedback secara
Seluruh data meme berbentuk terbuka, memberikan komentar serta
dokumentasi dan dianalisa menggunakan membagi informasi kapan pun dengan
metode konten analisis, yaitu melalui sangat cepat dan tanpa batas (Putri dkk:
proses eksplorasi; melalui proses ini, 50). Demikianlah, tidak bisa dipungkiri
penulis akan melakukan penelusuran bahwa internet, sejak kemunculannya,
labih jauh tentang bentuk, model dan
telah memberikan gairah baru dalam
pesan meme hadis celana cingkrang
berkomunikasi. Gairah baru tersebut
yang terdapat di media sosial. Secara
dirasakan oleh masyarakat seiring
operasional, dalam rangka menjaring
kecepatan dan daya sebarnya yang
meme hadis celana cingkrang, penulis
luas sehingga semakin digemari. Tidak
menggunakan kata kunci; celana
cingkrang, celana ngatung, celana isbal mengherankan, ia pun dipilih menjadi
dan sebagainya. Berikutnya, proses sarana penyampai informasi atau apa pun
oleh berbagai pihak. Sarana penyampai
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 16 No. 2
294 MISKI

informasi tersebut pada dekade terakhir tanpa maksud dan tujuan, melainkan ia
spesifik menggunakan medium meme dibuat, dimodifikasi dan diberimakna
(Allifinsyah, 2016: 152). sedemikian rupa. Pada gilirannya ia pun
menjadi salah satu indikator budaya
Kata meme berasal dari bahasa masyarakat aktif digital sehingga selalu
Yunani yang berarti tiruan. Ia kali pertama relevan untuk kajian yang berhubungan
diperkenalkan oleh seorang biolog dengan partisipasi masyarakat (Cindy,
asal Britania Raya, Richard Dawkins, 2016: 3; Allifinsyah, 2016: 152; Nugraha,
sekitar 1970. Dia menganalogikan meme 2014: 238; Wadipalapa, Pusanti dan
sebagai gen yang dikenal luas dalam Haryanto, 2014: 8).
istilah biologi. Dia beranggapan bahwa
meme tidak berbeda jauh dengan gene; Dalam konteks Indoensia, belum
jika gene digunakan untuk menjelaskan ada kajian yang memastikan kapan meme
evolusi biologis, meme digunakan untuk muncul untuk pertama kalinya, meski
menjelaskan evolusi kebudayaan, yang pun diyakini, meme menjadi bagian yang
meliputi segala sesuatu yang kita pelajari integral dengan yang internet. Menurut
melalui imitasi, termasuk kosa kata, Sandy Allifinsyah, apabila mengacu
legenda, lagu, peraturan, ucapan populer, pada kemunculan meme secara global,
mode, busana dan lain-lain (Hukmi, t.th: maka replikasi gambar seperti yang
6-8). Dengan kata lain, dalam konteks disinggung di atas sudah mulai muncul
budaya, meme menjadi sebentuk transmisi pada 2009 silam. Bermula dari Ducreux
budaya melalui proses replikasi ide dan yang melukis dirinya sendiri pada 1793
gagasan yang masuk ke dalam dunia namun kamudian hasil lukisan tersebut
kognitif umat manusia. Konsep inilah (gambar) mereplikasi diri di internet
yang kemudian diaplikasikan dalam dengan penambahan-penambahan
konteks meme yang terdapat dalam media caption, berisi kutipan-kutipan syair, lagu
sosial (Allifinsyah, 2016: 153). Dalam atau bahkan sindiran-sindiran kepada
hal ini, meme di internet dapat dipahami sebuah gaya hidup mapan. Caption
sebagai sebentuk replikasi seperti gambar, tersebut hadir dalam kalimat parodi. Hal
video dan semacamnya meskipun inilah yang kemudian populer disebut
dalam istilah yang populer dipakai dan meme lalu menyebar sedemikian cepat
dipahami secara umum ia merupakan dan mereplikasi diri menjadi versi-
replikasi gambar yang diberi tautan teks versi yang bersifat kontekstual sesuai
yang bersifat kontekstual sesuai topik dengan topik yang muncul saat itu.
yang dimaksudkan (Allifinsyah, 2016: Dengan mengutip Yun, Sandy Allifinsyah
153; Pusanti dan Haryanto, 2014: 8). menyebutkan, bahwa meme merupakan
sebuah unexpected connections antara teks
Gambar yang dijadikan meme pada dan gambar yang tersaji dan bersifat
dasarnya merupakan bentuk ekspresi integral antar keduanya, sehingga
yang disampaikan oleh seseorang melalui apabila kedua unsur dihilangkan, maka
gambar-gambar. Tidak jarang ia terus maksud dari meme juga akan hilang.
berkembang melalui komentar, parodi, Lebih jauh dia mengatakan bahwa dalam
imitasi atau hasil pemberitaan di media konteks di Indonesia, istilah meme ini
sosial, meskipun pada praktiknya ia tidak populer melalui situs yeahmahasiswa.com
hanya hadir sebagai parodi atau lelucon pada 2009 silam yang menunjuk pada
saja tetapi menjadi gaya komunikasi berbagai meme berisi parodi dan sindiran
baru yang mampu mengandung muatan kehidupan keseharian mahasiswa, mulai
politik bahkan sarana melakukan kritik dari persoalan skripsi, tugas akhir hingga
terhadap elite negara. Ia juga tidak hanya indeks prestasi kumulatif. Fenomena
peniruan, imitasi dan murni kreativitas ini pun kemudian berkembang ke arah

HARMONI Juli - Desember 2017


FENOMENA MEME HADIS CELANA CINGKRANG DALAM MEDIA SOSIAL 295

yang lebih luas dan bereplikasi menjadi dikenal luas dalam studi hadis (Nasir,
beragam variasi yang membahas berbagai Muhammad, 2013: 82). Dengan demikian,
topik kemudian menyebar melalui secara definitif-konseptual, meme hadis
jejaring sosial maupun situs-situs yang celana cingkrang mengacu pada bentuk
terdapat di internet (Allifinsyah, 2016: integral dari dua komponen inti: hadis
153). tertulis dan gambar celana cingkrang.

Dalam penelusuran lebih jauh


dalam berbagai media sosial, meme hadis
Hadis, Celana Cingkrang dan Meme tersebut lahir dengan beberapa tipe dan
Hadis Celana Cingkrang di Media Sosial model; antara lain:
Beberapa hal di atas dapat dipastikan
berlaku pula untuk meme hadis celana
cingkrang yakni yang belum diketahui
kapan kali pertama kemunculannya serta
adanya komponen teks dan gambar yang
musti harus melekat, yang dalam hal
ini menjadi objek kajian. Hadis secara
etimologi berarti sesuatu yang baru –
sebagai lawan dari kata ‘lama’ –, berita,
pembicaraan dan sejenisnya. Secara
terminologi, hadis berarti segala sesuatu
yang disandarkan kepada Nabi, baik
berupa perkataan, perbuatan maupun
diamnya beliau terkait peristiwa tertentu
yang beliau saksikan (taqrīr, ketetapan)
(Ibn Man ūr, 1414 H, II: 133; al- āli ,
1977: 3-5; al-‘Asqalānī, 1379 H, I: 193).
Sedangkan celana cingkrang atau dalam Gambar 1: Muslim keren itu nggak isbal
bahasa yang lain disebut celana nggantung (sugiheling.net, 2017)
berarti sebuah pakaian yang sudah
jamak diketahui oleh masyarakat pada
umumnya, yaitu pakaian tubuh bagian
bawah khususnya bagian pusar sampai
kaki dengan model tertentu termasuk
berbeda dengan model sarung maupun
rok; istilah cingkrang digunakan untuk
menunjuk pada pakaian yang biasanya
tidak sampai menutupi seluruh kaki,
misalnya hanya sampai pertengahan
betis atau sedikit lebih tinggi dari mata
kaki, namun tidak sampai setinggi lutut.
Terminologi ini merupakan bentuk
terbalik dari istilah isbāl yang biasa dipakai
dalam bahasa Agama (baca: hadis).
Isbāl, secara sederhana merujuk pada
definisi menurunkan, memanjangkan
atau membentangkan pakaian sampai
melewati mata kaki. Istilah ini semakna
dengan kata jarra, madda dan asfala yang Gambar 2: Ngapain malu? (imgrum.org 2017)

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 16 No. 2


296 MISKI

Gambar pertama (1) dan kedua


(2) menunjukkan celana dengan
ujung di atas mata kaki. Keduanya
memuat pesan tentang larangan isbal
dengan deskripsi dan narasi yang sedikit
berbedaa. Gambar pertama memuat
keterangan:

Muslim keren itu nggak isbal.


Kasih jarak segini (Panah menujuk
batasan bawah ujung celana).
“Sesungguhnya batas sarung/celana
seorang muslim adalah setengah
betis dan tidak mengapa jika
posisinya berada di antara setengah
betis dan mata kaki. Apabila di Gambar 4: Nasib cowok kelak di akhirat salah
satunya ditentukan ama celananya
bawah mata kaki, maka tempatnya (mui-jakartaƟmur.or.id, 2017)
di neraka, dan barangsiapa
menjulurkan sarungnya karena Gambar ketiga (3) dan keempat
sombong, maka Allah tidak akan (4) tidak jauh berbeda dengan dua
melihat kepadanya. Hadis sahih gambar sebelumnya; tentang larangan
riwayat Abu Dawud 4093, Ibn isbal. Perbedaan yang paling mencolok
Majah 3572. adalah pada bagian keterangan yang
disematkan pada masing-masing meme;
Sedangkan gambar kedua memuat gambar ketiga (3) memuat keterangan:
narasi, “Ngapain malu? Mereka yang “Bukan apa-apa sih Sob.. Celana ane kaya
celananya sepaha aja gak malu, ini cuma gini soalnya ane ngeri masuk neraka aja
dinaikin dikit... ‘Kain yang panjangnya sob.. “Kain yang panjangnya di bawah
di bawah mata kaki tempatnya adalah mata kaki, tempatnya adalah neraka. HR.
neraka.’ HR. Bukhari 5787.” Bukhari, 5787.” Sedangkan pada gambar
keempat (4) memuat keterangan: “Nasib
cowok kelak di akhirat salah satunya
ditentukan ama celananya. “Kain yang
berada di bawah mata kaki itu berada di
neraka. HR. Bukhari, 5787.’ Potong celana
yuuk, bukan digulung.”

Gambar 3: Bukan apa-apa sih Sob.. Celana ane


kaya gini soalnya ane ngeri masuk neraka aja sob
Gambar 5: Laa isbal, it’s sunnah
(imgrum.co, 2017)
(imgrum.co, 2017)

HARMONI Juli - Desember 2017


FENOMENA MEME HADIS CELANA CINGKRANG DALAM MEDIA SOSIAL 297

siksa Neraka, mendapat pahala serta


terlihat lebih fashionable.

Pada gambar keenam (6) terdapat


keterangan:

“Isbal tapi ngaku tidak sombong?


Anda bohong!! Padahal isbal
merupakan bentuk kesombongan.
Dari Jabir bin Sulaim bahwa
Rasulullah bersabda, “Jauhilah
isbal olehmu! Karena itu tergolong
kesombongan.” HR. Abu Dawud
&Tirmidzi dengan sanad sahih.
Lihatlah apa kata Nabi tentang
sombong, “Kesombongan
Gambar 6: Isbal tapi ngaku tidak sombong?
adalah menolak kebenaran dan
Anda bohong!! (imgrum.co, 2017) meremehkan manusia.” HR.
Muslim. Isbal yaitu memanjangkan
Pada gambar kelima (5) di atas celana hingga mata kaki.
terdapat sebuah keterangan:

Laa isbal, it’s sunnah. Definisi


isbal sebagaimana diungkapkan
oleh imam Ibnul ‘Araby
rahimahullah dan selainnya,
isbal adalah: memanjangkan,
melabuhkan dan menjulurkan
pakaian hingga menutupi mata
kaki dan menyentuh tanah, baik
karena sombong atau pun tidak.
“Sebagian dalil larangan isbal; Kain
yang panjangnya di bawah mata
kaki tempatnya di neraka. (HR. Gambar 7: Celana cingkrang. Ini bukan
Bukhari no. 5787); “Sesungguhnya celana teroris, kebanjiran, ormas (plus.
Allah tidak menerima shalat dari google.com, 2017)
laki-laki yang isbal.” (HR. Abu
Dawud, nor. 4086); “Jauhilah isbal
olehmu, karena itu merupakan
kesombongan.” HR. Abu Dawud
dan Tirmidzi). Makna sombong:
“Kesombongan adalah menolak
kebenaran dan meremehkan
manusia.” (HR. Abu Dawud dan
Tirmidzi).

Sebagai ungkapan penutup meme


tersebut diberi penegasan: “Apa yang
membuatmu khawatir dari sekedar cibiran
Gambar 8: Di saat cowok melaksanakan
“radikal, teroris dsb,” jika bercelana
perintah Rasulullah dengan celana di atas
cinkrang justru menghindarkanmu dari
mata kaki (instagram.com, 2017)
Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 16 No. 2
298 MISKI

Tidak jauh berbeda dengan hanya replikasi dan reproduksi karena


beberapa gambar yang sudah disebutkan pada kenyataannya dalam koteks hadis
dengan muatan pesan tentang larangan yang dijadikan acuan nyaris seragam dan
isbal, gambar ketujuh (7) ini pun demikian terbatas pada teks hadis tertentu saja,
adanya. Perbedaannya hanya pada seperti teks tertentu yang terdapat dalam
keterangan yang dimuat di dalamnya: al-Bukhārī, Abū Dāwūd, al-Tirmiz\ī dan
Ibn Mājah. Selain itu, muatan pesan yang
Celana cingkrang. Ini bukan dikandung di dalamnya pun yang nyaris
celana teroris, kebanjiran, ormas. sama, yaitu tentang larangan isbāl.
Melainkan ini adalah perintah Allah
dan rasul-Nya. Dari Mughirah
bin Syu’bah radhiyallahu’anhu
beliau berkata: Aku melihat Meme Hadis Celana Cingkrang: dari
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa Peneguhan Identitas Sosial di tengah
sallam mendatangi Sufyan bin Abi Kontestasi Ideologis hingga Retaliasi
Sahl, lalu beliau berkata: Wahai terhadap Resistensi Kelompok
Sufyan, janganlah engkau isbal Mayoritas
(memanjangkan pakaian hingga di
Berdasarkan terminologi isbāl pada
bawah kedua mata kaki bagi lelaki).
paparan terdahulu, maka seseorang
Karena Allah tidak mencintai
dikatakan melakukan perbuatan isbāl
orang-orang yang musbil. HR. Ibnu
(Arab: musbil) saat dia menjulurkan
Majah, 2892, disahihkan al-Albani
pakaian melewati mata kaki –atau
dalam Shahih Ibnu Majah.
bahkan– hingga menyentuh tanah. Hal
Sedangkan keterangan pada ini sekaligus sebagai bentuk penegasan
gambar kedelapan (8) memuat pesan: bahwa pada dasarnya persoalan isbāl tidak
terbatas pada persoalan celana. Melainkan
Di saat cowok melaksanakan pada pakaian model dan jenis apa pun,
perintah Rasulullah dengan celana seperti sarung, jubah dan sebagainya
di atas mata kaki. Kata mereka: (Abū Zaid, 1416 H: 18; al-San‘ānī, 1992:
GA GAUL, KAMPUNGAN, 25; Nasir, 2013: 82; Amran, 2016). Kalau
KATRO, GA MODERN, KUNO, pun di dalam beberapa hadis yang ada
UDIK, KOLOT, NORAK,.....” Di menyebutkan jenis pakaian tertentu –
saat cewek menyelisihi perintah sarung, misalnya– ia hanya contoh yang
Rasulullah dengan menggunakan bersifat sosiologis dari sebuah pakaian
celana di atas mata kaki, bahkan di yang biasa dikenakan oleh masyarakat
atas lutut, bahkan... kata mereka: Arab waktu itu (al-Bassām, 1992, VI: 246;
GAUL, KEREN, SEKSI, CANTIK,
(Abū Zaid, 1416 H: 18).
MENAWAN, MODERN, MODIS,
TRENDI...” Tanya kenapa???” Bakar ‘Abd Allāh Abū Zaid
menegaskan bahwa hadis tentang
Beberapa meme di atas hanya
larangan isbāl secara maknawi sudah
sebagian dari sekian banyak meme
sampai pada taraf mutawatir; disebutkan
yang memuat tema dan konten yang
dalam berbagai literatur dan diriwayatkan
sama yang bertebaran di media sosial.
dari banyak jalur sanad dari para sahabat
Namun, bisa dipastikan bahwa meme
Nabi, seperti ‘Abd Allāh ibn ‘Abbās,
yang sudah penulis sebutkan atau yang
Ibn ‘Umar, Ibn Mas‘ūd, Abū Hurairah,
tidak penulis sebutkan tidak lebih dari
Anas, Abū Żarr, ‘Ā’isyah, Hubaib ibn al-
sekedar replikasi dan imitasi dari satu
Mugaffal al-Ansārī, Abū Sa‘īd al-Ansārī,
meme menjadi beberapa meme, sebuah
Khużaifah ibn al-Yamān, al-Mugīrah ibn
karakter yang biasanya melekat pada
Syu‘bah, Samurah ibn Jundub, Sufyan ibn
seluruh model meme yang ada. Dikatakan
HARMONI Juli - Desember 2017
FENOMENA MEME HADIS CELANA CINGKRANG DALAM MEDIA SOSIAL 299

Sahl, Abū Umāmah, ‘Ubaid ibn Khālid, Memperhatikan beberapa meme


Jābir ibn Sulaim, Ibn al- an aliyyah, ‘Amr yang sudah disebutkan di atas tampaknya
ibn Syarīd dan lain-lain (Abū Zaid, 1416 pembacaan, teknik interpretasi dan
H: 18). Tidak hanya itu, pembahasan ini tipologi pemahaman yang digunakan
pun menjadi pembahasan yang relatif oleh produser meme celana cingkrang
vital dalam kajian para ahli terdahulu. yang bertebaran di media sosial lebih
Terbukti dengan masuknya pembahasan tepat apabila disebut tekstualis. Teks-teks
tentang isbāl dalam karya-karya besar hadis yang dijadikan sandaran meskipun
mereka. tidak tunggal, akan tetapi semuanya
dipahami dengan satu pemahaman:
Jadi, istilah celana cingkrang, celana isbāl tetap haram. Menjulurkan pakaian
ngatung dan sejenisnya dalam konteks melebihi mata kaki akan dinilai berdosa.
meme di atas –yang disebut sesuai dengan
sunah- dinilai sebagai bentuk antitesis Sudut pandang ini berbeda dengan
dari istilah isbāl yang diyakini terlarang mayoritas ulama, yang cenderung
berdasarkan pemahaman mereka tampak lebih kontekstual, yang
terhadap teks hadis Nabi. Sampai pada menegaskan bahwa larangan isbāl –
poin ini tampak bagaimana para produser dalam pengertian haram– hanya apabila
meme hadis celana cingkrang melakukan disertai adanya perasaan sombong.
reaktualisasi masalah isbāl dengan banyak Apabila tidak demikian, hukumnya boleh
memberikan ilustrasi celana, bukan atau makruh. Ilustrasi yang dipaparkan
sarung dan sebagainya. Hal ini dapat pada meme cenderung bertumpu pada
dipahami dengan kenyataan lain bahwa bunyi teks tanpa upaya mendalami
dalam konteks Indonesia, celana lebih segala kemungkinan yang berada di
banyak diminati oleh para lelaki sebagai luar teks, seperti kemungkinan kondisi
pakaian yang lebih fleksibel digunakan ekonomi yang senjang, misalnya, untuk
dalam beragam acara, terlebih di wilayah membeli kain pun masih sulit, sehingga
perkotaan; wilayah yang memiliki waktu memanjangkan kain hingga melewati
lebih luang untuk bermedia sosial. mata kaki bisa memperuncing dan
Sehingga penggunaan ilustrasi celana semakin menjauhkan sekat antar si kaya
pada meme di atas mestinya lebih efisien dengan si miskin; termasuk kemungkinan
dan relevan apabila dimaksudkan untuk lain yang berada di dalam maupun di luar
sosialisasi hadis tersebut. teks itu sendiri.

Berbicara tentang model pembacaan, Dengan mengacu pada paparan


teknik interpretasi dan tipologi dan meme di atas, setidaknya terdapat
pemahaman hadis Nabi, secara garis dua titik penting yang berada di balik
besar terdapat dua kategori: tekstual dan fenomena tersebut, pertama, bahwa ia
kontekstual. Pembacaan tekstual berarti merupakan media peneguhan identitas
pembacaan terhadap teks hadis Nabi diri kelompok tektualis, skriptualis
tanpa memedulikan aspek kesejarahan atau literalis. Peneguhan tersebut
yang mengitarinya. Penganut model diekspresikan dengan cara melakukan
ini biasa disebut tektualis, skriptualis identifikasi diri sebagai kelompok yang
atau literalis. Sedangkan pembacaan mengikuti sunah Nabi Saw. meski pun
kontekstual berarti pembacaan kritis pada dasarnya hanya berangkat dari
dengan mempertimbangkan berbagai sebuah pemahaman tekstual terhadap
aspek yang mengitari lahirnya teks hadis teks-teks agama, khususnya teks hadis
(asbāb al-wurūd) dan sebagainya. Penganut seputar isbāl, sebagai sebuah pemahaman
model ini biasanya disebut dengan yang relatif berbeda dengan mereka yang
kelompok kontekstualis (Aw, 2011: 395; cenderung lebih kontekstual, seperti
Asriaty, 2013: 2; Abu Nawas, 2015: 100). pemahaman mayoritas ulama.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 16 No. 2


300 MISKI

Peneguhan identitas ini tidak pengharaman kecuali karena sebab


bisa dipungkiri sudah mengalami tertentu, apabila tidak karena
transformasi atau bahkan pergeseran demikian, lalu apa maksud dan
dari generasi sebelumnya, terutama tujuan dari aturan pengharaman
abad pertengahan Islam. Pada waktu itu tersebut. Maka dari itu, pemahaman
identitas sosial –khususnya keagamaan– terhadap hadis-hadis terkait adalah
melekat dan berkorelasi kuat dengan bahwa barangsiapa isbāl akan tetapi
kelompok mazhab fikih; perdebatan- tidak bermaksud sombong maka
perdebatan tentang wacana keagamaan dia tidak termasuk mereka yang
selalu identik dengan perbedaan antar mendapatkan ancaman. Hal ini
kelompok satu mazhab dengan mazab dikuatkan oleh sebuah riwayat yang
yang lain. Hal ini tanpa terkecuali terkait terdapat dalam Sahih al-Bukhārī
bahwasanya Nabi Saw. bersabda:
persoalan isbāl yang melahirkan tiga
“Barangsiapa menjulurkan
pendapat di kalangan ulama: haram,
pakaiannya karena sombong,
makruh dan boleh. Dua pendapat yang
maka Allah tidak akan melihatnya
terakhir merupakan pendapat yang
pada hari Kiamat.” Lalu Abū Bakr
dipilih oleh mayoritas penganut mazhab berkata, “Sarungku biasa melorot
Maliki, Hanafi Syafii dan Hanbali. Tokoh- kecuali kalau aku mengikatnya.”
tokoh besar mereka antara lain: Abū Rasulullah pun menjawabnya,
Hanīfah dari mazhab Hanafi (pendiri), “Kamu tidak melakukan itu karena
al-Hattāb dari mazhab Maliki, al-Nawawī sombong.” Ini tepat dan jelas terkait
dari mazhab Syafii, Ibn Qudāmah dari persoalan ini bahwa pengharaman
mazhab Hanbali, Ibn Taimiyah dari isbāl berkonotasi dengan
mazhab Hanbali dan lain-lain. Bagi kesombongan bukan karena kain
mayoritas ulama, alasan (‘llah) pelarangan sarung yang terlalu panjang atau
isbāl adalah kesombongan sehingga terlalu pendek; jika persoalannya
apabila alasan ‘illah tersebut hilang maka memang karena hal tersebut niscaya
secara otomatis larangan pun hilang. ‘Abd ada pembatasan tertentu.
Allāh al-Bassām salah satu tokoh yang
Sedangkan ulama lain yang memilih
mencoba menjelaskan logika mayoritas
mengharamkan, antara lain: Ibn al-‘Arabī,
ulama terkait persoalan isbāl menulis (al-
al-Qarafī, Ibn ajar al-‘Asqalāni, al-Żahabī,
Bassām, 1992, VI: 246):
al-San‘ānī dan lain-lain, serta menjadi
pendapat yang dipilih oleh mayoritas
ulama Timur Tengah seperti Ibn Bāz,
Ibn ‘Usaimīn, Ibn Jibrīn, al-Fauzān dan
sebagainya. Tentunya dengan argumen
tekstual yang dianggap menguatkan
pendapat mereka (islamqa.info, 2017;
Abū Zaid, 1416 H: 18; al-Bassām, 1992,
VI: 246). Pada gilirannya, dalam konteks
hari ini, sekali lagi, perdebatan tersebut
tidak lagi diarahkan pada perdebatan
antar satu kelompok fikih dengan
kelompok fikih yang lain, melainkan
sudah bergeser pada perdebatan antar
kelompok yang mengidentifikasikan diri
Jika kita memperhatikan aturan sebagai kelompok yang mengikuti sunah
umum terkait pakaian dengan Nabi dengan kelompok yang menurut
semua jenis dan modelnya, mereka tidak sesuai sunah. Terlepas
kita tidak mendapati aturan dari kenyataan bahwa sebenarnya

HARMONI Juli - Desember 2017


FENOMENA MEME HADIS CELANA CINGKRANG DALAM MEDIA SOSIAL 301

titik persoalannya hanya pada pilihan pada gilirannya menggiring mereka


memahami hadis-hadis terkait secara melakukan aktualisasi diri melalui sebuah
tekstual ataukah secara kontekstual. meme sebagai bentuk retaliasi, antara
lain: pertama, resistensi atas pemahaman
Kedua, sebagai bentuk retaliasi hadis tentang isbāl. Sebagaimana sudah
kelompok tekstualis –sebagai minoritas– disinggung di muka, bahwa menurut
terhadap ragam resistensi masyarakat mayoritas ulama, larangan isbāl hanya
yang cenderung kontekstual –sebagai berlaku apabila disertai perasaan
kelompok mayoritas–, baik secara verbal sombong. Selain mengacu pada riwayat
maupun nonverbal. Hal ini dapat terlihat kisah tentang Abū Bakar di atas, terdapat
dari caption yang tampak dari berbagai banyak teks hadis tentang larangan isbāl
meme hadis yang bertebaran di media yang beriringan dengan kata sombong
sosial termasuk yang tertera di beberapa di dalamnya. Sebagai contoh (al-Sijistānī,
contoh di atas. Pada gambar meme pertama t.th, IV: 60, 4094):
(1) tertulis: “Muslim keren itu nggak isbal.
Kasih jarak segini (Panah menujuk batasan
bawah ujung celana);” pada gambar meme
kedua (2) tertulis: “Ngapain malu? Mereka
yang celananya sepaha aja gak malu,
ini cuma dinaikin dikit...” pada gambar
yang ketiga (3) tertulis: “Keterangan:
Bukan apa-apa sih Sob.. Celana ane kaya
gini soalnya ane ngeri masuk neraka aja Menceritakan kepada kami Hannād
sob..” pada gambar yang keempat (4) ibn al-Sariy, menceritakan kepada
tertulis: “Apa yang membuatmu khawatir kami Husain al-Ju‘fī, dari ‘Abd al-
dari sekedar cibiran “radikal, teroris ‘Azīz ibn Abī Rawwād, dari Sālim,
dsb,” jika bercelana cinkrang justru dari ayahnya, dari Nabi Saw., beliau
menghindarkanmu dari siksa Neraka, bersabda: isbāl berada dalam sarung,
mendapat pahala serta terlihat lebih kemeja dan serban, barangsiapa
fashionable.” Pada gambar keenam (6)
menjulurkannya dengan perasaan
tertulis: “Isbal tapi ngaku tidak sombong?
sombong, maka Allah tidak akan
Anda bohong!! Padahal isbal merupakan
bentuk kesombongan.” Pada gambar melihatnya pada hari kiamat.
ketujuh (7) tertulis: “Celana cingkrang. Ini Demikian pula riwayat (al-Bukhārī,
bukan celana teroris, kebanjiran, ormas.
1422 H, VII: 141, 5788):
Melainkan ini adalah perintah Allah dan
rasul-Nya.” sedangkan yang terakhir
terdapat pada gambar yang kedelapan
(8): “ Di saat cowok melaksanakan
perintah Rasulullah dengan celana di
atas mata kaki. Kata mereka: GA GAUL,
KAMPUNGAN, KATRO, GA MODERN,
KUNO, UDIK, KOLOT, NORAK,.....”
Menceritakan kepada kami ‘Abd
Beberapa caption yang ada
Allāh ibn Yūsuf, mengabarkan
mengindikasikan realitas sosial yang
dihadapi oleh kelompok tekstualis, kepada kami Mālik, dari Abū al-
yaitu resistensi dari kelompok yang Zinād, dari al-A‘rāj, dari Abū
berbeda dengan mereka. Dalam hal Hurairah bahwasanya Rasulullah
ini, terdapat beberapa model resistensi Saw. bersabda: Allah tidak melihat
yang diberikan masyarakat terhadap pada orang yang menjulurkan
eksistensi kelompok tekstualis yang sarungnya karena sombong.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 16 No. 2


302 MISKI

Dalam kehidupan sosial, tentang isbāl sudah menjadi diskusi


tampaknya argumen itulah yang mereka vital di kalangan ulama, jauh sebelum
dapatkan dari kelompok yang berbeda; adanya media sosial. Dengan kata lain,
tidak mengherankan apabila kemudian sebenarnya persoalan isbāl merupakan
mereka melakukan retaliasi dengan isu lama yang kemudian mencuat
menulis, “Isbal tapi ngaku tidak sombong? kembali ke permukaan, dalam hal ini,
Anda bohong!! Padahal isbal merupakan melalui meme hadis celana cingkrang
bentuk kesombongan.” Pernyataan ini yang memberikan kesan sangat populis.
mengacu pada potongan teks hadis Nabi Terbukti dengan banyaknya meme yang
yang berbunyi (al-Sijistānī, t.th, IV: 60, mengusung pemahaman yang tunggal
4084): bahwa isbāl adalah haram baik disertai
rasa sombong maupun tidak. Bahkan
tidak jarang memberikan kesan bahwa
itu adalah satu-satunya pemahaman
yang sesuai dan seharunya hadis tentang
isbāl dipahami demikian. Populasi meme
terkait sampai mengalahkan populasi
Dan angkatlah kainmu sampai meme yang memuat pesan yang sama
tengah betis. Jika tidak, boleh dengan pemahaman mayoritas ulama
sampai mata kaki. Jauhilah yang cenderung kontekstual.
olehmu menjulurkan (isbāl) kain
karena ia termasuk kesombongan Dengan demikian ada indikasi
dan sesungguhnya Allah tidak upaya revitalisasi yang dilakukan oleh
menyukai kesombongan. pihak tertentu, dalam hal ini adalah
kelompok tekstualis. Menurut Saifuddin
Kedua, adanya resistensi dari Zuhri Qudsy fenomena tersebut dapat
masyarakat umum atau kelompok lain mendominasi sehingga lambat laun
atas penampilan yang diasosiakan secara memengaruhi cara berpikir umat Islam.
tidak baik, seperti teroris, kebanjiran, Lebih jauh ia bisa menjadi media efektif
identik dengan pakaian ormas tertentu dalam rangka menyebarkan sebuah
dan sebagainya. Mengenai hal ini, yang ideologi (Qudsy, 2017). Sebagai implikasi,
dilakukan oleh produser meme adalah fenomena ini pun menjadi upaya
dengan menegaskan bahwa mereka mereka melakukan reaktualisasi dengan
yang mengenakan celana cingkrang cara memunculkan kembali wacana
bukan teroris, bukan karena kebanjiran keagamaan yang sudah tidak banyak
dan bukan karena pakaian organisasi dipersoalkan.
masyarakat (Ormas) tertentu. Sama
dengan saat merespon kategori resistensi Lebih dari itu, temuan ini
yang pertama, untuk kategori yang kedua sekaligus menguatkan temuan para
ini pun kelompok tekstualis ini cenderung peneliti sebelumnya bahwa eksistensi
berlindung di balik teks hadis yang meme tidak pernah bebas kepentingan
dirasa meneguhkan sikap keberagamaan atau sama sekali tidak mencerminkan
mereka. realitas tertentu. M. Wildan melalui
artikelnya yang berjudul, “Dialektika
Kebahasaan Meme pada Media Sosial:
Meme Hadis Celana Cingkrang: Tinjauan Sosiolinguistik,” menegaskan
Revitalisasi Wacana Hadis tentang Isbāl bahwa dialektika kebahasaan meme pada
dan Reaktualisasi Kelompok Tekstualis dasarnya merupakan bentuk imitasi
dari kejadian nyata di lingkungan sosial
Memperhatikan uraian sebelumnya, masyarakat (Wildan, 2016: 42). Sandy
jelas bahwa pada dasarnya diskusi Allifinsyah juga menemukan bahwa

HARMONI Juli - Desember 2017


FENOMENA MEME HADIS CELANA CINGKRANG DALAM MEDIA SOSIAL 303

meme merupakan artefak digital yang bisa ulama Salafi di Timur Tengah seperti Ibn
menunjukkan konteks dan situasi sosial, Baz dan sebagainya atau yang berafiliasi
politik serta sikap masyarakat pada dengan mereka.
situasi tertentu (Allifinsyah, 2016: 163).
Namun, memang harus diakui,
terdapat titik penting yang menjadi SIMPULAN
pembeda antara temuan penulis dengan
Berdasarkan pada paparan yang
temuan para penulis terdahulu; dalam
konteks eksistensi meme hadis celana relatif singkat di atas, dapat disimpulkan
cingkrang, terdapat beberapa realitas bahwa setidaknya terdapat dua alasan
sosial yang bisa dilihat secara nyata, utama yang berada di balik fenomena
mulai dari kesenjangan, konflik hingga meme hadis celaan cingkrang yang
keberagaman dalam keberagamaan, bertebaran di media sosial: pertama, bahwa
khususnya di Indonesia. Titik pembeda ia merupakan media peneguhan identitas
ini dapat dipahami, selain karena fokus diri kelompok tektualis, skriptualis
kajian dan metodologi yang digunakan atau literalis. Peneguhan tersebut
berbeda, juga harus diakui bahwa kajian- diekspresikan dengna cara melakukan
kajian terdahulu memberikan kesan identifikasi diri sebagai kelompok yang
mengenyampingkan pembahasan yang mengikuti sunah Nabi Saw. meski pun
secara nyata sebenanrya menjadi isu pada dasarnya hanya berangkat dari
sentral karena selalu disangkutpautkan sebuah pemahaman tekstual terhadap
dengan perilaku keberagamaan. teks-teks agama, khususnya teks hadis
Menjamurnya paham dan kelompok seputar isbāl. Peneguhan identitas tersebut
tekstualis di tengah keberagaman dilakukan karena adanya kontestasi
keberagamaan di Indonesia tidak lepas ideologis dengan penganut paham
dari kenyataan bahwa pemahaman keagamaan yang berbeda, khususnya
tekstual terhadap teks-teks keagamaan penganut paham yang cenderung
masih memiliki ruang penerimaan kontekstual terkait hadis-hadis tentang
di tengah masyarakat. Beriringan isbāl.
dengan kondisi politik yang semakin
memungkinkan untuk menyampaikan Kedua, sebagai bentuk retaliasi
sebuah pendapat dengan batasan-batasan kelompok tekstualis –sebagai minoritas–
tertentu. Khususnya pasca Orde Baru. terhadap ragam resistensi masyarakat
Ditambah lagi dengan kenyataan lain yang cenderung kontekstual –sebagai
bahwa seiring perkembangan teknologi kelompok mayoritas–, baik secara
informasi, berbagai hal tanpa terkecuali verbal maupun nonverbal. Dalam hal ini
informasi seputar literatur keagamaan resistensi masyarakat muncul dengan
sangat mudah diakses oleh siapa pun dua model: (1) pemahaman yang sesuai
dan di mana pun. Apalagi dengan dengan mayoritas ulama yang cenderung
menjamurnya aplikasi dan program tidak memahami hadis larangan isbāl
(software) yang berisi berbagai literatur secara tekstual, dan (2) celana cingkrang
keagamaan, baik hadis, al-Qur’an, diasosiakan secara tidak baik, seperti
fikih, tauhid dan sebagainya, sangat teroris, kebanjiran, identik dengan
memungkinkan untuk dicopy-paste dan pakaian ormas tertentu dan sebagainya.
kemudian disebarluaskan. Proses copy-
Dalam merespons dua bentuk resistensi
paste ini pun bisa dari situs atau website
ini, mereka tampak berlindung di balik
tertentu yang dianggap relevan dan sesuai
teks hadis yang dirasa meneguhkan sikap
dengan pemahaman mereka khususnya
situs atau website yang berasal dari para keberagamaan mereka.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 16 No. 2


304 MISKI

UCAPAN TERIMAKASIH memberikan kebebasan pada penulis untuk


menerbitkannya di jurnal ilmiah. Terakhir,
Artikel ini sudah dipresentasika pada terima kasih penulis tujukan kepada Mitra
Annual International Conference on Islamic Bestari dan Pengelola Jurnal Harmoni
Studies (AICIS) ke-17, 2017. Terimakasih yang telah memberikan catatan dan saran
yang sebesar-besarnya pada semua pihak untuk perbaikan tulisan ini, hingga bisa
yang ikut berkontribusi, memberi masukan diterbitkan pada Jurnal Harmoni edisi kali
dan sebagainya. Terimakasih juga sudah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal:


‘Asqalānī, Abū al-Faḍ l Aḥ mad ibn Ḥajar al-. Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣ aḥ īḥ al-Bukhārī.
Beirut: Dār al-Ma’rifat, 1379 H.
Abu Nawas, Muh. Zuhri. “Teknik Interpretasi Tekstual dan Kontekstual,” Jurnal al-
Asas, Vol. III, No. 1, April 2015.
Abū Zaid, Bakar ‘Abd Allāh. Ḥ add al-Ṡ aub wa al-Uzrah wa Taḥ rīm al-Isbāl wa
Liba.s al-Syuhrah. Arab Saudi: Dār al-‘Āṣ imah, 1416.
Allifinsyah, Sandy. “Kaum Muda, Meme, dan Demokrasi Digital di Indonesia,” Jurnal
Ilmu Komunikasi, Volume 13, Nomor 2, Desember 2016.
Amran, “Studi Kritik hadis tentang Isbal. Antara budaya dan kesombongan),” Jurnal
An-Nahdhah, Vol 10, No 2. 2016).
Asriaty, “Tekstualisme Pemikiran Hukum Islam. Sebuah Kritik),” Mazahib: Jurnal
Pemikiran Hukum Islam, Volume 11, Nomor 1, Juni 2013.
Aw, Liliek Hanna. “Memahami Makna Hadis secara Tekstual dan Kontekstual,”
Ulumununa: Jurnal Studi Keislaman, Volume XV Nomor 2 Desember 2011.
Bassām, ‘Abd Allāh al-. Tauḍ īḥ al-Aḥ kām min Bulūg al-Marām. Jeddah: Dār al-
Qiblah li al-S|aqāfah al-Islāmiyyah, 1992.
Bukhārī, Muḥ ammad ibn Isma‘īl al-. Ṣ aḥ īḥ al-Bukhārī, ed. Muḥ ammad Zuhair al-
Naṣ ir. Ttp: Dār Ṭ auq al-Najāḥ , 1422 H.
Cindy, Natasha. “Representasi Meme Jomblo dalam Situs Jejaring Sosial Twitter.
Analisis Semiotika Roland Barthes),” KOM FISIP Vol 3 No. 2, Oktober 2016.
Hukmi, Risalatul. “‘Meme’ Theory:. Evolusi Kebudayaan menurut Richard Dawkins),”
Paper Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada, 6-8;
Ibn Manẓ ūr, Jamāl al-Dīn Abū al-Faḍ l. Lisān al-‘Arab. Beirut: Dār Ṣ ādir, 1414 H.
Nasir, Muhammad. “Kontroversi Hadis-Hadis Tentang Isbal (Telaah Kritis Sanad dan
Matan Hadis serta Metode Penyelesainnya),” Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni
2013, 82.

HARMONI Juli - Desember 2017


FENOMENA MEME HADIS CELANA CINGKRANG DALAM MEDIA SOSIAL 305

Nasir, Muhammad. “Kontroversi Hadis-Hadis Tentang Isbal. Telaah Kritis Sanad dan
Matan Hadis serta Metode Penyelesainnya),” Jurnal Farabi Vol. 10 No. 1 Juni
2013.
Nugraha, Aditya, Ratih Hasanah Sudrajat, Berlian Primadani Satria Putri, “Fenomena
Meme di Media Sosial: Studi Etnografi Virtual Posting Meme Pada Pengguna
Media Sosial Instagram,” Jurnal Sosioteknologi, Vol. 14, No 3, Desember 2015.
Pusanti, Rosa Redia dan Haryanto, “Representasi Kritik dalam Meme Politik. Studi
Semiotika Meme Politik dalam Masa Pemilu 2014 pada Jejaring Sosial ”Path”
sebagai Media Kritik di Era Siber),” Jurnal Kommas, 2014.
Putri, Wilga Secsio Ratsja, R. Nunung Nurwati, & Meilanny Budiarti S., “Pengaruh
Media Sosial Terhadap Perilaku Remaja,” PROSIDING KS: RISET & PKM,
Vol. 3, No. 1, 50.
Rachman, Rio Febriannur. “Menelaah Riuh Budaya Masyarakat di Dunia Maya,” dalam
Jurnal Studi Komunikasi, Vvol 1, No. 2, Juli, 2017, 209.
Ṣ an‘ānī, Muḥ ammad al-. Istīfā’ al-Aqwāl fī Taḥ rīm al-Isbāl, ed. ‘Aqīl al-Maqtirī.
San’a: Maktabah Dār al-Quds, 1992.
Sijistānī, Abū Dāwūd al-. Sunan Abī Dāwūd, ed. Muḥ ammad Muḥ yī ‘Abd al-Hamīd.
Bairūt: al-Maktabah al-‘Asriyyah, t.th.
Wadipalapa, Rendy Pahrun. “Meme Culture & Komedi-Satire Politik: Kontestasi
Pemilihan Presiden dalam Media Baru,” Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 12,
Nomor 1, Juni 2015.
Wildan, M. “Dialektika Kebahasaan Meme pada Media Sosial: Tinjauan
Sosiolinguistik,”Proceeding IICLLTLC-2 2016.
Internet:
Hafizhul L, Iqbal. “Fenomena Meme “Dosen Gaib” di Media Sosial,” dalam
http://fisipersui.org/fenomena-meme-dosen-gaib-di-media-sosial/, diakses pada
21 Juli 2017, pukul 8:49 WIB.
Indrajit, Richardus Eko. “Relasi Dunia Nyata dan Dunia Maya
dalam Konteks Menjaga Keamanan Internet,” dalam
https://idsirtii.or.id/doc/IDSIRTII-Artikel-dunia_maya_dan_nyata.pdf, diakses
pada 22 Desember 2017, pukul 22:30 WIB.
Qudsy, Saifuddin Zuhri. “Meme Hadis Celana Cingkrang: Menciptakan Budaya
Tanding,” http://jalandamai.org/meme-hadis-celana-cingkrang-menciptakan-
budaya-tanding.html, diakses pada 21 Juli 2017, pukul 20:51 WIB.
“Mazhab al-Jumhūr fī Mas’alah Isbāl al-ṡ iyāb,” dalam https://islamqa.info/ar/102260,
diakses pada 29 Agustus 2017 pukul: 15:08 WIB.
http://mui-jakartatimur.or.id/hukum-isbal/, diakses pada 27 Agustus 2017, pukul: 12:49
WIB.

Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. 16 No. 2


306 MISKI

http://www.imgrum.co/media/1586346573489872274_5894126183, diakses pada 27


Agustus 2017, pukul: 13:17 WIB.
http://www.imgrum.co/media/1586827991073449837_2275952385, diakses pada 27
Agustus 2017, pukul: 12:49 WIB.
http://www.imgrum.org/media/1271019603685551084_305538849, diakses pada 27
Agustus 2017, pukul: 13:17 WIB.
http://www.imgrum.org/media/1294891373153483009_1549997496, diakses pada 27
Agustus 2017, pukul: 13:17 WIB.
http://www.sugiheling.net/2017/03/hukum-isbal-dalam-islam.html, diakses pada 27
Agustus 2017, pukul: 13:17 WIB.
https://plus.google.com/photos/116281430711738132204/albums/60512522322282282
57/6051252234822405554, diakses pada 27 Agustus 2017, pukul: 13:17 WIB.
https://scontent-sea1-1.cdninstagram.com/t51.2885-
15/s750x750/sh0.08/e35/14156652_163923740712520_78978316_n.jpg?ig_cac
he_key=MTMyOTE1NTM2NTg1Mzc3MDIyOA%3D%3D.2, diakases pada 27
Agustus 2017, pukul: 13:17 WIB.

HARMONI Juli - Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai