Anda di halaman 1dari 9

Interaksionisme Simbolik (Yuwita)

PLURALISME AGAMA DALAM PEMIKIRAN PESANTREN DENGAN


PENDEKATAN TEORI INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Nurma Yuwita
Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Yudharta
Pasuruan

Abstrak
Penelitian ini mendiskripsikan pluralisme agama perspektif Kiai Sholeh Bahruddin dengan model pendekatan
teori interaksionisme simbolik. Metodologi yang digunakan adalah kualitatif. Metodologi ini dipilih bertujuan untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Metode yang
digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Pengambilan sampel
yang digunakan adalah Non Probability Sampling dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Pluralisme agama dalam pemikiran pesantren dengan pendekatan teori interaksionisme simbolik menghasilkan:
1) Makna pluralisme agama perspektif Kiai Sholeh Bahruddin yakni Allah menjadikan ciptaannya berbeda-beda agama
yaitu: Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghuchu dengan tujuan agar bisa saling belajar berbagai macam
cara seperti toleransi agama, hidup bermasyarakat, saling membantu, dan mengakui perbedaan itu sebagai karunia
yang diberikanNya sebagai realita kehidupan; 2) Pancasila merupakan landasan utama yang digunakan oleh Kiai Sholeh
Bahruddin dalam mengimplementasikan nilai pluralisme agama. Selain itu konsep pluralisme agama Kiai Sholeh
Bahruddin dilatar belakangi dari pola kepemimpinan Nabi Muhammad yang berdasarkan piagam madinah; 3) Interaksi
antarumat beragama di pondok pesantren Ngalah diimplementasikan dengan “kerja sama sosial keagamaan” dengan
konsep dialog antarumat beragama dan “kerja sama dalam bidang agama” dengan konsep doa bersama, hubungan
antarumat beragama, live in agama.

Kata kunci: Interaksionisme Simbolik, Pluralisme agama, Pemikiran Pesantren

Abstract
This study describes religious pluralism perspective of Kiai Sholeh Bahruddin with model approach of symbolic
interactionism theory. The methodology used is qualitative. This methodology was chosen to explain the phenomenon in
depth. This research uses descriptive research type. The methods used in collecting data are in-depth interviews,
observation, and documentation. Sampling used is Non Probability Sampling with purposive sampling sampling
technique.
Religious pluralism in pesantren thinking with the approach of symbolic interaction theory resulted in: 1) The
meaning of religious pluralism perspective Kiai Sholeh Bahruddin ie Allah made his creation different religions are: Islam,
Christian, Catholic, Hindu, Buddhist, and Konghuchu in order to learn each other such as religious tolerance, community
life, mutual help, and recognizing that difference as a gift He gives as a reality of life; 2) Pancasila is the main foundation
used by Kiai Sholeh Bahruddin in implementing the value of religious pluralism. In addition, the concept of religious
pluralism Kiai Sholeh Bahruddin background of the pattern of leadership of the Prophet Muhammad based on the
madina charter; 3) Interaction among religious believers in Ngalah pesantren is implemented with "religious social
cooperation" with the concept of interfaith dialogue and "cooperation in religion" with the concept of common prayer,
interfaith relations, live in religion.

Keywords: Symbolic Interactionism, Religious Pluralism, Pesantren Thought

PENDAHULUAN pandangan dunia yang mekanistik dan asumsi-


Pakar ilmu komunikasi yang mencetuskan asumsi klasik dualistik (Haryanto, 2012, h.70).
teori interaksionisme simbolik adalah George Menurut Littlejohn dalam Sobur interaksi
Herbert Mead (Mulyana, 2001, h. 68). Akar dari simbolik sering dikelompokkan kedalam 2
teori interaksionisme simbolik adalah filsafat mazhab, yaitu mazhab Iowa yang dimotori oleh
pragmatis. Ilmuwan pragmatis mempercayai Manford Kuhn dan Carl, dan Mazhab Chicago yang
bahwa segala kenyataan yang ada didunia ini dimotori oleh Herbert Blumer melanjutkan karya
dapat berubah-ubah (West & Turner, 2014, h.97). Herbert Mead, yakni memfokuskan pada
Pakar komunikasi yang berjasa besar dalam pendekatan terhadap teori sosial yang
perkembangan teori interaksionisme simbolik menekankan pentingnya komunikasi bagi
adalah Charles Sander Peirce, William James, dan kehidupan dan interaksi sosial (Sobur, 2003,
John Dewey. Para pemikir ini menentang h.200). Menurut West & Turner (2014, h.97)

1
Interaksionisme Simbolik (Yuwita)

kebanyakan prinsip interaksi simbolik dan disebut tahap pertandingan (game stage).
pengembangannya berakar dari Mahzab Chicago. Pemikiran tersebut akhirnya dikembangkan
Menurut Ralph La Rossa dan Donald hingga ke masyarakat luas. Maka konsep diri
C.Reitzes dalam (West & Turner, 2014, h.98) tumbuh dari diri Kiai Sholeh Bahruddin
bahwa asumsi yang mendasari interaksionisme berdasarkan pandangan interaksi sosial yang telah
simbolik terdapat tiga tema besar, yaitu: 1) teori dilakukannya.
interaksionisme simbolik menginterpretasikan Blumer menyarankan peneliti perlu
makna melalui komunikasi. Tema ini akan meletakkan empatinya dengan pokok materi yang
menjelaskan pluralisme agama menurut akan diriset, dan berusaha memasuki pengalaman
pemikiran Kiai Sholeh Bahruddin. 2) teori objek yang akan diriset, dan berusaha untuk
interaksionisme simbolik lebih mengarahkan pada mengetahui lebih dalam guna memahami nilai-
konsep diri atau seperangkat persepsi yang relatif nilai yang dimiliki dari tiap individu. Pendekatan
stabil yang dipercaya orang mengenai dirinya yang digunakan peneliti adalah pendekatan dari
sendiri. Konsep diri ini berhubungan dengan Chicago school, pendekatan ini menekankan pada
karakteristik Kiai Sholeh Bahruddin dalam riwayat hidup individu, studi kasus individu, buku
mewujudkan pluralisme agama. 3) Tema yang harian, autobiografi, surat-surat penting,
terakhir berhubungan dengan interaksi antara wawancara tidak langsung, dan wawancara tidak
individu dan kehidupan sosial. Tema ini akan terstruktur (Rahayu, 2010).
menjelaskan interaksi Kiai Sholeh Bahruddin Pengembangan teori interaksionisme
dengan elit agama dalam mengimplementasikan simbolik dilakukan oleh para mahasiswanya, yakni
pluralisme agama. Herbert Blumer. Interaksionisme simbolik mulai
Menurut Mulyana (2001, h.68) teori menjadi rujukan setelah para mahasiswanya
interaksionisme simbolik merupakan bagian dari menerbitkan catatan dari mata kuliah yang
teori komunikasi antarmanusia, yakni pertukaran diampunya dan mempopulerkannya dikalangan
informasi yang diberi makna oleh masyarakat. komunitas akademis. Menurut Blumer dalam
Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa ada dua Sobur (2003, h.199) bahwa teori interaksionisme
pendekatan dalam fenomenologis yakni simbolik bertumpu pada tiga premis utama, yaitu:
pendekatan interaksionisme simbolik dan (1) Manusia bertindak terhadap sesuatu
pendekatan etnometodologi (Mulyana, 2001, berdasarkan makna yang ada, yakni Kiai Sholeh
h.59). Bahruddin memaknai konteks pluralisme agama
Interaksionisme simbolik mempelajari berdasarkan pengetahuan yang didapat selama
interaksi manusia yang merupakan komunikasi ada di pondok pesantren dan proses belajar beliau
sosial yang dinamis. Pendekatan interaksionisme kepada keluarganya; (2) Makna itu diperoleh dari
simbolik lebih menekankan kepada keaktifan hasil interaksi sosial yang dilakukan selama ini
individu dan kreatifas dalam menginterpretasikan dengan orang lain, makna pluralisme agama
perilaku manusia. Paham ini menolak pemikiran diperoleh oleh Kiai Sholeh Bahruddin dari hasil
yang mengatakan bahwa individu termasuk komunikasi yang dia lakukan dengan para elit
manusia yang pasif dan perilakunya sangat agama dan kepada orang-orang disekitarnya; (3)
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar Makna-makna tersebut disempurnakan disaat
(Mulyana, 2001, h.61) proses interaksi sosial sedang berlangsung dengan
Menurut Shobur komunikator menurut mereka, hasil interaksi oleh Kiai Sholeh Bahruddin
model interaksionisme simbolik adalah orang- dikomunikasikan dengan tokoh agama dengan
orang yang mengembangkan potensi dalam menempuh berbagai kegiatan keagamaan
dirinya melalui interaksi sosial dimasyarakat, diantaranya seminar keagamaan baik bertaraf
interaksi ini disebut dengan role taking. nasional maupun internasional dan dialog
Kemudian self berinteraksi dengan orang lain antarumat beragama. Kiai Sholeh Bahruddin
(significant others). Konsep self ini melakukan interaksi dengan elit agama di
menggambarkan kehidupan Kiai Sholeh Bahruddin Indonesia dengan berbagai kegiatan keagamaan
yang berkembang dari pemikiran keluarganya. sehingga tercipta kerja sama antarelit umat
Kemudian tahap play stage tahapan ini beragama dan pemahaman yang sama terkait
diinterpretasikan dengan pembelajaran pluralisme konsep pluralisme agama.
agama yang diajarkan langsung oleh bapaknya Kiai Peneliti mengkaji makna pluralisme agama
Sholeh Bahruddin sendiri yakni Kiai Bahruddin dikarenakan pluralisme merupakan isu sosial yang
Kalam melalui implementasi pluralisme agama populer dikalangan agamawan maupun
dalam keluarga. Berlanjut generalized others yang dikalangan akademisi. Pluralisme agama

2
Interaksionisme Simbolik (Yuwita)

merupakan realitas kehidupan yang berhubungan Dalam penelitian ini, pluralisme agama
dengan agama dan semua manusia tidak bisa merupakan konstruksi pemikiran sosial Kiai Sholeh
menghindari. Jika pluralisme agama tidak disikapi Bahruddin, yang kebenarannya masih bersifat
secara cermat dan tepat, akan menimbulkan relatif dan pemahaman makna pluralisme agama
problem dan konflik antaragama karena Indonesia dihasilkan dari produk interaksi antara peneliti
memiliki berbagai macam agama yakni; Islam, dan nara sumber.
Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan Konghuchu. Metodologi yang digunakan oleh peneliti
Perbedaan ritual keagamaan dan pemikiran adalah metodologi kualitatif. Metodologi ini
menjadikan 6 agama ini sering terlibat dalam dipilih oleh peneliti karena bertujuan untuk
konflik agama. menjelaskan realitas dengan sedalam-dalamnya
Sebagian masyarakat kita cenderung salah melalui pengumpulan data (Kriyantono, 2010,
dalam memahami agama. Cara berfikir h.56).
masyarakat tersebut cenderung ekstrim dalam Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
menghadapi tantangan budaya di Indonesia yang deskriptif karena jenis penelitian deskriptif
semakin beragam. Elitagama perlu mengajarkan dengan tujuan mendeskripsikan secara tersistem,
toleransi agama, perdamaian, dan persaudaraan sesuai fakta, dan akurat tentang kenyataan dari
agar budaya kekerasan yang semakin marak fenomena yang ada dilapangan dan sifat-sifat
terjadi ditengah-tengah masyarakat kita dapat populasi atau objek penelitian tertentu
diselesaikan. Fenomena kekerasan atas nama (Kriyantono, 2010, h.69).
agama seringkali terjadi, mereka salah Menurut Moleong, 2014, h.14 bahwasannya
menafsirkan sehingga ajaran agama mereka laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan
jadikan legitimasi atas tindak kekerasan yang data untuk mencari gambaran dalam menyajian
selama ini dilakukan (Bustomi, dkk., 2006). data. Laporan penelitian berasal dari hasil
Menyadari bahwa pluralisme masyarakat wawancara mendalam dengan nara sumber,
begitu tinggi sehingga mengakibatkan pada catatan yang terdapat dilapangan, foto-foto
potensi konflik yang tiada hentinya. Banyak terkait pluralisme agama, dokumen pribadi Kiai
elitagama berusaha menyikapi perbedaan yang Sholeh Bahruddin, catatan atau Maklumat Kiai,
ada dengan konsep pluralisme agama. Kiai Sholeh dan dokumen resmi lainnya.
Bahruddin merupakan salah satu dari Kiai yang Penelitian ini dilakukan di salah satu pondok
menerapkan konsep pluralisme agama. Tindakan pesantren yang berada di naungan yayasan Darut
Kiai Sholeh Bahruddin dalam toleransi antarumat Taqwa di Pasuruan yakni pondok pesantren
beragama mencerminkan perilaku multikultural Ngalah Purwosari. Penelitian ini menggunakan
dan pluralistik. Diharapkan interaksi tersebut dua macam informan, yaitu informan utama,
dapat menciptakan kerukunan hidup antarumat yakni Kiai Sholeh Bahruddin sebagai orang yang
beragama tingkat nasional maupun internasional. mengimplementasikan nilai-nilai dari pluralisme
Penelitian ini bertujuan untuk 1) agama dan informan kedua adalah santri pondok
menganalisis makna pluralisme agama dalam pesantren Ngalah. Metode pengambilan sampel
pemikiran pesantren perspektif Kiai Sholeh yang digunakan adalah Non Probability Sampling
Bahruddin dengan pendekatan teori dengan teknik pengambilan sampel purposive
Interaksionisme Simbolik 2) Landasan pemikiran sampling.
pluralisme agama kiai sholeh Bahruddin, dan 3)
Implementasi pluralisme agama dalam konstruksi METODE PENGUMPULAN DATA
pemikiran pesantren. Penelitian ini menggunakan metode
wawancara mendalam, observasi, dan
METODE PENELITIAN dokumentasi. Peneliti menggunakan wawancara
Peneliti menggunakan pendekatan mendalam dalam mengumpulkan informasi atau
interpretif-kontruktivis berdasarkan landasan data dalam penelitian pluralisme agama karena
falsafahnya yaitu kenyataan merupakan peneliti membutuhkan jawaban yang lengkap dan
konstruksi dari pemikiran sosial dan kebenarannya mendalam. Peneliti membedakan antara nara
masih bersifat relatif, berlaku sesuai konteks sumber yang akan diwawancarai hanya sekali
spesifik yang dinilai masih relevan oleh makhluk seperti santri dan yang akan diwawancarai
sosial. Pemahaman suatu kenyataan atau temuan beberapa kali seperti Kiai Sholeh Bahruddin.
suatu penelitian merupakan produk interaksi Metode selanjutnya yang dilakukan oleh
antara peneliti dengan yang diteliti (Kriyantono, peneliti adalah observasi (pengamatan lapangan).
2010, h.51-52). Observasi dilakukan oleh peneliti dalam

3
Interaksionisme Simbolik (Yuwita)

mengamati interaksi dan percakapan antara kiai tindakan dirangkum dan disajikan secara terpadu
dan elit agama dalam beberapa kegiatan yang sehingga diperoleh sajian tunggal berdasarkan
mengandung unsur-unsur pluralisme agama. fokus penelitian yakni pluralisme agama dengan
Menurut Kriyantono (2010, h.110-111) observasi pendekatan Interaksionisme simbolik.
merupakan metode pengumpulan data yang Dalam penelitian ini, peneliti mereduksi
digunakan pada penelitian kualitatif. Keunggulan data kemudian peneliti menyajikan data secara
metode observasi ada dua yakni: yang pertama terpisah. Yaitu setelah peneliti memfokuskan
dari segi interaksi dan yang kedua adalah pada data pluralisme agama kemudian
percakapan. Artinya selain perilaku nonverbal juga menyajikan data pluralisme agama dalam
mencakup perilaku verbal dari orang-orang yang pemikiran pondok pesantren.
diamati. Peneliti melakukan observasi terkait 3) Verification (Penarikan Kesimpulan)
tingkah laku Kiai Sholeh Bahruddin yang Langkah ketiga adalah penarikan
berhubungan dengan pluralisme agama. Menurut kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan
Wimmer & Dominick dalam Kriyantono ada dua dilakukan peneliti pada saat kesimpulan awal
jenis metode observasi, yaitu observasi partisipan dimana data masih bersifat sementara, dan akan
dan observasi non-partisipan. berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang
Data yang telah peneliti peroleh akan kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan
dianalisis dengan model yang telah ditawarkan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian
oleh Miles dan Huberman. Menurut Sugiyono kualitatif adalah merupakan temuan baru dalam
(2012, h.246) aktifitas dalam analisis data yaitu: penelitian yang sebelumnya belum pernah
1) Data Reduction (Reduksi Data) ditemukan. Temuan data dapat berupa data
Peniliti mencari data dari lapangan, data deskripsi atau gambaran permasalahan, dan dapat
yang diperoleh tentunya berjumlah cukup banyak berupa hipotesis maupun berupa teori baru.
dan bermacam-macam, untuk itu perlu Temuan baru dalam penelitian ini akan berupa
diidentifikasi kemudian dicatat secara teliti dan deskripsi atau gambaran pluralisme agama dalam
lebih terperinci. Untuk itu perlu segera dilakukan pemikiran pondok pesantren Ngalah.
analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data
berarti peneliti merangkum, memilih hal-hal yang HASIL DAN PEMBAHASAN
pokok dan utama, memfokuskan pada hal-hal Menurut Ariadna dalam Sumbulah &
yang lebih penting, kemudian dicari tema dan Nurjanah (2013) mengatakan bahwa pluralisme
polanya. Dengan demikian data yang telah agama berasal dari kata plural, yang berarti
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih sesuatu atau bentuk yang lebih dari satu.
jelas, dan akan mempermudah peneliti untuk Pengertian hubungan antaragama dalam konteks
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan ini mencakup pengertian: (1) keberadaan
mencarinya lagi apabila diperlukan. sejumlah kelompok orang dalam satu masyarakat
Dalam reduksi data ini peneliti yang berasal dari ras, agama, pilihan politik, dan
mengumpulkan semua data yang telah diperoleh kepercayaan yang berbeda, (2) suatu prinsip
dari lapangan seperti hasil wawancara dengan kiai bahwa kelompok-kelompok yang berbeda ini bisa
Sholeh Bahruddin, santri, dokumen-dokumen hidup bersama secara damai dalam satu
berupa foto Kiai bersama elit agama dan buku- masyarakat.
buku karya pondok pesantren “Ngalah” yang Menurut Sumbulah dan Nurjanah (2013,
mencerminkankan unsur pluralisme agama. h.234) ditemukan makna pluralisme agama dari
Kemudian semua data yang telah terkumpul hasil wawancara dengan tokoh agama yaitu
diseleksi dan dikelompok-kelompokkan sesuai pluralisme bermakna kerukunan, pengakuan
dengan fokus penelitian. Data yang telah dipisah- eksistensi agama lain, semua agama memiliki
pisahkan tersebut lalu diseleksi mana yang tujuan dan kepentingan yang sama, toleransi,
relevan dan mana yang tidak relevan. Data yang memahami keyakinan hakiki agama lain, kasih
relevan dianalisis dan yang tidak relevan dibuang. sayang, dan pluralitas. Makna pluralisme agama
2) Data Display (Penyajian Data) ini diimplementasikan dari interaksi yang
Setelah data direduksi, maka langkah dilakukan oleh para tokoh agama.
selanjutnya adalah menyajikan data. Data display Menurut Muhammad Amin Abdullah dalam
dilakukan dengan cara mengorganisasikan Naim (2014: 50) pluralisme agama merupakan
informasi yang sudah direduksi. Peneliti sebuah keniscayaan sekaligus kebutuhan hidup
menyajikan data secara terpisah, tetapi setelah manusia. Manusia tidak mungkin menghilangkan
tindakan terakhir direduksi, keseluruhan data hubungan antaragama yang telah diciptakan oleh

4
Interaksionisme Simbolik (Yuwita)

Tuhan. Pluralitas agama dan dialog antarumat agama tidak mengharuskan kita untuk
beragama adalah persoalan baru yang dihadapi meninggalkan identitas agama kita tapi lebih pada
oleh umat Islam. Dalam ayat suci al-Qur’an memegang komitmen keagamaan masing-masing,
memang disebutkan Lakum dinukum walii al-din, (4) pluralisme agama berdasarkan pada dialog
namun konsep ini, lebih terkait dengan konsep antaragama. Bahasa yang digunakan untuk
”Kebebasan dalam Beragama” dan bukannya pada mempreerat tali silaturrahmi keagamaan adalah
”Dialog antarumat beragama”. Dialog Antarumat dialog antarumat beragama dan kajian-kajian
Beragama berkeyakinan bahwa keselamatan keagamaan, memberi dan menerima masukan,
hidup sudah ada dalam setiap agama. Tidak ada selain itu kritik diri. Dialog adalah berkomunikasi
sedikit pun keinginan untuk secara terang- dan mendengarkan satu sama lain dengan proses
terangan untuk menyerang, mengolok-olok, mengungkapkan baik pemahaman umum dan
mencemooh, memandang rendah, apalagi sampai perbedaan yang nyata. Dialog tidak harus semua
mendoktrin pemeluk agama lain agar pindah orang akan setuju satu sama lain akan tetapi lebih
agama. memilih jalan tengah yang telah disepakati
Sebagaimana pluralisme agama menurut bersama-sama.
Komaruddin Hidayat dalam Naim (2014: 52)
adalah sebuah keniscayaan, sebagaimana juga 1. Makna Pluralisme Agama
keniscayaan adanya pluralitas bahasa dan etnis. Di Pluralisme menurut Kiai Sholeh Bahruddin
era sekarang penting untuk dikembangkan adalah hubungan yang dilakukan secara bersama-
pemikiran teologis yang menawarkan pandangan sama oleh antaragama. Maksudnya adalah Allah
inklusivisme dan hubungan antaragama menciptakan manusia berbeda-beda agama yaitu:
keberagamaan. Jika hendak memahami agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, dan
lain, kita hendaknya memahami dan bergaul Konghuchu agar mereka bisa saling belajar
dengan pemeluk agama lain. Komaruddin Hidayat berbagai macam cara seperti toleransi,
juga menjelaskan bahwa pluralis tidak berarti menghargai perbedaan, hidup bermasyarakat,
berpandangan bahwa semua agama itu sama dan saling membantu, dan mengakui perbedaan-
identik, tetapi sedikitnya memberi ruang perbedaan itu diciptakan sebagai sebuah realitas
pengakuan dan penghargaan adanya kebenaran yang ada. Menurut Kiai Sholeh Bahruddin
pada agama lain, sembari menghayati dan menjalin hubungan baik dengan orang yang
meyakini akan kebenaran dan keunggulan berbeda agama sangat dianjurkan sekali demi
agamanya sendiri. Kemajemukan yang terjadi menjaga dan membangun kerukunan dan
dimasyarakat juga merupakan bagian dari sifat toleransi bersama sebagaimana yang telah
Kewenangan (Qudrat) Tuhan. diterangkan dalam Al Quran surat Ali Imran juz 5
Sebagai seorang intelektual yang mendukung dan di beberapa kitab yang salah satunya terdapat
pluralisme agama, Azyumardi Azra berpendapat dalam kitab Tafsir al-Munir juz 1 halaman 93.
bahwa pluralisme agama diakui oleh Islam dalam Berdasarkan dokumen dari pondok
kerangka normatif dan historis. Oleh karena itu, pesantren yakni di buku Jawabul Masail (2013,
usaha atau upaya untuk menciptakan sebuah h.13) dijelaskan bahwasannya dengan sangat luar
masyarakat yang tidak plural, masyarakat yang biasa, agama Islam telah mengakui keberadaan
monolitik, yang tunggal, itu merupakan upaya dari agama lain tidak hanya dalam hubungan
yang sia-sia. Sikap yang paling tepat adalah kemanusiaan, melainkan juga tempat mereka
dengan mengembangkan sikap saling disisi Tuhan. Bahkan yang menarik, dalam sejarah
menghormati, toleran, dan menghargai hubungan peradaban Islam, kehidupan pluralisme agama itu
antaragama (Azra, 2005, 149). Diana L. Eck berhasil diterjemahkan dalam konteks kehidupan
mengartikan pluralisme agama (“What is yang saling mendukung dan saling menghargai.
Pluralism”) sebagaimana dikutip oleh Velina Dari dulu orang Islam sudah terbiasa hidup
Agatha Setiawan bahwa: (1) pluralisme agama dengan kebhinnekaan atau pluralitas agama dan
bukan sekedar perbedaan pandangan, melainkan mereka menerimanya sebagai kenyataan sosial.
adanya keterlibatan dan penyatuan antarindividu Piagam madinah sebagai bukti otentik, dengan
dengan keragaman budaya tersebut, (2) jelas sekali menjelaskan bahwa pluralitas agama
pluralisme tidak hanya toleransi agama, tetapi terjadi pada era kepemimpinan nabi Muhammad.
secara aktif memahami lintas perbedaan Menurut Kiai Sholeh Bahruddin toleransi
antaragama, (3) pluralisme agama bukanlah antarumat beragama merupakan hal yang sangat
relativisme melainkan komitmen bersama penting untuk selalu kita lestarikan dan kita
antarpemeluk agama. Paradigma baru pluralisme kembangkan, karena dengan saling bertoleransi

5
Interaksionisme Simbolik (Yuwita)

antaragama dalam kehidupan ini akan tercipta a) Kerja Sama Sosial Keagamaan dengan Konsep
kedamaian dan keharmonisan dalam berbangsa Dialog antarumat Beragama
dan bernegara, tanpa adanya rasa permusuhan Untuk mewujudkan pluralisme agama untuk
dan saling mencurigai. Nabi Muhammmad telah menjaga kerukunan dan toleransi agama Kiai
memberikan teladan kepada umatnya. Dimana Sholeh Bahruddin bersama dengan elitagama lain
pada masa hidup nabi Muhammmad toleransi menyelenggarakan seminar nasional keagaaman.
antarumat beragama terjadi dalam kehidupan Berdasarkan hasil interview dengan Kiai Sholeh
sehari-hari seperti dalam hubungan jual-beli dan Bahruddin, seminar nasional diprakarsai oleh Kiai
saling memberi maupun tolong menolong dengan Sholeh bersama elitagama. Seminar nasional
orang yang berbeda agama. dilaksanakan 2 kali, pertama, pada tahun 2006
Kiai Sholeh Bahruddin mengatakan bahwa dengan tema “Kerukunan dan kebersamaan antar
perbedaan-perbedaan itu sebagai sebuah umat beragama sebagai dasar pelestarian NKRI”
kenyataan yang pasti ada dimana saja. dan diselenggarakan kembali di tahun 2010
Sebagaimana pendapat Azyumardi Azra dalam dengan tema “seminar kebangsaan dan gebyar
Naim (2014, h.56) bahwa bahwa pluralisme budaya umat beragama”. Seminar nasional ini
agama diakui oleh Islam dalam kerangka normatif diadakan pada tanggal 20 Mei 2006. Seminar ini
dan historis. Sikap yang paling tepat adalah diadakan karena adanya tindakan kekerasan yang
antarindividu mengembangkan sikap saling dilakukan oleh Islam aliran keras seperti kejadian
menghormati keragaman, toleransi agama, dan Bom Bali I dan Bom Bali II. Kiai Sholeh juga
menghargai perbedaan. Begitu juga dijelaskan menjelaskan tujuan dari seminar antarumat
oleh Komarudin Hidayat dalam Naim (2014, h.53) beragama adalah agar supaya tidak terjadi perang
bahwa pluralisme agama bukan termasuk hal yang antaragama. Seperti dalam ungkapan beliau
merupakan kesesatan dan kesalahan yang nyata, ketika mengaji kitab tafsir Al Quran bersama
melainkan merupakan nilai dari esensi agama dengan santrinya “Semua rakyat Indonesia bisa
yang harus dikembangkan. Pluralisme bukan damai karena ditahun ini para sesepuh nasional
berarti relativisme yang tidak memiliki pendirian perihatin melihat masyarakat terjadi konflik
kuat. Akan tetapi pluralisme lebih melihat antaragama, antarsuku, antarpelajar,
perbedaan individu untuk dapat mencari dan antarkampung, antarjenis kelamin maka
membela kebenaran yang diyakininya kontraktor pembangunan etika (dokter spesialis
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. akhlaq perlu mengadakan seminar demi
menyelesaikan akhlaq yang sedang bobrok agar
2. Landasan Pemikiran Pluralisme Agama Kiai supaya tidak terjadi perang antar agama karena
Sholeh Bahruddin itu sangat berbahaya.” Seminar nasional yang
Pondok pesantren Ngalah berpegang teguh kedua diselenggarakan tahun 2010 bertempat
terhadap pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal dihalaman pondok pesantren Ngalah. Seminar
Ika, dan NKRI. Pancasila merupakan landasan tersebut diakhiri dengan adanya komitmen
utama yang digunakan oleh Kiai Sholeh Bahruddin bersama bahwa semua agama harus menjaga
dalam mengimplementasikan nilai-nilai pluralisme kerukunan antarumat beragama dan NKRI
agama. Rujukan utama dari nilai-nilai pancasila (Negara Kesatuan Republik Indonesia) agar tidak
adalah diambil dari Al-Quran. Pemikiran tersebut diganti menjadi NII (Negara Islam Indonesia).
telah diajarkan langsung oleh bapaknya sendiri Dalam Jawabul Masail dijelaskan Negara Kesatuan
yakni Kiai Bahruddin. Selain itu ketika kiai Sholeh Republik Indonesia (NKRI) adalah Pancasila.
Bahruddin belajar dipesantren juga diajarkan Pancasila menjadi dasar NKRI dan menjadi payung
tentang pluralisme agama oleh gurunya yakni Kiai kehidupan bersama dalam berbagai perbedaan
Munawir dari Kertosono. Piagam madinah juga budaya manusia.
digunakan oleh Kiai Sholeh Bahruddin sebagai Implementasi dari seminar ini terjadilah
rujukan dalam mengimplementasikan pluralisme dialog antarumat beragama. Dalam konteks dialog
agama. “Masyarakat Madani” adalah sebuah antarumat beragama, kita sadar bahwa tidak ada
konsep kenegaraan yang merujuk pada suatu agama yang dapat secara keseluruhan
pemerintah atau negara pada era nabi menampung misteri Ilahi, ada nilai luhur disetiap
Muhammad ketika nabi hijrah ke Madinah. agama yang dapat jadi nilai bersama. Dialog
merupakan komunikasi yang akan saling
3. Interaksi antarumat beragama dalam memperkaya untuk mengenal dunia ketuhanan
pemikiran pondok pesantren Ngalah yakni suatu misteri kehidupan beragama sekaligus
kehidupan kemasyarakatan. Menurut Naim (2014,

6
Interaksionisme Simbolik (Yuwita)

h.170) tujuan dari dialog adalah untuk adalah untuk membangun nilai keagamaan dan
membangun pemahaman dan saling pengertian, nilai etika guna untuk mewujudkan kerukunan
bukan untuk meraih kemenangan. Dialog antarumat beragama. Berdoa bersama juga
antarumat beragama yang diprakarsai oleh Kiai memiliki motif pragmatik, yaitu kepentingan
Sholeh Bahruddin membentuk pemahaman untuk bersama untuk memohon kepada Tuhan agar
menjaga kerukunan antarumat beragama yang tercipta kedamaian dan ketentraman untuk hidup
berlandaskan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan berkehidupan dalam NKRI.
(NKRI), Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan Selain doa bersama untuk menciptakan
Undang-undang Dasar (UUD) 1945. Hal ini kerukunan antarumat beragama Kiai Sholeh
sebagaimana dikemukakan oleh Hassan Hanafi, Bahruddin menjalin hubungan keagamaan kepada
tujuan dialog adalah 1) terwujudnya landasan sifat semua elit agama. Interaksi ini telah dilakukan
kemanusian sacara umum, 2) memusatkan agama oleh Kiai Sholeh Bahruddin ketika menghadiri
ke satu titik sasaran, yakni peranan dan arti undangan dari agama katholik. Kiai Sholeh
agama, 3) meningkatkan keimanan masing-masing Bahruddin di minta untuk meresmikan gereja
pemeluk agama, 4) dialektika yang memiliki ciri- katholik Theresia di Pandaan. Tindakan yang telah
ciri: pluralisme agama, pertukaran dan asal-usul dilakukan oleh Kiai Sholeh menjadi perbincangan
keasliannya yang terjadi didalam masyarakat. pro kontra diantara umat Islam, apalagi melihat
b) Kerja sama dalam bidang Agama dengan status beliau adalah Kiai besar. Pertentangan
konsep Doa bersama dan hubungan datang dari berbagai pihak Islam yang tidak
antarumat beragama sepakat dengan tindakan yang telah dilakukan
Dalam rangka menciptakan kerukunan dan oleh beliau. Alasannya adalah karena mereka
toleransi antarumat beragama Kiai Sholeh menganggap bahwasannya gereja adalah tempat
Bahruddin menggelar dan melakukan forum doa suci bagi agama katholik dan kristen. Jika mereka
bersama. Kiai Sholeh menjelaskan bahwa di era meresmikan gereja berarti secara tidak langsung
nabi Muhammad bahwasannya nabi pernah dia telah membenarkan keyakinan mereka.
mendoakan non muslim, dan itu sering nabi Banyak orang menentang konsep kiai Sholeh
lakukan diantaranya adalah sebagai berikut: Bahruddin dan mereka adalah golongan yang
a) Nabi Muhammad pernah mendo’akan seorang tidak memahami pemikiran beliau. Selain dari
yang berbeda agama dan keyakinan bernama golongan yang menentang, ada beberapa
Daus agar mendapatkan hidayah dalam golongan yang sepakat dengan tindakan beliau,
hidupnya; pihak-pihak tersebut mendukung adanya konsep
b) Nabi Muhammad juga berdoa untuk ibunya pluralisme agama. Kegiatan mendatangi gereja ini
Abu Hurairah yang berbeda agama dan masih terus berjalan dan tidak hanya digereja
keyakinan; Theresia tapi dilakukan juga ditempat ibadah non
c) Nabi Muhammad juga pernah berdoa untuk muslim lain. Jika Romo Kiai Sholeh berhalangan
orang-orang Yahudi yang sedang bersin. diwakilkan kepada menantu beliau yakni Haji Agus
Diceritakan orang tersebut ketika bersin Yusuf Wijaya.
berada di samping Nabi Muhammad, dia c) Kerja Sama dalam konsep Live In Agama
berharap agar supaya Nabi Muhammad Berdasarkan hasil wawancara dengan Romo
mendoakannya dan nabipun langsung berdoa Kiai Sholeh bahwa interaksi yang dilakukannya
untuknya. dengan elit agama lain diantaranya dengan
Kiai Sholeh Bahruddin juga memaparkan mengadakan kerja sama melalui live in agama di
beberapa referensi kitab kuning yang artinya pondok pesantren Ngalah Purwosari. Kegiatan live
adalah “diperbolehkan mengamini doa seseorang, in agama yang dilaksanakan oleh pondok
bahkan dianjurkan berdoa semisal untuk pesantren diantaranya :
memohon hidayah dan pertolongan”. 1. Live In 100 Pendeta
Kita sebagai umat nabi Muhammad Menurut pengurus pondok pesantren Ngalah
seharusnya meneladani tindakan-tindakan yang yakni Muhammad Ali bahwa live in 100 pendeta
telah diajarkan kepada kita. Sebagaimana merupakan bentuk keterpanggilan dan kepedulian
menurut Sumbulah dan Nurjanah (2013, h.209) oleh Kiai Sholeh Bahruddin dari pondok pesantren
bahwa doa bersama dapat mengajarkan semua Ngalah dan Pendeta Simon Filantropha, M. Th dari
agama memiliki nilai-nilai universal, seperti Gereja Kristen Indnonesia (GKI) untuk
kebaikan, kejujuran, dan keteladanan. Sedangkan membangun toleransi antarumat beragama. Ali
menurut pendapat Zainuddin (2010, h.299) juga menjelaskan bahwasannya Kiai Sholeh
mengatakan bahwa tujuan dari berdoa bersama menyambut 100 pendeta dari GKI di masjid

7
Interaksionisme Simbolik (Yuwita)

Aminah pondok pesantren Ngalah. Kegiatan pada 2 pihak. Untuk menambah suasana
tersebut bertepatan dengan acara rutinan keakraban setelah diskusi selesai ditutup dengan
pengajian senenan. Pengajian Senenan adalah foto bersama sebagai komitmen dari multikutural.
pengajian yang diasuh oleh Kiai Sholeh Bahruddin 2. Live In Pelajar dari Australia
setiap senin malam. Kegiatan ini diawali dengan Pondok pesantren Ngalah kedatangan pelajar
salat isya’ berjama’ah kemudian dilanjutkan salat dari Australia. Mereka berkunjung guna untuk
sunnah tobat, lidaf’il bala’ dan salat hajat. Setelah mempelajari bahasa Indonesia dan dapat belajar
itu Kiai Sholeh memberi mauidhoh hasanah percakapan langsung dengan orang Indonesia.
kepada para jama’ah. Selanjutnya, elit agama Mereka adalah pelajar dari school collage
diajak belajar bersama-bersama tentang Islam Australia, disana mereka mengambil jurusan
dalam momen pengajian senenan. Pengajian ini bahasa Indonesia. Selain itu tujuan mereka adalah
diikuti sekitar kurang lebih 3.000 jamaah. Bahkan, mengenal budaya Indonesia yang beragam dan
pimpinan rombongan yakni Pdt. Simon Filantropa mayoritas beragama Islam. Mereka sering
mendapat kesempatan untuk menyampaikan mendengar dari media massa bahwa agama Islam
sambutannya terkait pluralisme agama dimasjid adalah agama keras, suka mengebom atas nama
Aminah. jihad fi sabillilah. Tapi setelah live in dipondok
Dalam kegiatan live in agama ini mereka pesantren Ngalah, pandangan mereka tentang
menggelar beberapa kegiatan diantaranya: Islam selama ini menyatakan salah besar, akhirnya
a) Diskusi bersama dengan tema Islam agama mereka mengambil kesimpulan bahwa Islam itu
Rahmatan lil alamin agama yang rukun, penyayang, damai, dan tidak
Setelah pengajian senenan, acara dilanjutkan keras.
dengan diskusi santai. Diskusi ini dihadiri oleh Selama Live in di pondok pesantren Ngalah
sejumlah pengurus putra pondok pesantren mereka menggelar beberapa kegiatan dengan
Ngalah dan sejumlah pejabat pemerintah santri diantaranya: mereka bermain musik yang
kecamatan Purwosari yakni, Kapolsek AKP. Heri ditunjukkan kepada semua santri putri pondok
Pudjiono dan bapak Anang Saiful Wijaya selaku pesantren ngalah dan bermain bola dengan santri
camat Purwosari. Diskusi berlangsung selama dua putra.
jam. Menurut Zainuddin (2010, h. 298) Live in
Ali menjelaskan, dalam prolognya, Kiai merupakan keterpanggilan seseorang dan
Sholeh banyak menyampaikan tentang Islam dan kepedulian terhadap antarsesama untuk
ajarannya dalam usaha menciptakan perdamaian membangun toleransi antaragama dengan cara
antarumat manusia. Sesuai dengan prinsip agama dialog dan tinggal bersama-sama dalam waktu
Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin yang telah ditentukan untuk mewujudkan
yakni agama yang menjadi berkah dan anugerah kesatuan dan persatuan bangsa serta stabilitas
bagi seluruh umat manusia. nasional secara keseluruhan.
Harapan dari diskusi malam itu adalah tidak
ada lagi konflik antaragama. Selain itu, KESIMPULAN
harapannya Indonesia menjadi negara yang Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan
tentram dan damai. Masih sangat sedikit pondok tersebut, maka dapat dipahami bahwa Makna
pesantren yang berani dan tegas menerima pluralisme agama perspektif Kiai Sholeh
konsep pluralisme agama dan dengan cepat Bahruddin adalah Allah menciptakan manusia
merealisasikannya dalam bentuk implementasi berbeda-beda agama yaitu: Islam, Kristen,
interaksi antaragama. Katholik, Hindu, Budha, dan Konghuchu agar
b) Diskusi Pluralisme agama dan mereka bisa saling belajar berbagai macam cara
Multikulturalisme seperti toleransi agama, hidup bermasyarakat,
Diskusi antara GKI dan santri pondok saling membantu, dan mengakui perbedaan itu
pesantren Ngalah dilakukan beberapa kali, selain diciptakan sebagai sebuah realitas yang ada.
diskusi dengan tema Islam agama Rahmatan lil Pancasila merupakan landasan utama yang
alamin juga diskusi dengan mengusung tema digunakan oleh Kiai Sholeh Bahruddin dalam
“pluralisme dan multikulturalisme” dengan mengimplementasikan nilai pluralisme agama.
mendatangkan 2 nara sumber, perwakilan dari Pancasila berlandaskan dari Al-Quran. Selain itu
muslim adalah Dr. Ubaidillah Nafi’ dosen pasca konsep pluralisme agama Kiai Sholeh Bahruddin
sarjana Universitas Yudharta dan perwakilan dari dilatar belakangi dari pola kepemimpinan Nabi
non muslim adalah pdt. Simon Filantropa. Diskusi Muhammad yang berdasarkan piagam madinah.
ini digelar secara lesehan agar terjalin keakraban Interaksi antarumat beragama dalam pemikiran

8
Interaksionisme Simbolik (Yuwita)

teologi pesantren diimplementasikan dengan Pasuruan: Yudharta Advertaising


kerja sama sosial keagamaan dengan konsep Design.
dialog antarumat beragama dan kerja sama dalam -----------, (2011). Ensiklopedi Jawabul Masail
bidang agama dengan konsep doa bersama, Bermadzab Empat: Manjawab Masalah
hubungan antarumat beragama, live in agama. Lokal, Nasional dan Internasional.
Pasuruan: Yudharta Advertaising
SARAN Design.
Peneliti berharap penelitian ini ada yang Rahayu, Nuryani. (2010). “Teori Interaksi Simbolik
melanjutkan dan menyarankan bagi peneliti dalam Kajian Komunikasi” Widyatama.
selanjutnya untuk melakukan penelitian Vol 19. No.1.
interaksionisme simbolik pada simbol-simbol Setyawan, Velina Agatha. (2013). “Representasi
keragaman budaya bangsa Indonesia, ras, etnis Pluralisme dalam Film Tanda Tanya”.
dan suku yang berbeda. Jurnal Komunikasi. Vol I. No.1.
Sobur, Alex. (2003). Semiotika Komunikasi,
UCAPAN TERIMA KASIH Bandung: Remaja Rosda Karya.
Ucapan terima kasih penulis persembahkan Sumbulah, Umi & Nurjanah, (2013). Pluralisme
kepada bapak dan ibu yang telah mendoakan Agama: Makna dan Lokalitas Pola
setiap hari, khususnya kepada Mbah Kiai Sholeh Kerukunan Antarumat Beragama.
Bahruddin yang telah memberi banyak Malang: UIN Maliki Press.
pengetahuan yang jarang diimplementasikan oleh Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif,
elit-elit agama Islam terkait pluralisme agama, dan Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
kepada suami tercinta yang selalu meluangkan West, Richard & Turner, Lynn. (2014). Pengantar
waktu untuk memberikan motivasi, bimbingan Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi,
dan masukan. Pihak-pihak dari Pondok Pesantren Terjemah oleh Brian Marswendy.
Ngalah yang telah memberi data-data yang Jakarta: Salemba Humanika.
berkaitan dengan penulisan jurnal ini; Serta Zainuddin. (2010). Pluralisme Agama: Pergulatan
semua pihak yang telah banyak membantu proses Dialogis Islam-Kristen di Indonesia.
penyelesaian jurnal ini yang tidak dapat penulis Malang: UIN Maliki Press.
sebutkan satu-persatu.

DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. (2005). “Pluralisme Islam dalam


Perspektif Historis”, dalam Sururin (ed.).
Nilai-nilai Pluralisme dalam Islam, Bingkai
Gagasan yang Berserak. Bandung:
Nuansa.
Bustomi, Amar; Irawan, Tosin; Kosirine, Yohanes;
Suncoko, Adam; Filantropha, Simon; et al.
(2010). Serumpun Bambu: Jalan menuju
kerukunan sejati. Pasuruan: Yudharta
Pasuruan: Yudharta Advertaising Design.
Haryanto, Sindung. (2012). Spektrum Teori Sosial.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Kriyantono, R. (2010). Teknik Praktis Riset
Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Mulyana, Deddy. (2001). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Naim, Ngainun. (2014). Islam dan Pluralisme
Agama. Yogyakarta: Aura Pustaka.
Pondok Pesantren Ngalah, (2008). Buku Pedoman
Santri Darut Taqwa Dalam Berbangsa
dan Bernegara. Piagam Madinah.

Anda mungkin juga menyukai