Anda di halaman 1dari 8

A.

DEFINISI BELANJA DAN BEBAN

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
menyebutnya dengan belanja, sedangkan Laporan Operasional (LO) menyebut dengan beban.
LRA disusun dan disajikan dengan menggunakan anggaran berbasis kas, sedangkan LO
disajikan dengan prinsip akrual yang disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi
berbasis akrual (full accrual accounting cycle).

Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan
yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
kewajiban. Sedangkan beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.

Belanja merupakan semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum


Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Ada beberapa perbedaan antara Beban dan Belanja, yaitu:

No Beban Belanja
1. Diukur dan diakui dengan basis akuntansi Diukur dan diakui dengan basis akuntansi
akrual kas
2. Merupakan unsur pembentuk Laporan Merupakan unsur pembentuk Laporan
Operasional (LO) Realisasi Anggaran (LRA)
3. Menggunakan Kode Akun 9 Menggunakan Kode Akun 5

B. KLASIFIKASI BELANJA DAN BEBAN

Beban dan belanja diklasifikasi menurut:

a. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri dari beban pegawai, beban barang,
beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset
tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban tak terduga.
b. Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokkan belanja yang didasarkan pada jenis belanja
untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi meliputi belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-
lain. Klasifikasi ekonomi pada pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja tak terduga.
c. Klasifikasi beban dan belanja berdasarkan organisasi adalah klasifikasi berdasarkan unit
organisasi pengguna anggaran. Untuk pemerintah daerah, belanja sekretariat DPRD,
belanja sekretariat daerah provinsi/kota/kabupaten, belanja dinas pemerintah tingkat
provinsi/kota/kabupaten dan lembaga teknis daerah tingkat provinsi/kota/kabupaten.

C. PENGAKUAN BELANJA DAN BEBAN

Menurut PSAP Nomor 12 tentang akuntansi beban dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010, beban diakui pada saat:

1. Timbulnya kewajiban

Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke
pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah. Contohnya tagihan rekening
telepon dan rekening listrik seperti yang tertulis di atas.

2. Terjadinya konsumsi aset

Terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak
didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional
pemerintah.

3. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa

Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan
nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu. Contohnya
adalah penyusutan atau amortisasi.

Menurut PSAP Nomor 02 tentang akuntansi belanja dalam Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010, belanja diakui pada saat:

1. Terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah untuk seluruh transaksi di
SKPD dan PPKD setelah dilakukan pengesahan definitif oleh fungsi BUD untuk masing-
masing transaksi yang terjadi di SKPD dan PPKD.
2. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh pengguna anggaran setelah
diverifikasi oleh PPK-SKPD.
3. Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

Dalam rangka pencatatan atas pengakuan beban dapat menggunakan dua pendekatan yaitu:

1. Metode pendekatan Beban

Dimana setiap pembelian barang dan jasa akan diakui/dicatat sebagai beban jika pembelian
barang dan jasa itu dimaksud untuk digunakan atau konsumsi segera mungkin.

2. Metode pendekatan Aset

Dimana setiap pembelian barang dan jasa akan diakui/dicatat sebagai persediaan jika
pembelian barang dan jasa itu dimaksud untuk digunakan dalam satu periode anggaran atau
untuk sifatnya berjaga jaga.

D. PENGUKURAN BELANJA DAN BEBAN


1. Beban diukur dan dicatat senilai
a) besaran terjadinya konsumsi suatu aset (barang/jasa);
b) besaran timbulnya kewajiban; dan
c) taksiran yang handal atas penurunan manfaat ekonomi dari suatu aset atau potensi
jasa.
2. Belanja diukur jumlah pengeluaran kas yang keluar dari Rekening Kas Umum Daerah
dan atau Rekening Bendahara Pengeluaran berdasarkan asas bruto yang digunakan untuk
keperluan belanja.

E. JURNAL STANDAR BEBAN DAN BELANJA

Pencatatan jurnal beban dan belanja dilakukan dalam buku besar kas dan buku besar
akrual, baik oleh satuan kerja (SAI) maupun oleh Kuasa BUN (SAKUN). Satker
membukukan belanja dalam buku besar kas ketika pengeluaran kas terjadi dan membukukan
beban dalam buku besar akrual ketika kewajiban timbul, konsumsi aset terjadi, atau ketika
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Di sisi lain, Kuasa BUN
membukukan beban/belanja dalam buku besar kas dan akrual saat terjadinya pengeluaran
uang.

1. Jurnal Beban Sehubungan dengan Timbulnya Kewajiban


Beban yang diakui pada saat kewajiban timbul akibat adanya penggunaan barang/jasa
pihak ketiga yang belum dibayar. Transaksi ini akan menimbulkan utang beban yang
disebut “Beban yang Masih Harus Dibayar”. SAI akan membukukan transaksi tersebut
dalam buku besar akrual saja sedangkan dalam buku besar kas tidak. Jurnal tersebut
adalah sebagai berikut:
Tgl Uraian Debit Kredit
Beban… (sesuai jenisnya) XXX
Beban yang Masih Harus Dibayar XXX

Contoh: Pada tanggal 31 Desember 2017 terdapat tagihan listrik sebesar


Rp35.000.000,00 yang belum dibayar. Jurnal yang dibuat SAI dalam buku besar
akrualnya adalah:
Tgl Uraian Debit Kredit
31 Des Beban Jasa 35.000.000
Beban yang Masih Harus Dibayar 35.000.000

2. Jurnal Belanja Modal


Pengeluaran untuk membeli aset tetap atau aset lainnya harus dicatat dalam buku
besar kas di SAI maupun SAKUN. Pembelian aset tetap/aset lainnya tidak akan
dilaporkan sebagai beban modal dalam Laporan Operasional sehingga tidak dibukukan
sebagai beban dalam buku besar akrual. Buku besar akrual hanya mencatat
perolehan/penambahan aset tetapnya saja.
Transaksi Belanja Modal terjadi dengan adanya pengadaan Aset Non Lancar dan
diikuti dengan penerbitan SPM dan SP2D. Terhadap dokumen sumber tersebut satuan
kerja melakukan perekaman dan posti ng, sehingga terbentuk jurnal sebagai berikut:
Contoh:
Satuan kerja membeli peralatan dan mesm berupa printer sebanyak 1 unit seharga
Rp6.000.000. Barang sudah diterima dan telah diterbitkan SPM dan SP2D sejumlah
tersebut. Berdasarkan SPM/SP2D tersebut, maka satuan kerja merekam dokumen
tersebut sehingga terbentuk jurnal sebagai berikut:

Setelah dilakukan perekaman pembelian Peralatan dan Mesin melalui Aplikasi


SIMAK BMN dan dikirimkan datanya ke Aplikasi SAIBA maka terbentuk jurnal sebagai
berikut:
Jurnal di Buku Besar Kas dan Akrual SAKUN
Tgl Uraian Debit Kredit
Ditagihkan ke Entitas Lain 6 juta
Kas di KUN 6 Juta

3. Jurnal Beban Persediaan


Pencatatan beban persediaan hanya dilakukan di SAI dalam buku besar akrual saja
dengan jurnal sebagai berikut.
Tgl Uraian Debit Kredit
Beban Persediaan XXX
Persediaan XXX

Contoh: Pada tanggal 30 Juni 2017 diketahui pemakaian persediaan semester I


sebesar Rp40.000.000,00. Jurnal yang akan dibuat oleh SAI dalam buku besar akrualnya
adalah:
Tgl Uraian Debit Kredit
30 Jun Beban Persediaan 40.000.000
Persediaan 40.000.000

Sedangkan Penyerahan / penjualan persediaan kepada masyarakat akan


membentuk jurnal akrual sebagai berikut:

Dan terakhir penyerahan barang yang dilakukan dalam rangka bantuan sosial akan
membentuk jurnal akrual sebagai berikut:

4. Jurnal Aset Lainnya


Tagihan penjualan angsuran dan aset lain-lain

Berdasarkan surat ketetapan Bupati, PPKD X melakukan reklasifikasi kendaraan yang sudah
tidak dapat difungsikan lagi menjadi aset lain-lain. Harga perolehan kendaraan Rp 120.000.000
dan akumulasi penyusutan Rp 110.000.000. Aset lain-lain kemudian dijual secara kredit kepada
pegawai pemda dan diangsur selama 15 kali dibayar setiap bulan. Harga jual aset lain-lain Rp
15.000.000.

Jurnal yang dibuat ketika reklasifikasi aset tetap menjadi aset lain-lain

Jurnal Finansial

Tangga Uraian Debit Kredit


l
Akumulasi penyusutan 110.000.000
kendaraan
Aset Lain-lain 10.000.000
Peralatan dan 120.000.000
mesin

Jurnal yang dibuat ketika berita acara penjualan aset lain-lain ditandatangani
Jurnal Finansial

Tangga Uraian Debit Kredit


l
Tagihan penjualan 15.000.000
angsuran
Aset lain-lain 10.000.000
Surplus penjualan 5.000.000
aset

Jurnal yang dibuat ketika BUD menerima angsuran dari pegawai yang membeli aset lain-lain

Jurnal Finansial

Tangga Uraian Debit Kredit


l
Kas 1.000.000
Tagihan penjualan 1.000.000
angsuran
Pada akhir periode dibuat jurnal penyesuaian untuk mengakui bagian lancar TPA dengan
mendebit akun “Bagian Lancar TPA” dan mengkredit “Tagihan Penjualan Angsuran”.

Anda mungkin juga menyukai