Anda di halaman 1dari 3

Patofisiologi, Tanda dan Gejala pada Hospital-Acquired Pneumonia (HAP)

Oleh: Holivia Almira Jacinta, 1906349684, Metodologi Penelitian Kesehatan 22

Pneumonia merupakan penyakit yang terjadi pada bagian bawah sistem pernapasan,
tepatnya terjadi pada organ paru-paru. Pneumonia merupakan kondisi inflamasi pada jaringan
paru-paru di mana terdapatnya cairan dan sel darah pada bagian alveoli. (1) Definisi lain dari
pneumonia merupakan inflamasi pada bronkiolus dan alveoli disebabkan oleh adanya eksudat
pada paru-paru.(2) Pneumonia sering terjadi pada pasien dengan kondisi imunokompresi dan
pasien dengan risiko terserang infeksi oportunistik.(3) Dapat disimpulkan, bahwa pneumonia
merupakan infeksi yang terjadi pada alveolus karena adanya cairan, sel darah dan makrofag di
dalamnya dan cenderung menjangkiti klien dengan sistem imun tubuh yang rendah. Secara garis
besar, pneumonia terbagi menjadi tiga bagian yang di dalamnya terbagi menjadi sub-sub bagian
lainnya, yaitu pneumonia berdasarkan lokasi inflamasi (bronkopneumonia, lobular pneumonia
dan lobar pneumonia), berdasar patogen penyebab, dan situasi klinis yang menyebabkan
terjadinya pneumonia.

Pembagian pneumonia yang terjadi karena patogen penyebab terbagi menjadi tiga sub,
antara lain virus, bakteri, dan fungi.(1) Pneumonia yang disebabkan oleh infeksi fungi cenderung
jarang terjadi jika dibandingkan dengan yang disebabkan oleh virus seperti adenovirus, influenza
A dan parainfluenza. Infeksi pneumonia berdasar situasi biasa disebabkan oleh sejumlah bakteri,
seperti bakteri Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influinzae, Staphylococcus aureus,
Klebsiella pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa. Selain disebabkan oleh patogen,
pneumonia juga dapat terjadi karena adanya paparan kimiawi, tersedak, oversedasi dan ventilasi
yang inadekuat.(2)

Pneumonia yang dibedakan berdasarkan situasi klinis tertentu terbagi menjadi lima,
yaitu: (1) community-acquired pneumonia (CAP), (2) nursing home-acquired pneumonia
(NHAP), (3) healthcare-associated pneumonia (HCAP), (4) hospital-acquired pneumonia (HAP),
dan (5) ventilator-associated pneumonia (VAP).(1) Sesuai dengan penamaannya, pneumonia ini
terjadi karena infeksi bakteri yang didapatkan klien saat mendapatkan perawatan di rumah sakit,
di rumah, penggunaan ventilator dan saat berada di lingkungan masyarakat.
Patofisiologi terjadinya HAP sejatinya disebabkan karena sistem pertahanan tubuh
pertama mengalami penurunan sehingga agen infeksius dapat masuk dan menginvasi sistem
pernapasan bawah. Pneumonia dapat terjadi karena infeksi organisme patogen yang terdapat di
darah, masuk melalui paru-paru dan tidak dapat keluar sehingga menyebabkan inflamasi yang
akhirnya memicu reaksi alveoli untuk memproduksi eksudat. Adanya invasi pada sel alveoli
menyebabkan sel-sel darah putih berisi makrofag dan neutrofil bermigrasi menuju alveoli. Jika
inflamasi terdapat pada bagian lobus paru, maka disebut sebagai lobar pneumonia, namun jika
tersebar, maka disebut sebagai bronkopneumonia. Eksudat yang ada pada alveoli menyebabkan
proses ventilasi menjadi inadekuat karena adanya sekresi mukus, sehingga menyebabkan
terjadinya hipoksia pada jaringan tubuh akibat darah yang keluar dari paru-paru tidak membawa
cukup oksigen.(4) HAP terjadi karena patogen menginvasi alveolar tipe II yang bertugas sebagai
fagosit dengan menghasilkan sekresi berupa eksudat.(5)

Tanda dan gejala pneumonia bergantung pada kondisi klien dan organisme yang
menyebabkannya. Klien yang terjangkit HAP tidak selalu mengeluarkan tanda dan gejala berupa
batuk dan demam, namun penderita HAP berkemungkinan mengeluarkan gejala seperti secara
khusus tidak merasa sakit, merasa bingung, nafsu makan berkurang, terjadinya hipoksia dan
adanya sejumlah tanda yang mengarah kepada konsolidasi.(3) Manifestasi klinis lainnya yang
biasa terjadi pada pasien HAP seperti adanya orthopnea (sesak napas saat berbaring), mencoba
untuk melakukan respirasi secara kuat tanpa menyebabkan batuk, mudah lelah.(4)

Berdasarkan pemaparan di atas, HAP merupakan jenis pneumonia yang sering


menginfeksi klien yang mendapatkan perawatan di rumah sakit akibat sistem imun tubuh yang
tidak mampu melawan invasi patogen. HAP menyerang sistem pernapasan bagian bawah atau
alveolus dan menyebabkan adanya eksudat yang menghambat proses pertukaran udara yang
dapat berujung pada terjadinya hipoksia di sejumlah jaringan. Tanda dan gejala terjadinya HAP
cenderung unik dan berbeda, karena klien jarang mengeluarkan tanda batuk dan demam seperti
penyakit pneumonia umumnya. Klien cenderung bingung, merasa mudah lelah, merasa kesulitan
bernapas dan kehilangan nafsu makan. HAP harus ditangani sesegera mungkin untuk
menghindari adanya komplikasi lain pada tubuh dan ditangani dalam kurun waktu satu sampai
dua minggu.
Daftar Pustaka

1. Sommers MS. Davis’s Disesases & Disorders. 6th ed. Philadelphia: F. A. Davis
Company; 2019.

2. White L, Duncan G, Baumle W. Medical-Surgical Nursing : An Integrated Approach 3rd


Edition. 3rd ed. USA: Cengage Learning; 2013.

3. Paramothayan S. Essential Respiratory Medicine. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.;
2019.

4. Smeltzer SC, Bare BG. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing.
10th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health; 2010.

5. Black JM, Hawks JH. Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive
Outcomes. Singapore: Elsevier; 2014.

Anda mungkin juga menyukai