Perjanjian pelaksanaan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi meliputi:
1. Penyelenggara wajib menggunakan escrow account dan virtual account. Pasal 24 ayat (2) POJK
mengatur bahwa penyelenggara wajib menyediakan virtual account bagi setiap pemberi
pinjaman. Dalam rangka pelunasan pinjaman oleh penerima pinjaman dilakukan melalui
pembayaran ke escrow account penyelenggara untuk diteruskan ke virtual account pemberi
pinjaman.
2. Penyelenggara diwajibkan untuk menggunakan pusat data dan pusat pemulihan bencana.
Pasal 25 POJK mewajibkan agar server ditempatkan di Indonesia. Penyelenggara perlu
memenuhi standar minimum sistem teknologi informasi, pengelolaan risiko teknologi
informasi, ketahanan terhadap gangguan dan kegagalan sistem, serta alih kelola sistem
teknologi informasi.
3. Menjaga kerahasiaan data. Pasal 26 mewajibkan penyelenggara untuk menjaga kerahasiaan,
keutuhan, dan ketersediaan data pribadi, data transaksi dan data keuangan yang dikelola
sejak data diperoleh hingga data tersebut dimusnahkan.
4. Menyediakan rekam jejak audit. Pasal 27 POJK mengatur soal rekam jejak audit terhadap
setiap kegiatan dalam sistem elektronik layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi
informasi. OJK meminta penyelenggara untuk memastikan sistem elektronik mereka bisa
dipergunakan untuk mendukung penyediaan rekam jejak audit.
5. Berdasarkan Pasal 29 POJK, untuk perlindungan pemberi dan penerima pinjaman,
penyelenggara wajib menerapkan prinsip: transparansi, perlakuan yang adil, keandalan,
kerahasiaan dan keamanan data, dan penyelesaian sengketa pengguna secara sederhana
cepat dan biaya terjangkau.
6. Pasal 30 POJK menyebutkan penyelenggara wajib menyediakan dan/atau menyampaikan
informasi terkini mengenai Layanan P2P Lending yang akurat, jujur, jelas, dan tidak
menyesatkan
7. Larangan penggunaan klausula baku. Pasal 36 POJK mengatur bahwa dalam hal terdapat
perjanjian baku, maka perjanjian tersebut dilarang dibuat sepanjang mengatur: menyatakan
pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Penyelenggara kepada Pengguna; dan
menyatakan bahwa Pengguna tunduk pada peraturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau
perubahan yang dibuat secara sepihak oleh penyelenggara dalam periode pengguna
memanfaatkan layanan.
8. Penyelenggara wajib memiliki standar operasional prosedur (SOP). Pasal 36 POJK mengatur
bahwa penyelenggara wajib memiliki standar prosedur operasional dalam melayani Pengguna
yang dimuat dalam Dokumen Elektronik.
9. Pasal 37 menyebutkan Penyelenggara wajib bertanggung jawab atas kerugian Pengguna
yang timbul akibat kesalahan dan/atau kelalaian, Direksi, dan/atau pegawai
Penyelenggara.
“Resiko Kredit atau Gagal Bayar dan seluruh kerugian dari atau terkait dengan kesepakatan pinjam
meminjam ditanggung sepenuhnya oleh Pemberi Pinjaman. Tidak ada lembaga atau otoritas
negara yang bertanggung jawab atas resiko gagal bayar dan kerugian tersebut”
Dalam bisnis P2P melalui fintech, para lender dibebaskan untuk menentukan sendiri sejauh apa
kemampuan mereka dalam menargetkan angka besaran kredit macet atau non-performing loan
(NPL). Karena, apabila OJK menekan NPL ini, dikhawatirkan, bisnis ini akan lesu dan para pelaku
usaha akan mundur menjalankan usahanya dalam industri P2P lending.
Oleh karena itu, OJK selalu menekankan kepada P2P lending untuk menaruh angka NPL yang
relevan dan harus memberikan data bisnisnya secara transparan dan tidak ada yang ditutup-
tutupi.
OJK hanya ingin pastikan bahwa pelaku P2P lending transparan dan jujur dalam memberikan
informasi. Itulah mengapa di setiap P2P lending, akan menyediakan disclaimer bahwa kegiatan
P2P Lending ini berbahaya.
Artinya, para lender dalam P2P lending harus melakukan assestment dan menangani sendiri
risikonya. Hal ini tentu akan memudahkan OJK dalam bertugas.
(source: https://www.cnbcindonesia.com/tech/20191010193720-37-106066/pemberi-pinjaman-
fintech-harus-tanggung-kredit-macet-kenapa)
Pemberi pinjaman harus senantiasa membaca syarat dan ketentuan perjanjian yang disepakati.
Pemberi pinjaman harus memahami bahwa segala risiko atas pemberian pinjaman pada aplikasi
atau platform penyelenggara ditanggung oleh pemberi pinjaman. Segala keterlambatan dan gagal
bayar oleh penerima pinjaman yang bukan disebabkan oleh kesalahan atau kegagalan sistem
penyelenggara Fintech Lending tidak menjadi tanggung jawab dari penyelenggara Fintech
Lending.
Pemberi pinjaman: Melakukan klarifikasi dengan penyelenggara Fintech Lending terkait status
pinjaman yang telah diberikan. Memahami syarat dan ketentuan pengguna serta perjanjian
pinjaman yang telah disepakati. Pemberi pinjaman juga harus memahami bahwa risiko gagal
bayar maupun keterlambatan yang bukan disebabkan oleh kegagalan sistem penyelenggara
Fintech Lending, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari pemberi pinjaman.
Ci jadi ketentuan Penyelenggara P2P itu ga bertanggung jawab atas kredit macet dan
semua resiko kredit macet ditanggung Pemberi Pinjaman itu memang sudah jd
ketentuan umum P2P, semua platform penyelenggra P2P seperti Modalku, Okp2p
punya disclaimer kaya gini *“Resiko Kredit atau Gagal Bayar dan seluruh kerugian dari
%20Fintech%20Lending.pdf)
Pemberi pinjaman harus senantiasa membaca syarat dan ketentuan perjanjian yang disepakati.
*Pemberi pinjaman harus memahami bahwa segala risiko atas pemberian pinjaman pada aplikasi
atau platform penyelenggara ditanggung oleh pemberi pinjaman. Segala keterlambatan dan gagal
bayar oleh penerima pinjaman yang bukan disebabkan oleh kesalahan atau kegagalan sistem
penyelenggara Fintech Lending tidak menjadi tanggung jawab dari penyelenggara Fintech
Lending.*
Pemberi pinjaman: Melakukan klarifikasi dengan penyelenggara Fintech Lending terkait status
pinjaman yang telah diberikan. Memahami syarat dan ketentuan pengguna serta perjanjian
pinjaman yang telah disepakati. *Pemberi pinjaman juga harus memahami bahwa risiko gagal
bayar maupun keterlambatan yang bukan disebabkan oleh kegagalan sistem penyelenggara
Fintech Lending, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dari pemberi pinjaman.*