Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/318320623

Konsep Dasar Target Controlled Infusion (TCI) Propofol dan Penggunaannya


pada Neuroanestesi

Article  in  Jurnal Neuroanestesi Indonesia · January 2017


DOI: 10.24244/jni.vol6no1.131

CITATIONS READS

0 138

4 authors, including:

Ida Bagus Krisna Jaya Sutawan I Putu Pramana Suarjaya


Udayana University Sanglah Hospital
18 PUBLICATIONS   11 CITATIONS    27 PUBLICATIONS   11 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ida Bagus Krisna Jaya Sutawan on 21 October 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Konsep Dasar Target Controlled Infusion (TCI) Propofol dan Penggunaannya pada
Neuroanestesi

Ida Bagus Krisna Jaya Sutawan*), I Putu Pramana Suarjaya*), Siti Chasnak Saleh**), Himendra
Wargahadibrata***),
*)
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RSUP Sanglah, **)
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga–RSUD Dr. Soetomo,
***)
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran–RSUP. Dr. Hasan
Sadikin Bandung

Abstrak

Semakin banyaknya dokter anestesi yang cendrung memilih total intravenous anesthesia (TIVA) terutama untuk
operasi bedah saraf, merangsang munculnya sebuah penemuan baru yang dapat menghitung dan memperkirakan
kadar obat anestesi di dalam plasma dan target organ yang selanjutnya dikenal dengan Target-controlled Infusion
(TCI). Jika obat yang digunakan adalah propofol maka dikenal dengan TCI propofol. Ada dua model yang saat ini
tersedia secara komersial untuk TCI propofol yaitu model Marsh dan model Schnider. Untuk dapat dengan baik
menggunakan kedua model tersebut diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai konsep farmakokinetik
tiga kompartemen dan farmakodinamik yang menjadi dasar dalam penghitungan dosis propofol pada kedua model
tersebut. Jika menggunakan model Marsh maka disarankan untuk menggunakan target plasma, sedangkan pada
model Schneider sebaiknya digunakan target effect. TCI propofol yang digunakan dengan baik dapat memberikan
keadaan anestesi yang hemodinamiknya relatif stabil pada saat induksi dan pemeliharaan, penurunan angka
penekanan respirasi, dan peningkatan waktu pemulihan.

Kata kunci: propofol, Total Intravena Anesthesia (TIVA), Targeted-controlled Infusion (TCI)

JNI 2017;6(1): 58–69

Basic Consept on Targeted-controlled Infusion (TCI) Propofol and its use in Neuroanesthesia

Abstract

There is increasing number of anesthesiologist who prefer to use total intravenous anesthesia especially neurosurgery,
stimulate new invention that can calculate and predict drug concentration in plasma and target organ, that have
known as Target-Controlled Infusion (TCI). If propofol is used, it is known as TCI propofol. There are two kind
of TCI propofol modes that provided commercially, that are Marsh mode and Schnider mode. Understanding the
different between those two modes needs knowleadge about pharmacokinetic of the three compartement models
and pharmacodynamic which is the base of the calculation of the propofol dose. If Marsh mode is used, than it is
suggested to use it in plasma target, however if the Schnider mode is used, than it is suggested to use it in target
effect. TCI propofol, which is used in good manner can provide an anesthesia with relatifly stable haemodinamic
on induction and maintenance, decrease respiratory depression and increase recovery time.

Key words: propofol, Total Intravenous Anesthesia (TIVA), Targeted-controlled Infusion (TCI)

JNI 2017;6(1): 58–69

58
Konsep Dasar Target Controlled Infusion Propofol dan Penggunaannya 59
pada Neuroanestesi

maka akan disebut dengan TCI propofol. Perlu


I. Pendahuluan ditekankan disini, bahwa pada teknik TCI ini,
yang dilakukan bukanlah mengukur kadar/
Efek vasodilatasi pembuluh darah serebral konsentrasi obat intravena di dalam plasma tetapi
dari anestetika volatil, yang selanjutnya dapat menghitung perkiraan kadar/konsentrasi obat
menyebabkan peningkatan aliran darah ke otak anestesi intravena berdasarkan farmakokinetik
dan peningkatan tekanan intrakranial, merupakan dari obat anestesi intravena tersebut. Jadi dengan
salah satu alasan yang menyebabkan banyak dokter TCI propofol, kadar/konsentrasi obat propofol
anestesi mulai keberatan untuk menggunakan didalam plasma dapat dihitung secara matematis
volatil anestesi sebagai obat utama pada operasi oleh microprosesor TCI dan selanjutnya dapat
bedah saraf. Walaupun sampai saat ini belum diperkirakan waktu bangun dari pasien. Selain
ada penelitian yang menunjukan perbedaan keuntungan yang sudah disebutkan sebelumnya,
yang besar pada luaran (outcome) pasien yang penggunaan TCI propofol pada saat induksi juga
menggunakan volatil anestesi dan obat anestesi dihubungkan dengan penurunan angka kejadian
intravena,1 tetapi sudah mulai banyak dokter efek samping yang tidak diinginkan dari propofol.
anestesi yang lebih cenderung menggunakan Diantaranya seperti apnea pada saat bolus
Total Intravenous Anesthesia (TIVA) sebagai propofol, rasa sakit pada saat injeksi propofol,
obat utama pada pembiusan operasi bedah saraf. dan penurunan tekanan darah yang besar.3
Secara teoritis obat anestesi intravena memang
memberikan kontrol yang baik pada aliran darah Namun demikian, untuk mendapatkan keadaan-
serebral, tekanan intrakranial dan kebengkakan keadaaan seperti diatas dengan TCI propofol,
otak. Namun demikian permasalahan yang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat
sering muncul pada TIVA adalah waktu bangun penggunaan teknik ini. Untuk itu, perlulah
yang tidak dapat diprediksi atau memanjang, sebuah perkenalan yang mendalam akan teknik
yang selanjutnya menyebabkan kesulitan TCI propofol ini, seperti misalnya apa itu model
dalam menentukan apakah pasien mengalami Marsh, apa itu model Schnider, apa itu target
keterlambatan bangun atau harus dilakukan CT plasma (Cp), dan apa itu target effect (Ce).
scan ulang.1 Pada tinjauan pustaka ini penulis akan berusaha
menjelaskan mengenai TCI propofol dari definisi
Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya sampai penggunaannya pada neuroanestesi.
permasalahan diatas adalah tidak diketahuinya
dengan pasti kadar/konsentrasi obat intravena II. Definisi dan Sejarah TCI
tersebut didalam darah. Sampai saat ini belum
ada alat praktis yang dapat digunakan sehari- Jika dideskripsikan dengan satu kalimat, maka
hari, yang dapat mengukur secara langsung kadar TCI dapat dideskripsikan sebagai sebuah teknik
obat anestesi intravena didalam darah.2 Berbeda pemberian obat intravena yang dipandu oleh
dengan volatil anestesi yang mana kadarnya komputer, berdasarkan karateristik farmakologi
di alveolar dapat diukur dengan endtidal. obat intravena tersebut untuk mencapai target
Syukurlah, dengan berjalannya waktu, selain konsentrasi obat, yang sebelumnya sudah
ditemukannya obat-obat hipnotik intravena baru ditentukan oleh pengguna pada plasma atau target
seperti propofol yang memiliki waktu pemulihan organ. Jadi yang menentukan target konsentrasi
yang cepat, sekarang ini juga sudah mulai didalam plasma atau organ yang diinginkan
dikembangkan suatu alat yang dapat menghitung dalam hal ini otak adalah pengguna TCI tersebut.4
secara tidak langsung perkiraan kadar/konsentrasi Selanjutnya target yang sudah ditentukan oleh
obat anestesi intravena di dalam darah. Teknik pengguna tersebut akan digunakan sebagai acuan
penghitungan perkiraan kadar/konsentrasi obat oleh komputer untuk mengatur volume obat
anestesi intravena ini, secara luas dikenal dengan yang diberikan, waktu pemberian dan kecepatan
Target Controlled Infusion (TCI), dan jika obat pemberian obat tersebut secara intravena. Yang
yang digunakan pada teknik ini adalah propofol kesemuanya itu didapatkan melalui perhitungan
60 Jurnal Neuroanestesi Indonesia

farmakokinetik polieksponensial kompleks secara kontinyu dengan dua infus, satu untuk
yang didasari oleh karateristik farmakologi obat mengganti propofol yang tereliminasi dan satu
tersebut.5 lagi untuk mengganti propofol yang mengalami
redistirbusi. Selanjutnya dengan berjalannya
Awal mula pemikiran mengenai TCI ini waktu, banyak bermunculan nama-nama baru
sebenarnya terinspirasi dari salah satu untuk infusion yang menggunakan skema
karateristik obat volatil anestesi.4 Seperti yang ini seperti misalnya (titration of intravenous
sudah diketahui, konsentrasi volatil anestesi agents by computer) TIAC, (computer-assisted
di alveolar mencerminkan konsentrasi volatil continous infusion) CACI, (computer-controlled
anestesi di otak sebagai target organ. Sehingga infusion pump) CCIP sehingga pada akhirnya
untuk mencapai konsentrasi yang diinginkan dibuatkan satu nama yaitu TCI.4, 5
pada otak, cukup dengan mengatur volume%
vaporizer dan jika ada, dipantau dari end tidal Pada tahun 1996, diperkenalkan Diprifusor sebagai
volatil anestesinya, maka konsentrasi volatil alat pompa TCI komersil pertama untuk propofol,
anestetik diotak dapat diperkirakan. Selanjutnya dan dikenal sebagai TCI generasi pertama.5
para ahli menemukan bahwa kadar obat anestesi Mikroporsesor dari Diprifusor hanya bisa
di dalam plasma berbanding langsung dengan menggunakan diprivan 1% atau diprivan 2%
kadar obat anestesi di otak, sehingga kadar obat yang dipersiapkan dalam syringe 50 cc dan
anestesi di dalam plama diperkirakan dapat hanya dapat digunakan sekali.6 Sehingga Teknik
digunakan sebagai patokan kadar obat anestesi TCI propofol ini benar-benar hak patent dari
di otak. Namun demikian, sampai saat ini belum Diprivan (AstraZeneca UK). Sejak habisnya
ada alat yang praktis untuk mengukur kadar obat masa patent Diprivan pada tahun 2000, maka
anestesi di dalam plasma, sehingga munculah mulailah bermunculan banyak merk dagang
teori model kompartemen pada farmakokinetik propofol di pasaran. Hal ini juga mencetuskan
obat-obat anaestesi intravena. Yang mana munculnya TCI generasi ke dua, yang sering
berdasarkan model kompartemen inilah dibuat disebut dengan “Open TCI”. Pada open TCI ini
suatu perhitungan perkiraan konsentrasi obat digunakan prosesor tunggal yang diprogram
anestesi di dalam plasma. khusus untuk dapat melakukan perhitungan
banyak model farmakokinetik, seperti misalnya
Sejarah mengenai TCI ini berawal ketika Kruger- model Marsh dan Schnider. Keuntungan utama
Thiemer pada tahun 1968 menggemukakan dari TCI generesi ini adalah murah dan dapat
teori mengenai mempertahankan konsentrasi menggunakan propofol generik.7 TCI generasi ke
suatu obat di dalam darah. Selanjutnya teori tiga, lebih ekonomis lagi. Pompa ini tidak hanya
ini dikembangkan oleh Vaughan dan Tucker dikhususkan untuk pompa TCI, namun juga dapat
menggunakan lidokain intravena, serta oleh digunakan sebagai pompa syringe biasa, bahkan
Schuttler dan Schwilden hingga terbentuk dapat dijuga digunakan untuk Patient Controlled
aplikasi klinis pertama berdasarkan teori dari Analgesia (PCA).5 Dewasa ini, alat TCI generasi
Kruger-Thiemer, yaitu applikasi yang terkenal ke tiga inilah yang banyak beredar dipasaran.
dengan nama CATIA system (computer-assisted Untuk TCI propofol pada alat ini biasanya
total intravenous anesthesia system) pada tahun tersedia dua macam model farmakokinetik yaitu
1983.5 Pada awalnya mereka menggunakan model Marsh dan Schnider.
etomidate dan alfentanil, hingga pada tahun
1988, dua tahun setelah propofol diperkenalkan, III. Konsep Dasar Farmakokinetik dan
obat anestesi intravena ini dipergunakan Farmakodinamik untuk TCI Propofol
untuk pertama kalinya pada teknik TCI.4
Skema infusi yang digunakan pada TCI jenis ini Penggunaan TCI memerlukan pemahaman yang
adalah (Bolus Elimination and Transfer) BET baik mengenai model farmakokinetik propofol
dimana pada skema ini dilakukan pemberian bolus sebagai obat intravena yang akan dipergunakan.
awal propofol selanjutnya propofol diberikan Hal ini karena, pada teknik TCI ini, alat membantu
Konsep Dasar Target Controlled Infusion Propofol dan Penggunaannya 61
pada Neuroanestesi

Gambar 1: Model Farmakokinetik Tiga Kompartemen

pengguna untuk memperkirakan (bukan Kompartemen perifer kaya pembuluh darah (V2),
mengukur), kadar atau konsentrasi propofol di kompartemen perifer miskin pembuluh darah
plasma atau efek target. Kata “bukan mengukur” (V3), konstanta kecepatan pergerakan dari satu
disini menjadi sesuatu yang sangat penting untuk kompartemen ke kompartemen lainnya, konstanta
dipahami oleh pengguna TCI, karena andai kata kecepatan pembuangan atau eliminasi obat, dan
dilakukan pengukuran kadar propofol yang di konstanta kecepatan eliminasi dari effect site.
dalam plasma, maka hasilnya belum tentu sama Seperti yang terlihat pada gambar, ketika
dengan yang dihitung oleh alat TCI. Oleh karena propofol diinjeksikan secara intravena maka
itu seorang ahli anestesi yang menggunakan TCI kadar obat ini akan meningkat secara drastis di
harus tetap memonitor hasil akhir dari pemberian kompartemen sentral V1 yang menggambarkan
obat tersebut, baik secara klinis ataupun kalau kadar obat didalam plasma. Selanjutnya sebagian
tersedia dengan alat-alat seperti Bispectral index obat akan berredistribusi ke kompartemen V2
(BIS). Namun demikian kelebihan dari teknik yang terdiri dari organ-organ yang kaya akan
TCI ini dibandingkan dengan infus secara manual pembuluh darah seperti otak, jantung, paru-
adalah perbedaan kadar dari propofol yang paru dan ginjal, pergerakan dari kompartemen
terukur dan terhitung oleh prosesor TCI lebih sentral ke kompartemen V2 kecepatannya sesuai
stabil sepanjang pemberian, ini karena sistem konstanta yang disebut K12 dalam satuan unit
TCI sangat baik untuk memelihara.8 Sebagai per menit. Selain ke kompartemen V2, propofol
contoh, jika dalam 20 menit pertama perbedaan juga berredistribusi ke V3 yang terdiri dari otot,
kadar propofol yang terukur dan terhitung adalah lemak dan organ lain yang relatif miskin dengan
10 persen, maka sampai 2 jam selanjutnya pembuluh darah, kecepatan redistribusi dari
perbedaannya cenderung akan tetap 10 persen. komportemen V1 ke kompartemen V3 diatur
oleh K13, sedangkan K10 mengatur kecepatan
Ada banyak model farmakokinetik propofol untuk pembuangan dari propofol setelah melalui proses
TCI, namun model yang tersedia secara komersial metabolisme.
sampai saat ini adalah model farmakokinetik dari
Marsh dan model farmakokinetik dari Schnider.9 Selanjutnya ketika kadar atau konsentrasi
Pada kedua model farmakokinetik tersebut propofol di dalam plasma turun, maka obat-
diatas, dilakukan perhitungan berdasarkan atas obat yang tersimpan di kompartemen perifer V2
farmakokinetik obat pada tiga kompartemen dan V3 yang belum mengalami metabolisme,
(gambar 1), yang terdiri dari beberapa komponen akan kembali ke kompartemen sentral dengan
diantaranya kompartemen sentral (V1), kecepatan sesuai dengan K21 dan K31. Oleh
62 Jurnal Neuroanestesi Indonesia

perbedaan dalam penentuan besaran komponen-


komponen dari model tiga kompartemen.
Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam
perbedaan model Marsh dan model Schnider.
Pada model farmakokinetik tiga kompartemen,
volume dari effect site dianggap nol, sehingga
seharusnya konsentrasi di plasma sama dengan
konsentrasi di effect site. Seperti misalnya pada
obat dobutamine, efek klinis (peningkatan tekanan
darah) dapat segera tampak saat konsentrasi
obat dobutamin di plasma sudah tercapai.5
Berbeda dengan propofol, pada kenyataannya
ada ketidaksesuaian antara konsentrasi propofol
Gambar 2. Time to peak effect untuk bolus obat. di plasma dengan efek klinis yang terlihat, hal
inilah yang dikenal dengan hubungan hysteresis
antara konsentrasi plasma dengan efek klinis.
Hubungan hysteresis ini disebabkan oleh adanya
karena itu volume relatif obat dalam tiap keterlambatan keseimbangan (equilibrium)
kompartemen dapat dihitung berdasarkan antara konsentrasi propofol di plasma dengan
perbandingan antara konstanta kecepatan.5 konsentrasi propofol di effect site.6
Sebagai contoh jika K12 adalah 0,1 unit/
menit dan K21 adalah 0,01 unit/menit maka Keterlambatan keseimbangan konsentrasi
V2 akan menjadi 10 kali lebih besar dari V1. propofol pada kedua tempat tersebut tergantung
Prinsip farmakokinetik tiga kompartemen dari beberapa hal yang termasuk dalam karateristik
inilah yang digunakan oleh prosesor TCI untuk dari farmakodinamik propofol. Adapun hal-
menentukan dosis bolus dan infusi propofol hal itu diantaranya adalah curah jantung, aliran
untuk mencapai target plasma (Cp) yang sudah darah ke otak, dan karateristik dari propofol
ditentukan sebelumnya oleh pengguna TCI. yang menentukan kecepatan penembusan sawar
Jadi, jika target plasma propofol ditingkatkan darah otak seperti misalnya kelarutan propofol
maka prosesor TCI akan memberikan dosis dalam lemak dan derajat ionisasi. Waktu yang
bolus tambahan dan selanjutnya meningkatkan diperlukan untuk mencapai keseimbangan
dosis infusi yang akan menyebabkan kadar di konsentrasi propofol di plasma dan effect site
plasma meningkat sesuai dengan target plasma dapat diperhitungkan secara matematika dan
yang sudah ditentukan sebelumnya. Begitu sering disebut dengan konstanta first-order
juga sebaliknya, jika target plasma propofol (K1e), karena volume dari effect site dapat
di turunkan, maka infusi obat propofol akan dianggap tidak ada maka K1e dapat dianggap
diberhentikan untuk sementara oleh prosesor sama dengan Keo yang mana menunjukan
TCI, sampai konsentrasi plasma yang ditentukan konstanta kecepatan eliminasi obat dari effect
sudah tercapai, setelah itu dilanjutkan dengan site. Berdasarkan penemuan diatas, akhirnya
dosis infusi yang sesuai untuk mempertahankan selain target plasma, prosesor TCI propofol juga
target plasma yang sudah ditentukan sebelumnya. menghitung target effect (Ce) dari propofol yang
Begitulah prosesor TCI mengatur dosis bolus mana sangat ditentukan oleh Keo dari propofol.
dan infusi dari propofol untuk mencapai target Ada dua jalan untuk menentukan besarnya Keo
plasma yang sudah ditentukan sebelumnya. suatu obat yang pertama adalah dengan melakukan
Namun demikian, jika kita menset target plasma penelitian menggunakan grafik dari lengkung
yang sama dengan metode Marsh dan metode hysteresis, dimana dengan menggunakan grafik ini
Schnider pada orang yang sama, jumlah dan kita dapat melihat hubungan antara peningkatan
kecepatan obat yang diberikan oleh TCI akan dan penurunan konsentrasi obat di plasma dengan
berbeda terutama 20 menit pertama.6 Hal ini karena efek klinis dari obat tersebut. Konsentrasi obat di
Konsep Dasar Target Controlled Infusion Propofol dan Penggunaannya 63
pada Neuroanestesi

Tabel 1. Model Propofol pada Dewasa Muda


Marsh Schnider
Model umum 70 Kg Model Umum, (LBM dihitung dengan 70 kg, laki-laki 40
berat, tinggi dan jenis kelamin) tahun, tinggi 170 cm
V1 0,228 L/kg 15,9 L 4,27 L 4,27 L
V2 0,463 L/kg 32,4 L 18,9-0,391 x (umur-53) L 24,0 L
V3 2,892 L/kg 202 L 238 L 238 L
K10 0,119 0,119 0 , 4 4 3 + 0 , 0 1 0 7 x ( b e r a t - 0,384
7 7 ) - 0 , 0 1 5 9 x ( L B M -
59)+0,0062x(tinggi-177)
K12 0,112 0,112 0,302-0,0056x(umur-53) 0,375
K13 0,042 0,042 0,196 0,196
K21 0,055 0,055 [ 1 , 2 9 - 0 , 0 2 4 x ( u m u r - 5 3 ) ] / 0,067
[18,9-0,391x(umur-53)]
K31 0,0033 0,0033 0,0035 0,0035
Keo 0,26 0,26 0,456 0,456
TTPE 4,5 4,5 1,69 1,69

dalam plasma bisa didapatkan dengan jalan non sebelumnya target plasma (Cp) atau target
parametrik (mengukur secara langsung) atau efek (Ce). Jika yang diset adalah target
dengan parameterik (contohnya menggunakan plasma, maka microprosesor akan menghitung
metode Marsh). Sedangkan efek dari obat dapat dosis dan menginjeksikan volume propofol
dilihat dengan alat bantu EEG, BIS, audiotory dengan kecepatan yang sudah diatur, untuk
Evoked Potential (AEP), ataupun somato mencapai target plasma yang sudah diset.
sensori evoked potential (SSEP). Pada praktek Selanjutnya microprosesor menghitung dosis
sehari-hari mungkin yang paling simpel adalah dan memberikan infusi volume propofol yang
menggunakan BIS bila tersedia, namun jika tidak diperlukan untuk mempertahankan konsentrasi
tersedia maka dilakukan monitoring efek klinis plasma yang sudah ditargetkan sebelumnya,
dari obat tersebut. Metode yang kedua adalah sambil menunggu konsentrasi di effect site sama
dengan menghitung time to peak effect (TTPE). dengan konsentrasi di plasma. Sebagai contoh,
Jika didefinisikan TTPE adalah keterlambatan jika target plasma yang ditentukan 2 micro/ml
waktu antara injeksi bolus suatu obat dengan propofol, maka TCI akan menginjeksikan volume
efek puncak obat tersebut secara klinis.6 Jadi, secukupnya hingga kadar di dalam plasma
jika bolus suatu obat diberikan, maka akan terjadi sebesar 2 micro/ml dan memberikan dosis infusi
peningkatan cepat konsentrasi obat tersebut secukupnya untuk mempertahankan konsentrasi
didalam plasma yang selanjutnya akan diikuti propofol di plasma tetap 2 micro/ml sambil
dengan penurunan secara exponensial, karena menunggu target efeknya mencapai 2 micro/ml.
obat tersebut berpindah dari sirkulasi ke jaringan, Jika yang diset adalah target efek, maka
termasuk organ target. Pada saat yang bersamaan microprosesor akan menghitung dosis dan
konsentrasi obat di dalam organ target juga akan jumlah propofol yang diperlukan untuk membuat
meningkat sampai terjadi peristiwa sebaliknya lonjakan konsentrasi level propofol di plasma
yaitu konsentrasi di organ target lebih tinggi dari meningkat sedemikian hingga target efek yang
plasma sehingga obat berpindah dari organ target sudah ditentukan sebelumnya tercapai secepat
ke sirkulasi. Titik dimana kurva konsentrasi mungkin. Sebagai contoh jika target efek diset
dalam plasma memotong kurva konsentrasi 2 micro/ml, maka TCI akan memperhitungkan
dalam organ target disebut dengan TTPE.5 volume jumlah propofol yang diberikan untuk
mencapai 2 micro/ml di efek target secepat
TCI propofol dapat digunakan dengan menset mungkin, dalam hal ini biasanya pada awalnya
64 Jurnal Neuroanestesi Indonesia

Tabel 2. Nilai Patient Respon to Surgical Stimulus


(PRST)

Index Kondisi Nilai


Tekanan darah < kontrol + 15 0
sistolik
< kontrol + 30 1
> kontrol + 30 2
Denyut Jantung < kontrol + 15 0
< kontrol + 30 1
> kontrol + 30 2
Berkeringat Tidak ada 0
Kulit basah (skin moist) 1
Terlihat butir-butir 2
keringat
Air Mata Tidak ada air mata yang 0 Gambar 3. Nilai BIS beserta Rekomendasinya
pada Teknik Anestesia
berlebihan saat mata
dibuka
Ada air mata yang 1 model yang telah tersedia. Oleh karena itu
belebihan saat mata pengetahuan mengenai perbedaan model Marsh
dibuka dan Schnider menjadi sangat membantu dalam
Air mata mengalir keluar 2 pemilihan model farmakokinetik. Untuk mengerti
perbedaan antara model Marsh dan Schnider,
maka jauh lebih mudah jika kedua model ini
konsentrasi di plasma dapat meningkat sampai dibandingkan menggunakan contoh pasien.
7 micro/ml, selanjutnya pelan-pelan turun dan
bertahan di 2 micro/ml setelah konsentrasi di Seperti yang terlihat pada tabel 1, seorang laki-laki
target efek sudah mencapai 2 micro/ml. dewasa muda dengan umur 44 tahun, berat badan
70 kg, dan tinggi badan 170 kg akan dilakukan
IV. Perbedaan TCI Propofol Model Marsh pembiusan menggunakan TCI Propofol. Jika
dan Model Schnider yang dipilih model Marsh maka dari kesemua
parameter yang disebutkan diatas yang akan
Sampai saat ini model farmakokinetik TCI digunakan untuk memperhitungkan dosis
Propofol yang tersedia secara komersial adalah hanyalah berat badannya saja, sedangkan jika
model Marsh dan model Schnider. Dari kedua menggunakan model Schnider maka parameter
model farmakokinetik diatas belum ada meta yang akan digunakan adalah jenis kelamin,
analisis yang menyebutkan satu dari dua model berat badan & tinggi badan untuk mengukur
diatas lebih unggul satu dari yang lainnya. Lean Body Mass (LBM) dan umurnya juga.
Jika digunakan pada praktis klinis sehari-hari, Model Marsh secara pragmatik diadopsi dari
disebutkan bahwa model yang terbaik adalah model tiga kompartemen dari Gept kecuali
model yang sudah biasa digunakan, sehingga untuk volume kompartemen sentralnya pada
sudah dapat memperkirakan karateristik model Marsh dihitung 0,228 L/kg. Model tiga
yang akan muncul jika propofol diberikan kompartemen dari Gept ini didapat dari penelitian
menggunakan model tersebut. Namun demikian yang dilakukan pada tiga group sukarelawan
bagi yang pertama kali menggunakan TCI, yang juga melibatkan sukarelawan dari usia
tentunya pemilihan model farmakokinetik ini lanjut dan sukarelawan yang obese, masing-
merupakan hal yang sangat krusial, karena masing 6 orang, yang diberikan infus propofol
belum terbiasa menggunakan salah satu dari 3, 6, dan 9 mg/kgbb/jam.6 Sedangkan model
Konsep Dasar Target Controlled Infusion Propofol dan Penggunaannya 65
pada Neuroanestesi

Schnider didapatkan dari kombinasi penelitian yang besar kemungkinan diadopsi dari penelitian
farmakokinetik dan farmakodinamik yang yang dilakukan oleh Billard dan teman-teman
dilakukan pada 24 sukarelawan (11 wanita, 13 yang menemukan Ke 0 dari propofol adalah 0,2/
laki-laki, berat berkisar antara 44–123 kg, umur menit. Selanjutnya, Struys dan teman-teman
antara 25–81 tahun, tinggi antata 155–196 cm).6 menemukan bahwa Ke 0 1,2/menit jika digunakan
dengan model farmakokinetik dari Marsh akan
Seperti yang terlihat pada tabel 1, pada model memberikan TTEP 1,6 menit menggunakan
Marsh, perhitungan dosis obat hanya ditentukan BIS, oleh karena itu ada beberapa mesin TCI
oleh parameter berat badan total saja, yang mana yang menggunakan Ke0 ini dan sering disebut
dianggap berat badan berbanding proporsional dengan model “modified Marsh”. Pada model
dengan jumlah konsentrasi obat di masing- Schnider TTEP yang digunakan adalah 1,68
masing kompartemen. Jadi semakin besar berat yang didapatkan dari hasil penelitan kombinasi
badannya maka konsentasi dimasing-masing farmakokinetik dan farmakodinamik, sehingga
kompartemen akan semakin besar. Sedangkan, mendapatkan Ke0 nya 0,456 /menit.
konstanta perpindahan dari satu kompartemen
ke kompartemen lainnya semuanya dianggap Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa, jika
sama, bahkan konstanta eliminasi dari obatpun yang digunakan adalah target plasma, maka model
(K10) tidak dipengaruhi oleh parameter apapun. Marsh akan memberikan prediksi pemberian
Berbeda dengan model Schnider, pada model ini bolus pertama kali, yang lebih baik dibandingkan
yang dianggap konstan itu adalah konsentrasi pada dengan model Schnider. Alasannya adalah pada
kompartemen sentral, kompartemen perifer yang saat pengguna TCI meningkatkan target plasma
miskin pembuluh darah, konstanta pergerakan maka untuk menghitung dosis bolus akan
dari V1 ke V3 dan sebaliknya. Sedangkan digunakan rumus: dosis bolus dalam mg adalah
kompartemen perifer kaya pembuluh darah pada target plasma yang baru dikurangi target plasma
model Schnider ini konsentrasinya dipengaruhi yang lama dikali volume kompartemen sentral
oleh umur, dimana semakin tua umurnya dibagi konsentrasi obat di dalam pompa syringe.
konsentrsinya akan semakin kecil. Selanjutnya, Pada model Marsh volume kompartemen sentral
konstanta perpindahan dari kompartemen sentral bervariasi tergantung dari berat badan pasien
ke kompartemen perifer kaya pembuluh darah dan sedangkan pada model Schnider kompartemen
sebaliknya juga dipengaruhi oleh umur, sehingga sentral selau dianggap tetap yaitu 4.27 L tanpa
semakin tua umurnya maka kecepatan pergerakan memperhitungkan berat badan pasien. Berbeda
obat dari kompartemen sentral ke kompartemen halnya jika yang digunakan target effect, maka
perifer kaya pembuluh darah dan sebaliknya parameter-parameter umur, jenis kelamin, berat
akan bertambah pelan. Selain itu pada model ini badan dan tinggi badan juga diperhitungkan. Hal
konstanta eliminasi obat (K10) dipengaruhi oleh ini karena pada saat pengguna TCI mentargetkan
LBM yang artinya dipengaruhi oleh berat badan, ataupun merubah target effect maka yang
tinggi badan dan jenis kelamin. Hal ini karena dilakukan mesin TCI adalah menghitung
model Schnider menghitung LBM menggunakan jumlah dosis yang diperlukan untuk melakukan
rumus dari formula James, dimana LBM pada overshoot dari kadar plasma untuk mencapai
laki-laki adalah 1,1 kali berat badan dikurangi target effect secepat mungkin. Oleh karena itu
128 dikali berat badan dibagi tinggi dikuadratkan perhitungan dosisnya selain dipengaruhi oleh
(LBM = 1,1 x berat badan – 128 x (berat badan/ kompartemen sentral, juga dipengaruhi oleh
tinggi badan)2) dan pada wanita adalah 1,07 kali konsentrasi di kompartemen perifer (V2 dan V3)
berat badan dikurangi 148 dikali berat badan dan konstanta-konstanta yang mempengaruhi
dibagi tinggi badan dikuadratkan (LBM = 1,07 x kecepatan metabolisme propofol (K10) dan
berat badan – 148 x (berat badan/tinggi badan)2). redistribusi propofol ke kompartemen perifer
Pada kedua model menggunakan Ke0 yang (K12,K21,K13,K31).
berbeda pada model Marsh menggunakan 0,26/
menit, yang berdasarkan atas TTPE 4,5 menit Oleh karena itu, kebanyaan para pakar di bidang
66 Jurnal Neuroanestesi Indonesia

TCI setuju untuk menyarankan penggunakan banyaknya hal-hal lain selain kedalaman anestesi
model Marsh pada saat kadar plama yang yang mempengaruhi respon sistem saraf otomom
ditetapkan sebagi target. Sedangkan menyarankan seperti misalnya pendarahan, obat-obat opioid,
model Schnider digunakan jika yang diset adalah hipoksia hipotermi, hiperkarbi dan yang lain-
target effect.6 lainnya. Penilaian kedalaman anestesi secara
obyektif yang perkembangannya sangat pesat
V. Monitoring Kedalaman Anestesi akhir-akhir ini adalah BIS. BIS dikeluarkan oleh
Aspect Medical System Inc pada bulan Oktober
Monitoring kedalaman anestesi adalah hal yang tahun 1996 dan disetujui oleh FDA untuk
paling penting pada saat penggunaan teknik TCI mengurangi awareness intraoperatif pada bulan
propofol, karena seperti yang sudah disebutkan januari 2004.5
diatas, TCI propofol hanya memperkirakan kadar/
konsentrasi propofol di plasma atau di target Analisis bispectral dapat menunjukkan
effect. Disamping itu monitoring kedalaman analisa statistik yang lebih akurat yang dapat
anestesi juga penting untuk menghindari pasien dikonsiderasikan sebagai informasi yang berasal
dari awareness pada saat proses pembedahan dari sinyal EEG. Tidak seperti metode lama yang
berlangsung. Pengukuran kedalaman anestesi lain, yang berdasarkan kepada satu parameter
dapat dilakukan dengan dua jalan, yaitu dengan dari EEG, BIS dapat menghitung 3 subparameter
metode subyektif dan metode obyektif. Pada yang berbeda: Burst Supression Ratio; Beta
metodek subyektif, penilaian kedalaman anestesi Ratio; dan Synch Fast Slow. Burst Supression
dapat dilakukan dengan memantau respon sistem Ratio merupakan proporsi dari EEG yang
saraf otonom dari pasien dan dengan menggunakan tersupresi (isoelektrik) pada suatu waktu tertentu;
teknik isolated forearm. Sedangkan pada metode Beta Ratio merupakan rasio logaritma dari tenaga
objektif dapat dilakukan dengan diantaranya: dalam 2 jalur frekuensi empiris (frekuensi tinggi
spontaneous surface electromyogram (SEMG), dan medium), dan SynchFastSlow merupakan
Lower oesophageal contractility (LOC), Heart tenaga bispectral relatif pada frekuensi 40 – 47 Hz.
rate variability (HRV), Electroencephalogram
and derived indices (spectual edge frequency, BIS merupakan nomor tanpa dimensi, bervariasi
median frequency, bispectral index), Evoked mulai dari 0 yang menandakan supresi EEF
potentials (auditory evoked potential, visual kortikal menyeluruh, sampai dengan 100 yang
evoked potential, somatosensory evoked menandakan pasien sadar. Nilai BIS di antara 65
potential, audiotory evoked potential index).10 –85 direkomendasikan untuk sedasi, sementara
Seperti yang disebutkan diatas, salah satu metode nilai antara 45 dan 60 direkomendasikan untuk
subyektif dalam penilaian kedalaman anestesi anestesi umum. Pada nilai BIS dibawah 40,
adalah dengan memantau respon sistem saraf supresi kortikal dapat dikenali sebagi pola burst
otonom dari pasien, metode ini sering disebut supperession pada raw EEG. Gambaran mengenai
dengan Patient Response to Surgical Stimulus nilai BIS beserta rekomendasinya dapat dilihat
(PRST). Nilai PRST 0–3 dianggap anestesinya pada gambar 3. Selain untuk melihat kedalaman
cukup dalam, sedangkan nilai PRST lebih dari 3 anestesi BIS juga dapat membantu dalam
dianggap anestesi dangkal. Pada penelitian yang pengambilan keputusan mengenai pemberian
membandingkan dengan BIS dengan PRST, nilai obat selama intraoperatif, seperti misalnya
PRST 0–3 dibandingkan dengan nilai BIS 40–60. pada saat intraoperatif angka BIS menunjukan
Walaupun menurut penelitian dikatakan bahwa 45, tetapi didapatkan tekanan darah yang
PRST ini adalah indikator yang kurang baik untuk semakin meningkat, maka pada saat itu dapat
menilai kedalaman anestesi, tetapi ini adalah dipertimbangkan untuk diberikan analgetik atau
indikator klinis yang paling banyak digunakan bila tidak teratasi dapat diberikan antihipertensif
diseluruh dunia untuk menentukan kedalaman dibandingkan dengan meningkatkan dosis
anestesi, terutama di negara-negara berkembang. propofolnya atau obat sedatif lainnya.5
Keterbatasan dari PRST ini disebabkan oleh
Konsep Dasar Target Controlled Infusion Propofol dan Penggunaannya 67
pada Neuroanestesi

VI. TCI Propofol pada Neuroanestesia itu autoregulasi dan reaktifitas terhadap PCO2
juga masih dapat dipertahankan dengan baik.14
Teknik anestesi yang ideal untuk pasien bedah Penelitian lain yang dilakukan di Jerman, pada
saraf adalah teknik anestesi yang mampu pasien yang menjalani operasi stereotactic biopsi
memfasilitasi lapangan operasi yang optimal dan didapatkan bahwa penggunaan TCI propofol
dalam waktu yang bersamaan juga memelihara dihubungkan dengan hemodinamik yang lebih
asupan oksigen yang cukup ke otak, hemodinamik stabil dibandingkan dengan manual TIVA.
yang stabil dan pemulihan yang cepat sehingga
dapat dilakukan pemeriksaan neurologis yang Walaupun pada penelitian tersebut didapatkan
cepat. biaya yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
manual TIVA, tetapi jika dibandingkan dengan
Propofol adalah obat anestesi intravena yang penggunaan sevoflurane biayanya tetap lebih
memiliki karateristik yang menarik untuk rendah pada TCI propofol.15 Pada penelitian lain
digunakan pada neuroanestesi. Propofol adalah yang dilakukan di Paris, didapatkan penurunan
obat hipnotik yang kuat, tidak meningkatkan MAP sampai 20 persen pada group manual
tekanan intrakranial dan memiliki efek TIVA, yang berbeda secara signifigan pada
neuroprotektif. Selain itu propofol juga memiliki group TCI propofol. Sehingga pada penelitian
waktu recovery yang cepat walaupun sudah tersebut disimpulkan TCI propofol jika
digunakan secara kontinyu dalam jangka waktu dibandingkan dengan manual TIVA dihubungkan
yang lama, dan ini sangatlah penting untuk dengan peningkatan stabilitas hemodinamik,
menilai status neurologi dengan cepat setelah penurunan angka kejadian depresi nafas dan
operasi.12 Namun demikian ada beberapa peningkatan waktu pemulihan.3 Penelitian ini
hal yang menjadi kendala dalam penggunaan juga menjawab kendala kedua yang diungkapkan
propofol pada neuroanestesi, diantaranya diatas, jadi dengan TCI propofol maka angka
adanya: laporan penurunan tekanan darah yang kejadian apnea saat penyuntikan propofol dapat
selanjutnya dapat menurunkan tekanan perfusi diturunkan, sehingga TCI propofol dapat lebih
serebral dan menyebabkan iskemia; Apnea saat nyaman digunakan pada teknik anestesia MAC
penyuntikan bolus sehingga penggunaannya jadi atau pada saat melakukan awake craniotomy.
terbatas pada monitoring anasthesia care (MAC) Untuk mendapatkan hemodinamik yang stabil
atau pada awake craniotomy; Rasa nyeri saat pada saat menggunakan propofol dengan
penyuntikan yang mana dapat menyebabkan teknik TCI ada beberapa hal yang harus
peningkatan simpatis dan rasa tidak nyaman dipertimbangkan. Pertama umur pasien, jika umur
saat dilakukan MAC ataupun awake craniotomy. pasien sudah lanjut, maka biasanya akan disertai
Dengan menggunakan TCI, kendala dari oleh penurunan fungsi organ dan perubahan
penurunan tekanan darah saat penggunaan struktur, misalnya kardiovaskular, sehingga
propofol seharusnya dapat ditanggulangi. Hal lebih beresiko mengalami efek samping obat
ini sudah dibuktikan ketika propofol digunakan selama anestesi. Pada pasien manula sebaiknya
pertama kali dengan sistem TCI pada tahun 1988, dipertimbangkan penggunakan model Schnider,
dimana didapatkan induksi yang mulus tanpa karena pada model ini perhitungan dosis obatnya
perubahan hemodinamik yang signifikan, dengan memasukan parameter umur dalam penentuan
titrasi intraoperatif yang baik dan pemulihan volume V2, K12 dan K21. Sehingga diharapkan
yang cepat.13 selanjutnya, pada penelitian yang dosis yang diberikan oleh mesin TCI lebih akurat
dilakukan dengan pemeriksaan transcranial jika dibandingkan dengan model Marsh yang
dopple (TCD) didapatkan bahwa TCI propopol- hanya memperhitungkan berat badan pasien
remifentanil memang menyebabkan penurunan saja. Namun demikian kembali ke prinsip utama
dari mean flow velocitiy (MFV), namun penurunan pemakaian TCI yang mana menyebutkan bahwa
tersebut selaras dengan penuruan aktivitas model yang terbaik adalah model yang paling
neuron yang dinilai dengan BIS dan tidak ada familiar dengan pengguna, jadi jika diputuskan
laporan penurunan MAP yang signifigan. Selain untuk menggunakan model Marsh maka sebaiknya
68 Jurnal Neuroanestesi Indonesia

digunakan target plasma yang lebih rendah dari pada LBM. Hal ini dapat menimbulkan variasi
biasanya. Jika diputuskan untuk menggunakan efek klinis yang sangat besar dan memungkinkan
model Schnider maka sebaiknya menggunakan terjadinya kekurangan atau kelebihan dosis
target effect. Pada kedua model, target plasma sehingga pada kelompok pasien ini sangatlah
maupun target effect sebaiknya diset pada dosis dianjurkan untuk melakukan titrasi obat dengan
yang sangat rendah pada awal induksi, kemudian monitoring alat kedalaman anestesi seperti
ditingkatkan secara berlahan sambil melihat PRST atau BIS jika tersedia. Oleh karena
respon hemodinamik dari pasien. Jadi tujuan dari permasalahan inilah makanya pada beberapa
teknik ini adalah tetap mempertahankan stabilitas open TCI yang baru diberikan pengaman khusus
kardiovaskuler dengan mengorbankan kecepatan untuk permasalahan seperti diatas, seperti
induksinya. Peningkatan target konsentrasi secara yang telihat pada mesin TCI dari Base primea
gradual dapat lebih menstabilkan hemodinamik dan pada mesin TCI dari Asena PK system.
karena; jika yang digunakan target effect, maka Jika diputuskan untuk menggunakan metode
overshoot kadar di plasma yang terlalu tinggi Marsh maka perlu dilakukan perubahan dari berat
dapat dihindari; sedangkan jika target plasma badan yang akan dimasukkan ke mesin TCI. Untuk
yang digunakan maka peninggkatan kadar di menanggulangi kelebihan dosis yang mungkin
plasma juga lebih gradual sehingga efek samping terjadi, berat badan yang dimasukan ke dalam
propopof dapat diturunkan. Biasanya induksi TCI dirubah ukurannya, disesuaikan dengan berat
dimulai dengan target konsentrasi 0,5 µg/mL, badan ideal. Adapun rumus berat badan ideal
setelah target tercapai ditunggu kurang lebih adalah 49,9 ditambah 0,89 dikali dalam kurung
satu menit, sambil melihat respon hemodinamik tinggi badan dikurangi 152,4; jadi pada pria BB
dan BIS bila tersedia. Jika hemodinamiknya ideal (kg) adalah 49,9+0,89 x (TB dalam cm-
stabil maka konsentrasi dapat ditambah secara 152,4), sedangkan pada wanita rumusnya 45,4
gradual 0,5 µg/mL/menit sampai pasien tertidur ditambah 0,89 dikalikan dalam kurung tinggi
dengan PRST 0–3 atau nilai BIS 40–60. badan dikurangi 152,4; jadi pada wanita BB ideal
Hal kedua yang perlu diperhatikan adalah berat (kg) adalah 45,4+0,89 x (TB dalam cm-152,4).
badan pasien, terutama pada pasien yang obesitas.
Pada pasien dengan obesitas biasanya dosis VII. Simpulan
obat yang diperlukan tidaklah berbanding lurus
dengan berat badannya, sebagai contoh pasien Keuntungan-keuntungan yang didapatkan jika
dengan tinggi badan 170 dan berat badan 160 menggunakan TCI propofol sebagai agen utama
kg tidaklah memerlukan dosis propofol dua kali anestesi diantaranya adalah; induksi yang cepat
lipat dari pasien dengan tinggi badan yang sama dan terkontrol dengan hemodinamik yang relatif
dengan berat badan 80 kg. Pada pasien obese jika stabil, pemeliharan anestesi yang adequat terutama
dibandingkan kedua model propofol yang ada jika dikombinsi dengan monitor kedalam anestesi
maka tidak ada yang lebih superior satu dari yang seperti BIS, penurunan angka depresi nafas, dan
lainnya. Jika diperhatikan sepintas saja mungkin waktu pemulihan yang cepat tanpa hangover.
model Schnider seperti lebih cocok pada model Untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan dari
obese ini dibandingkan dengan model Marsh TCI propfol maka diperlukan pengetahun yang
karena pada model Schnider perhitungan dosis cukup mengenai konsep dasar farmakokinetik
obat ditentukan oleh LBM yang mana ditentukan dan farmakodinamik yang digunakan oleh
oleh kovariat jenis kelamin, berat dan tinggi microprosesor mesin TCI dalam menentukan
badan. Namun demikian perlu diingat bahwa dosis propofol. Penggunaan TCI propofol harus
jika mengikuti formula penghitungan LBM dari dipantau dengan monitoring kedalaman anestesi,
James, maka akan terlihat bahwa berat badan pemantauan dapat dilakukan secara subyektif
yang makin tinggi akan medapatkan LBM yang yaitu dengan nilai PRST, namun jauh lebih baik
lebih tinggi hingga pada suatu titik yaitu pada jika dipantau secara obyektif seperti misalnya
saat BMI >42 kg pada pria dan BMI >37 kg pada menggunakan BIS.
wanita, akan terjadi penuruan secara paradoksal
Konsep Dasar Target Controlled Infusion Propofol dan Penggunaannya 69
pada Neuroanestesi

Daftar Pustaka 9. Absalom AR, Glen JIB, Zwart GJ, Schnider


TW, Struys MM. Target-controlled infusion:
1. Bruder NJ, Ravussin P, Schoettker a mature technology. Anesth Analg.
P. Supratentorial masses: anesthetic 2016;122(1):70–8.
consideration. Dalam: Cottrell JE, Patel P,
penyunting. Neuroanesthesia. Elsevier; 2017. 10. Kaul H, Bharti N. Monitoring depth
189–208. of anaesthesia. Indian J Anaesth.
2002;46(4):323–32.
2. Kofke WA, Hensley J. Future advance in
neuroanesthesia. Dalam: Cottrell JE, Patel P, 11. Smajic J, Hodzic M, Hodzic S, Srabovic-
penyunting. Neuroanesthesia. Elsevier; 2017, Okanovic A, Smajic N, Djonlagic Z.
475–89. Assessment of depth of anesthesia: PRST
score versus bispectral index. Medical
3. Passot S, Servin F, Allary R, Pascal J, Prades Archives. 2011;65(4):216.
J-M, Auboyer C, dkk. Target-controlled versus
manually-controlled infusion of propofol 12. Debailleul A, Fichten A, Krivosic-Horber
for direct laryngoscopy and bronchoscopy. R, penyunting. [Target-controlled infusion
Anesth Analg. 2002;94(5):1212–6. with propofol for neuro-anesthesia]. Annales
francaises d'anesthesie et de reanimation;
4. Struys MM, De Smet T, Glen JIB, Vereecke 2004.
HE, Absalom AR, Schnider TW. The history
of target-controlled infusion. Anesth Analg. 13. Struys MM, De Smet T, Glen JI, Vereecke
2016;122(1):56–69. HE, Absalom AR, Schnider TW. The history
of target-controlled infusion. Anesth Analg.
5. Panduan Praktis Total Intravena Anesthesia 2016;122(1):56–69.
dan Target Controlled Infusion. Sugiarto A,
penyunting. Jakarta: PP Perdatin; 2012. 14. Conti A, Iacopino D, Fodale V, Micalizzi
S, Penna O, Santamaria L. Cerebral
6. Absalom A, Mani V, De Smet T, Struys M. haemodynamic changes during propofol–
Pharmacokinetic models for propofol— remifentanil or sevoflurane anaesthesia:
defining and illuminating the devil in the transcranial doppler study under
detail. Br J Anaesth. 2009;103(1):26–37. bispectral index monitoring. Br J Anaesth.
2006;97(3):333–9.
7. Bienert A, Wiczling P, Grześkowiak E,
Cywiński JB, Kusza K. Potential pitfalls 15. Weninger B, Czerner S, Steude U,
of propofol target controlled infusion Weninger E. [Comparison between
delivery related to its pharmacokinetics TCI-TIVA, manual TIVA and balanced
and pharmacodynamics. Pharmacological anaesthesia for stereotactic biopsy of the
Reports. 2012;64(4):782–95. brain]. Anasthesiologie, Intensivmedizin,
Notfallmedizin, Schmerztherapie: AINS.
8. Schnider TW, Minto CF, Struys MM, 2004;39(4):212–9.
Absalom AR. The safety of target-controlled
infusions. Anesth Analg. 2016;122(1):79–85.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai