26 Masyhur Irsyam M Asrurifak Bambang Budiono Wahyu Triyoso Widiadnyana Merati Wayan Sengara
26 Masyhur Irsyam M Asrurifak Bambang Budiono Wahyu Triyoso Widiadnyana Merati Wayan Sengara
Oleh:
1. Pendahuluhan
Kejadian gempa-gempa besar lima tahun terakhir di wilayah Indonesia telah memacu
pemangku kepentingan pembuat peratuan atau standar perencanaan ketahan gempa
Indonesia untuk segera merevisi standar perencanaan ketahanan gempa yang ada
saat ini. Telah diketahui bahwa saat ini Indonesia mempunyai tiga peta hazard
gempa yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Yang pertama adalah
peta percepatan puncak dibatuan dasar untuk periode ulang 500 seperti yang ada di
Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI-03-
1726-2002), dimana peta ini adalah peta hazard yang digunakan untuk perencanaan
gedung. Yang kedua adalah peta hazard untuk perencanaan banguna air
(bendungan), peta ini dibuat oleh Theo F Najoan dkk., diterbitkan oleh Puslitbang
Teknologi Sumber Daya Air Departemen PU dan yang ketiga untuk jalan dan
jembatan digunakan peta hazard yang berbeda lagi yang diterbitkan oleh Puslitbang
Jalan walaupun peta yang digunakannya mengacu pada peta yang dibuat oleh Theo
F Najoan tapi dengan periode ulang yang berbeda. Adanya peta yang berbeda
tersebut diatas memang digunakan untuk jenis bangunan yang berbeda-beda, tetapi
tidak bisa dipungkiri bahwa beban gempa itu bekerja dengan tidak memandang jenis
bangunan.
Peta percepatan puncak dibatuan dasar yang ada di SNI-03-1726-2002 adalah
merupakan peta percepatan gempa yang nilainya diambil dari rerata hasil yang
dilakukan oleh empat penelitian dari berbagai latar belakang, yaitu Jodi Firmansyah &
Masyhur Irsyam dari Perguruan Tinggi (ITB), Theo F Najoan dari Puslitbang Sumber
Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum, Teddy Boen & Haresh Shah dari Konsultan
Swasta dan Engkon Kertapati dari Badan Geologi, Departemen Mineral dan Sumber
Daya Energi. Penelitian-penelitian ini dalam analisanya menggunakan metode serta
parameter yang berbeda-beda sehingga peta yang dikeluarkan oleh masing-masing
penelitian tersebut memberikan hasil percepatan gempa yang berbeda untuk periode
ulang yang sama.
SNI-03-1726-2002 yang merupakan rerata hasil analisa dari empat peneliti diatas
dibuat dengan mengacu pada UBC-1997, sedangkan UBC-1997 telah
dikembangkan/dirubah menjadi IBC-2000 dan berkembang lagi menjadi IBC-2006
1
dan sekarang menjadi IBC-2009, hal ini disebabkan peraturan tersebut sudah tidak
mampu lagi melindungi kejadian-kejadian gempa besar yang terjadi setelah UBC-
1997 dibuat.
Oleh karena itu dengan perkembangan data-data dan metodologi terkini, maka studi
ini dibuat untuk menjawab hal tersebut diatas, dimana model gridded seismicity
sebagai model sumber gempa background digunakan dalam analisa hazard gempa
(Petersen dkk., 2008).
Analisa hazard gempa (seismic hazard analysis) yang digunakan adalah model
Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA) yang dikembangkan oleh Cornell
(1968 dan 1971), kemudian dilanjutkan oleh Merz dan Cornell (1973). Teori ini
mengasumsikan magnitude gempa M dan jarak R sebagai variabel acak independen
yang menerus. Dalam bentuk umum teori probabilitas total ini dapat dinyatakan
sebagai berikut:
P[I ≥ i] = rmP[I ≥ im dan r]fM(m).fR(r) dm dr
2
Fault atau sesar yang ada di lempeng tektonik yang terjadi akibat pegerakannya,
dalam perkembangannya juga mengalami pergerakan dan juga akan memberikan
berkontribusi terhadap kejadian gempa. Besarnya magnitude gempa yang terjadi
akibat mekanisme pergerakan fault ini tergantung pada luasnya bidang fault yang
saling mengunci (asperity area), makin luas areal asperity-nya maka kemungkinan
akan kejadian gempanya juga semakin besar. Mekanisme pergerakan fault ini bisa
berupa srike-slip, reverse dan normal.
Model gridded seismicity digunakan untuk sumber gempa background berdasar pada
laju gempa (seismicity rates) secara spatially smoothed (Frankel, 1995). Seismicity
rate dari model ini didapat dari perhitungan gempa di grid cell dengan dimensi 0.1
longitude kali 0.1 latitude, perhitungan ini menggambarkan kemungkinan maksimum
estimansi dari 10a (Weichert, 1980) untuk cell tersebut untuk gempa di atas Mref. Nilai
grid ni lalu dilakukan smoothed spatially dengan mengalikan dengan fungsi Gaussian
bersama-sama dengan corelation distance c. Untuk tiap cell i, nilai smooth diperoleh dari :
3
Nilai dinormalisasi untuk mempertahankan jumlah total peristiwa. ij adalah jarak antara
cell ke i dan cell ke j. Penjumlahan diambil dalam seluruh j dalam jarak 3c dari cell i. Rate
tahunan (u>u0) terlampaui dari gerakan tanah u0 pada site tertentu ditentukan dari jumlah,
dalam keseluruhan jarak dan magnitude.
Dimana, Nk merupakan total dari nilai untuk cell- cell didalam pertambahan jarak tertentu
dari site. T adalah jumlah tahun yang merupakan jumlah tahun katalog yang digunakan untuk
menentukan Nk. Nilai parameter-b diambil seragam dalam keseluruhan wilayah. P(u >
u0|Dk,Ml) adalah probabilitas bahwa u pada site akan terlampaui u0, untuk satu gempa pada
jarak Dk, dengan magnitude Ml. Faktor pertama dalam penjumlahan adalah rate tahunan dari
gempa-gempa dalam bin jarak k dan bin magnitude l.
Level completeness untuk metode Weichert diatas digunakan 5≤M<6 sejak tahun
1964, 6≤M<7 sejak tahun 1954 dan M≥7 sejak tahun 1900. Level completeness ini
diterapkan pada sumber gempa shallow dan deep background.
Model gridded seismicity ini dalam analisanya dibagi dalam lima interval kedalaman
yaitu: Shallow Background Source (0–50 km), dan Deep Background Source (50–100
km), (100–150 km), (150–200 km) dan (200–300 km).
Katalog gempa yang digunakan untuk pembuatan model Shallow Background Source
adalah mainshock pada interval kedalaman 0–50 km dimana semua gempa milik
atau di daerah Megathrust dihilangkan dan gempa dengan M≥ 6.5 di daerah sekitar
fault sampai sejauh 15 km dari lintasan fault juga dihilangkan.
4. Fungsi Atenuasi
Pembuatan fungsi atenuasi adalah berdasarkan rekaman data signal kejadian
gempa. Tidak tersedianya data untuk menurunkan suatu fungsi atenuasi di wilayah
Indonesia, menyebabkan pemakaian fungsi atenuasi yang diturunkan dari wilayah
lain tidak dapat dihindari. Untuk itu dipilih fungsi yang memiliki kemiripan kondisi
seismotectonic dari wilayah dimana fungsi atenuasi itu dibuat.
Fungsi atenuasi untuk gempa shallow crustal (model sumber gempa shallow
background dan fault) menggunakan Boore-Atkinson NGA (2008), Campbell-
Bozorgnia NGA (2008) dan Chiou-Youngs NGA (2008) dengan bobot masing-masing
1/3. Sumber gempa subduksi interface (Megathrust) menggunakan Geomatrix
subduction (Youngs dkk., SRL, 1997), Atkinson-Boore BC rock global source
(Atkinson & Boore, 2003) dan Zhao dkk., dengan variabel Vs-30. (Zhao dkk., 2006)
dengan bobot masing-masing 1/3. Sumber gempa deep intraslab (model sumber
5
gempa deep background) menggunakan AB intraslab seismicity Puget Sound region
BC-rock condition (Atkinson dan Boore, 1995), Geomatrix slab seismicity rock, 1997
srl. july 25 2006. (Youngs dkk., 1997) dan AB 2003 intraslab seismicity world data
region BC-rock condition (Atkinson dan Boore, 2003) dengan bobot yang sama.
Gambar 2. Peta percepatan puncak (PGA) di batuan dasar pada periode ulang 500
tahun.
6
Gambar 3. Peta spektra hazard T = 0.2 detik di batuan dasar pada periode ulang 500
tahun
Gambar 4. Peta spektra hazard T = 1.0 detik di batuan dasar pada periode ulang 500
tahun
7
Referensi
Atkinson, G., Boore, D., New ground motion relations for eastern North America. Bull.
Seismol. Soc. Am. 85, 17– 30. 1995.
Atkinson, G.M., Boore, D.M, Empirical Ground-Motion Relations forSubduction-Zone
Earthquakes and Their Application to Cascadia and Other Regions, Bulletin of
the Seismological Society of America, Vol. 93, No. 4, pp 1703-1729, 2003.
Bird, P., An updated digital model of plate boundaries: Geochemistry, Geophysics,
Geosystems, v. 4, no. 3, 1027, 2003. doi:10.1029/2001GC000252.
Bock et al., Crustal motion in Indonesia from Global Positioning System
measurements, Journal Of Geophysical Research, Vol. 108, NO. B8, 2367,
2003, doi:10.1029/2001JB000324, 2003
Boore, D.M., and Atkinson, G.M., Ground-motion prediction equations for the average
horizontal component of PGA, PGV, and 5%-damped PSA at spectral periods
between 0.01 s and 10.0 s: Earthquake Spectra, v. 24, no. 1. 2008.
Campbell, K.W., and Bozorgnia, Y., Ground motion model for the geometric mean
horizontal component of PGA, PGV, PGD and 5% damped linear elastic
response spectra for periods ranging from 0.01 to 10.0 s: Earthquake Spectra,
v. 24, no. 1, 2008.
Chiou, B., and Youngs, R., A NGA model for the average horizontal component of
peak ground motion and response spectra: Earthquake Spectra, v. 24, no. 1.
2008.
Coppersmith, K. J., Youngs, R. R., Capturing Uncertainty in Probabilistic Seismic
Hazard Assessment with Intraplate Tectonic Environments, Proceedings, 3rd
U. S. National Conference on Earthquake Engineering, Charleston, South
Carolina, Vol. 1, pp.301-312, 1986.
Cornel, C.A. Engineering Seismic Risk Analysis, Bulletin of the Seismological Society
of America. Vol 58, No.5: 1583-1606, 1968.
Firmansjah, J. & Irsyam, M., Development of Seismic Hazard Map for Indonesia,
Prosiding Konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan, Bandung, Nopember
1999.
Frankel, A., Mapping seismic hazard in the central and eastern United States:
Seismological Research Letters, v. 66, n.4 p. 8-21, 1995.
Gardner, J.K., and Knopoff L., Is the sequence of earthquakes in southern California,
with aftershocks removed, Poissonian?: Bulletin of the Seismological Society
of America, v. 64, p. 1363–1367, 1974.
Gutenberg, B. and Richter, C., Frequency of earhquakes in California. Bull. Seism.
Soc. Am., 34:185–188, 1944.
Hall, R, &, Wilson, M.E.J., Neogene sutures in eastern Indonesia, Journal of Asian
Earth Sciences 18 (2000) 781–808. 2000.
Hamilton, W., Tectonic Map of The Indonesia Region, United States Geological
Survey Map 1-875-D, 1978.
Hamilton,W., Convergent-Plate Tectonics Viewed From The Indonesia Region,
Selected paper on the geodynamics of Indonesia regions, ISSN: 0854-4352,
Indonesia Assosiation of Geophysicists, 2001.
8
Hanks, T.C. & Kanamori, H., A Moment Magnitude Scale: Journal of Geophysical
Research, v. 82, 1979, p. 2981-2987.
Harmsen, S., 2007, USGS Software for Probabilistic Seismic Hazard Analysis
(PSHA), Draft Document, (unpublished, received by hand).
International Building Code (IBC), International Code Council, Chapter 16 Structural
Design, 2006.
Katili, J., Past And Present Geotectonic Position Of Sulawesi, Indonesia.
Tectonophysics 45, 289–32, .1978.
Kertapati, E.K., Probabilistic Estimates of Seismic Ground-Motion Hazard in
Indonesia, Prosiding Konferensi Nasional Rekayasa Kegempaan, Bandung,
Nopember 1999.
McCaffrey, R., and J. Nabelek, Earthquakes, gravity and origin of the Bali Basin: An
example of a nascent continental fold-and-thrust belt, J.Geophys. Res., 92,
441-460, 1987.
McGuire, R.K., Probabilistic Seismic Hazard Analysis and Design Earthquakes:
Closing the Loop, Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 85,
No. 5, pp. 1275- 1284, October 1995.
Merz, H.A. and Cornel, C.A., Aftershock in Engineering Seismic Risk Analysis. Report
R73-25. Massachusetts: Departement of Civil Engineering, MIT, Cambridge,
1973.
Natawijaya, D.H., Neotectonics of Sumatran Fault ang Paleogeodesy of the
Sumatran Subduction Zone. Doctor of Philosophy Thesis. California Institute of
Technology, Pasadena, California, 2002.
Newcomb, K. R. and W. R. McCann, Seismic history and seismotectonics of the
Sunda Arc, J. Geophys. Res., 92, 421-439, 1987.
Pacheco, J. F. and L. R. Sykes. Seismic Moment Catalog Of Large Shallow
Earthquakes, 1900 to 1989, Bull. Seismol. Soc. Am., 82, 1306-1:349, 1992
Parkinson, C.D., Emplacement of the East Sulawesi Ophiolite: evidence from
subophiolite metamorphic rocks. J. SE Asian Earth Sci. 6 (1), 1 –16. 1998
Petersen M.D. et al., Documentation for the 2008 Update of the United States
National Seismic Hazard Map, USGS Open-File Report 2008–1128,.
Petersen,M.D. et al., Probalistic Seismic Hazard Analysis for Sumatra, Indonesia and
Across the Southern Malaysian Peninsula, U.S. geological Survey USGS-
MS966, Box 25046, Denver, CO 80225, United State, Tectonophysics 390
(2004), 141-158.
Power, M. S., Coppersmith, K. J., Youngs, R. R., Schwartz, D. P., Swan, R. H.,
Seismic Exposure Analysis for the WNP-2 and WNP-1/4 Site: Appendix 2.5K
to Amendment No. 18 Final Safety Analysis Report for WNP-2, Woodward-
Clyde Conslutants, San Francisco, 63 pp. 1981.
Reiter, L., Eathquake Hazard Analysis-Issues and Insights, New York, Columbia
University Press: 254 pp, 1990.
Risk Engineering Inc., (2006), EZ-FRISK version 7.20 Software for Earthquake
Ground Motion Estimation, User’s Manual.
9
Robert Hall, Extension during late Neogene collision in east Indonesia and New
Guinea, Journal of the Virtual Explorer, ISSN 1441-8126 Volume No. 4, 2001.
S. Lasitha, M. Radhakrishna,* and T. D. Sanu., Seismically active deformation in the
Sumatra–Java trench-arc region: geodynamic implications, Current Science,
Vol. 90, No. 5, 10 March 2006
Sengara,I.W., Kertapati,E.K., Pribadi,S.K., Pengembangan Model Kajian Singkat
Resiko Bencana Gempa Untuk Kota-kota di Indonesia, Konferensi Nasional
Rekayasa Kegempaan II, PSIT-UGM, Jogjakarta, 20 Januari 2004.
Shah, H.C. dan Boen, T., Seismic Hazard Model for Indonesia. Paper, April 1996.
Sieh, K., Natawidjaja, D., Neotectonics of the Sumatran fault, Indonesia. J. Geophys.
Res. 105, 28295–28326. 2000.
Silver, E.A., Reed, D., McCaffrey, R., Back Arc Thrusting in the Eastern Sunda Arc,
Indonesia: A Consequence of Arc Continent Collisin, Journal of Geophysical
Research, Vol. 88, No. B9, pp 7429-7448. 1983.
Slemmons, D.B., Determination of Design Earthquake Magnitudes for Microzonation:
Proceedings of Third International Earthquake Microzonation Conference,
1982, v.1, p.119-130.
SNI-1726-2002, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung, Dep. Kimpraswil, Bandung, April 2002.
Socquet, A., Vigny, C., Chamot-Rooke, N., Simons, W., Rangin, C., and Ambrosius,
B., India and Sunda plates motion and deformation along their boundary in
Myanmar determined by GPS: Journal of Geophysical Research, v. 111,
B05406, doi: 10.1029/2005JB003877, 11 p. 2006.
Theo F. Najoan; Djanasoedirdja Soeroso; S. Ruhijat., Peta Zona Gempa Hasil
Tinjauan Ulang Dan Cara Penggunaannya Sebagai Usulan Dalam
Perencanaan Bangunan Pengairan Tanah Gempa, Jurnal Puslitbang
Pengairan, vol.No. 36, Th.11-KW. I, 1995: 22-36.
USGS, NEIC. 2008, Seismic Hazard of Western Indonesia, Map prepare by United
State of Geology Survey, URL
http://earthquake.usgs.gov/research/hazmap/product_data/
Wells, D.L. and K.J. Coppersmith, New Empirical Relationships Among Magnitude,
Rupture Length, Rupture Width, Rupture Area, And Surface Displacement,
Bull. Seis. Soc. Am. 84(4); 974-1002, 1994.
Youngs, R.P. & Coppersmith, K.J., Implications of Fault Slip Rates and Earthquake
Recurrence Models to Probabilistic Seismic Hazard Estimates, BuNetin of the
Seismological Society of America, Vol. 75, No. 4, pp. 939-964, 1985.
Youngs, R.R., Chiou, S.J., Silva, W.J., Humphrey, J.R., Strong ground motion
attenuation relationships for subduction zone earthquakes. Seismol. Res. Lett.
68, 58–73, 1997.
Zhao John X., Zhang, J., Asano, A., Ohno, Y., Oouchi, T., Takahashi, T., Ogawa, H.,
Irikura, K., Thio, H., Somerville, P., et al., Attenuation Relations of Strong
Motion in Japan using site classification based on predominant period, Bull.
Seismol. Soc. Am., 96, 898, 2006.
10