Bab Ii Kajian Pustaka
Bab Ii Kajian Pustaka
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang
lebih dari biasa, yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat
disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Penyakit ini paling sering
dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, dimana
seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat (Simatupang, 2004).
buang air besar dan berubahnya konsistensi menjadi lebih lunak atau bahkan
usus halus (enteritis), kolon (colitis) atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare
sebagai pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih
akan mereda tanpa terapi yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi
(Wong, 2009). (2) Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih
dari 15 hari.
diare tipe ini desebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit
dengan volume tinja banyak sekali. Diare tipe ini akan tetap
Penyebab diare tipe ini antara lain karena enterotoksin pada infeksi
dari usus halus yang disebabkan obat-obat atau zat kimia yang
galaktosa.
yang abnormal.
infeksi dalam hal ini bisa diakibatkan oleh bakteri, virus, parasit,
psikologis.
(Bodhidatta L, 2010)
ditemukan juga virus baru yaitu Norwalk virus. Virus ini lebih banyak
(Suharyono, 2008)
erat. (Wong, 2009). Selain itu infeksi jamur seperti Candida albicans
Tabel 2.1
Manifestasi Klinis Diare Berdasarkan Agen Infeksi
usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat
(jumlah tidak cukup). (2) Air tercemar oleh tinja. (3) Kekurangan sarana
dan lingkungan yang jelek. (5) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak semestinya. (6) Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang
8
terlaiu dini, susu botol, pemberian ASI yang diselang-seling dengan susu botol
2.5 Keadaan Risiko dan Kelompok Risiko Tinggi yang Mungkin Mengalami
Infeksi Diare
orang yang sering berkemah (dasar berair), (2) makanan atau keadaan
makan yang tidak biasa : makanan laut atau shell fish, terutama yang
mentah, restoran dan rumah makan cepat saji (fast food), perjamuan
(Simadibrata, 2009).
2003).
penduduk yang padat akan lebih mudah terjadi penularan secara cepat
(Suharyono, 2003).
Januari).
Proses ini dapat diawali adanya mikroba atau kuman yang masuk
aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga
menyebabkan diare.
Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan oleh rotavirus. Virus
ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak (Simatupang,
2004). Setelah terpapar dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam
tubuh bersama dengan makanan dan minuman. Kemudian virus itu akan
sampai ke sel-sel epitel usus halus dan akan menyebabkan infeksi dan
merusakkan sel-sel epitel tersebut. Sel-sel epitel yang rusak akan digantikan
oleh sel enterosit baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang
belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum bagus. Hal ini
menyebabkan villi-villi usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap
cairan dan makanan dengan baik. Cairan dan makanan tadi akan terkumpul di
usus halus dan akan meningkatkan tekanan osmotik usus. Hal ini
diserap tadi akan didorong keluar melalui anus dan terjadilah diare (Kliegman,
2007).
Berat dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi penderita
dan diare yang diderita oleh anak dengan kekurangan gizi, lebih berat
jika dibandingkan dengan anak yang status gizinya baik karena anak
dengan status gizi kurang keluaran cairan dan tinja lebih banyak
meninggal karena diare. Hal ini dapat disebabkan karena dehidrasi dan
malnutrisi.
diare berasal dari keluarga yang besar dengan daya beli yang rendah,
kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai sediaan air bersih yang
dan sikap serta kebiasaan yang tidak menguntungkan. Karena itu edukasi
2004).
dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status
Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negeri atau swasta rata-
rata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu
(Simatupang, 2004).
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Hasil
analisa lanjut SDKI (1995) didapatkan bahwa umur balita 12-24 bulan
mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibandingkan anak umur 25-59
dewasa. Sistem pertahanan saluran cerna pada bayi masih belum matang.
bakteri atau toksinnya serta komposisi mukus intestinal pada bayi dan
lyzosim, yaitu suatu protein dan enzim yang merupakan komponen zat
bakteri yang merugikan. ASI biasanya dapat diserap dan dicerna saat
diare. Anak-anak yang tetap diberi ASI selama diare pengeluaran tinja
berkurang dan diare lebih pendek daripada anak yang tidak diberi ASI
pada saat anak untuk pertama kali mengenal makanan tambahan dan
perlindungan diare 4 kali daripada bayi dengan ASI disertai susu botol.
Bayi dengan susu botol akan mempunyai resiko diare lebih besar dan
bahkan 30 kali lebih banyak daripada bayi dengan ASI penuh (Sutoto,
1992).
dan kebiasaan buang air besar yang tidak sehat (Simatupang, 2004).
Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan. Air baku
tersebut sebelum digunakan adalah yang diolah dulu, namun ada pula
beberapa macam sumber air misalnya : air hujan, air tanah (sumur gali,
sumur pompa), air permukaan (sungai, danau) dan mata air. Apabila
kualitas air dari sumber air tersebut telah memenuhi syarat kesehatan
air terlebih dahulu. Saat ini, penggunaan air minum isi ulang
disebabkan oleh air yang dijual bukan merupakan air bersih yang siap
terlebih dahulu.
menggunakan sarana sumur gali mempunyai resiko terkena diare 1,2 kali
2.10 Diagnosis
keluarga atau penderita, seperti. Frekuensi buang air besar (BAB) anak,
lamanya diare terjadi (berapa hari), apakah ada darah dalam tinja, apakah ada
Gejala invaginasi (tangisan keras dan kepucatan pada bayi). Selain itu,
anamnesis pada pasien diare yang perlu ditanyakan antara lain lamanya sakit
atau tidaknya batuk, pilek dan demam sebelum, selama atau sesudah diare.
Pada pemeriksaan fisik hal yang perlu diperiksa seperti berat badan, suhu
haus, dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya seperti
ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata (cowong atau tidak, ada atau
tidaknya air mata) bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah (Juffrie,
2010). Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik.
18
Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia.
Tabel 2.2
Penentuan Derajat Dehidrasi menurut WHO 1995
Penilaian A B C
Lihat :
Keadaan Umum Baik, Sadar *Gelisah, Rewel *Lesu,
Lunglai, atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
dan kering
Air Mata Ada Tidak Ada Tidak ada
Mulut dan Basah Kering Sangat kering
Lidah
Rasa haus Minum biasa, tidak *Haus, ingin *Malas
haus minum banyak minum atau
tidak bisa
minum
Periksa : Kembali cepat *Kembali lambat *Kembali
Turgor kulit sangat lambat
Hasil Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi
Pemeriksaan : Ringan/Sedang berat
Bila ada 1 tanda Bila ada 1
* ditambah 1 tanda *
atau lebih tanda ditambah 1
lain atau lebih
tanda lain
Terapi Rencana Terapi A Rencana Terapi Rencana
B Terapi C
Sumber : Juffrie, 2010
1.1.a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C
ke A)
19
gejala kunci (yang diberi tanda bintang) ditambah minimal 1 gejala yang
penyebab dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut
atau pada penderita dengan dehidrasi berat (Juffrie, 2010). Pemeriksaan tinja
tinja, ada tidaknya darah, lendir, pus, lemak, dan lain-lain. Pemeriksaan
Tabel 2.3
Bentuk Klinis Diare
DIAGNOSIS DIDASARKAN PADA KEADAAN
Diare lebih dari 3 kali sehari
Diare cair akut berlangsung kurang dari 14 hari
Tidak mengandung darah
Diare air cucian beras yang sering
dan banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat,
atau
Kolera Diare dengan dehidrasi berat
selama terjadi KLB kolera, atau
Diare dengan hasil kultur tinja
positif untuk V. cholerae O1 atau
O139
Disenteri Diare berdarah (terlihat atau
dilaporkan)
Diare persisten/kronik Diare berlangsung selama 14 hari
atau lebih
Diare dengan gizi buruk Diare jenis apapun yang disertai
tanda gizi buruk
20
2008).
tinja yang baik dan benar serta pemberian imunisasi campak (Suraatmaja,
2007).
2.13 Penatalaksanaan
Saat ini WHO menganjurkan 4 hal utama yang efektif dalam menangani
cairan diberikan secara oral untuk mencegah dehidrasi yang sudah terjadi,
yang efektif bagi ibu serta pengasuh tentang perawatan anak yang sakit di
rumah, terutama cara membuat dan memberi oralit, tanda-tanda yang dapat
anak kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Teruskan pemberian ASI dan Makanan, (4) Antibiotik Selektif, (5) Nasihat
1. Oralit
tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur,
air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus
(1) Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret, (2)
tanpa dehidrasi.
Tabel 2.4
Kebutuhan Oralit per Kelompok Umur
Umur Jumlah oralit Jumlah oralit yang disediakan
yang diberikan di rumah
tiap BAB
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml/hari ( 2 bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml/hari ( 3-4
bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml/hari (4-5
bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1200-2800 ml/hari
Sumber: Depkes RI, 2006
dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum
langsung dari gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit
2010).
2. Zinc
pada 3 bulan berikutnya. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus
a. Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
24
Cara pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air
matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI,
2011).
3. Pemberian ASI/makanan
pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga
diberikan lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih
makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan
Obat-obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak
Obat anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit
5. Pemberian Nasihat
erat dengan balita harus diberi nasehat tentang (1) Cara memberikan
cairan dan obat di rumah (2) Kapan harus membawa kembali balita ke
petugas kesehatan bila diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus,
dalam 3 hari.
26