ABSTRAK : Kepemimpinan merupakan hal yang penting dalam sebuah proyek konstruksi.
Kepemimpinan mandor yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pekerja membuat kinerja meningkat,
sehingga sangat mempengaruhi keberhasilan proyek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe
kepemimpinan mandor yang aktual terjadi dan yang diharapkan serta untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan di antara keduanya pada proyek konstruksi di Surabaya dan sekitarnya. Jenis kepemimpinan
yang menjadi acuan adalah kepemimpinan transaksional dan transformasional. Pengumpulan data
dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada staf dan pekerja di proyek konstruksi.
Berdasarkan data 131 responden, hasil yang didapatkan adalah mandor telah melaksanakan semua tipe
kepemimpinan. Selain itu, para pekerja dan staf berharap para mandor melaksanakan semua tipe
kepemimpinan baik dari jenis kepemimpinan transaksional dan transformasional. Terdapat perbedaan
nilai rata-rata yang signifikan antara yang aktual dan yang diharapkan, sehingga mandor diharapkan
untuk meningkatkan lagi frekuensi pelaksanaan dari tipe-tipe kepemimpinan ini di proyek.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan dunia konstruksi di Indonesia terus melesat hingga tahun 2020, salah satu hal faktor
mencapai efisiensi kerja yang baik dan maksimal adalah kepemimpinan (Judge & Locke, 1993) dikutip
dari Sanjaya & Yerikho (2018). Melalui kepemimpinan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pekerja
di lapangan maka efisiensi kerja akan meningkat dan akan sangat mempengaruhi keberhasilan suatu
proyek.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan Aryani dan Wahyuni (1998) menyatakan bahwa kepemimpinan
mandor merupakan hal penting karena dapat mempengaruhi kualitas hasil produksi. Selain itu,
penelitian yang dikemukakan oleh Halim & Kurniawan (2018), mendapati bahwa hal-hal yang dianggap
mempengaruhi kinerja mandor berhubungan dengan kepemimpinan mandor.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, mayoritas masih melihat kepemimpinan mandor secara umum, dan
jarang didapati penelitian kepemimpinan mandor yang menggunakan jenis transaksional dan
transformasional. Hal tersebut mendasari penelitian ini untuk meninjau kepemimpinan mandor dari jenis
kepemimpinan transaksional dan transformasional.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Mandor
Mandor di Indonesia merupakan bagian dalam industri konstruksi yang tidak berbadan hukum dan
sifatnya perseorangan, yang dalam tugasnya memimpin buruh-buruh lepas dalam suatu proyek. Dengan
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya, m21416130@john.petra.ac.id
2
Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya, m21416154@john.petra.ac.id
3
Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Surabaya, andi@petra.ac.id
1
menggunakan sistem mandor, perusahaan-perusahaan konstruksi tidak perlu sampai berhubungan
dengan para buruh/pekerja/tukang, namun berhubungan langsung dengan mandor sebagai pihak ketiga.
Peranan mandor dalam proyek konstruksi sangat penting dalam tercapainya visi ataupun tujuan suatu
proyek. Menurut Ervianto (2002), mandor adalah seseorang yang mengawasi tukang pada saat bekerja
di suatu proyek konstruksi. Sedangkan menurut Frick (2001), mandor adalah orang yang bertugas
memimpin beberapa tukang sekaligus mengawasi pekerjaan mereka. Mandor pada umumnya diberi
tugas oleh kontraktor (pemborong). Oleh sebab itu, mandor dapat diartikan sebagai orang yang memiliki
kekuasaan atau wewenang untuk memimpin beberapa tukang dalam berbagai pelaksanaan pekerjaan
suatu proyek.
Kemampuan mandor untuk memimpin pekerja sangatlah penting. Salah satunya seperti penelitian yang
juga dilakukan oleh Aryani & Wahyuni (1998), kepemimpinan mandor adalah hal yang penting untuk
dilaksanakan yang akan berpengaruh terhadap kualitas hasil produksi, sehingga ini akan menjadi awal
yang baik dalam meneliti bagaimana kepemimpinan mandor di proyek konstruksi, serta
membandingkan yang aktual terjadi di proyek dan yang diharapkan oleh para tukang/pekerja maupun
para staf, seperti site manager, supervisor, dan/atau sederajat untuk kinerja yang lebih baik demi
keberhasilan proyek.
Kepemimpinan mandor ini bukan hal yang baru dalam penelitian dalam dunia teknik sipil. Salah satu
penelitian yang meneliti mengenai kepemimpinan mandor adalah Aryani & Wahyuni (1998), yang
menyatakan bahwa kepemimpinan mandor memiliki peranan yang penting dalam proyek konstruksi.
Oleh sebab itu, dalam proyek yang berskala besar, pasti akan memakan waktu hingga tahunan dalam
membangun proyek. Dengan demikian, faktor “atasan/pemimpin” bagi para tukang/pekerja, dalam hal
ini adalah mandor, menjadi salah satu faktor yang utama.
2
2.5. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah sebuah perilaku yang diterapkan oleh seorang pemimpin untuk dapat
berkomunikasi dengan timnya dan mempengaruhi anggota kelompoknya untuk mencapai sebuah tujuan.
Secara teoritis beberapa ahli berpendapat bahwa kepemimpinan adalah kegiatan mengatur dan
mengarahkan anak buahnya untuk bertindak dan berkarya menuju sasaran dan tujuan pekerjaan yang
telah disepakati hal ini dikemukakan oleh Nugraha et al (1986) dikutip dari Aryani & Wahyuni (1998).
Selain itu, menurut (Dubrin, 1988) dikutip dari Effendy & Tedjoprawiro (2006) kepemimpinan adalah
suatu proses mempengaruhi para pekerja untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi, tanpa menggunakan
cara-cara persuasif yang ilegal dan tidak bermoral. Siswanto (1992) dikutip dari Effendy &
Tedjoprawiro (2006) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang
tenaga kerja untuk meyakinkan orang lain sehingga orang yang bersangkutan dapat dikerahkan secara
maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Di samping itu, kepemimpinan merupakan pelaksanaan
otoritas dan pembuatan keputusan atau inisiatif untuk bertindak yang menghasilkan suatu pola yang
konsisten dalam rangka mencari cara pemecahan dari suatu persoalan bersama dengan mempengaruhi
perilaku pengikut-pengikutnya. Sedangkan dari pandangan Robbins, Amp, & Judge (2015) dikutip dari
Sanjaya & Yerikho (2018), kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi sebuah grup dalam
menghasilkan sebuah prestasi berdasarkan visi dan tujuan yang ditentukan.
3
sebanding dengan usaha (contigent) sejauh mana pengikut dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Management by Exception (active) adalah kepemimpinan yang cenderung akan memantau para
pekerjanya dan segera memberikan tindakan korektif apabila terjadi kesalahan atau penyimpangan.
Management by Exception (passive) adalah kepemimpinan yang menghindari tindakan korektif atau
perselisihan dengan pengikutnya dengan para pengikutnya asalkan tujuan yang disepakati bersama dapat
tercapai. Ketiga tipe kepemimpinan di atas dikemukakan oleh (Bass et al., 2003; Humphreys, 2002;
Yammarino et al., 1993) dikutip dari Natalius (2011). Sedangkan Laissez-Faire adalah kepemimpinan
yang melepaskan tanggung jawab dalam kepemimpinannya. Kepemimpinan tipe ini juga menghindari
pengambilan keputusan (Bass, 1990).
4
Tabel 1. Kriteria-Kriteria Kepemimpinan (Lanjutan)
5
3. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dibagi dalam beberapa tahap, diantaranya studi literatur, kemudian melakukan penyusunan
kuesioner. Sebelum akan disebarluaskan kepada responden, dilakukan terlebih dahulu pilot study untuk
menguji kelayakan kuesioner. Setelah itu, bila ada revisi maka akan kembali melakukan penyusunan
kuesioner, bila tidak ada revisi lagi, maka dapat disebarkan ke responden yang dituju. Pengolahan data
menggunakan Microsoft Office Excel untuk pengujian rata-rata dan program analisis statistik Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) untuk melakukan uji validitas, uji reliabilitas serta uji perbedaan
menggunakan paired sample t test agar dapat mengetahui perbandingan tipe kepemimpinan mandor
yang diharapkan dan yang aktual terjadi.
Untuk pengujian rata-rata, dapat dirangkum bahwa hasil dari tipe kepemimpinan transaksional mandor
dan tipe kepemimpinan transformasional mandor pada Tabel 2 dan Tabel 3. Berdasarkan data tersebut
dapat diketahui bahwa tipe kepemimpinan mandor yang aktual menurut pekerja dan staf dari hasil yang
didapatkan adalah semua tipe kepemimpinan dinilai cenderung sering dilaksanakan oleh mandor di
lapangan. Hasil tersebut didapatkan dari nilai cukup tinggi yang diberikan responden. Begitu pula
dengan tipe kepemimpinan mandor yang diharapkan menurut pekerja dan staf untuk jenis transaksional
dan transformasional tipe kepemimpinan ini cenderung diharapkan untuk sering dilaksanakan di
lapangan oleh mandor.
Penilaian ini didasarkan hasil pada Tabel 2 untuk jenis kepemimpinan transaksional dan Tabel 3 untuk
jenis kepemimpinan transformasional. Dari nilai yang diperoleh dapat dilihat secara umum nilai aktual
maupun harapan menurut staf dan pekerja jenis kepemimpinan transformasional memiliki nilai yang
lebih tinggi daripada transaksional. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara aktual mandor
di lapangan lebih sering melakukan jenis kepemimpinan transformasional, serta jenis kepemimpinan
transformasional juga diharapkan untuk lebih sering dilaksanakan dibanding jenis kepemimpinan
transaksional.
6
Untuk pengujian perbedaan menggunakan paired sample t test, hasilnya dapat diketahui dari Tabel 4
dan Tabel 5. untuk tipe kepemimpinan mandor yang diharapkan dan yang aktual terjadi menurut pekerja
dan tipe kepemimpinan mandor yang diharapkan dan yang aktual terjadi menurut staf. Bahwa dari hasil
terdapat di Tabel 4 terdapat perbedaan yang signifikan untuk tipe kepemimpinan contingent reward,
laissez-faire, charismatic, inspirational motivation, dan individualized consideration. Sedangkan pada
Tabel 5 terdapat perbedaan yang signifikan untuk semua tipe kepemimpinan, kecuali laissez-faire.
Tabel 4. Hasil Perbandingan Tipe Kepemimpinan Mandor yang Diharapkan dengan yang Aktual Terjadi
menurut Pekerja
Tabel 5. Hasil Perbandingan Tipe Kepemimpinan Mandor yang Diharapkan dengan yang Aktual Terjadi
menurut Staf
6. DAFTAR REFERENSI
Aryani, F. & Wahyuni, V. (1998). Peranan kepemimpinan mandor dalam meningkatkan kualitas hasil
produksi. (TA No. 821 S). Skripsi Universitas Kristen Petra, Surabaya.
7
Bass, B.M. (1990). “From Transactional to Transformational Leadership: Learning to Share the Vision”.
Organizational Dynamic, p. 22. New York: American Management Association.
Bass, B.M. (1985). Leadership and Performance Beyond Expectations. New York: Free Press.
Bass et all (2003). “Predicting Unit Performance by Assessing Transformational and Transaction
Leadership”. Journal of Applied Psychology.
Burns, J.M. (1978). Leadership. New York: Harper & Row.
Cheung et all. (2001). “A Satisfying Leadership Behavior Model for Design Consultants”. International
Journal of Project Management 19, 421-429.
Danu, B. (2011). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan pada Proyek Konstruksi. Tesis UAJY.
Dubrin. (1988). Human Relation A Job Oriented Approach. New Jersey: Prentice Hall.
Effendy, C. & Tedjoprawiro, G. (2006). Hubungan Antara Kepemimpinan Manajer Proyek Dengan
Kepercayaan Pada Proyek Konstruksi. (TA No. 20121467/SIP/2006). Skripsi Universitas
Kristen Petra, Surabaya.
Ervianto, W.I. 2002. Teori Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi. Andi, Yogyakarta.
Frick, H. (2001). Ilmu Konstruksi Bangunan 1. Yogyakarta: Kanisius.
Halim, I. & Kurniawan, J. (2018). Analisa Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Kinerja Mandor. (TA No.
21012224/SIP/2018). Skripsi Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Humphreys, J.H. (2002). “Transformational Leader Behavior, Proximity and Successful Services
Marketing”. Journal of Services Marketing.
Judge, T.A., & Locke, E.A. (1993). “Effects of Dysfunctional Thought Processes on Subjective Well-
being and Job Satisfaction”. Journal of Applied Psychology, 78 (3), 475-490.
Mulyadi, L., Putranto, E.H.D., & Huda, M.N. (2014). “Jurnal Info Manajemen Proyek”. Evaluasi
Pengaruh Kinerja Mandor Terhadap Kualitas Pekerjaan Pembangunan Gedung di Kabupaten
Malang. Vol. 5, 1-12.
Natalius, F. (2011). Analisa Kepemimpinan Transaksional dan Tranformasional untuk Meningkatkan
Kerjasama Tim dan Kinerja Waktu Proyek. Tesis Universitas Indonesia.
Nofalia, Y. (2018). Pengaruh Sikap Kepemimpinan Mandor Terhadap Produktivitas Kinerja SDM Pada
Proyek Konstruksi. Diploma Thesis, Universitas Andalas.
Nugraha et all. (1986). Manajemen Proyek Konstruksi. Kartika Yudha.
Rahardjo, H.A. & Bermawi, H. (2014). “Mandor for Solving Competitive Business in Indonesia”.
International Journal of Engineering and Technology.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2015). Organizational Behaviour (16th ed). Harlow: Pearson.
Robbins, S.P. (2001). Organizational Behaviour 9th ed). New Jersey: Prentice-Hall Intenational, Inc.
Sanjaya, F. & Yerikho, B. (2018). Model Penilaian Kepemimpinan Manajer Proyek yang Diharapkan
Bawahan Berdasarkan Kriteria Perilaku Kepemimpinan. (TA No. 21012272/SIP/2018). Skripsi
Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Soeharto, I. (2001). Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta: Erlangga.
Soeriadiredja, P. (2017). Mandor sebagai “Petit Bourgeois” dalam Industri Konstruksi, 20-26.
Sujarweni, W. (2014). SPSS untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press, hal. 193.
Triton, P.B. (2006). SPSS 13.0 Terapan: Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: Andi.
Vrayudha, R. (2016). Analisa Peran dan Fungsi Mandor pada Proyek-Proyek Konstruksi Jembatan dan
Gedung di Kabupaten Ogan Komering Ulu, 219-221. Universitas Sriwijaya, Palembang.
Yammarino et all (1993). “Transformational Leadership and Performance: A Logitudinal Invetigation”.
Leadership Quarterly.