Anda di halaman 1dari 5

PROMOSI KESEHATAN

“AREA TINDAKAN PROMOSI KESEHATAN”

OLEH :

KELOMPOK 3

NAMA ANGGOTA :

1. HESTI ALVAENATUN
2. INDAH CAHYANI
3. IIN RAHMAWATI
4. HARTATI
5. ISWAHYUDIN

PRODI D III KEPERAWATAN BIMA POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

TAHUN 2019
AREA TINDAKAN PROMOSI KESEHATAN

1. Membangun kebijakan kesehatan publik


Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehatan sering diabaikan, oleh
karena itu adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan, diharapkan bisa
mengedepankan proses pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada para pengambil kebijakan (policy makers)
atau pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi pemerintah maupun
swasta. Sebagai contoh ; adanya perencanaan pembangunan PLTN di daerah jepara,
para penagmbil kebijakan dan pembuat keputusan harus benar-benar bisa
memperhitungkan untung ruginya. harus diperhatikan kemungkinan dampak radiasi
yang akan ditimbulkan, serta kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa berdampak
pada kesehatan.
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
Aspek lingkungan juga perlu diperhatikan. Lingkungan disini diartikan dalam
pengertian luas. Baik lingkungan fisik (biotik, non biotik), dan lingkungan non fisik.
Diharapkan tercipta lingkungan yang kondusip yang dapat mendukung terwujudnya
masyarakat yang sehat.
Contoh : perlunya jalur hijau didaerah perkotaan, yang akhir-akhir ini sering
diabaikan pemanfaatannya oleh oknum-oknum tertentu. perlunya perlindungan diri
pada kelompok terpapar pencemaran udara , seperti penggunaan masker pada penjaga
loket jalan tol, petugas polantas, dsb.
3. Pemberdayaan masyarakat
Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan, tanggung jawab
pelayanan kesehatan kadang hanya untuk pemberi pelayanan (health provider ),
tetapi  pelayanan kesehatan  juga merupakan  tanggung jawab  bersama antara
pemberi pelayanan kesehatan (health provider) dan pihak yang mendapatkan
pelayanan. Bagi pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya sekedar
memberikan pelayanan kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan peran serta
aktif masyarakat untuk berperan dalam pembangunan kesehatan. dan sebaliknya bagi
masyarakat, dalam proses pelayanan dan pembangunan kesehatan harus menyadari
bahwa perannya sangatlah penting, tidak hanya sebagai subyek, tetapi sebagai obyek.
Sehingga peranserta masyarakat dalam pembangunan kesehatan sangatlah
diharapkan.
Contoh : semakin banyaknya upaya-upaya kesehatan yang bersumberdaya
masyarakat (UKBM), seperti posyandu, UKGMD, Saka bhakti Husada, poskestren,
dll.
4. Mengembangkan kemampuan personal
Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, ketrampilan
individu mutlak diperlukan. Dengan harapan semakin banyak individu yang terampil
akan pelihara diri dalam bidang kesehatan, maka akan memberikan cerminan bahwa
dalam kelompok dan masyarakat tersebut semuanya dalam keadaan yang sehat.
ketrampilan individu sangatlah diharapkan dalam mewujudkan keadaan masyarakat
yang sehat. Sebagai dasar untuk terapil tentunya individu dan masyarakat perlu
dibekali dengan berbagai pengetahuan mengenai kesehatan, selain itu masyarakata
juga perlu dilatih mengenai cara-cara dan pola-pola hidup sehat.
Contoh : melalui penyuluhan secra indicidu atau kelompok seperti di Posyandu,
PKK. Adanya pelatihan kader kesehatan, pelatihan dokter kecil, pelatihan guru UKS,
dll.
5. Berorientasi pada layanan kesehatan
Adanya gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kesehatan tidak
hanya milik pemerintah, tetapi juga milik masyarakat. Untuk dapat menciptakan
gerakan kearah hidup sehat, masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan
keterampilan. selain itu masyarakat perlu diberdayakan agar mampu berperilaku
hidup sehat. Kewajiban dalam upaya meningkatkan kesehatan sebagai usaha untuk
mewujudkan derajat setinggi-tingginya, teranyata bukanlah semata-mata menjadi
tanggung jawab tenaga kesehatan. Masyarakat justru yang berkewajiban dan berperan
dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Hal ini sesuai yang tertuang
dalam Pasal 9 , UU N0. 36 tahun 2009 Tentang kesehatan, yang berbunyi :
“Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya”.
Contoh ; adanya gerakan 3 M dalam program pemberantasn DBD, gerakan
jumat bersih, perlu diketahuai di negeri tetangga malaysia ada gerakan jalan seribu
langkah (hal ini bisa kita contoh), bahkan untuk mengukurnya disana sudah dijual alat
semacam speedometer.
6. Meningkatkan tanggung jawab sosial terhadap kesehatan
Para pembuat keputusan harus mempunyai komitmen tanggung jawab yang
kuat. Semua sektor, baik sektor yang berurusan dengan masyarakat umum maupun
sektor swasta. Harus mempromosikan kesehatan, baik dalam kebijaksanaan maupun
praktik, sebagai berikut :
a) Menghindari hal-hal yang dapat merugikan orang lain
b) Melindungi lingkungan dan menjamin terus dimanfaatkannya sumber daya
c) Membatasi produksi dan perdagangan barang-barang yang berbahaya seperti
tembakau dan senjata, termasuk juga membatasi praktik pemasarannya yang
tidak sehat
d) Menjaga keselamatan masyarakat, baik di tempat umum maupun di tempat
kerja
e) Memasukan dampak kesehatan sebagai integral dari kebijakan pembangunan
7. Meningkatkan investasi kesehatan dan keadilan sosial
Di banyak negara, investasi kesehatan yang ada tidak mencukupi dan sering
kali tidak efektif. Peningkatan investasi untuk pembangunan kesehatan memerlukan
pendekatan multi sektor yang benar, termasuk sumber-sumber daya tambahan untuk
pendidikan, yang juga mencakup sektor kesehatan. investasi yang lebih besar untuk
kesehatan, dan re-orientasi investasi yang telah ada baik di dalam maupun di luar
negeri mempunyai potensi yang sangat bermakna bagi pembangunan manusia,
kesehatan dan kualitas hidup
Investasi di bidang kesehatan harus mencerminkan kebutuhan kelompok-
kelompok tertentu seperti para wanita, anak-anak, manula,serta masyarakat yang
miskin
8. Meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama bidang kesehatan
Kemitraan antara lembaga pembangunan, donor dan pemerintah diperlukan
dalam keberhasilan kegiatan keselamatan ibu. Kemitraan ini telah dilaksanakan di
beberapa daerah, menunjukkan kemitraan antara penyandang dana, pelayanan
kesehatan pemerintah dan  tokoh masyarakat. Komitmen nasional terhadap kesehatan
ibu oleh Bapenas dan Depkes memberikan lingkungan yang mendukung pelayanan
kesehatan ibu. Pemerintah telah menempatkan satu bidan disetiap desa dengan
mendidik 55.000 bidan didesa dalam kurun waktu delapan tahun. Pondok bersalin
desa dilayani oleh bidan, dukun bayi, dan kader disediakan untuk memberikan
pelayanan antenatal dan persalinan ditingkat desa.
Disamping itu, kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi dilaksanakan untuk
mendukung kegiatan ini serta disediakan sarana komunikasi radio dengan fasilitas
merespon obstetri gawat. Agar upaya keselamatan ibu tidak hanya sekedar retorika
tetapi menjadi kenyataan diperlukan komitmen kuat dari penentu kebijakan,
pengelola program dan masyarakat. Implikasi program keselamatan ibu mencakup
hal berikut:
a) Menjamin kehadiran tenaga kesehatan pada setiap persalinan;
b) Memperluas akses terhadap pelayanan kebidanan di tingkat masyarakat;
c) Meningkatkan akses terhadap pelayanan obstetri esensial, termasuk
pelayanan gawat darurat;
d) Menyediakan pelayanan terpadu kesehatan reproduksi termasuk keluarga
berencana dan pelayanan pasca aborsi;
e) Menjamin kesinambungan pelayanan yang berhubungan dengan sarana
rujukan dan didukung oleh bahan habis pakai, alat, obat dan transportasi
yang memadai.
9. Membangun infrastruktur yang kuat
Untuk mengembangkan infrastruktur kesehatan, harus di cari mekanisme
pembiayaan baru baik lokal, nasional, maupun global. Insentive dan rangsangan harus
diciptakan untuk memengaruhi tindakan pemerintah,lembaga swadaya masyarakat.
Institusi pendidikan, dan sektor swasta untuk memaksimalkan mobilisasi sumber
daya promosi kesehatan
Berbagai tatanan kesehatan merupakan dasar kelembagaan untuk
menembangkan infrastruktur yang di perlukan dalam promosi kesehatan.tantangan-
tantangan baru di bidang kesehatan menunjukan bahwa jaringan kerja yang baru perlu
diciptakan untuk mencapai lintas sektor. Jaringan kerja tersebut harus membentuk
kerja sama baik di dalam ataupun dalam negara, da mempermudah pertukaran
informasi tentang strategi yang efektif untuk setiap tatanan
Pelatihan dan praktik kepemimpinan lokal harus di dorong untuk menunjang
kegiatan promosi kesehatan. Dokumentasi berbagai pengalaman promosi kesehatan
dari berbagai penelian dan laporan kegiatan, harus di tingkatkan untuk memperbaiki
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Semua negara harus mengembangkan
promosi kesehatanyang di sesuaikan dengan lingkungan politik, hukum,pendidikan,
sosial dan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai