1. Kenapa tertarik mengambil topik penelitian tentang swamedikasi? Kenapa tdk pelayanan
resep saja?
Karena belum pernah ada penelitian yang dilakukan di iik tentang swamedikasi.
2. Bisa dijelaskan alasan pemilihan judul penelitian yang diambil ini? Apakah sdh
disebutkan di slm naskah?
Sebagian ada yang belum ada di naskah.
Kenapa swamed, karena sekarang masih banyak kasus yaitu penggunaan obat secara
tidak rasional
Kenapa penyakit batuk yang saya ambil, karena batuk merupakan salah satu penyakit
yang sering dan banyak diderita oleh masyarakat.
Selain itu, sebelumnya belum pernah ada penelitian tersebut yang dilakukan di IIK
Bhakti wiyata Kediri.
4. Apa beda peran dan kewenangan farmasis (apoteker) dengan TTK dalam pelayanan
swamedikasi?
Farmasis memiliki kewenangan untuk menyediakan produk obat yang sudah terbukti
keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau
melakukan konseling kepada pasien dan keluarganya agar obat digunakan secara aman,
tepat dan rasional. Sedangkan kewenangan TTK dalam swamedikasi yaitu melakukan
konseling dengan pasien dan penyampaian informasi bagi pasien dalam melakukan
swamedikasi. TTK tidak memiliki kewenangan untuk menyediakan produk obat yang
digunakan untuk swamedikasi.
5. Dalam guideline Who disebutkan ttg Self care dan sel Medication, apa beda keduanya?
Self care (perawatan diri) yaitu kegiatan memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit
yang dilakukan oleh individu itu sendiri. Sedangkan self medication (pengobatan
sendiri/swamedikasi) yaitu pemilihan dan penggunaan obat, baik obat modern maupun
obat tradisional oleh seseorang untuk melindungi diri dari penyakit dan gejala.
6. Permasalahan terbesar apa yang seringkali terjadi dalam perilaku swamedikasi? Solusi
apa yang bisa diberikan?
Permasalahan yang sering terjadi dalam swamedikasi yaitu pengetahuan masyarakat yang
terbatas tentang obat dan penggunaannya, masyarakat cenderung hanya tahu merk
dagang obat tanpa tahu zat berkhasiatnya. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya
farmasis dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat
sehingga masyarakat dapat terhindar dari penyalahgunaan obat (drug abuse) dan
penggunasalahan obat (drug misuse).
7. Bisa disebutkan 2 contoh obat dalam List OWA1,2 maupun 3 yang bisa digunakan untuk
swamedikasi batuk…
OWA 1 = bromheksin, karbosistein
OWA 2 = ibuprofen, benorilate
OWA 3 = isoniazid, rifampisin
8. Apakah ada penelitian sejenis yang menemukan hubungan tingkat pengetahuan terhadap
perilaku swamedikasi batuk? Bisa dijelaskan hasil penelitian tsb…
Ada, penelitian dari Okki AnugerahMahardika Putera dari Fakultas Kedokteran di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hasil dari penelitian tersebut
- Pada tingkat pengetahuan swamedikasi batuk, mahasiswa Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang ini memiliki kriteria “tinggi”, karena responden yang
dapat menjawab benar pernyataan pada kuesioner yakni sebanyak 25,51%.
- Perilaku swamedikasi batuk, mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang yang memiliki kriteria “tepat” sebanyak 27,06%.
- Dari hasil uji regresi linier didapat nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan swamedikasi dengan perilaku
swamedikasi pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang. Sebanyak 27,31 % responden masuk dalam kategori “tinggi”
14. Bisa dijelaskan nyebar kuesioner onlinenya nnt teknisnya spt apa?
Untuk teknisnya, saya masuk di grub whatsapp masing-masing angakatan. Lalu saya
akan random nomor hp dari semua angkatan tersebut. Saya akan merandom sebanyak 25
nomor hp per angkatan. Lalu saya akan menghubungi responden tersebut, dan akan
mencocokkan identitas responden dengan daftar mahasiswa yang aktif pada tahun
tersebut, apakah memang benar dia mahasiswa iik atau bukan.
17. Bisa dijelaskan, uji validitas dan reliabilitas nnt teknisnya bgmn..
Untuk uji validitas menggunakan teknik uji korelasi product moment
Untuk uji reliabilitas menggunakan cronbach’s alpha.
Untuk teknisnya kuesioner disebar ke responden. Responden tersebut diambil secara acak
dari masing masing tingkatan mahasiswa s1 farmasi iik bhakti wiyata Kediri. Setalah data
terkumpul, data tersebut dioalah menggunakan program SPSS versi 22.
20. Apakah boleh melakukan uji validitas reliabilitas sblm uji etik keluar?
Boleh, karena harus di perbaiki dulu untuk instrument penelitiannya.
21. Kalau tdk lulus uji etik, apa yang akan Anda lakukan?
Apabila hasil proposal tidak lulus etik maka proposal harus diperbaiki terlebih dahulu.
Setelah itu menyerahkan lagi ke tim uji etik untuk dilakukan penilaian ulang.
23. Analisa scr analitik kan pk korelasi spearman, bgmn interpretasi datanya nnt? Kl ada
hubungan angkanya bgmn, kl tdk ada hubungan angkanya bgmn…
H0 = tidak ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi batuk pada
mahasiswa s1 farmasi institute ilmu kesehatan bhakti wiyata Kediri.
H1 = ada hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi batuk pada
mahasiswa s1 farmasi institute ilmu kesehatan bhakti wiyata Kediri.
Jika sig > 0,05 maka H0 diterima sedangkan H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan
tingkat pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi batuk.
Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima, artinya ada hubungan tingkat
pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi batuk.
25. Kuesioner ini anda dptkan dr mana? Sdh diuji validitas dan reliabilitas sebelumnya apa
belum? Jika sudah, kenapa dilakukan uji valid dan reliabel lagi?
Dari skripsi orang lain. Kalau sudah terlampir di skirpsi orang pasti sudah di uji validitas
dan reliabilitas. saya harus melakukan uji lagi karena keadaan yang diteliti oleh peneliti
lain berbeda karakteristiknya dengan keadaan yang akan saya teliti.
26. Kalau misalnya hasil uji validitas dan reliabiltas, ada butir pertanyaan yg tdk valid atau
reliabel, kuesuiner ini lalu diapakan?
Butir pertanyaan tersebut dihilangkan atau tidak digunakan dalam kuesioner tersebut.