INFORMASI OBAT
BERBASIS EVIDENCE-
BASED MEDICINE
Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt
Magister Farmasi Klinik
Fakultas Farmasi UGM
2
PENDAHULUAN (1)
Lanjutan
3
PENDAHULUAN (2)
Dari dokter:
4
PENDAHULUAN (3)
Siapa yang (seharusnya) paling kompeten di
bidang obat-obatan?
Kepada siapa (semestinya) masyarakat bertanya
jika ada masalah tentang obat-obatan?
Kepada siapa dokter atau tenaga kesehatan lain
(bisa) bertanya terkait dengan obat-obatan?
Jawabannya ???
APOTEKER
5
6
Siapa lagi yang bertanya?
Dokter
Perawat
Pasien
Farmasis
Mahasiswa S1/S2
Dll.
7
Contoh pertanyaan
Minuman Oplosan (Pertanyaan dari Wartawan Kompas)
1. Bahan apa saja yang dicampurkan dalam minuman beralkohol yang sudah
ada sehingga menjadi minuman oplosan? Saya pernah membaca ada yang
dicampur minuman energi, minuman ringan, jus buah, autan (obat nyamuk
oles) hingga spiritus.
2. Apa alasan penambahan bahan campuran itu?
3. Apa dampak dari percampuran minuman beralkohol itu dengan bahan-
bahan campuran?
4. Apa risiko percampuran berbagai bahan tersebut bagi tubuh? Mengapa ada
peminum yang meninggal dan ada yang tidak? Ada yang meninggal dalam
waktu singkat ada yang hingga beberapa hari.
5. Kalau seseorang keracunan atau mabuk minuman oplosan, pertolongan
pertama apa yang bisa dilakukan?
8
9
Tipe pertanyaan seperti apa lagi
yang bisa ditanyakan?
Dosis Farmakokinetik
10
DIS Annual report, Canada, 2005
11
12
Information most often desired at first medication dispensing was
adverse effects (58.2%), basic instructions (32.6%), and drug
interactions (31%). Less than 9% of patients stated no need for
pharmacist-provided information or that written information sufficed.
(J Am Pharm Assoc 2011;51(4):510-9)
Result: 65% of the queries were from consumers requesting information
for themselves; 55.2% of queries originated from women; 61% of
consumers were between 19 and 55 years of age. The 5 most listed
medical conditions were depression-related, hypertension, allergies, pain,
and infectious disease. More than 60% of the questions involved
prescription or over-the-counter (OTC) medications; another 10%
targeted herbal products or dietary supplements. Consumers were most
interested in drug efficacy, safety, and drug interactions.
(Ann Pharmacother May 1, 2002 vol. 36 no. 5 787-792 )
13
Bagaimana menghadapinya?
APOTEKER PERLU
MENYEDIAKAN PELAYANAN
INFORMASI OBAT (PIO)
14
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
http://www.skpharmacists.ca/default.aspx?whatsnew=paw-2012-announcement
15
Aspek fungsional PIO
Pelayanan Pendidikan Penelitian
• Menjawab • Pendidikan • DUE/DUR
pertanyaan berkelanjutan • Audit
• KFT • Konseling
• Formularium • Pelatihan formal
• Buletin
16
Pengelola PIO
Perlu memiliki kemampuan:
melokasikan sumber informasi
klinis yang baik
menginterpretasi, menganalisa,
dan mengevaluasi informasi
secara objektif dan akurat
menyampaikan informasi secara
efektif
17
Pharmacy provider
Dalam melayani permintaan informasi obat, ada 3 tiga tingkat
pharmacy provider
The retriever: mendapatkan literatur dari pustaka, fotokopi
dan memberikannya berdasarkan permintaan
The informant: me-retrieve informasi secara selektif,
evaluasi, interpretasi literatur dan memberikan jawaban
The consultant: selain sebagai informer, juga meminta data
lengkap pasien, diskusi masalah dan jawaban alternatif,
memberikan kesimpulan, nasehat dan rekomendasi.
Anda berada di tingkat mana?
18
Bagaimana menjawab pertanyaan
dg cepat dan tepat?
19
7 Tahap Pendekatan Sistematis dalam
Menjawab Permintaan Informasi Obat
20
Step 1: Dapatkan Data Penanya (1)
Contoh:
Pertanyaan mengenai cara kerja obat Novonorm
(repaglinide)
http://www.medicinenet.com/repaglinide/article.htm
21
Bila yg bertanya
-dokter:
“ Novonorm adalah obat oral hipoglikemik non-sulfonilurea
yg bekerja dengan meningkatkan pelepasan insulin untuk
DM tipe 2”
- pasien:
“ Novonorm bekerja dengan memperbaiki cara tubuh anda
memproses gula sehingga kadar gula anda turun”
22
Mekanisme aksi repaglinide
23
Step 2: Dapatkan Informasi Latar Belakang
membantu memperjelas
pertanyaan dan merupakan
langkah yg penting dalam proses
PIO
Kadang pertanyaan tidak
diungkapkan dg tepat atau
penanya tidak tahu bgmn
menanyakannya
Tujuannya agar penanya dan
pemberi informasi memiliki
pengertian yang sama tentang
hal yg ditanyakan
24
Contoh 1:Perhatikan dialog berikut
25
Dokter : Fungsi ginjal stabil sejak masuk RS 5 hari yg
lalu. Serum Cr = 1.2, BUN 1.5
Apoteker :Kira2 CrCl ± 68 ml/min. Apakah pasien obese
atau underweight?
Dokter : Tidak
Apoteker : Sudah dapat gentamicin sebelumnya atau baru
pertama kali?
Dokter : Belum. Saya ingin mulai sesegera mungkin
Apoteker : Oke, Dok. Dosis akan saya hitung dan dokter
akan saya telepon kembali
26
Contoh 2 :Perhatikan dialog berikut
Dokter : Berapakah dosis dari gentamisin?
Apoteker : Buat seorang pasien?
Dokter : Betul. Pak Karyo, di Ruang Bougenvil
Apoteker : Infeksi-nya apa dok?
Dokter : Saya rasa pneumonia. Pasien datang dengan onset gejala
yang cepat
Apoteker : CAP atau hospital acquired?
Dokter : Pasien datang dari rumahnya. Saya duga kumannya
streptokokus. Di sputumnya banyak kokus positive
pasangan dan rantai
27
Apoteker : Kalau dokter curigai CAP, sebaiknya dokter berikan
penicillin. Seberapa parahkah infeksinya?
Dokter : moderate severe dan berlanjut. Pengobatan harus
segera dimulai
Apoteker : Kalau begitu mulai dengan parenteral penicilin.
Apakah pasien alergi dengan penicillin?
Dokter : Tidak. Sejauh ini tidak ada alergi.
28
Step 3: Tentukan dan kategorikan
pertanyaan sebenarnya
29
Step 4: Tentukan strategi dan
Lakukan Pencarian
30
Contoh referensi primer
American Journal of Hospital Pharmacy
Australian Journal of Hospital Pharmacy
Annals of Internal medicine
Annals of Pharmacotherapy
British Medical Journal
Journal of Pharmaceutical Sciences
JAMA
New England Journal of Medicine
Lancet
31
Step 5: Evaluasi, Analisis , dan Sintesis
32
Step 6: Formulasi dan Berikan Jawaban
Cantumkan lagi
- pertanyaan dan informasi latar
belakang
- informasi dan rekomendasi
- Sekilas mengenai strategi
pencarian dan literatur bila
pencarian komprehensif
33
Step 7: Dokumentasi dan Tindak lanjut
34
Macam dokumentasi & evaluasi
35
Evidence-based medicine (EBM)
Evidence-Based Medicine (EBM) awalnya berasal dari
bidang kedokteran sebagai dasar untuk keputusan
terapi
Di bidang kedokteran berkembang EBM terapi, EBM
diagnosis, EBM prognosis dan harm
Bidang kefarmasian mengadopsi menjadi Evidence-
Based Pharmacy Practice
Kata kunci : Evidences
Prinsip : sama dengan EBM di bidang kedokteran
36
Penerapan EBP/EBM dalam Praktek Farmasi
37
Apa Keuntungan EBP/EBM untuk Farmasis?
38
Contoh dalam
5 praktek
Dari dokter:
Seperti apa evidence terbaru dari penggunaan
glucosamin/chondroitine pada pasien osteoartritis?
39
Mengapa perlu EBM ?
Faktanya di pasaran banyak dijual produk-produk
suplemen, salah satunya adalah “suplemen sendi”
dengan berbagai merk
Iklan di media mengenai “suplemen sendi” sangat
gencar, banyak masyarakat yang bertanya
Apoteker perlu mencari evidence mengenai “suplemen
sendi” untuk bisa memberikan jawaban yang tepat
Untuk itu, perlu tahu prinsip EBM dan cara mencarinya
40
SEJARAH EBM
MEDICAL/PHARM SYSTEMATIC
SEARCH FOR
SERVICES “BEST EVIDENCE”
DATA CRITICAL
INTEGRATION APPRAISAL
Dalam era EBM..
Diperlukan :
1. Kemampuan untuk mencari evidence yang relevan secara
efektif dan efisien (umumnya dilakukan secara online)
2. Kemampuan melakukan penilaian secara kritis untuk
secara cepat mengevaluasi dan memilih mana informasi
yang valid dan berguna, mana yang tidak, dan
mengaplikasikannya
45
Evidence-based Medicines
Finding the Evidence
Finding
Finding thethe Evidence
Evidence
Finding
Finding thethe Evidence
Evidence
Finding
Finding thethe Evidence
Evidence
Pengaruh merokok
pada kanker paru
Finding
Finding thethe Evidence
Evidence
54
Contoh Mencari Evidence
Pertanyaan awal dari sejawat apoteker:
Kami sering mendapat permintaan dari dokter obsgyn
untuk menyediakan misoprostol yang akan digunakan
untuk menginduksi kelahiran, tapi kami ragu karena
misoprostol indikasi resminya adalah untuk terapi tukak
peptik, dan pengawasan terhadap misoprostol sangat
ketat. Bagaimana sebenarnya bukti ilmiahnya?
56
PERTANYAAN FOREGROUND ?
P : ………………………..
I : ………………………….
C : …………………………
O : …………………………
PERTANYAAN FOREGROUND ?
C : oksitosin intravena
Atau
2. Search systematic review – exp: Cochrane
3. Search RCT yang terkait dan lakukan critical appraisal
Back ground information:
Induksi persalinan
Induksi persalinan merupakan stimulasi kontraksi sebelum mulai
terjadinya persalinan spontan, yang diperlukan jika kontraksi
spontan dianggap tidak adekuat akibat kegagalan dilatasi servix dan
penurunan janin (Cunningham, 2013)
Indikasi induksi persalinan adalah jika terjadi antara lain: ketuban
pecah dini, persalinan lewat waktu, oligohydramnion, preeklampsia
berat, dll.
Agen farmakologis yang dapat digunakan :
Oxytocin intravena (paling banyak digunakan)
Misoprostol oral atau vaginal (penggunaan off-label)
Prostaglandin E2 (dinoproston)
61
Searching
literatur:
- Googling
- PubMed
- Cochrane
Mbah
Google
Contoh Guideline
Untuk oxytocin
Untuk misoprostol
63
Pencarian systematic review melalui Cochrane library
64
Part of Abstract
Nine trials compared oral misoprostol with intravenous oxytocin (1282 women). There
were no obvious differences in the frequency of: vaginal birth within 24 hours (RR 0.79,
95% CI 0.59 to 1.05; 6 trials; 789 women), or uterine hyperstimulation with fetal heart
rate changes (RR 1.30, 95% CI 0.43 to 3.91; 7 trials; 947 women). There were, however,
fewer caesarean births with oral misoprostol (RR 0.77, 95% CI 0.60 to 0.98; 9 trials; 1282
women).
Thirty-seven trials compared oral misoprostol with vaginal misoprostol (6417 women).
There was little difference in the frequency of: vaginal birth within 24 hours (RR 1.08,
95% CI 0.86 to 1.36; 14 trials; 2,448 women), uterine hyperstimulation with fetal heart
rate
changes (RR 0.71, 95% CI 0.47 to 1.08; 29 trials; 5,503 women), and caesarean birth (RR
0.93, 95% CI 0.81 to 1.07; 35 trials; 6,326 women).
The incidence of serious neonatal or maternal morbidity or death was rare and no
meaningful results were available for any of the comparisons.
65
Authors’ conclusions
Oral misoprostol as an induction agent is effective at achieving
vaginal birth. It is more effective than placebo, as effective as
vaginal misoprostol and vaginal dinoprostone, and results in fewer
caesarean sections than oxytocin alone.
Where misoprostol remains unlicensed for the induction of labour,
many practitioners will prefer to use a licensed product like
dinoprostone. If using oral misoprostol, the evidence suggests that
the dose should be 20 to 25 mcg in solution.
Given that safety is the primary concern, the evidence supports the
use of oral regimens over vaginal regimens. This is especially
important in situations where the risk of ascending infection is
high and the lack of staff means that women cannot be intensely
monitored
66
Pencarian RCT melalui PubMed
67
Contoh salah satu RCT terkait misoprostol vs
oxyctocin
68
Contoh 2 mencari
5 evidences
Dari dokter:
Seperti apa evidence terbaru dari penggunaan
glucosamin/chondroitine pada pasien osteoartritis?
69
PERTANYAAN FOREGROUND ?
P : ………………………..
I : ………………………….
C : …………………………
O : …………………………
PERTANYAAN FOREGROUND ?
C : placebo
Atau
2. Search systematic review – exp: Cochrane, atau yg lain
3. Search RCT yang terkait dan lakukan critical appraisal
4. Formulasikan hasil critical appraisal untuk
memberikan evidence bagi pertanyaan tadi
Searching
Literatur utk
guideline lewat
Google dulu
Mbah
Google
Clinical Practice Guidelines
National Guidelines Clearinghouse
◦ www.guideline.gov
New Zealand Guidelines Group
◦ www.nzgg.org.nz/
National Institute for Health and Clinical Excellence
(NICE)
◦ www.nice.org.uk/
Veterans Health Administration
◦ www.oqp.med.va.gov/cpg/cpg.htm
◦ www.pbm.va.gov (monographs, drug use criteria)
Recommendation from AAOS clinical practice guideline
Rationale :
◦ When meta-analyses were run for WOMAC pain, function, stiffness and total subscale
scores, all meta-analyses showed that the overall effect of glucosamine compared to
placebo was not statistically significant
◦ Meta-analysis results comparing chondroitin sulfate to placebo in pain scores on the VAS
found that the scores were 11.89 points lower in the chondroitin group than in the
placebo group, however, the difference was not clinically important.
◦ Both glucosamine and chondroitin sulfate have been extensively studied. Despite the
availability of the literature, there is essentially no evidence that minimum clinically
important outcomes have been achieved compared to placebo, whether evaluated alone
or in combination.
◦ The strength of the recommendation is based on lack of efficacy, not on potential harm.
77
Pencarian systematic review via
PubMed
https://josr-online.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13018-018-0871-5
79
Evidence of chondroitin for osteoarthritis
Eighteen articles written between 2003 and 2016 were analyzed. Many used
visual analogue scale (VAS) pain scores and the Western Ontario and McMaster
Universities Osteoarthritis Index (WOMAC), which were assessed in our meta-
analysis.
We found a marginally favorable effect of glucosamine on VAS pain scores. The
effect on knee function, as measured by the WOMAC, was small and not
significant. A newly established knee OA scale, the Japanese Knee
Osteoarthritis Measure (JKOM), is commonly used in Japan. Although the
number of subjects was small, the JKOM meta-analysis indicated that
glucosamine is superior to a placebo in alleviating knee OA symptoms.
Given this, we concluded that glucosamine has the potential to alleviate knee
OA pain.
Further studies are needed to evaluate the effect of glucosamine on knee
function and joint preservation, as well as to evaluate the combined effect with
other components, such as chondroitin
Ogata, et al, Clinical Rheumatology(2018) 37:2479–2487
High Quality Systematic Reviews
83
84
Evaluate Evidence
Three broad issues need to be considered when appraising a
study/trial/review :
Are the results of the study valid?
What are the results?
Will the results help locally?
Bisa menggunakan Check List untuk Critical Appraisal untuk
membantu mengevaluasi suatu literature ilmiah
86
What were the results?
87
Will the results help locally ?
(help me in caring for my patient?
(External Validity/Applicability)
Is my patient so different to those in the study that the
results cannot apply?
Is the treatment feasible in my setting?
Will the potential benefits of treatment outweigh the
potential harms of treatment for my patient?
88
THE EBM CYCLE
CLINICAL
QUESTION
MEDICAL/PHARM SYSTEMATIC
SEARCH FOR
SERVICES “BEST EVIDENCE”
DATA CRITICAL
INTEGRATION APPRAISAL
Keterbatasan EBM
Tidak selalu cukup data utk menjawab pertanyaan klinis
tertentu
Tidak selalu mudah mengaplikasikan hasil penelitian ke
populasi umum
◦ ada batasan kriteria inklusi subyek yg tidak sama
dengan kondisi pasien (usia, komorbiditas, ras, dll)
◦ faktor genetik, dll.
92