Anda di halaman 1dari 8

266 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-7 2018

INTERAKSI SOSIAL SISWA SLOW LEARNER


SOCIAL INTERACTION SLOW LEARNER STUDENT

Oleh: Roh Dinia Wati, PGSD/PSD,UNY, rohdinia15@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk interaksi sosial siswa slow learner di kelas III SD
Muhammadiyah 2 Magelang. Bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi bentuk kerjasama, akomodasi, persaingan,
kontravensi, dan menghadapi pertentangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus
dengan subjek seorang siswa slow learner di kelas III SD Muhammadiyah 2 Magelang. Informan dalam penelitian
ini adalah guru kelas III, guru olahraga, dan empat teman siswa slow learner. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber
dan triangulasi teknik. Teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa slow learner memiliki interaksi sosial yang baik seperti mudah bergaul dengan
siapapun. Hal tersebut dilihat dari bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi bentuk kerjasama, bentuk akomodasi,
bentuk persaingan, bentuk kontravensi, dan menghadapi pertentangan.

Kata kunci: interaksi sosial, siswa slow learner

Abstract
This reseacrh aims to determine the forms of social interaction slow learner students in class III SD
Muhammadiyah 2 Magelang. The forms of social interaction include cooperation, accommodation, competition,
contravention, and face opposition. The type of this research was qualitative descriptive with case research’s
approach. The subject of this research was a slow learner students in the class III SD Muhammadiyah 2 Magelang
with informant were third grade teacher, gym teacher, and four friends slow learner student. Data collection
techniques in this research used observation, interview, and documentation. Validity test of the data in this research
used technique and source triangulation. Data were analyzed by data reduction, data display, and conclusion
drawing. The results show that slow learner students have good social interactions such as easy to get along with
anyone. It can be seen from the form of cooperation, accommodation, competition, contravention and face of
opposition.

Keywords: social interaction, slow learner student

Keluarga menjadi suatu tempat dimana seorang


PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan anak melakukan pengenalan pertama dengan

yang memiliki hasrat untuk senantiasa kedua orangtuanya. Setelah lingkungan

bersosialisasi dengan manusia yang lain. Salah keluarga, anak mengembangkan kemampuannya

satu cara manusia dalam bersosialisasi yaitu untuk bersosialisasi dengan orang lain di

mengadakan interaksi dengan orang lain melalui lingkungan sekolah.

komunikasi. Interaksi dilakukan kedua pihak atau Komponen pendidikan di lingkungan

lebih untuk saling mengerti dan memperoleh sekolah seperti pendidik dan peserta didik saling

informasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan melakukan interaksi. Salah satu interaksi sosial

Abdulsyani (2012: 153) bahwa interaksi sosial positif dapat ditemui pada saat kegiatan belajar

terjadi karena adanya saling mengerti tentang mengajar. Peserta didik dan pendidik melakukan

maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam hubungan sosial timbal balik secara dinamis.

suatu hubungan sosial. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan

Manusia memulai interaksi pertama kepada pendidik dan pendidik dapat memberikan

kalinya di dalam lingkungan keluarga. penjelasan kepada peserta didik. Selain itu, peserta
Interaksi Sosial Siswa …. (Roh Dinia Wati) 267
didik juga dapat melakukan interaksi dengan hampir pada semua pelajaran terutama pada mata
peserta didik lainnya. Dalam kegiatan belajar pelajaran yang berkenaan dengan hafalan dan
kelompok, pengalaman belajar itu tidak saja pemahaman sehingga hasil belajarnya lebih
diperoleh melalui interaksi dengan pendidik, rendah dibanding dengan teman-teman yang lain.
tetapi akan didapat pula melalui interaksi antar Beberapa masalah yang dihadapi anak slow
peserta didik dan antara peserta didik dengan learner antara lain anak mengalami perasaan
lingkungan sosialnya Sudjana (2000: 96). minder terhadap teman-temannya; anak cenderung
Interaksi sosial juga dapat ditemui di sekolah bersikap pemalu, menarik diri dari lingkungan
penyelenggara pendidikan inklusi. Sekolah inklusi sosialnya; lamban menerima informasi; hasil
merupakan sekolah reguler yang menampung baik prestasi belajar kurang optimal; karena
siswa normal maupun siswa berkebutuhan. Siswa ketidakmampuannya sehingga tinggal kelas dan
berkebutuhan khusus berbeda dari siswa lainnya. mendapat label yang kurang baik dari teman-
Hal ini sesuai dengan pendapat Kustawan & temannya (Triani & Amir, 2013: 13).
Meimulyani (2013: 29) bahwa anak berkebutuhan Kenyataan di lapangan, masih dijumpai
khusus adalah anak yang memiliki perbedaan siswa slow learner yang masih mengalami kendala
dengan anak-anak secara umum atau rata-rata baik pada akademik maupun sosialnya.
seusianya. Permasalahan tersebut juga ditemui di SD
Anak berkebutuhan khusus tidak sedikit Muhammadiyah 2 Magelang. Berdasarkan Surat
yang mendapat pengucilan dari masyarakat. Dede Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota
Nana (Nana, 2016) melaporkan bahwa terdapat Magelang Nomor: 423.7/1346/230, SD
seorang anak berkebutuhan khusus yang mendapat Muhammadiyah 2 Magelang adalah salah satu SD
ejekan dari teman-temannya. Seperti dialami oleh yang ditunjuk sebagai sekolah penyelenggara
D yang dahulu bersekolah di SD dekat rumahnya. pendidikan inklusi. Berdasarkan hasil assessment
Setiap hari D menjadi bahan olok-olok dan ejekan teridentifikasi 18 siswa berkebutuhan khusus di
teman-temannya sehingga D menjadi takut untuk antaranya 5 anak autis, 3 anak tuna rungu, 1 anak
bersekolah. Hal ini membuat orangtuanya hampir tuna wicara, 1 anak tuna grahita ringan, 2 anak
menyerah namun sekarang D mendapat terapi dan tuna grahita sedang, dan 6 anak slow learner.
sudah mulai berani menghadapi orang asing. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
Anak berkebutuhan khusus atau yang sering yang dilakukan peneliti dengan wali kelas III pada
disebut ABK terdapat berbagai jenis. Salah satu bulan Oktober 2016 di SD Muhammadiyah 2
jenis dari anak kebutuhan khusus ialah slow Magelang, didapati bahwa sekolah ini belum
learner. Menurut Yusuf dalam Triani & Amir memiliki guru pendamping khusus atau yang
(2013: 3), anak lamban belajar atau slow learner sering disebut GPK. Siswa berkebutuhan khusus
ialah anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi di sekolah ini masih ditangani oleh wali kelas
IQ nya sedikit di bawah rata-rata. Siswa yang masing-masing. Meskipun di sekolah ini terdapat
mengalami slow learner mempunyai IQ dari 70- guru Bimbingan Konseling (BK), namun tugas
90. Siswa slow learner mengalami masalah guru BK hanyalah sebagai penengah saja jika
268 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-7 2018
terjadi konflik pada siswa. Sementara guru Berdasarkan wawancara kedua dengan guru
kelas tetap memperlakukan siswa berkebutuhan pada tanggal 18 November 2016, MAR memang
khusus sesuai dengan kesulitan siswa. Guru anak yang mudah akrab dengan orang lain.
kelas mendekati siswa slow learner dan Namun, MAR memiliki kesulitan pada aspek
membantu serta memotivasi siswa untuk dapat membaca dan menulis. Tulisan MAR masih belum
menyelesaikan tugas yang diperintahkan guru. bisa rapi dan masih terdapat huruf-huruf yang
Guru juga menyadari bahwa siswa slow learner kurang sesuai. MAR terlihat kesulitan membaca
mempunyai kemampuan mengerjakan tugas pada saat mengerjakan soal sehingga MAR
lebih lama dibandingkan siswa normal dibantu oleh guru atau teman MAR untuk
lainnya. Tak jarang, guru kelas juga membacakan soal.
mengingatkan siswa untuk kembali dan fokus Ketika di luar kelas, MAR sering bermain
pada pelajaran. Selain itu, guru melakukan dengan teman-teman yang berbeda kelas. MAR
sistem rolling atau pergantian posisi tempat terlihat aktif dan berani. Hal ini terlihat saat
duduk setiap dua minggu sekali agar siswa tidak kegiatan estrakurikuler Hizbul Wathon, MAR
merasa bosan. mengingatkan Pembina pramuka untuk
Siswa berkebutuhan khusus di SD mengadakan pengecekan kuku sebelum kegiatan
Muhammadiyah 2 Magelang hampir terdapat di Hizbul Wathon selesai.
setiap kelas dari kelas I-VI. Di kelas III terdapat 2
METODE PENELITIAN
siswa slow learner dan 1 siswa autis. Saat peneliti
Jenis Penelitian
melakukan observasi, peneliti menemukan hal
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
yang menarik. Peneliti melihat salah seorang anak
deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus
slow learner memiliki karakteristik yang relatif
atau case-studies.
berbeda dengan anak slow learner lainnya. Siswa
slow learner tersebut bernama MAR yang
Tempat dan Waktu Penelitian
merupakan siswa pindahan dari Lombok. MAR
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober
memiliki interaksi yang cukup baik dibanding
2016 sampai dengan bulan Maret 2016.
siswa slow learner lain yang bernama FRA. Saat
Pengambilan data dilakukan pada 4 Februari-3
pembelajaran, MAR terlihat memperhatikan
Maret 2017 di SD Muhammadiyah 2 Magelang.
penjelasan dari guru. MAR juga menghapus papan
tulis tanpa perintah dari guru. Pada saat
Subjek Penelitian
menghapus papan tulis, MAR tidak sampai untuk Subjek penelitian ini adalah seorang siswa
menghapus papan tulis di bagian atas sehingga slow learner (MAR) dengan sumber informasi
MAR menggunakan gagang kemoceng untuk pendukung dari guru kelas III, guru olahraga, dan
membantu agar bisa menghapus sampai atas. empat teman MAR.
MAR juga membantu mengambilkan penghapus
Instrumen Penelitian
temannya yang jatuh di lantai dan langsung
Instrumen penelitian ini adalah peneliti yang
memberikannya.
dibantu dengan pedoman observasi, pedoman
Interaksi Sosial Siswa …. (Roh Dinia Wati) 269
wawancara, dan pedoman dokumentasi yang Kustawan & Meimulyani (2013: 88) bahwa siswa
berhubungan dengan interaksi sosial siswa slow lamban belajar atau siswa slow learner sering
learner kelas III di SD Muhammadiyah 2 terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas
Magelang. daripada teman- teman seusianya. MAR belum
selesai mengerjakan tugas ketika siswa lain sudah
Uji Keabsahan Data
selesai dan mengumpulkan kepada guru.
Uji keabsahan data dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi. Triangulasi yang
Berbeda dengan tugas piket, MAR
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
melakukan kerjasama dengan baik saat
teknik dan triangulasi sumber.
dilakukannya kegiatan gotong royong di sekolah.
Triangulasi teknik dilakukan untuk
MAR mampu melaksanakan perintah dari guru
mengecek data kepada sumber yang sama dengan
dan membantu siswa lain yang kesulitan. Hal ini
teknik yang berbeda. Peneliti membandingkan
juga sesuai dengan teori Sutirna (2013: 119)
data hasil pengamatan dengan data hasil
bahwa dalam masa perkembangan sosial anak
wawancara. Apabila dengan teknik pengujian data
mencoba untuk bergabung dan bekerja sama
tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka
dalam bermain. MAR dapat bekerja sama saat
peneliti harus melakukan diskusi lebih lanjut
kegiatan bersih-bersih maupun bermain dengan
dengan sumber data untuk memastikan data mana
siswa lain.
yang dianggap benar. Sedangkan triangulasi
MAR juga saling pinjam-meminjam benda
sumber dilakukan untuk mengecek data yang telah
yang dimilikinya kepada siswa lain. Temuan ini
diperoleh melalui beberapa sumber. Untuk
sesuai teori Somantri (2006: 47-49) bahwa
menguji kredibilitas data tentang interaksi sosial
interaksi sosial pada masa anak-anak akhir salah
siswa slow learner, maka pengumpulan data dan
satunya diwujudkan dalam bentuk kesportifan
pengujian data dilakukan ke siswa slow learner,
yaitu bekerja sama dengan anak-anak lain dengan
beberapa teman siswa slow learner, guru kelas III
jalan mengesampingkan kepentingan individu.
dan guru olahraga.
Temuan lain ialah MAR menawarkan benda yang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN dimilikinya kepada siswa lain yang menjadi teman

Hasil penelitian diketahui bahwa interaksi dekatnya. MAR senang meminjamkan benda milik

sosial siswa slow learner (MAR) dapat MAR kepada siswa yang lain.

ditunjukkan dari lima aspek bentuk-bentuk MAR mempunyai sikap empati pada siswa

interaksi sosial meliputi bentuk kerjasama, yang disukai terutama dalam hal menjenguk siswa

bentuk akomodasi, bentuk persaingan, bentuk yang sakit. MAR memiliki hubungan yang baik

kontravensi, dan menghadapi pertentangan. dengan siswa yang disukai sehingga ketika siswa

Siswa slow learner (MAR) jarang tersebut sakit, MAR menjenguknya. Temuan ini

melaksanakan tugas piket harian di kelas sesuai teori Monks, Knoers, & Haditono (2001:

sehingga sering diingatkan dan diprotes oleh 187) bahwa hubungan persahabatan dan hubungan

siswa lain. Hal ini sesuai dengan pendapat peer bersifat timbal balik dan memiliki sifat-sifat
270 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-7 2018 Interaksi Sosial Siswa …. (Roh Dinia Wati) 279
antara lain ada saling pengertian, saling pesan dan mendengarkan instruksi rendah.
membantu, saling percaya, dan saling menghargai Sehingga tak jarang MAR membutuhkan
dan menerima. pengulangan baik instruksi maupun hal yang
MAR merasa senang tampil di hadapan berkaitan dengan materi pelajaran.
umum sesuai dengan kemauannya. Hal-hal yang MAR senang bercerita dengan teman-
diinginkan MAR seperti menjadi petugas upacara, temannya. MAR berkomunikasi secara baik
memimpin teman-temannya baik saat berdoa dengan teman-temannya menggunakan bahasa
maupun baris, menjadi imam shalat dhuha, dan yang sederhana. Hal ini sesuai dengan teori Triani
berani mengumandangkan adzan shalat dhuhur. & Amir (2013: 12) bahwa siswa slow learner
Selain itu, MAR merasa kurang percaya diri berkomunikasi menggunakan bahasa yang
terhadap hal-hal yang kurang diminatinya seperti sederhana. Lawan bicaranyapun dapat
membaca, menulis, dan mendongeng atau berkomunikasi menggunakan bahasa sederhana
bercerita di depan kelas. Hal ini sesuai dengan juga. Ketika MAR bercerita, teman-temannya tak
pendapat Mulyadi (2010: 125) bahwa siswa slow jarang untuk mendengarkan bahkan menanggapi.
learner lambat dalam membaca dan lambat dalam Selain itu, MAR senang bercanda dan tak jarang
memahami bacaan. MAR merasa minder dengan menjahili teman-temannya. Temuan ini sesuai
siswa lain yang mempunyai kemampuan lebih dengan teori Triani & Amir (2013: 12) bahwa
tinggi. Temuan ini mendukung pendapat Triani & beberapa siswa slow learner ada yang
Amir (2013: 13), bahwa siswa slow learner merasa menunjukkan sifat humor.
minder terhadap teman-temannya karena memiliki MAR mampu bergabung cukup baik dengan
kemampuan belajar yang lamban dibanding anak teman di luar pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
normal seusianya. pendapat yang dikemukakan oleh Allen & Marotz
MAR jarang bertanya materi kepada guru (2010: 177-209) mengenai interaksi sosial siswa
akan tetapi bertanya mengenai pembacaan pada SD dapat ditunjukkan salah satunya dengan
sebuah tulisan. MAR memiliki kesulitan dalam bergabung dalam kelompok bermain. MAR juga
membaca dan menulis sehingga siswa slow sering memasuki kelas-kelas hanya sekedar untuk
learner bertanya kepada guru tentang apa yang melihat. Selain itu, MAR tak jarang bergabung
tidak dapat dibacanya. Temuan ini sesuai dengan dengan guru-guru pada saat istirahat di depan
teori Mulyadi (2010: 125) bahwa siswa slow kantin sekolah.
learner menunjukkan lambat dalam membaca dan Temuan lain ialah MAR mengakui kekurangan
kurangnya kemampuan dalam membaca. Guru yang dimiliki MAR. Hal ini sesuai dengan
sering mengulang dan mengajak untuk konsentrasi teori Somantri (2006: 47-49) bahwa interaksi
saat mengerjakan soal. MAR bertanya setelah guru sosial pada masa anak-anak akhir salah satunya
mengulang beberapa kali perintah maupun sugestibilitas dan kontra sugestibilitas.
instruksi. Temuan ini mendukung teori Reddy, Sugestibilitas atau kemudahan dipengaruhi oleh
Ramar, & Kusuma (2006: 10-11) bahwa orang lain, bersumber pada keinginan untuk
kemampuan anak lamban belajar dalam mengingat mendapat perhatian dan penerimaan
Interaksi Sosial Siswa …. (Roh Dinia Wati) 271
lingkungannya. Sugesti dari lingkungan tertarik terhadap alat sekolah baru yang dimiliki
menyebabkan MAR mengakui bahwa MAR oleh temannya. Jika terdapat siswa yang
kurang bisa membaca. Hal ini dituliskan pada memiliki alat sekolah baru, MAR lebih senang
buku Pendidikan Kewarganegaraaan milik MAR. memuji siswa tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan MAR memiliki MAR jarang memberikan kritik kepada
keinginan untuk mendapatkan nilai yang baik. siswa lain, namun ketika MAR mendapat kritik
MAR menunjukkan ekspresi yang wajar dari siswa lain terlihat membantah. MAR jarang
ketika mendapatkan nilai. Ketika mendapatkan mengungkapkan idenya. Hal ini sesuai dengan
nilai baik, MAR menunjukkan ekspresi yang teori Mulyadi (2010: 125) bahwa siswa slow
senang dan sebaliknya. Temuan ini sesuai dengan learner menunjukkan kurangnya kemampuan
teori Allen & Marotz (2010: 177-209) bahwa menyatakan ide atau mengembangkan bakat.
siswa SD menggunakan kata-kata dengan ekspresi MAR menunjukkan ekspresi kurang senang
wajah dan gerak tubuh untuk mengungkapkannya. dengan siswa lain. Ekspresi kurang senang yang
MAR tak jarang bersorak dan bergembira ketika ditunjukkan kepada siswa yang kurang disukai.
mendapatkan nilai yang baik. MAR mudah emosi dan cepat putus asa dalam
Temuan lain yaitu MAR ingin diakui dalam mengerjakan sesuatu. Temuan ini sesuai dengan
kelompok bermain. Berdasarkan wawancara dari pendapat Triani & Amir (2013: 11) bahwa siswa
guru, MAR merasa cemburu ketika MAR tidak slow learner biasanya cepat patah semangat
diajak bermain oleh siswa lain. Hal ini sesuai apabila terdapat suatu hal yang membuatnya
dengan teori Somantri (2006: 47-49) bahwa tertekan atau melakukan kesalahan. Selain itu,
persaingan di antara anggota kelompok untuk MAR memiliki emosi yang cukup tinggi apabila
memperoleh pengakuan dalam kelompok. diganggu dengan siswa yang tidak disukainya.
Selain itu, MAR juga memiliki kepekaan Temuan ini sesuai teori Triani & Amir (2013: 11)
yang berlebihan terhadap siswa lain. Somantri bahwa siswa lamban belajar atau slow learner
(2006: 47-49) menjelaskan bahwa interaksi sosial memiliki emosi yang kurang stabil. Hal ini
pada masa anak-anak akhir salah satunya ialah ditandai dengan cepat marah, meledak-ledak, dan
memiliki kepekaan yang berlebihan. Kepekaan sensitif terhadap apa yang dihadapi.
yang berlebihan diartikan sebagai kecenderungan MAR mampu berteman baik dengan
untuk mudah tersinggung dan menginterpretasikan siapapun tidak membedakan kelas maupun jenis
bahwa perkataan dan perbuatan orang lain sebagai kelamin. Selain itu, MAR juga berteman dengan
ungkapan kebencian. MAR mudah tersinggung baik dengan siswa berkebutuhan khusus lainnya.
saat dijahili oleh siswa yang kurang disukai. Hal ini kurang sesuai dengan teori Triani & Amir
MAR tidak memiliki rasa bersaing dalam (2013: 12) yang mengungkapkan bahwa siswa
kepemilikan alat sekolah baru. Hal ini sesuai lamban belajar atau slow learner biasanya kurang
dengan teori Hamalik (2008: 184) bahwa anak baik dalam bersosialisasi. Kenyataan di lapangan,
lambat belajar mempunyai ruang minat yang MAR menjalin hubungan dan bersosialisasi
sempit. MAR kurang minat dan kurang dengan teman-temannya. Selain itu, MAR juga
272 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 3 Tahun ke-7 2018
memiliki hubungan yang baik dengan guru. Teori yang diberikan baik dari diri MAR maupun dari
Triani dan Amir (2013: 12) yang menyatakan siswa lain.
bahwa salah satu hambatan siswa slow learner MAR ikut menyalahkan orang lain yang
ialah cenderung pemalu dan menarik diri dari melakukan kesalahan. Namun, saat MAR
lingkungan sosial. MAR merasa senang ketika melakukan kesalahan tak jarang mencari teman
berkumpul dengan teman-temannya. Temuan ini untuk ikut disalahkan dan dilibatkan. Temuan ini
menjadi salah satu penemuan yang menarik bahwa sesuai teori Allen & Marotz (2010: 177-209),
MAR yang termasuk siswa slow learner dapat bahwa siswa SD menyalahkan orang lain atau
bersosialisasi secara baik dengan siswa maupun menciptakan alibi untuk menjelaskan
guru. kekurangannya atau kesalahannya.
MAR berusaha melerai perkelahian yang
terjadi dengan cara melapor kepada guru. MAR SIMPULAN DAN SARAN
belum mampu untuk melerai secara sendiri. Simpulan
Temuan ini kurang sesuai dengan teori Hamalik
Berdasarkan hasil penelitian dan
(2008: 184) bahwa siswa slow learner kurang
pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
memiliki kemampuan kreatif dan merencanakan.
siswa slow learner di kelas III SD Muhammadiyah
Pasalnya, MAR memiliki ide dan kemampuan
2 Magelang menunjukkan interaksi sosial yang
untuk segera melapor saat terjadi perkelahian.
baik. Interaksi sosial tersebut dilakukan siswa slow
MAR pernah bertengkar baik melalui kontak
learner (MAR) baik dengan siswa maupun guru.
fisik maupun lisan. MAR bertengkar dengan cara
Secara lebih rinci, interaksi sosial siswa slow
saling memukul dan saling mengejek. Perkelahian
learner ditunjukkan melalui lima bentuk sebagai
terjadi dikarenakan adanya saling mengejek dan
berikut:
adu mulut baik berawal dari MAR maupun siswa
1. Bentuk kerja sama MAR cukup baik. MAR
lain. Temuan ini sesuai teori Mulyadi (2010: 125)
jarang melakukan tugas piket namun MAR
bahwa siswa slow learner memiliki perilaku yang
saling membantu ketika siswa lain mengalami
tidak produktif dan memiliki kebiasaan yang tidak
kesulitan seperti tidak membawa alat tulis dan
baik.
menjenguk siswa yang sakit.
MAR mengancam siswa lain dengan
2. Bentuk akomodasi, MAR menunjukkan sikap
ancaman yang masih wajar. MAR mengancam
senang dan percaya diri saat tampil di hadapan
dengan alasan akan dilaporkan kepada guru.
umum dengan kegiatan selain membaca dan
Sementara, MAR pernah mengancam siswa
menulis. MAR memiliki keberanian untuk
kelas rendah untuk memenuhi keinginannya.
bertanya kepada guru mengenai apa yang tidak
Hal ini sesuai dengan teori Allen & Marotz
diketahui. Selain itu, MAR bergabung dengan
(2010: 177-209) bahwa siswa SD masih terjadi
teman-temannya saat istirahat dan mampu
perselisihan dan suka mengadu baik dalam
berkomunikasi serta bercanda secara wajar.
permainan dua orang atau kelompok.
3. Bentuk persaingan, MAR memiliki keinginan
Perselisihan tersebut dapat berupa ancaman
untuk bisa mendapatkan nilai yang baik, akan
Interaksi Sosial Siswa …. (Roh Dinia Wati) 273
tetapi MAR mudah putus asa. Hal tersebut perlu adanya diskusi antarsiswa agar terjalin
dipengaruhi oleh motivasi dan konsentrasi interaksi sosial yang baik.
belajar MAR yang kurang baik. Selain itu,
MAR tidak memiliki keinginan untuk bersaing DAFTAR PUSTAKA
alat sekolah. MAR lebih banyak memuji teman Abdulsyani. (2012). Sosiologi Skematika, Teori
dan Terapan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
yang mempunyai alat sekolah baru.
4. Bentuk kontravensi, MAR jarang memberikan Allen, K.E. & Marotz, L.R. (2010). Profil
Perkembangan Anak Perkelahiran Hingga
dan mengungkapkan kritik kepada siswa lain,
Usia 12 Tahun. Jakarta: Indeks.
namun MAR membantah kritik yang ditujukan
Hamalik, O. (2008). Proses Belajar Mengajar.
kepadanya. MAR menunjukkan ekspresi
Jakarta Bumi Aksara.
kurang senang apabila siswa lain melakukan
Kustawan, D. & Meimulyani, Y. (2013).
kesalahan, namun MAR tidak membeda-
Mengenal Pendidikan Khusus dan
bedakan dalam berteman. MAR mempunyai Pendidikan Layanan Khusus Serta
Implementasinya. Jakarta: PT Luxima
interaksi sosial yang baik dengan siapapun.
Metro Media.
5. Menghadapi pertentangan, MAR berusaha
Monks, F.J., Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R.
mengadu dan melapor apabila terdapat (2001). Psikologi Perkembangan:
siswa yang berkelahi. MAR pernah terlibat Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
pertengkaran baik secara kontak fisik
maupun lisan. MAR mengancam siswa lain Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar dan
Bimbingan terhadap Kesulitan Belajar
masih pada tingkatan yang wajar seperti Khusus.Yogyakarta: Nuha Litera.
saat terdapat siswa yang akan melakukan
Nana, D. (2016). Inilah Pengakuan Orang Tua
kesalahan, MAR mengancam akan Anak Berkebutuhan Khusus.
melaporkan kepada guru. Namun, ketika Malangtimes.com diakses pada tanggal 18
November 2016 pukul 20.35 WIB
terdapat siswa lain yang salah, MAR ikut
menyalahkan dan ketika MAR melakukan Reddy, G.L, Ramar R., & Kusuma, A. (2006).
Slow Learners: Their Psychology
kesalahan mencari teman untuk ikut and Instruction. New Delhi: Discovery
disalahkan. Publishing House.

Saran Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa.


Bandung: PT Refika Aditama.
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan
dan kesimpulan, maka peneliti memberikan Sudjana. (2000). Strategi Pembelajaran.
Bandung: Falah Production.
saran kepada pihak sekolah agar lebih
memahami kondisi interaksi sosial MAR Triani, N. & Amir. (2013). Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus Lamban Belajar
(slow learner) melalui pembiasaan sikap (Slow Learner). Jakarta: PT Luxima Metro
sehingga tercipta interaksi yang lebih positif. Media.
Selain itu, MAR perlu bimbingan agar MAR
lebih termotivasi khususnya dalam hal yang
berkaitan dengan membaca dan menulis serta

Anda mungkin juga menyukai